Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh nabi Muhammad saw
sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk
menikmati kehidupan baik hewan, tumbuhan maupun manusia (terutama) yang
menyandang gelar khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu ajaran Islam sangat
mementingkan pemeliharaan terhadap 5 hal yaitu agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta. Memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai ancaman berarti
memelihara eksistensi kehidupan umat manusia. Namun, tidak semua orang
merasa senang dan bahagia dengan setiap kelahiran yang tidak direncanakan,
karena faktor kemiskinan, hubungan di luar nikah dan alasan-alasan lainnya. Hal
ini mengakibatkan, ada sebagian wanita yang menggugurkan kandungannya
setelah janin bersemi dalam rahimnya. Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para
wanita berstatus istri yang bermaksud menghentikan kelangsungan
kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil pra-nikah melakukannya.
Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap hakikat
kapan kehidupan anak manusia dimulai. Aborsi merupakan masalah yang
kompleks, mencakup nilai-nilai religius, etika, moral dan ilmiah.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan, yang


tentunya keturunan yang banyak tersebut betul-betul diharapkan
kebermanfaatannya, bukan justru mengacaukan dan memperburuk wajah Islam
dan umat Islam. Seperti banyak umat Islam yang berada pada kebodohan,
kemiskinan dan kemelaratan. Diantara penyebabnya adalah jumlah populasi
manusia yang semakin banyak tanpa diiringi dengan kualitas. Sehingga negara
tidak mampu memberikan fasilitas kehidupan yang layak bagi pendidikan,
pekerjaan dan kesehatan masyarakatnya.

Menghadapi pertumbuhan penduduk yang sulit dibendung dapat


menyebabkan masalah sosial yang sangat komplek, maka ditemukan identifikasi

1
masalah bahwa pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan lapangan
pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan kesengsaraan hidup yang berkepanjangan.
Kebijakan Program Keluarga Berancana merupakan langkah pilihan agar laju
pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan untuk diseimbangkan dengan
lapangan pekerjaan.
Namun yang menjadi pertayaan saat ini adalah apakah agama Islam
memperbolehkannya atau justru mengharamkannya. Banyak terdapat perbedaan
pendapat dalam hal ini.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana
pandangan Islam tentang Keluarga Berencana.

B. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun tujuan pembahasan kami sebagai berikut;
1. Menjeleaskan pengertian aborsi dan KB
2. Menjelaskan dalil yang berhubungan dengan hukum aborsi dan KB
3. Menjelaskan pandangan islam mengenai aborsi dan KB

C. MANFAAT
Adapun manfaat sebagai berikut;
1. Mengetahui pengertian aborsi dan KB
2. Mengetahui dalil yang berhubungan dengan hukum aborsi dan KB
3. Mengetahui pandangan islam mengenai aborsi dan KB

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aborsi
2.1.1 Pengertian Aborsi

Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau


pembuahan,  sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya.
Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata
“ ajhadha - yajhidhu “ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa
dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang
lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam
istilah fikih juga sering disebut dengan “ isqhoth “ ( menggugurkan ) atau “
ilqaa’ ( melempar ) atau “ tharhu “ ( membuang )  (  al Misbah al Munir  , hlm :
72 )
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi  aborsi mempunyai banyak macam
dan bentuk,  sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul
rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut :
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah
pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
1. Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena
suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
2. Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak
yang berwenang.

Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :


1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak
sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu.
Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara
sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a) Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan,
maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b) Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum
yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis

Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah : menggugurkan


secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas permintaan atau
kerelaan ibu yang mengandungnya .

3
2.1.2 Dalil

َ ‫س الَّتِي َح َّر َم هّللا ُ إِالَّ ِب‬


ِّ ‫الح‬
 ‫ق‬ ْ ُ‫َوالَ تَ ْقتُل‬
َ ‫وا النَّ ْف‬
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )

Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahaan,


terutama para pelajar dan mahasiswa hari ini sudah sampai batas yang sangat
mengkawatirkan. Ini akibat hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan
masyarakat, ditambah dengan gencarnya mass media yang menawarkan
kehidupan glamor, bebas dan serba hedonis yang menyebabkan generasi muda
terseret dalam jurang kehancuran.
Pacaran sudah menjadi aktivitas yang lumrah, bahkan sebagian orang tua
mlinder dan merasa malu jika anaknya tidak mempunyai pacar, karena menurut
pandangan mereka orang yang tidak pacaran, adalah orang yang tidak bisa bergaul
dan masa depannya suram,serta susah mencari jodoh. Tidak sedikit dari mereka
yang akhirnya melakukan hubungan seks di luar pernikahan dan hamil, kemudian
berakhir dengan pengguran kandungan dengan paksa.
Data statistis BKBN ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
menunjukkan bahwa sekitar 2.000.000 kasus aborsi terjadi setiap tahun di
Indonesia. Untuk kasus aborsi di luar negeri – khususnya di Amerika –  data-
datanya telah dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for
Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI) yang menunjukkan
hampir 2 juta jiwa terbunuh akibat aborsi. Jumlah ini jauh lebih banyak dari
jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah
negara itu. Begitu juga lebih banyak dari kematian akibat kecelakaan, maupun
akibat penyakit . ( Aborsi.com )
Dengan demikian, aborsi secara umum merupakan perbuatan keji, tidak
berperikemanusiaan dan bertentangan hukum dan ajaran agama.
Walaupun demikian, hukum Aborsi secara khusus perlu dikaji secara lebih
mendalam, karena Aborsi bukanlah dalam satu bentuk, tetapi mempunyai
berbagai macam. Sementara itu Islam bukanlah agama yang kaku, tetapi agama
yang memandang kehidupan manusia ini dari berbagai sudut, sehingga ditemukan
di dalamnya solusi ats segala problematika yang dihadapi oleh manusia.

4
2.1.3 Macam-macam Aborsi
Menurut perspektif fiqih, aborsi digolongkan menjadi lima macam, di
antaranya:
1. Aborsi Spontan (al-isqâth al-dzâty)
Janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar,  atau gugur
dengan sendirinya. Biasanya disebabkan oleh kelainan kromosom.
Hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh infeksi, kelainan rahim atau
kelainan hormon. Kelainan kromosom tidak memungkinkan  mudhghah
tumbuh normal. Kalaupun tidak gugur, ia akan tumbuh dengan cacat bawaan.
2. Aborsi karena darurat atau pengobatan (al-isqâth al-dharry/al-‘ilâjiy).
Aborsi jenis ini dilakukan karena ada indikasi fisik yang mengancam nyawa
ibu bila kehamilannya dilanjutkan.
Dalam hal ini yang dianggap lebih ringan resikonya adalah mengorbankan
janin, sehingga menurut agama aborsi jenis ini diperbolehkan.
Kaidah fiqih yang mendukung adalah: “Yang lebih ringan di antara dua
bahaya bisa dilakukan demi menghindari resiko yang lebih membahayakan.”
3. Aborsi karena khilaf atau tidak disengaja (Khatha’).
Pada kasus ini, aborsi dilakukan tanpa sengaja. Misalnya seorang pemburu
yang hendak menembak binatang buruannya tetapi meleset mengenai seorang
ibu yang sedang hamil ketika ibu itu sedang berjalan di persawahan sehingga
mengakibatkan ibu tersebut keguguran.
Tindakan pemburu tersebut tergolong tidak sengaja.
Menurut fiqih, pihak yang terlibat  dalam  aborsi  seperti  itu  harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dan jika, janin keluar dalam
keadaan meninggal ia wajib membayar denda bagi kematian janin atau uang
kompensasi bagi keluarga janin.
4. Aborsi yang menyerupai kesengajaan (syibh ‘amd).
Aborsi dilakukan menyerupai kesengajaan. Misalnya seorang suami yang
menyerang isterinya yang sedang hamil hingga mengakibatkan keguguran.

5
Serangan itu tidak diniatkan kepada janin melainkan kepada ibunya, tetapi
kemudian karena serangan tersebut, janin yang dikandung oleh ibu tersebut
meninggal karena sang ibu megalami keguguran.
Pada kasus ini menurut fiqih pihak penyerang harus diberi hukuman, dan
hukuman semakin berat jika janin yang keluar dari perut ibunya sempat
menunjukkan  tanda-tanda  kehidupan.
Menurut fiqih penyerang dikenai diyat kamilah jika ibunya  meninggal yaitu
setara dengan 50 ekor unta ditambah dengan 5 ekor  unta (ghurrah kamilah)
atas kematian bayinya.
5. Aborsi sengaja dan terencana (al-‘amd).
Aborsi ini dilakukan dengan sengaja oleh seorang perempuan yang sedang
hamil, baik dengan cara minum obat-obatan yang dapat menggugurkan
kandungannya maupun dengan cara meminta bantuan orang lain (seperti
dokter, dukun dan sebagainya) untuk menggugurkan  kandungannya.
Aborsi jenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dikenai hukuman karena
dianggap sebagai tindak pidana yaitu menghilangkan nyawa anak manusia
dengan sengaja. Sanksinya menurut fiqih sepadan dengan nyawa dibayar
dengan nyawa (qishash).
Mengenai hukum menggugurkan kandungan (aborsi) itu sendiri dibagi
menjadi dua:

2.1.4 Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan

Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu


perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan
pembunuhan, yaitu sebagai berikut :

1.  Manusia  adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik
dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara
memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual
belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu
dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :

6
‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم‬

“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. al-


Isra’:70)
2. Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua
orang.
‫يل أَنَّهُ َمن قَتَ َل نَ ْفسًا بِ َغي ِْر‬ nَ ِ‫ِم ْن أَجْ ِل َذل‬
َ ِ‫ك َكتَ ْبنَا َعلَى بَنِي إِس َْرائ‬
‫اس َج ِميعًا َو َم ْن‬ َ َّ‫ض فَ َكأَنَّ َما قَتَ َل الن‬
ِ ْ‫س أَ ْو فَ َسا ٍد ِفي األَر‬ ٍ ‫نَ ْف‬
‫اس َج ِميعًا‬ َ َّ‫أَحْ يَاهَا فَ َكأَنَّ َما أَحْ يَا الن‬
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara
keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)
3. Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam
kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :

ٍ ‫وا أَ ْوال َد ُك ْم َخ ْشيَةَ إِ ْمال‬


َّ ‫ق نَّحْ ُن نَرْ ُزقُهُ ْم َوإِيَّا ُكم‬
‫إن قَ ْتلَهُ ْم‬ ْ ُ‫َوالَ تَ ْقتُل‬
‫ط ًءا َكبِيرًا‬ ْ ‫ان ِخ‬ َ ‫َك‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (Qs al Isra’ :
31)
4. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt,
sebagaimana firman Allah swt
‫َونُقِرُّ فِي اأْل َرْ َح ِام َما نَ َشاء إِلَى أَ َج ٍل ُّم َس ًّمى ثُ َّم نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل‬
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim
ibumu sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)
5. Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

َ ِ‫س الَّتِي َح َّر َم هّللا ُ إِالَّ ب‬


ِّ ‫الح‬
‫ق‬ ْ ُ‫َوالَ تَ ْقتُل‬
َ ‫وا النَّ ْف‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan
dengan alasan yang benar “ ( Qs al Isra’ : 33 )

7
2.1.5 Hukum Aborsi Dalam Islam.
 
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus
hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :
‫ب هّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫َو َمن يَ ْقتُلْ ُم ْؤ ِمنًا ُّمتَ َع ِّم ًدا فَ َج َزآ ُؤهُ َجهَنَّ ُم َخالِ ًدا فِيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬
‫َولَ َعنَهُ َوأَ َع َّد لَهُ َع َذابًا َع ِظي ًما‬
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs
An Nisa’ : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah
saw bersabda :
‫ك‬ َ ِ‫ون ِفي َذل‬ ُ ‫ين يَ ْو ًما ثُ َّم يَ ُك‬َ ‫ط ِن أُ ِّم ِه أَرْ بَ ِع‬ْ َ‫إِ ََّن أَ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع َخ ْلقُهُ ِفي ب‬
‫ك‬ ُ َ‫ك ثُ َّم يُرْ َس ُل ْال َمل‬ َ ِ‫ك ُمضْ َغةً ِم ْث َل َذل‬ ُ ‫ك ثُ َّم يَ ُك‬
َ ِ‫ون فِي َذل‬ َ ِ‫َعلَقَةً ِم ْث َل َذل‬
‫ه َو َع َملِ ِه‬nِ ِ‫ب ِر ْزقِ ِه َوأَ َجل‬ِ ‫ت بِ َك ْت‬ٍ ‫وح َوي ُْؤ َم ُر بِأَرْ بَ ِع َكلِ َما‬َ ُّ‫فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه الر‬
‫َو َشقِ ٌّي أَ ْو َس ِعي ٌد‬
“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut
ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah  segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga ,
berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat  
untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu
penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun
yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim )

Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua
bagian sebagai berikut :

1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh


Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi
tiga pendapat:

 Pendapat 1

8
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan
sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.
( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’I, dan
Hambali.  Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang
tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan bahwa
sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum
sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.

 Pendapat 2 :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak
boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi
untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi
dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I . ( Hasyiyah Ibnu
Abidin : 6/591,  Nihayatul Muhtaj : 7/416 )

 Pendapat 3 :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya
bahwa  air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan
ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini
adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53,
Inshof : 1/386)

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) ,
telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak
sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika
di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu
bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk
kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam
katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan
yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang
telah dijelaskan di atas.

2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh

9
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin
setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin
sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist
Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara
otomatis pada saat itu, dia  telah menjadi seorang manusia, sehingga haram
untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa
ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya
akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama
berbeda pendapat:

 Pendapat 1 :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya
tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas
Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :

َ ‫س الَّتِي َح َّر َم هّللا ُ إِالَّ ِب‬


ِّ ‫الح‬
‫ق‬ ْ ُ‫َوالَ تَ ْقتُل‬
َ ‫وا النَّ ْف‬
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al
Israa’: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan,
sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai
dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh
dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh
janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya
karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih
diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu
akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi
jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak
dibolehkan.

 Pendapat 2 :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh
kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada

10
menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara
yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.
( Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 )
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu A’lam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu
alasan syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa
yang diharamkan Allah swt.
 
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan
jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

2.2 Keluarga Berencana

11
2.2.1 Pengertian KB (Keluarga Berencana)

Keluarga Berencana atau KB adalah gerakan untuk membatasi jumlah


keluarga (yang sering kita dengar dengan istilah 2 anak cukup) yang dilakukan
dengan menggunakan alat kontrasepsi atau pencegahan kehamilan seperti spiral,
IUD dan lain-lain.

Namun ternyata gerakan pembatasan keturunan ini jika kita perhatikan dari sisi
agama, ternyata program Keluarga Berencana ini sangat bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Sebab Allah SWT dan Rasulullah
SAW telah mensyariatkan kepada umatnya untuk mendapatkan keturunan
sekaligus memperbanyaknya.

2.2.2 Dalil
1. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :

Surat An-Nisa’ ayat 9:

ِ ً‫ين لَ ْو ت ََر ُكوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬


‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ش الَّ ِذ‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
َ ‫فَ ْليَتَّقُوا هَّللا‬
َ ‫َو ْليَقُولُوا قَ ْواًل‬
‫س ِدي ًدا‬

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir
terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang
pelaksanaan KB diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman:
14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang
perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah
tangga.

2.  Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana

12
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس‬


)‫(متفق عليه‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau
tanggungan orang banyak.”

Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang


biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak
mereka menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran
anak hendaknya dipikirkan bersama.

2.2.3 Hukum Keluarga Berencana

a. Menurut al-Qur’an dan Hadits

Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam,

Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang


diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:

•     Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:

)195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬


“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”
.
•     Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini
sesuai dengan hadits Nabi:

‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬


“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.

 Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran


anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:

‫وال ضرر وال ضرار‬

13
“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.

b. Menurut Pandangan Ulama’

1)  Ulama’ yang memperbolehkan

Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-


Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa
diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk
menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak.
Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan
pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh
dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat:
12, 13, 14.

2)   Ulama’ yang melarang

Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang


diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang
mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman
Allah:

‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan)


kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

2.2.4 Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam

1).Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang


diperbolehkan oleh syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral,
kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal
tidak membahayakan nyawa sang ibu.[6] Dan cara ini dapat dikategorikan
kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits
Nabi :
) ‫ فلم ينهها (رواه مسلم‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسول هللا ص‬
Kami dahulu dizaman Nabi  SAW melakukan azl, tetapi beliau
tidak melarangnya.

2). Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’,


yaitu dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan.
Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi,

14
aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan
pernikahan untuk menghasilakn keturunan

15
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Aborsi
Aborsi dibenarkan berdasarkan alasan medis, baik menurut hukum
opositif maupun hukum islam adalah tindakan pengguguran kandungan yang
dilakukan apabila kehamilan tersebut membahayakan nyawa wanita yang
hamil hal itu dapat dilakukan sebelum kandungan berusia 4 bulan. Sedangkan
aborsi yang merupkan perbuatan kriminal (abortus provocatus criminalis)
merupakan aborsi yang dilakukan tanpa alasan yang jelas tidak diperbolehkan
karena sama saja membunuh nyawa seorang dengan sengaja.
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat,
namun juga problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada
peradaban barat. Maka pemecahannya harus dilakukan secara komprehensif-
fundamenta-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid
kepada peradaban barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi
peradaban barat yang bertentangan dengan islam, untuk kemudian digantikan
dengan peradaban islam yang manusiawi dan adil. Hukum aborsi dalam
pandangan islam menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya
sudah ( empat ) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin
yang berumur dibawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini
memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat
yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 hari, atau 42 hari dari
usia kehmilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya
haram. Sedangkan pengguran kandungan yang usianya belum mencapai 40
hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa.

2. KB Keluarga Berencana

Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah


mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan
lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan
merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan
kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara
kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak
permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang
lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada
dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia
dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari
bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan
(mudlarat) bagi kesehatan.
Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi
kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB
secara substansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan
salah satu bentuk implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka

16
mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang
tangguh, mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, kebolehan
(mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti dijelaskan
diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum ke
Islaman, baik pada tingkat nasional maupun Internasional (ijma’al-majami). 
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga
Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan
sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu
untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB
dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan
melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at
Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb juga
memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan.
Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan
dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam
Islam

 3.2 Saran
Semua tenaga kesehatan, baik dokter, bidan atau yang lainnya
harus memahami betul apa-apa yang menjadi kewenangannya dan apa-apa
pula yang bukan menjadi kewenangan dari profesinya. Peraturan per Undang-
undangan yang telah disusun sedemikian rupa dan diadakan pembaharuan,
janganlah hanya dianggap sebagai peraturan tertulis semata, namun harus
dipatuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pengaplikasian Agama Islam dengan bidang sosial, budaya,
ekonomi, dan pendidikan dangat penting dan sebaiknya dipahami dan di
mengerti dengan baik. Apalagi mengenai masalah yang mungkin sudah biasa
dikalangan remaja saat ini yaitu aborsi/ abostus. Sebaiknya orang tua lebih
memberikan pendidikan khusus kepada anak mengenai pergaulan remaja, sert
membimbing anak dalam pergaulan agar bisa menjaga jarak, sehingga dapat
memudahkan kita dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat pula menambah
wawasan kita dalam beragama.

17

Anda mungkin juga menyukai