Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia)
adalah sekumpulan orang yang termasuk kedalam kategori umur 60
tahun atau lebih.
Usia lanjut merupakan sekumpulan orang yang rentan terhadap
suatu penyakit. Penuaan sekelompok usia ini pada abad ke-21 merupaka
suatu fenomena yang tidak bias dipungkiri dan tidak dapat dihindari
baik oleh negara maju maupun negara berkembang. Diseluruh dunia
setiap detik maupun setiap menit pasti mengalami perayaan ulang
tahunnya yang ke-60 atau lebih, sehingga setiap tahunnya hampir 58
juta orang mengalami perayaan tersebut (UNFPA, 2012 dalam Heri &
Cicih, 2019 hlm. 3).
Berdasarkan data Perserikaan Bangsa-bangsa (PBB) tentang World
Population Ageing, pada tahun 2015 diprediksi di dunia terdapat 901
juta jiwa penduduk lanjut usia, sehingga terus meningkat mencapai 2
(dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (UN, 2015 dalam Heri & Cicih, 2019
hlm. 3).
Pada tahun 2019 jumlah lansia di Indonesia dapat diprediksi akan
meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3%, dan 57,0 juta jiwa atau 17,9%
pada tahun 2045 (BPS, Bappenas, UNFPA, 2018 dalam Heri & Cicih,
2019, hlm. 3).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat jumlah
penduduk lansia di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 4,16 juta jiwa
atau sekitar 8,67 persen dari total penduduk Jawa Barat, yang terdiri
dari sebanyak 2,02 juta jiwa (8,31 persen) lansia laki-laki dan sebanyak
2,14 juta jiwa (9,03 persen) lansia perempuan. Keadaan ini disebabkan
perempuan mempunyai lama hidup yang lebih panjang dari laki-laki.
(Badan pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2017 hlm. 3).

1
2

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi


Jawa Barat Tahun 2017, jumlah penduduk Usia Lanjut Kabupaten
Tasikmalaya berada dalam urutan ke-6 yang berjumlah 192.886
(BKKBN Provinsi Jawa Barat, 2017).
Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia dengan bertambahnya
umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan
sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia.
Selain itu masalah degeneraif menurunkan daya tahan tubuh sehingga
rentan terkena infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas 2013,
penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular
(PTM) antara lain hipertensi, arthritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM) (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2016, hlm. 7)
Rematik merupakan salah satu gangguan sistem muskuloskeletal
yang menyerang usia lanjut dan sering menimbulkan rasa nyari pada
daerah sendi, sendi pada daerah ataupun kaki. (Basadewa, 2009 &
Prayana, 2015 dalam Trihartati , 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rematik diantaraya disebabkan
oleh genetik, jenis kelamin, infeksi, berat badan/obesitas, dan usia,
tingkat pengetahuan penyakit tersebut (Mansjoer, 2011 dalam
Bawarodi, et al., 2017).
Rheumatoid Arthtritis (RA) merupakan suatu penyakit yang berada
dalam urutan ke-42 yang menyebabkan kecacatan dan morbiditas yang
menyerang wanita 2kali lipat dibandingkan pada laki-laki (Dargham et
al., 2018 dalam Arfitasari, 2020).
Jumlah penyakit Rheumatoid Arthtritis (RA) di seluruh dunia
mencapai sekitar 0,5% sampai 1% pada orang dewasa. (Handa et al.,
2016 dalam Arfitasari et al., 2020). Berdasarkan WHO (World Health
Organization) pada tahun 2016 jumlah Rheumatoid Arthritis mencapai
20% penduduk dunia diantaranya usia 5-20 tahun senilai 5-10 % dan
usia 55 tahun senilai 20%. Para peneliti Rheumatoid Arthtritis telah
mencatat bahwa prevalensi di Amerika Utara dan Eropa dapat lebih
3

tinggi dibandingkan prevalensi di Asia. Tidak jelas apakah hasil


prevalensi ini diakibatkan perbedaan letak geografis, genetik, faktor
lingkungan atau metode penelitian yang digunakan (Handa et al., 2016
dalam Arfitasari, 2020).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, Rheumatoid
Arthritis berada pada urutan ke-2 setelah hipertensi. Yang dimana
jumlah hipertensi sebanyak 45,9% yang berumur 55-64 tahun, 57,6%
yang berumur 65-74 tahun dan 63,8% yang berumur 75 ke atas,
sedangkan untuk Rheumatoid Arthritis yang berumur 55-64 tahun
berjumlah 45%, berumur 65-74 tahun berjumlah 51,9% dan berumur 75
tahun ketasa berjumlah 54,8% (Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, 2016, hlm. 7).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018,
prevalensi penyakit sendi pada umur ≥ 15 tahun di Jawa Barat
berjumlah 7,83% (RISKESDAR, 2018).
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya 2018, terdapat
data 10 besar penyakit yang menyerang penduduk Kabupaten
Tasikmalaya. Diantaranya penduduk telah terdiagnosa Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Atas Akut tidak spesifik sebanyak 32.244 kasus,
Hipertensi (esensial) sebanyak 22.865 kasus, penyakit Nasofaringitis
Akut sebanyak 18.613 kasus, penyakit Dispepsia sebanyak 14.206
kasus, Diare dan Gastroenteritis sebanyak 12.992 kasus, Myalgia
sebanyak 11.432 kasus, Tukak Lambung sebanyak 10.954 kasus,
Skabies sebanyak 10.681 kasus, Rematisme / Rheumatoid Arthritis
sebanyak 6.767 kasus, Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut tidak
spesifik sebanyak 6.445 kasus. Berdasarkan data penyakit diatas
Rheumatoid Arthritis ada pada urutan ke 9 dalam 10 besar penyakit di
Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2018. Namun Rheumatoid Arthritis
termasuk kedalam kasus ke 2 setelah kasus hipertensi pada lansia di
Kabupaten Tasikmalaya (Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya,
2018, dalam Ramadhan, 2019).
4

Berdasarkan kunjungan data Puskesmas Cisayong terdapat 10 besar


penyakit terbanyak, daintaranya Nasofaring akut sebanyak 9.764 orang,
gastritis tidak spesifik sebanyak 8.341 orang, hipertensi (esensial)
sebanyak 7.801 orang, Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) sebanyak
6.825 orang, Dispepsia sebanyak 4.325 orang, Demratitis tidak spesifik
sebanyak 3.278 orang , Rematisme sebanyak 3.219 orang, Sariawan
sebanyak 2.791 orang, Myalgia sebanyak 2.445 orang, dan Migraine
berjumlah 2.393 orang.
Pada usia lanjut terjadi penuaan dan mulai mengalami penurunan
fungsi sitem organ tubuh, termasuk pada sistem muskoloskeletal yang
ditandai dengan adanya rasa nyeri pada daerah persendian kaki, tangan,
jari, dan lainnya (Ayu dan Warsito, 2012 dalam Trihartati, 2016).
Untuk mengurangi rasa nyeri pada persendian salahsatu upayanya
yaitu dengan terapi non farmakologi dengan menggunakan berbagai
cara seperti senam, stetrching, dan pemberian latihan rentang gerak
aktif (Pamungkas, 2010 dan Ulliya, 2007 dalam Trihartati, 2016).
Senam taichi yaitu senam yang dapat meningkatkan, memperkuat
tonus otot yang lemah sehingga persendian menjadi lentur dan akan
merasakan kenyamanan serta dapat mengurangi rasa nyeri. Senam ini
juga merupakan pilihan senam yang cocok bagi lansia dan para
orangtua, karena gerakannyapun lembut dan direkomendasikan bagi
lansia pada website osteoarthritis Arthtritis Foundation (Dita Arundhati,
2013 dalam Yunda, 2018).
Berdasarkan dari data penelitian sebelumnya senam taichi ini
dilakukan setiap 3 kali dalam 1 minggu selama kurun waktu 2 minggu
dan dalam pelaksanaannya memerlukan waktu selama 27 menit.
Responden dalam penelitian ini sebagai besar sebelum melakukan
senam taichi nyeri sedang berjumlah 96%, sedangkan setelah
melakukan senam taichi menjadi 68% nyeri ringan serta nilai p value
sebesar 0,001<0,05 . Jadi senam taichi ada pengaruh terhadap nyeri
persendian (Yunda, 2018).
5

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin


mengangkat masalah tentang “Pengaruh senam taichi terhadap
penurunan nyeri Rheumatoid Arthritis di PKM Cisayong Asih
Kabupaten Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan
bahwa peneliti menyimpulkan “Apakah ada Pengaruh senam taichi
terhadap penurunan nyeri Rheumatoid Arthritis di PKM Cisayong Asih
Kabupaten Tasikmalaya?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh senam taichi terhadap penurunan nyeri
Rheumatoid Arthritis di PKM Cisayong Asih Kabupaten
Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran senam taichi pada lansia di PKM
Cisayong Kabupaten Tasikmalaya.
b. Untuk mengetahui gambaran penurunan nyeri rheumatoid
arthritis pada lansia PKM Cisayong Asih Kabupaten
Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya.
c. Untuk mengetahui pengaruh senam taichi terhadap penurunan
nyeri Rheumatoid Arthritis di PKM Cisayong.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Responden
Manfaat yang bisa diperoleh bagi lansia adalah sebagai
informasi dan menambah pengetahuan kepada lansia sebagai
penatalaksanaan untuk melakukan senam taichi secara rutin.
6

2. Bagi Institusi Terkait (PKM Cisayong)


Sebagai bahan referensi acuan bagi PUSKESMAS Cisayong
untuk melakukan senam taichi secara rutin, sehingga meningkatkan
derajat kesehatan jiwa lansia termasuk menurunkan nyeri pada
penderita rematik.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
kepustakaan atau referensi materi tentang senam taichi terhadap
penurunan nyeri rheumatoid arthritis pada lansia dan juga sebagai
bahan masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang berhubungan dengan senam taichi yang
dapat menurunkan nyeri rheumatoid arthritis.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan serta memberikan edukasi kepada peneliti sehingga
dapat dijadikan bekal untuk memberikan informasi kepada
mahasiswa tentang pentingnya senam taichi bagi lansia untuk
menurunkan rheumatoid arthritis.

Anda mungkin juga menyukai