Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting. Tanpa
kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh karena itu, perlu
dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatu
hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang disebut reproduksi
(Urogenital).
Reproduksi dapat terjadi secara generative atau vegetative. Reproduksi
secara vegetative tidak melibatkan proses pembentukan gamet, sedangkan
reproduksi secara generative diawali dengan pembentukan gamet. Di dalam gamet
terkandung unit hereditas (faktor yang diturunkan) yang disebut gen. Gen berisi
sejumlah besar kode informasi hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada DNA.
Sistem reproduksi vertebrata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran
reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mammalia) dan organ kopularitas
(pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas
sepasang ovarium pada beberapa hanya satu dan saluran reproduksi betina. Pada
mammalia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksternal), sedangkan hewan darat
melakukan fertilisasi dalam tubuh (fertilisasi internal).
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi dilengkapi dengan adanya organ
kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme
jantan ke betina.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui alat kelamin hewan jantan?
2. Bagaimana cara mengetahui alat kelamin hewan betina?
3. Bagaimana cara sistem reproduksi hewan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui alat kelamin hewan jantan.
2. Untuk mengetahui alat kelamin hewan betina.
3. Untuk mengetahui sistem reproduksi hewan.
D. Manfaat penulisan
Untuk mengetahui struktur dan fungsi dari sistem reproduksi hewan jantan dan
betina, serta bisa mengetahui cara kerja dari alat kelamin hewan jantan dan betina.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alat Kelamin Jantan


Hewan jantan yang sudah dewasa akan mengalami kedewasaan pada alat
reproduksinya sehingga alat reproduksinya sudah dapat digunakan untuk membuahi
hewan betina sehingga menghasilkan keturunan. Alat reproduksi jantan tersebut
terdiri dari:
1. Testis
Testis terganrung di dalam kantung skrotum dengan spermatc cord. Setiap
hewan memiliki bentuk testis yang berbeda misalnya pada sapi, bentuknya oval
memanjang dan terletak sesuai dengan sumbu memanjangnya vertikal yang ada
di dalam skrotum. Selain itu kedua testis sapi sama besar, tidak keras, dan dapat
bergerak bebas di dalam skrotum.
Sedangkan pada domba dan kambing berbentuk lonjong, letaknya hampir sama
dengan testis pada sapi. Namun, skrotum pada domba lebih pendek dan tidak
memiliki leher.
Pada babi ukuran testis sangat besar, berbentuk lonjong, relatif lebih lunak, dan
terletak horizontal di dalam skrotum.
Pada kuda testis berbentuk lonjong dan kantung skrotumnya agak simetris dan
pergerakan testisnya kurang bebas.
Testis sendiri memiliki fungsi menghasilkan sel-sel kelamin jantan, dan
mensekresikan hormon.
2. Skrotum
Fungsi skrotum adalah mengatur temperatur sehingga proses spermatogenesis
dapat berjalan dengan normal dan melindungi testis dari benturan, panas,
dingin, dan gangguan mekanis lainnya. Jadi terhadap temperatur skrotum
melindungi testis dengan cara mengendurkan dan mengkontaksikan musculus
kremaster.
3. Saluran Kelamin dan Kelenjarnya
Saluran kelamin pada jantan meliputi:

3
- Epididymis berbentuk memanjang dan terletak dekat testis; salurannya
berkelok-kelok. Epididymis terdiri dari Caput epididymis yang berbentuk
seperti huruf U, pipih, dan terletak di bagian proximal. Korpus epididymis
yang mengarah ke distal dan ada dibagian posterior testis. Caudal epididymis,
terletak di bagian distal testis, berbentuk agak lonjong yang sebesar ibu jari.
Fungsi dari epididymis adalah transpor penyerapan air, pendewasaan (di
dalam epididymis), penyimpanan (di caudal epididymis), dan penampungan
(di dalam ampula) sel spermatozoa. Sedangkan fungsi dari sel epitel
epididymis adalah untuk absorbsi dan sebagian untuk sekretoris.
- Vas defferens merupakan saluran setelah caudal epididymis. Vas differens
merupakan saluran berdinding otot tebal. Saluran tersebut menyalurkan sel
spermatozoza dari caudal epididymis ke dalam urethra. Sebelum memasuki
urethra, lumen vas differens meluas yang dinamakan dengan ampulla.
Menurut Blakey dan Bade (1994) yang menyatakan bahwa vas differens
berfungsi untuk menyalurkan semen yang telah masak dari epididymis
menjauhi kelenjar aksesoris.
- Urethra merupakan saluran yang akan menjadi jalan keluarnya spermatozoa
dan berguna pada saat ejekulasi.

Kelenjar-kelenjar asesoris meliputi:

- Vesikula seminalis merupakan hasil sekresi kelenjar yang lengket dan


berwarna keruh. Sekresi tersebut mengandung protein, asam sitrat, fruktosa,
dan beberapa enzim dalam konsentrasi yang tinggi dan memberi nutrisi
untuk menghasilkan sperma.
- Kelenjar prostata berfungsi untuk menyeimbangkan ion dalam tubuh agar
tidak hipotonis dan hipertonis. Kelenjar Cowper berfungsi sebagai buffer
(penyangga) yaitu menetralkan suasana agar tidak terlalu asam atau terlalu
basa karena sperma akan mati bila berada pada suasana asam atau basa.
- Kelenjar Cowpers ada satu pasang, berbentuk bulat, dan terletak diatas
urethra dekat dengan jalan keluarnya dari cavum pelvis. Kelenjar cowpers
berfungsi untuk mensekresikan lendir dan meupakan cairan semen yang
ditumpahkan menjelang ejakulasi untuk membersihkan sisa urin. Hal ini

4
sesuai dengan pendapat Hardjoprajonto (1995) yang menyatakan bahwa
kelenjar asesoris terdiri dari kelenjar-kelenjar vesicula seminalis, prostata,
bulbouretralis (couper’s gland).
4. Alat Kopulasi
Alat kopulasi jantan adalah penis, yang dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
- Penis fibroelastik: bagian korpus melengkung yang disebut flexura sigmoidea,
relatif lebih kecil tetapi panjang dan saat menjelang ereksi tidak menjadi
besar.
- Penis kavernosus: bentuknya lebih pendek dan pada waktu ereksi membesar
karena memiliki kaverna darah. Penis membentuk secara dorsal di sekitar
urethra dari titik urethra dibagian pelvis, dengan lubang uretra eksternal
pada ujung bebas dari penis. Sapi memiliki sigmoid flexure, sebuah
lengkungan berbentuk S pada penis yang memungkinkan untuk ditarik
kembali sepenuhnya ke dalam tubuh, memiliki otot penis retractor, sepasang
otot polos yang relaks yang memudahkan perpanjangan penis dan kontraksi
untuk menarik penis kembali ke dalam tubuh. Otot retractor penis ini dari
vertebrata di daerah ekor dan menyatu ke ventral penis pada anterior ke
fleksura sigmoid. Glans penis, yang merupakan ujung bebas dari penis,
disuplai dengan saraf sensorik yang merupakan homolog dari klitoris betina.
Bentuk glans penis pada babi seperti sumbat gabus termasuk pada tipe
fibroelastis. Pada domba dan kambing berbentuk khas yang disebut glea
glandis dan tipe penisnya adalah fibroelastis. Pada kuda susunan penis lebih
sederhana dan terdapat banyak jaringan kavernosus. Penis merupakan organ
reproduksi jantan yang paling luar. Penis terletak setelah gland penis dan
berfungsi sebagai alat kopulasi.
5. Preputium
Preputium adalah selubung bagian ujung anterior penis. Selubung ini merupakan
suatu lipatan kulit. Selaput lendir dari preputium berkelenjar dan sekresinya
bersifat lemak, juga bercampur dengan epitel yang rusak sehingga berbau
merangsang yang disebut smegma prepusium. Preputium babi mempunyai
orificum yang sempit dengan bulu yang kaku. Sedangkan pada sapi preputium
merupakan suatu selubung yang panjang dan sempit, panjangnya 35-40 cm.

5
B. Pembentukan Sel Kelamin Jantan
Proses ini disebut sebagai proses spermatogenesis. Proses ini berlangsung di dalam
tubulus semineferus. Proses ini terdiri dari 4 tahapan yaitu, 1. Poliferasi, 2. Tumbuh,
3. Matang, 4. Transformasi.
Tahap poliferasi terjadi sejak pra lahir dan setelah itu berhenti. Spermatogenesis
baru diteruskan saat individu menginjak umur dewasa kelamin. Lalu pada tahap
tumbuh spermatogenesis aktif membagi secara mitosis sehingga menghasilkan
spermatosit primer. Spermatosit primer merupakan hasil dari pembagian secara
mitosis spermatogonium jenis B. Sifat dari spermatosit primer ini adalah inti besar,
terlihat jelas, lokasi di sentral, dan tersebar merata. Lalu pada tahap matang
spermatosit primer berubah menjadi spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder
memiliki sifat bentuk sel hampir bulat, letak di tengah, dan inti lebih kecil dari
spermatosit primer. Proses ini pada kambing berlangsung selama 5 hari. Setelah itu
spermatosit sekunder membagi diri menjadi spermatid. Sifat dari spermatid adalah
inti letaknya eksentris, terdapat berkelompok, jumlah banyak dan jumlah kecil.
Proses hingga menjadi spermatid ini adalah proses spermiogenesis. Lalu proses dari
spermatid menjadi tudung anterior atau akrosoma, inti spermatid menjadi
spermatozoa disebut spermiogenesis. Ciri-ciri proses ini adalah Badan Golgi menjadi
tudung anterior atau akrosoma, inti spermatid menjadi kepala sperma, dan dari
sentriol keluar ekor, membran plasma menjadi selubung tubuh sel spermatozoa dan
mitokondria mengumpul di bagian ekor. Pada manusia sel spermatozoa berukuran
50-60 mikron dan terdiri dari 3 bagian yaitu pangkal, dimana menjadi tempat
implantasi dan menjadi tempat tersedianya energi bagi spermatozoa. Bagian tengah
menjadi mesin terdiri dari fibril-fibril kasar. Sedangkan bagian ujung ekor pendek dan
tidak mempunyai selubung maupun fibril pusat.
Pada proses spermiogenesis terdapat 3 proses utama, yaitu:
1. Pengurangan jumlah sitoplasma, sehingga sisanya hanya terdapat pada bagian
tubuh spermia, sedang komponen sel lainnya yang terdapat dalam sitoplasma
menempati Badan Golgi dan centrosema.
2. Perubahan inti sel dari bentuk bulat menjadi oval yang akan menjadi lonjong. Inti
sel ini akan membentuk bagian kepala dari sel spermatozoa.
3. Terbentuknya filamen ekor yang membentuk bagian ekor dari sel spermatozoa.

6
C. Alat Reproduksi Betina
Sistem reproduksi pada betina sangat penting untuk pembentukkan sel telur
sehingga dapat menghasilkan keturunan. Sistem reproduksi betina terdiri dari: 1.
Ovarium, 2. Saluran kelamin Tuba Falopii (Oviduk), Tanduk Rahim (Kornua Uteri),
Badan Rahim (Korpus Uteri), Leher Rahim (Serviks Uteri), Vagina, dan Vulva, 3. Alat
Penggantungnya (Mesovarium).

Namun saluran kelamin pada unggas sangat berbeda dimana ovarium pada
unggas ovarium hanya ada satu buah dan terletak di ujung cranial ginjal. Pada
ovarium unggas terdiri dari infundibulum yang merupakan tempat fertilisasi folikel
dan yolk. Lalu magnum tempat terbentuknya albumin dan chalazae. Lalu ada
Isthmus yang akan mensekresikan cairan albumin dan terbentuk selaput telur.
Uterus adalah tempat pembentukkan cangkang telur. Bagian yang terakhir adalah
vagina yang membantu mengeluarkan telur.

Pada mammalia, ovarium dan salurannya saling berhubungan.


- Ovarium
Ovarium berfungsi ganda sebagai alat tubuh yang memproduksi sel kelamin
betina yaitu sel telur dan menghasilkan hormon seperti estrogen dan
progesteron. Pada mammalia besar, ovarium relatif kecil dan jumlah sel telur
yang dihasilkan sedikit. Ovarium berbentuk menyerupai buji almond, ovarium
terletak di dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Blakley dan Bade (1994) yang menyatakan bahwa ovari
yaitu merupakan organ betina yang homolog dengan testis pada hewan
jantan, berada di dalam rongga tubuh, di dekat ginjal dan tidak mengalami
pergeseran atau perubahan tempat seperti pada testis. Ovari seekor sapi
betina bentuknya menyerupai biji almond dengan berat rata-rata 10-20
gram.
- Oviduk
Oviduk terletak setelah ovarium dan berfungsi sebagai tempat fertilisasi atau
bertemunya sel sperma dan sel telur. Oviduk berbentuk menjadi dua saluran
yang panjang dan menghubungkan ovarium dan uterus. Hail ini sesuai
dengan pendapat Blankley dan Bade (1994) yang menyatakan bahwa ovari

7
dirangsang untuk melepaskan ovum ke dalam infundibulum dan oviduk.
Peristiwa ini sebenarnya tertunda sampai 12 jam terakhir birahi. Pembuahan,
yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi di sepertiga bagian atas
dari oviduk. Fungsi oviduk adalah menyalurkan telur dari indung telur ke
rahim.
- Uterus
Uterus merupakan tabung di rongga perut yang terdiri dari dua buah tanduk,
sebuah batang dan sebuah leher. Uterus berfungsi sebagai tempat
perkembangan fetus menjadi embrio. Uterus terdiri dari tanduk uterus
(cornua uteri), dan badan uterus (corpus uteri). Proporsi relatif masing-
masing uterus, bentuk dan tanduk uterus bervariasi tergantung spesies. Hal
ini sesuai dengan pendapat Blakley dan Bade (1994) yang menyatakan bahwa
fungsi uterus itu banyak. Sebagai contoh, sebagai jalannya sperma pada saat
kopulasi dan motilitas (pergerakkan sperma) ke tuba falopii dibantu dengan
kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong
fetus serta membrannya pada saat kelahiran.
- Serviks
Serviks merupakan suatu struktur yang memisahkan rongga uterus dengan
rongga vagina. Serviks berfungsi untuk menutup uterus dari masuknya
benda-benda asing dan menutup saat terjadi kebuntingan. Serviks menutup
pada saat ternak mengalami kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Blankley dan Bade (1994) yang menyatakan bahwa suatu struktur yang
menyerupai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan
rongga vagina disebut serviks. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup
uterus guna melindungi masuknya bakteri maupun masuknya bahan-bahan
asing. Selama birahi dan kopulasi serviks berperan sebagai jalan masuknya
sperma, jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tertutup
dengan sempurna guna melindungi fetus (janin).
- Vagina
Vagina alat reproduksi paling luar yang berfungsi sebagai alat kopulasi pada
organ reproduksi betina dan tempat keluarnya fetus (janin) pada saat partus
atau saat terjadinya kelahiran. Menurut Blankley dan Bade (1994) yang

8
menyatakan bahwa reproduksi internal yang paling bawah (paling luar)
adalah vagina yang berperan sebagai organ kopulasi pada betina. Disinilah
semen ditumpahkan aleh penis pejantan. Seperti halnya serviks, vagina juga
mengembang agar fetus dan membran dapat lewat pada waktunya.
- Vulva
Vulva adalah lubang terluar dari alat reproduksi. Fungsi vulva adalah sebagai
pelindung, tempat keluarnya lendir dan hormon pheromon untuk menarik
pejantan. Vulva berasal dari intoderm sinus urogenital dan ektoderm
embrional. Vulva terdiri atas labia mayora (luar) dan labia minora (dalam).
Vulva dan vestibulum tidak timbul dari saluran paramesonephrik primitif
tetapi berasal dari intoderm sinus urogenitalis dan ektoderm embrional.
Menurut Wodzicka et al (1991) labia vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang
jarang dan menjaga lubang luar saluran reproduksi.
 Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar terdiri dari:
1. Vestibulum vagina
2. Labia major
3. Labia minor
4. Klitoris
5. Kelenjar vestibuler

Labia major merupakan lipatan yang mengandung jaringan lemak,


serabut elastis dan sedikit otot licin. Labia major pada hewan
peliharaan sangat kecil dibandingkan dengan milik manusia.
Sedangakn klitoris terletak dibagian belahan ventral vertibulus dan
secara embriologis berasal dari penis serta mengandung jaringan
erektil, epitelnya pipih, banyak lapis, dan kaya dengan ujung serabut
saraf sensoris.

Oogenesis adalah proses pembentukkan ovum. Tahapan oogenesis yaitu:


Oogonium → merupakan sel yang berdiri sendiri, disebelah luarnya tidak diselimuti
oleh sel-sel lain dan letaknya berkelompok-kelompok atau tersebar. Oogonium

9
tumbuh menjadi oosit primer. Oosit primer tumbuh menjadi badan polar dan oosit
sekunder berkembang menjadi badan polar dan ootid, ootid menjadi ovum.
Pada ovarium dewasa bisa ditemukan beberapa bentuk folikel, antara lain:
a. Folikel Primordinal
Pada folikel primordinal hanya ada oogonium. Oositnya masih merupakan oosit
primer yang dikelilingi sel folikel yang bentuknya hanya selapis.
b. Folikel Primer
Kolikel primer oositnya masih merupakan oosit primer dan dilapisi sel folikel
berbentuk cube.
c. Folikel Sekunder
Folikel sekunder oositnya masih merupakan oosit primer dan dilapisi sel folikel
berbentuk cube tetapi lebih dari satu lapis.
d. Folikel Tersier
Oositnya merupakan oosit primer dan lapisan sel folikel semakin tebal dan
terbentuk rongga yang disebut call exner bodies.
e. Folikel de Graaf
Lapisan sel folikel makin tebal dan terbentuk rongga yang disebut anthrum
folliculi dan dibagian luar dilapisi oleh theca interna dan theca externa. Sel
folikel juga dilapisi oleh sel granulosa yang berbentuk menjadi corona ridiata.
D. Sistem Reproduksi Hewan
Reproduksi seksual pada vertebrata di awali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan
berkembangan menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara
eksternal atau secara internal.
- Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh
hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air.
Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
- Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di
dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa
kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat (terestrial),
misalnya hewan dari kelompok reptil, aves, dan mamalia.

10
Setelah fertilisasi internal, ada 3 cara perkembangan embrio dan kelahiran
keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar, dan ovovivipar.

- Ovipar (bertelur)
Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh
cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di
dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga
menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa jenis reptil.
- Vivipar (beranak)
Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan
dari dalam uterus (rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan,
anak akan dikeluarkan dari vagina induk betinanya. Contoh hewan: kelinci
dan kucing.
- Ovovivipar (bertelur dan beranak)
Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur
tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat
makanan dari cadangan makanan yang berbeda di dalam telur. Setelah cukup
umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak akan keluar dari
vagina induk betinanya. Contoh kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
1. Reproduksi Amfibi
Kelompok amfibi misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan
dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di
luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan akan menempel pada punggung katak
betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan
mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh
selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan
berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan
melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang
menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah
dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.

11
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah
sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferns katak jantan bersatu
dengan ureter. Dari van deferens sperma lalu bermuara di kloaka. Setelah terjadi
fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur
tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi
berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang
dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap. Makanannya berupa alat
hisap fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora menjadi
karnivora atau insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai
terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup.
Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis.
Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke
permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak
bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang
berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
2. Reproduksi Reptil (reptilia)
Kelompok reptil seperti kadal, ular, dan kura-kura merupakan hewan-hewan
yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil
bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular dan
garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk
betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada
dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum
kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan
menhasilkan sperms di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang salurang yang
langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma
bergerak menuju vas deferns dan berakhir di hemipenis. Hemipenis baik seperti
jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat itu kelompok hewan repitl

12
mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam
saluran kelamin betina.

Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan
pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang
yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam
lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat
yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan
kuning telur yang berlimpah.

Hewan reptil seperti kadal, igana laut, beberapa ular dan kura-kura serta
berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun
mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.

3. Reproduksi Burung (Aves)


Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak
memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap di dalam tubuh. Hal ini dilakukan
dengan cara saling menempelkan kloaka.

Pada burung hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan
tidak tumbuh sempurnya dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovariu dilekati
oleh corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk
membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan
terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.

Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma


masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati
kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi
sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.

Telur dapat menetes apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk
akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung
menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak
burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari
makan sendriri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.

13
4. Reproduksi Mamalia
Semua jenis mamalia misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan
vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar,
sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal,
mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat
kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina). Ovarium
menghasilkan yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus.
Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.

Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum.


Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu
dengan ureter. Pada dang ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar
prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat
hidup sperma. Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju
uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan
membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot
akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan
perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan
oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan
tali pusar.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual.
2. Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (gamet jantan) yang
terjadi dalam testis.
3. Oogenesis adalah proses pembentukan gamat betina (ovum) yang terjadi dalam
ovarium.
4. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
5. Fertilisasi ekternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan
betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada
ikan (pisces) dan amfibi (katak).
6. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam
tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwan kopulasi,
yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi
internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari
kelompok reptil, aves, dan mamalia.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dari Dosen Pembimbing Struktur Hewan serta teman-teman sekalian yang
sifatnya membangun, sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, M. Salman. 2004.BIOLOGI untuk SMA Kelas X Semester 2. Bandung: Grafindo


Media Pratama.

Blakey, J & D. H. Blade. 1994. The Science of Animal Hubandry. Surabaya: Airlangga
University Press.

Hardjoprajonto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya: Airlangga University


Press.

Kastawi, Yusuf.dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: Jica.

Oemarjati, Boen S & Wisnu Wardhana. 1990. Taksonomi Avertebrata Pengantar


Praktikum Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Tim Ganesha Operation. 2004. Instan Biologi SMA. Jakarta: Erlangga.

Wodzicka-Tomaszewska M, I. K. Sutama, I. G. Putu & T. D. Chaniago. 1991.


Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

16

Anda mungkin juga menyukai