Anda di halaman 1dari 10

ETIKA BISNIS

Mengelola Risiko Etika dan Manajemen Krisis

Oleh :

REFI AGUS REFINA 2013230887


RIZKI KURNIASARI 2013230890

Program Pendidikan Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang
2014
Mengelola Resiko Etika dan Manajemen Krisis

1. RESIKO ETIKA
Resiko Etika merupakan suatu kemungkinan dilanggarnya etika yang
disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan atau institusi dalam memenuhi
harapan stakeholder. Supaya suatu organisasi tetap dapat bertahan hidup,
perusahaan dan professional wajib menjalankan manajemen resiko etika. Secara
singkat, pengertian manajemen resiko etika adalah tata kelola yang menjunjung
kode etik sehingga dapat meminimalisasi ketidakmampuan perusahaan memenuhi
harapan stakeholder. Ragam resiko etika dalam kaitannya dengan stakeholder : 

Harapan stakeholder yang tidak dapat dipenuhi Resiko Etika


Pemegang saham.
-Adanya perilaku penggelapan dana dan asset Kejujuran dan integritas.
-Adanya konflik kepentingan dengan para eksekutif Pertanggung jawaban yang
perusahaan dapat diprediksi.
-Tingkatan performa perusahaan yang tidak sesuai  dengan Kejujuran dan pertanggung
keinginan para pemegang saham. jawaban.
-Keakuratan dan transparasi laporan keuangan. Kejujuran dan Integritas.

Karyawan
-Keamanan Kerja Kewajaran
-Pembedaan Keadilan
-Mempekerjakan anak dibawah umur dan pemerasan tenaga Keadilan dan perlakuan kasih
buruh. saying
Pelanggan
-Keamanan Produk Keterbukaan.
-Performa Perusahaan Kewajaran.
Lingkungan
-Terciptanya Polusi Integritas dan
Pertanggungjawaban.
Dengan adanya resiko etika tersebut, maka manajemen perlu menerapkan
pengelolaan atau manajemen yang berfokus pada pemenuhan kepentingan
stakeholder.

2. MANAJEMEN RESIKO ETIKA


Pengelolaan resiko etika pada praktik bisnis kini mulai menyadari
bahwa meskipun manajemen resiko cenderung berfokus kepada masalah-
masalah non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa penghindaran bencana
dan kegagalan juga memerlukan perhatian kepada masalah risiko etika. Dengan
adanya resiko etika tersebut, maka manajemen perlu menerapkan pengelolaan
atau manajemen yang berfokus pada pemenuhan kepentingan stakeholder.
Manajemen resiko etika berarti suatu tindakan untuk meminimalisir suatu
hal yang tidak diinginkan atau bencana yang dihasilkan dari prinsip-prinsip
etika yang diabaikan oleh suatu kelompok/entitas.
Dalam menerapkan manajemen resiko etika, terdapat beberapa tahapan
yang dapat dilakukan oleh para investigator perusahaan, yaitu: 
a. Mengidentifikasi dan Menilai Resiko Etika 
Identifikasi Penilaian resiko etika dibagi menjadi beberapa tahap: 
1) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder perusahaan. 
Dalam tahap ini manajemen membuat daftar mengenai apa saja dan siapa saja para
stakeholder yang berkepentingan dan apa harapan mereka. Setelah melengkapi
tahap ini semua, investigator hendaknya memiliki pemahaman mengenai bentuk
kepentingan stakeholder mana saja yang sensitif dan penting, dan mengapa hal itu
penting bagi stakeholder. Kemudian inevstigator harus mengkonfirmasikan
penilaian mereka ini dengan berinteraksi dengan sebuah panel stakeholder
representatif dan dengan sekelompok penting stakeholder. Dengan demikian, maka
akan menunjukkan adanya perhatian perusahaan terhadap kepentingan stakeholder
dan dapat membuka sebuah dialog yang dapat membangun rasa saling percaya,
yang nantinya juga dapat membantu jika suatu hari nanti muncul masalah yang
tidak menguntungkan.
2) Mempertimbangkan kemampuan aktivitas perusahaan dengan
ekspektasi stakeholder, dan menilai risiko ketidak sanggupan dalam
memenuhi ekspektasi stakeholder atau menilai adanya kemungkinan
peluang untuk berprestasi lebih dari yang diharapkan.
Saat mempertimbangkan apakah ekspektasi telah terpenuhi,
maka manajemen wajib membuat perbandingan di antara input, output,
kualitas relevan dan variabel kinerja lainnya. Penilaian ketidaksanggupan
perusahaan ini melalui memperbandingkan kemampuan aktivitas perusahaan
dengan harapan yang diinginkan oleh stakeholders. Dari hasil penilaian tersebut
didapatkan penilaian resiko terhadap ketidaksanggupan dalam memenuhi harapan
stakeholder. Namun, perusahaan juga bisa mendapatkan peluang yang mungkin
bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memenuhi harapan stakeholder itu secara
lebih, sehingga dapat memberikan respon positif dari stakeholder tersebut. Di
dalam melaksanakan penilaian tersebut harus menggunakan 6 aspek, yaitu
kejujuran, keadilan, simpati, integritas, prediktabilitas, dan tanggung jawab.
3) Meninjau ulang perbandingan akitivitas dan ekspektasi perusahaan
dari perspektif dampak reputasi perusahaan.
Reputasi tergantung pada empat faktor, yaitu kejujuran,
kredibilitas, reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut
bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan perbandingan. 
4) Melakukan pelaporan.
Setelah tahap ketiga selesai, maka manajemen dapat
menyiapkan laporan kepada masing-masing stakeholder. Laporan
tersebut harus dibuat dengan mempertimbangkan kelompok
stakeholder, produk atau jasa, tujuan perusahaan, nilai-nilai
hypernorm, dan elemen-elemen penentu reputasi. Empat tahapan ini akan
menghasilkan data yang memungkinkan direktur dan eksekutif dapat mengawasi
adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk menghindari
dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut. Berdasarkan SOX, menyatakan bahwa
auditor eksternal tidak diharapkan melacak hal-hal immaterial, peluang dan resiko
non-finansial. Auditor eksternal bertanggung jawab untuk melakukan pengujian
terhadap sistem pengendalian internal perusahaan, tetapi tidak diwajibkan untuk
menemukan setiap masalah yang ada di dalam perusahaan klien.

Empat tahapan ini akan menghasilkan data yang


memungkinkan direktur dan eksekutif dapat mengawasi adanya
peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara
strategis mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut. Secara
singkat, dapat dijelaskan pada bagan berikut:

Fase 1 Fase 2 Fase 3


ngembangkan pemahaman
Membandingkan
yang diproyeksikan,
aktivitas-aktivitas
dan dirangking
dengan harapan-harapan
dari kepentinganuntuk
/ harapan
mengidentifikasi
stakeholderLaporan
risiko-risiko etika dan peluang-p
berdasar
Kelompok stakeholder
Produk atau jasa
Sasaran korporasi
Nilai hipernorma
Pemicu reputasi

Identifikasi Konfirmasi Pemicu reputasi: Kepercayaan, kredibilitas, reliabilitas, tanggun

Merangking: urgensi, kekuasaan, legitimasi


Analisis dinamik
Hipernorm: Kejujuran, keadilan, kasih sayang, integritas, prediktabilitas, tan

Kinerja: Input, output, kualitas

b. Penerapan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis


dengan stakeholder. 
Pendekatan yang dapat diterapkan adalah berfokus pada
kemungkinan apakah para stakeholder tersebut bisa dengan mudah bekerja
sama dengan perusahaan ataukah cenderung sulit bekerja sama dan
menjadi ancaman bagi perusahaan.

c. Akuntabilitas sosial dan audit.


Audit dan akuntabilitas sosial dimaksudkan untuk mereview
perkembangan yang harusnya terbukti benar dalam memutuskan apa yang
harus diukur, pelaporan pihak lain, dan langkah audit yang mungkin
diambil untuk memastikan akurasi informasi yang dihasilkan dan
dilaporkan.

Manajemen risiko tradisional terfokus pada masalah dari perspektif


dampak keuangan mereka pada pemegang saham, dan bukan pada stakeholder
impactsmon keuangan. Dalam tambahan, bahkan dalam dampak keuangan,
pendekatan ERM tradisional telah terjadi salah bergantung pada auditor eksternal.
Beberapa direksi dan eksekutif telah diduga bahwa mereka auditor eksternal, yang
sedang meninjau untuk resiko, akan membawa risiko yang ditemukan menjadi
perhatian manajemen dan / atau direksi. Namun kepercayaan ini adalah dan tidak
pada tempatnya.

Secara rinci, SAS 99 mengharuskan:

1. Mendiskusikan dan menyumbangkan saran diantara tim audit dan


kesanggupan dan penyebab dari penyataan yang salah tentang material
dalam laporan keuangan yang sebelumnya untuk menipu dan pada waktu
audit.
2. Pedoman yang dapat diikuti dalm penyilangan data dan prosedur audit
untuk menidentifikasi risiko penipuan.
3. Menduga risiko penipuan berdasarkan faktor risiko yang telah ditemukan,
dan peninjauan kembali asumsi tidek bersalah manajemen menjadi
bersalah
4. Peningkatan standar untuk pemeriksaan, dokumentasi, dan pelaporan audit
langkah yang diambil untuk memastikan bahwa tidak terjadi manipulasi.
3. MANAJEMEN KRISIS
Krisis merupakan suatu kejadian besar dan tidak terduga yang memiliki
potensi untuk berdampak negatif atau positif. Organisasi yang memikirkan
dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari suatu krisis akan berusaha untuk
mempersiapkan diri sebelum krisis tersebut terjadi. Bahkan ada peluang dimana
organisasi dapat mengubah krisis menjadi suatu kesempatan untuk memperoleh
dukungan publik. Esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor
ketidakpastian dan faktor resiko hingga tingkat serendah mungkin, dengan
demikian akan lebih mampu menampilkan sebanyak mungkin faktor
kepastiannya. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan krisis terjadi, yaitu:

a. Penyebab Umum
Penyebab ini diantaranya disebabkan oleh gangguan kesejahteraan
dan rasa aman dan tanggungjawab sosial diabaikan.
b. Penyebab Khusus
Penyebab khusus ini diantaranya disebabkan oleh:
o Kesalahan pengelola yang mengganggu lapisan bawah organisasi
o Penurunan profit yang tajam
o Penyelewengan
o Perubahan permintaan pasar, dll

Dampak dari krisis tersebut adalah:

1. Intensitas permasalahan akan bertambah.


2. Masalah akan menjadi sorotan publik baik melalui media massa atau
informasi dari mulut ke mulut.
3. Masalah akan mengganggu nama baik perusahaan
4. Masalah akan mengganggu kelancaran bisnis sehari-hari
5. Masalah dapat merusak sistem kerja dan mengguncang perusahaan secara
keseluruhan
Untuk meminimalisir dampak yang disebabkan oleh krisis tersebut, maka
dibutuhkan suatu manajemen di dalam mengurangi dampak tersebut, yang
dinamakan dengan manajemen krisis. Berikut ini merupakan strategi di dalam
manajemen krisis, yaitu:

1. Menganalisis dan merinci masalah krisis


2. Mengambil keputusan apa yang akan dilaksanakan
3. Melaksanakan keputusan untuk mengurangi krisis utama
4. Menganalisis tiga kegiatan tersebut, untuk menentukan berhasil atau tidak
5. Menghubungi pejabat yang kompeten atau berwenang.

Manajemen krisis dapat dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu:

a. Program tahunan manajemen krisis


Program program ini dapat dilakukan dalam bentuk, :
o P. Preventive : program pencegahan
o P. Maintanance of Image Erison: program memelihara
kemerosotan citra perusahaan
o P. Recovery : program pemulihan keadaan
o P. Simulation : Program perencanaan simulasi
o P. Security and Safety : Program perencanaan pengamanan dan
system keselamatan
b. Tahapan menangani krisis
Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan yang tepat yang sesuai
dengan tingkat serta jenis krisis yang dihadapi.

Dari sisi risk management, sejumlah langkah di bawah ini perlu dilakukan
untuk melindungi perusahaan dari risiko politik, yaitu :

1. Seorang manajer risiko harus melakukan perencanaan dan due diligence,


karena banyak sekali pengusaha yang memulai bisnis mereka di negara
atau daerah yang tidak mereka pahami tanpa meluangkan waktu untuk
memastikan apakah ada kesempatanuntuk meraih kesuksesan yang lebih
baik daripada kesuksesan yang diperoleh saat ini.
2. Bina hubungan baik dengan aparat-aparat pemerintah dan tokoh
masyarakat lokal yang terkait dengan bisnis perusahaan.
3. Ciptakan hubungan baik dengan pekerja lokal untuk mendapatkan suatu
lingkungan investasi yang risiko politiknya sangat kecil.
4. Perkuat peranan CSR, terutama di lingkungan komunitas terdekat dengan
lokasi usaha, sehingga masyarakat lokal tidak merasa terpinggirkan.
Referensi

http://www.scribd.com/doc/95577622/Mengelola-resiko
http://estigisella.blogspot.com/2012/01/etbis-resiko-etika.html
http://id.scribd.com/doc/11460206/Resiko-Etika-Dan-Manajemen-Resiko-Etika
http://ailuvhunn.blogspot.com/2010/07/pengelolaan-resiko-dan-peluang-
yang.html

Anda mungkin juga menyukai