Anda di halaman 1dari 26

SPESIFIKASI TEKNIS

Kegiatan : Penyediaan Sarana Air Minum


No. Paket :
Pekerjaan : Pembuatan Reservoir Kapasitas 200 m3 Lengkap dengan
Pompa Booster
Sumber Dana : Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Majalengka
Lokasi : Desa Kumbung Kec. Rajagaluh

BAB I PENJELASAN
PEKERJAAN DAN SYARAT-
SYARAT TEKNIS

Pasal 1
PENJELASAN LINGKUP PEKERJAAN

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya


seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Penyedia Jasa diwajibkan mempelajari secara
seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti
yang akan diuraikan disini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran
informasi di dalam pelaksanaan, Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan pertemuan
dengan Direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.

1. Lingkup Pekerjaan
Nama pekerjaan untuk Kegiatan ini adalah Nama Pekerjaan yang tercantum
dalam Judul Dokumen ini, dengan lingkup pekerjaan yang mencakup antara lain
serta tidak terbatas pada :

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
 Papan Nama Kegiatan/Proyek
 Rambu Pekerjaan

II. PEKERJAAN POKOK


 Pekerjaan Galian Tanah
 Pekerjaan Urugan
 Pekerjaan Pemadatan Tanah
 Pekerjaan Beton
 Pekerjaan Bekisting
 Pekerjaan Pembesian
 Pekerjaan Acian
 Pekerjaan Pengecatan
 Pekerjaan Pipa PVC / HDPE GI diameter 250 mm, 200, 50 mm, 19 mm
mm
 Pekerjaan Pipa GI steel diameter 250 mm, 200 mm
1
 Penyambungan Pipa
 Pengetesan Pipa
 Pekerjaan Pengecatan
 Pekerjaan Pengelasan Pipa

Pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas, harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa


meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta
Buku Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini. Termasuk di dalam lingkup
pekerjaan ini adalah :

Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat


bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta
mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-
bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai
dengan diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.

Semua bagian pekerjaan yang merupakan kesatuan dengan pekerjaan yang


disebut dalam buku ini, menjadi lingkup pekerjaan yang tidak dapat
dipisahkan dan harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa, sesuai dengan
petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.

2. Sarana Bekerja
2.1. Tenaga Kerja/ Tenaga Ahli
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan
jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2.2. Peralatan Bekerja
Menyediakan alat-alat bantu, seperti cangkul, skop, sendok aduk, ember,
meteran, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain
yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

2.3. Bahan-bahan Bangunan


Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

3. Persyaratan Pelaksanaan
Penyedia Jasa wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk
dan syarat pekerjaan, peraturan, persyaratan pemakaian bahan bangunan yang
dipergunakan sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat teknis dan atau
petunjuk yang diberikan oleh Direksi/ Pengawas lapangan.

Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, penyedia jasa wajib


memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut pekerjaan konstruksi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi/Pengawas

2
Lapangan. Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon penyedia jasa
harus menyediakan :
Wakil sebagai penanggungjawab lapangan yang terampil di bidangnya selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak.

Buku Harian, untuk :


 Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan kegiatan.
 Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari
pekerjaan.

Alat-alat yang senantiasa tersedia di kegiatan adalah :


 1 (satu) alat ukur.
 1 (satu) kamera.
 1 (satu) unit komputer dan alat cetak (printer)
 1 (satu) alat ukur panjang 50 m’, 5 m’.
 1 (satu) Mistar Water Pass.

Penyedia Jasa wajib menyediakan barang-barang antara lain :


 Senaian
 Stemper
 Concrete Mixer
 Mesin Las
 Vibrator dan barang–barang lain yang tercantum dalam Analis ataupun RAB
yang menunjang pekerjaan ini dapat terlaksana sesuai dengan arahan
Direksi/Pengawas.

4. Standard yang Dipergunakan


Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus menuruti normalisasi Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya
dengan pekerjaan, antara lain :
 SII – 13 – 1977 : Semen Portland
 PUBI – 1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
 SII : Standar Industri Indonesia
 SK SNI T - 15 – 1991-03
 PBI – 1991 : Peraturan Beton Indonesia

Serta :
 Peraturan perubahan di Indonesia dan Peraturan tentang Keselamatan Tenaga
Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Selain ketentuan – ketentuan yang tersebut, berlaku pula ketentuan ini :
 Gambar bestek yang dibuat oleh perencana yang sudah disyahkan oleh
pemberi tugas, termasuk juga gambar-gambar kerja yang dibuat oleh penyedia
jasa dan sudah disetujui/disyahkan oleh pemberi tugas.
 Spesifikasi umum dan spesifikasi khusus.

3
 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing).
 Surat Perjanjian melaksanakan Pekerjaaan/ Kontrak.
 Rencana Kerja Pelaksanaan (Time Schedulle) yang dibuat oleh Penyedia jasa
dan disetujui oleh Pemberi Tugas.

Pasal 2
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Penyedia Jasa wajib meneliti semua gambar dan spesifikasi teknis umum/khusus
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam berita acara
penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).

2. Bila gambar tidak sesuai dengan spesifikasi teknis umum/khusus, maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS.

3. Ukuran :
3.1. Pada dasarnya ukuran utama yang tertera dalam gambar kerja dan gambar
pelengkap meliputi :
As – As Luar –
Luar Dalam –
Dalam Luar –
Dalam
3.2. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam M (Meter),
kecuali ukuran-ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam mM (miliMeter).
3.3. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, maka penyedia jasa diwajibkan
meneliti terlebih dahulu ukuran-ukuran yang tercantum di dalam gambar kerja
yang termuat di dalam dokumen Pengadaan/dokumen Kontrak; terutama
untuk peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lain.
3.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, penyedia jasa wajib melaporkan secara
tertulis kepada Direksi atau Pengawas. Yang selanjutnya akan memberikan
keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
3.5. Penyedia jasa tidak dibenarkan atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum di dalam gambar kerja tanpa sepengetahuan Direksi atau
Pengawas, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab penyedia
jasa baik dari segi biaya maupun waktu.

4. Perbedaan Gambar
4.1. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan
satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya,
maka di dalam hal terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan-
perbedaan dan ataupun ketidaksesuaian dan keraguan-keraguan diantara
setiap gambar kerja, penyedia jasa diwajibkann melaporkan kepada
Direksi/Pengawas Kegiatan secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan
Direksi/Pengawas itu dan Direksi/Perencana, untuk mendapat keputusan
gambar mana yang akan dijadikan pegangan.

4
4.2. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh penyedia jasa
untuk memperpanjang/mengklaim biaya maupun waktu pelaksanaan.

5. Shop Drawing
Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus
dibuat oleh penyedia jasa berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan.

Penyedia jasa wajib membuat shop drawing pada setiap akan melaksanakan
suatu pekerjaan dan untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam
gambar kerja/dokumen kontrak maupun yang diminta oleh direksi/pengawas
lapangan.

Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam gambar
kerja/dokumen kontrak maupun di dalam buku ini.

Penyedia jasa wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Direksi/Pengawas


Lapangan, untuk mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal 3
KUASA/ WAKIL PENYEDIA JASA DI LAPANGAN
1. Dilapangan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib menunjuk seorang kuasa/wakil
penyedia jasa atau biasa disebut site manager/Project Manager yang cakap untuk
memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
penyedia jasa dengan pengalaman minimum 5 (lima) tahun dan memiliki sertifikat
keahlian (SKA) berpendidikan STM/ SMK Jurusan Teknik dengan pengalaman
minimum 5 (lima) tahun dan memiliki sertifikat keterampilan (SKT).
2. Dengan adanya pelaksana, tidak berarti penyedia jasa lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

Pasal 4
TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA
1. Penyedia jasa harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi teknis dan gambar kerja.
2. Kehadiran Direksi/Pengawas, selaku wakil pemberi tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur, atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab
penuh tersebut di atas.
3. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Penyedia Jasa berkewajiban memperbaiki kerusakan
tersebut dengan biaya Penyedia Jasa sendiri.
4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan,
maka penyedia jasa berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada

5
pemberi tugas melalui Direksi/Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Penyedia
Jasa bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul.
5. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas keselamatan kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Penyedia Jasa dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
7. Selama pembangunan berlangsung, penyedia jasa harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik proyek, direksi/pengawas lapangan dan milik pihak
ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai
tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah
disetujui, baik yang telah dipasang maupun belum adalah tanggung jawab
penyedia jasa dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
8. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia Jasa bertanggung jawab atas akibatnya, baik
yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
9. Apabila pekerjaan telah selesai, Penyedia Jasa harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

Pasal 5
JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan dilapangan, Penyedia Jasa wajib membuat
rencana kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart dan S-
Curve bahan dan tenaga.
2. Rencana kerja tersebut harus diperiksa terlebih dahulu dari Direksi/Pengawas
Lapangan, paling lambat dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah
surat perjanjian (kontrak) ditandatangani. Rencana Kerja yang telah diperiksa oleh
Direksi/Pengawas Lapangan, akan diserahkan oleh Pemberi Tugas.
3. Penyedia Jasa wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat)
kepada Direksi/Pengawas Lapangan, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu)
salinan rencana kerja kepada Pemberi Tugas. 1 (satu) salinan rencana kerja harus
ditempel pada dinding bangsal penyedia jasa di lapangan yang selalu diikuti
dengan grafik kemajuan atau prestasi kerja.
4. Direksi/Pengawas Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia Jasa
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

Pasal 6
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Spesifiksi Teknis Umum/ Khusus ini
maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th 1982),
Standar Industri Indonesia (SII), atau SNI untuk bahan termaksud, serta
ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
2. Merk Pembuatan Bahan/Material dan Komponen Jadi

6
2.1. Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Spesifikasi Teknis ini
dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan tidak diartikan sebagai
suatu yang mengikat.
2.2. Bahan/Material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar, memenuhi standar spesifikasi bahan
tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
2.3. Apabila dianggap perlu, Direksi/Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli
yang ditunjuk oleh pabrik dan atau suplier yang bersangkutan tersebut
sebagai pelaksana. Dalam hal ini, Penyedia Jasa tidak berhak mengajukan
klaim sebagai pekerjaan tambahan.
2.4. Disyaratkan bahwa 1 merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini.
2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setarap apa yang dipersyaratkan baik
kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh
Direksi/Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Perencana. Apabila
diperlukan biaya untuk tes laboratorium, maka biaya tersebut harus
ditanggung oleh Penyedia Jasa tanpa dapat mengajukan sebagai biaya
tambah.
3. Penyedia Jasa/ Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh
semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada
Direksi/Pengawas. Untuk mendapatkan persetujuan sebelum semua bahan-bahan
tersebut didatangkan/dipakai.
4. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

Pasal 7
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh
yang telah disetujui Direksi/Pengawas. Seperti yang diatur dalam Pasal 6 di atas.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
dinyatakan apkir/ditolak oleh Direksi/Pengawas, harus segera dikeluarkan dari
lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh
dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Direksi/Pengawas,
dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Direksi/Pengawas berhak
memerintahkan pembongkaran kembali kepada Penyedia Jasa yang mana segala
kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan
Penyedia Jasa.
4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari
bahan-bahan tersebut, maka Penyedia Jasa harus dan memeriksakannya ke
laboratorium penelitian bahan-bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian
tersebut disampaikan kepada Direksi/Pengawas, secara tertulis. Segala biaya
pemeriksaan ditanggung oleh Penyedia Jasa
5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau
tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut pelaksana tidak diperkenankan

7
melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di
atas.

Pasal 8
SUPLIER DAN SUB PENYEDIA JASA
1. Jika Penyedia Jasa menunjuk Suplier dan atau penyedia jasa bawahan (Sub
Penyedia Jasa) di dalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka
Penyedia Jasa wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas,
untuk mendapatkan persetujuan.
2. Penyedia Jasa wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk dari
Direksi/Pengawas, dengan Penyedia Jasa Bawahan atau Suplier Bahan.
3. Suplier wajib hadir mendampingi Direksi/Pengawas. Dilapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan
khusus sesuai instruksi pabrik.

Pasal 9
PERSYARATAN UMUM LAINNYA
1. Pekerjaan Penyediaan Air dan Bayar Listrik untuk Bekerja
1.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
1.2. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia
lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan dari Direksi/Pengawas.
1.3. Penggunaan Diessel untuk pembangkit tenaga listrik diperkenankan atas
petunjuk Direksi/Pengawas.

2. Mengutamakan Jasa Produksi Dalam Negeri


Pengutamaan jasa produksi dalam negeri, kecuali ditentukan lain dalam kontrak,
untuk pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan maka :

Penyedia Jasa atas biaya sendiri, harus mengadakan dan menyediakan semua
peralatan konstruksi dan bahan, baik untuk pekerjaan permanen maupun
pekerjaan sementara, termasuk segala macam barang lain yang diperlukan.
Dalam hal pengadaan semua bahan baku, barang jadi, setengah jadi dan lain-lain,
Penyedia Jasa harus mengutamakan jasa produksi dalam negeri meskipun harus
memperhatikan syarat-syarat mutu bahan yang bersangkutan sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Pengawas, kecuali bila ditentukan lain dalam spesifikasi
teknis.

3. Penjagaan Keamanan Lapangan Pekerjaan


Penyedia Jasa diwajibkan menjaga keamanan lapangan yang meliputi barang-
barang milik kegiatan, Direksi/Pengawas, dan milik Pihak Ketiga yang ada di
lapangan. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik
yang telah dipasang maupun yang belum adalah tanggung jawab Penyedia Jasa
dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah. Apabila terjadi
kebakaran/ kecelakaan, Penyedia Jasa bertanggung jawab atas akibatnya, baik
yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

8
4. Keselamatan Pekerjaan
Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Penyedia Jasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan,
bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan pemberi tugas dalam
hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Penyedia Jasa harus bertanggung
jawab untuk memperbaikinya.

5. Memasuki Lapangan
Direksi/Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu
dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat
dimana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang
dibuat. Penyedia Jasa harus memberi fasilitas untuk membantu memasuki tempat-
tempat tersebut.

6. Pemeriksaan Pekerjaan
6.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan penyedia jasa,
tetapi karena barang/material maupun komponen jadi, maupun mutu
pekerjaannya sendiri ditolak oleh Direksi/Pengawas. Harus segera dihentikan
dan segera dibongkar atas penyedia jasa dalam waktu yang ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas.

6.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Pengawas dan Penyedia Jasa, harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada Pengawas untuk memeriksa pekerjaan
tersebut. Apabila telah diperiksa dan disetujui, maka Penyedia Jasa dapat
meneruskan pekerjaannya.

6.3. Bila Penyedia Jasa melalaikan perintah, Direksi/Pengawas, Direksi berhak


menyuruh membongkar pekerjaan sebagaian atau seluruhnya untuk
diperbaiki.

6.4. Biaya pembongkaran/pemasangan perbaikan kembali menjadi tanggungan


penyedia Jasa, tidak dapat di klaim sebagai biaya pekerjaan tambahan
maupun alasan untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.

7. Kemajuan Pekerjaan
7.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dann tenaga kerja yang harus disediakan
oleh Penyedia Jasa, demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Pengawas.

7.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Direksi/Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka pengawas harus memberikan teguran dan atau petunjuk
secara tertulis, langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju

9
pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.

8. Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dan Pembuatan “As Built


Drawing”
8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan dokumen kontrak.

8.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah terimakan, Penyedia Jasa


berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan dan
sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan/dibangun oleh Penyedia Jasa
(As Built Drawing). Biaya untuk penggambaran As Built Drawing sepenuhnya
menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

BAB II
Pasal 10
PERSIAPAN PEKERJAAN
1. PAPAN NAMA KEGIAT AN
Papan Nama Kegiatan dibuat dari papan kayu lokal ukuran papan, nama
kegiatan, 120 x 100 cm, tiang dari kayu, tinggi 200 cm dari permukaan tanah
dan di cat dengan cat kayu. Cat dasar papan nama kegiatan berwarna biru dan
hurufnya dengan huruf cetak putih.

Pada papan nama kegiatan harus jelas dicantumkan nama kegiatan, Pekerjaan
yang harus dilaksanakan, Besarnya kontrak, Sumber dana, Jangka waktu
pelaksanaan, Tanggal dimulai diselesaikannya pekerjaan serta nama
pelaksana pekerjaan.

Papan Nama Kegiatan dipasang di pinggir jalan dekat lokasi pekerjaan, dimana
masyarakat dapat melihat dan mengetahuinya dengan jelas, lokasi
pemasangan papan nama kegiatan harus mendapat persetujuan Direksi.

2. RAMBU PEKERJAAN
2.1 Bila diperlukan sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan,
Penyedia Jasa diwajibkan untuk memasang tanda–tanda pengaman lalu lintas
dengan ketentuan sebagai berikut : Semua papan–papan dan tanda–tanda
perhatian harus dibuat dari papan Kayu Kelas II tebal minimum 3 mm dengan
warna dasar kuning dan Penunjuk Pengaman Lalu Lintas dengan warna
hitam dengan ukuran sesuai petunjuk Direksi/Pengawas.

2.2 Pada malam hari ditempat–tempat yang berbahaya bagi yang lewat harus
dipasang lampu merah yang cukup jelas dan terang menurut petunjuk
Direksi/Pengawas untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

10
2.3 Penempatan alat–alat dan bahan–bahan yang berada di tepi jalan pada
malam hari harus juga diberi seperti lampu merah atau tanda–tanda yang
sifatnya membantu keamanan jalannya lalu lintas.

2.4 Menutup lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.

2.5 Penyedia Jasa harus menjaga jangan sampai lalu lintas macet dan Penyedia
Jasa harus menyediakan orang untuk mengatur lalu lintas jalannya bila
diperlukan Penyedia Jasa harus menyediakan pesawat HT untuk
mempermudah sistem pengaturannya.

2.6 Penetapan alat–alat dan bahan–bahan diusahakan sedapat mungkin tidak


mengganggu lalu lintas. Bila karena terpaksa bahan–bahan harus dituangkan di
tepi jalan, dengan tidak mengganggu lalu lintas selambat–lambatnya dalam
waktu satu kali 24 jam sesudah penurunan bahan–bahan harus sudah
dipindah ketempat penyimpanannya.
2.7 Setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian Penyedia Jasa
memberi pengaman seperti tersebut diatas, sepenuhnya adalah tanggung
jawab Penyedia Jasa.

BAB III PEKERJAAN


POKOK

Pasal 11

1. PEKERJAAN GALIAN TANAH


Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan,
penumpukan tanah biasa, batu atau material lain yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam pekerjaan ini. Pekerjaan ini umumnya
diperlukan untuk pembuatan dasar galian saluran pipa, dan untuk pekerjaan
pasangan, seluruh galian dapat merupakan salah satu dari : galian tanah
biasa, galian tanah cadas, galian tanah keras/rabat beton.

Tempat galian, lebar dan kedalaman minimum untuk pemasangan pipa


berikut perlengkapannya serta bangunan-bangunan yang termasuk dalam
pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan gambar kerja (gambar situasi, profil
memanjang, profil melintang dan potongan ). Patokan/pedoman yang dipakai
untuk dalamnya galian adalah diukur dari atas pipa sampai permukaan
jalan/tanah asal, ditambah diameter luar pipa dan tebal lapisan pasir dibawah
pipa.

11
a. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pemasangan pipa dan
peralatannya serta bangunan pelengkap yang termasuk dalam pekerjaan
ini.
b. Pekerjaan galian dan pembuatan parit galian hendaknya dilakukan
dengan cara-cara yang layak, aman dan tepat untuk menghindari
kemungkinan-kemungkinan timbulnya bahaya bagi keselamatan manusia
dan kerusakan bangunan atau instalasi yang ada. Segala hal yang
diakibatkan oleh pekerjaan penggalian dan pembuatan parit galian,
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
c. Pekerjaan penggalian dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pipa dapat dipasang dengan posisi yang baik dan
aman. Penggalian harus bertahap sesuai dengan perkiraan jumlah
pipa yang dapat dipasang untuk setiap harinya dan mengikuti
petunjuk Direksi /Pengawas.
d. Pekerjaan penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus
segera diikuti dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan
perlengkapannya, serta diikuti pula dengan penimbunan/pengurugan
kembali dengan segera.
e. Parit galian yang masih terbuka harus dijaga sehingga effisiensi
pekerjaan dan keselamatan pekerja serta masyarakat dapat terjamin.
f. Bila dijumpai adanya sarana-sarana atau instalasi diatas permukaan
tanah atau dibawah tanah, maka harus diadakan pengamanan
terhadapnya agar tidak terjadi kerusakan sebagai akibat pekerjaan
Penyedia Jasa. Perbaikan atas kerusakan yang terjadi sebagai akibat
pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
g. Dasar parit galian hendaknya rata, rapat, terkonsolidasi dan digali pada
kedalaman yang tepat untuk meletakan pipa, serta harus bebas dari
lumpur dan tetap rata bila diinjak kaki para pekerja. Dasar parit yang
sebelumnya padat tapi menjadi lunak bagian atasnya akibat
pelaksanaan pekerjaan hendaknya diperkuat dengan satu atau lebih
lapisan batu pecah atau kerikil. Lapisan lumpur atau tanah lunak
pada dasar parit tidak boleh lebih tebal dari 1,25 cm.
h. Apabila ternyata didalam pelaksanaan penggalian terjadi kelongsoran-
kelongsoran dan keruntuhan-keruntuhan terus menerus yang
mengganggu, haruslah diadakan konstruksi penguat (dari turap kayu
atau lainnya) agar terjamin keselamatan dan keamanan pekerja,
effisien kerja, struktur dan fasilitas lain yang ada.
i. Penerapan hendaknya direncanakan dan dibuat untuk menahan
semua beban dan muatan yang mungkin timbul akibat pergerakan
tanah atau tekanan. Konstruksi penguat ini hendaknya kaku hingga
tidak terjadi perubahan bentuk dan posisi dalam keadaan apapun.
Biaya yang mungkin timbul akibat adanya konstruksi penguat tersebut
menjadi tanggung jawab dari Penyedia Jasa.
j. Bila pada bagian parit galian ternyata tidak stabil atau dijumpai
lapisan-lapisan bekas sampah ataupun humus, lapisan tersebut harus
dibuang. Bila dianggap perlu, Direksi/Pengawas dapat memerintahkan

12
untuk memindahkan tanah pada lokasi galian dan mengisi kembali
dengan bahan-bahan yang sesuai.
k. Pada tempat–tempat parit galian yang mudah longsor harus diberi
turap pengaman.
l. Setiap galian hendaknya dijaga tetap kering sampai konstruksi yang
harus dibangun atau pipa yang harus dipasang selesai dilaksanakan.
m. Apabila juga ternyata bahwa didalam galian dijumpai air yang
mengganggu pengeringan, maka Penyedia Jasa harus menyediakan
pompa atau peralatan lain untuk pengeringan. Biaya yang ditimbulkan
akibat pekerjaan pengeringan tersebut berikut pompa dan peralatannya
adalah tanggungan Penyedia Jasa.
n. Semua penggalian untuk struktur beton dan parit yang diperdalam
hingga mencapai atau dibawah elevasi statik, hendaknya dikeringkan
dengan menurunkan permukaan air tanah sampai jarak tidak kurang 30
cm dibawah dasar galian.
o. Air permukaan hendaknya dipintaskan atau dengan cara-cara lain,
dicegah tidak memasuki daerah pemaritan sejauh mungkin tanpa
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada tanah milik sekitarnya, dan
biaya yang timbul untuk pekerjaan ini merupakan tanggung jawab
Penyedia Jasa.

2. PEKERJAAN URUGAN
Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi urugan,
untuk pengurugan kembali galian pipa atau struktur dan untuk urugan umum
yang diperlukan untuk membuat bentuk dimensi timbunan antara lain
ketinggian yang sesuai persyaratan dalam analis dan gambar dalam pekerjaan
ini.

Urugan yang dicakup oleh ketentuan ini merupakan urugan pilihan yaitu urugan
dari berbagai material sesuai yang ditentukan. Pekerjaan Urugan/ Timbunan
yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan seluruh Urugan/ Timbunan
Adalah :
 Urugan Pasir
Urugan pasir dipergunakan pada dasar galian pipa dan diatas pipa sesuai
gambar rencana. Bahan urugan adalah pasir urug yang bebas dari kotoran
dan biji–bijian yang tumbuh sesuai kebutuhan. Pemadatan urugan pasir
lapis demi lapis dengan penyiraman seperlunya. Pengukuran ketebalan
urugan pasir dilakukan setelah urugan pasir benar-benar padat.
 Urugan Tanah Biasa
Urugan tanah untuk setiap pekerjaan harus dilakukan selapis demi selapis,
dimana setiap lapisan dipadatkan dan harus bersih dari kotoran dan
sebagainya. Urugan tanah yang dilaksanakan kurang baik sehingga
mengakibatkan tanah amblas, harus diulangi segera setelah perintah
pertama dari Direksi/Pengawas dan apabila diperlukan urugan dilakukan
berulang kali sampai rata dengan tinggi semula atau menurut petunjuk

13
Direksi/Pengawas. Urugan tanah untuk pemasangan pipa harus
dilaksanakan setelah pengurugan pasir di sekeliling pipa yang dipasang
telah selesai dan harus meminta persetujuan kepada Direksi/Pengawas
terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.

3. PEKERJAAN PEMADATAN TANAH


Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki timbunan kurang lebih 50
cm, dikanan dan dikiri. Kemudian setelah kadar air dinilai cukup, langsung
dipadatkan dengan Stemper. Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih
15 cm, agar seluruh permukaan terpadatkan. Lapisan pertama yang telah
selesai dipadatkan, diambil sampelnya setiap jarak 50 meter (atau sesuai
spesifikasi), dan diperiksa kepadatannya. Bila kepadatannya telah memenuhi
syarat, maka lapisan berikutnya baru diperbolehkan untuk dihampar. Timbunan
dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Untuk menjamin mutu
timbunan (yang berbentuk tanggul) penimbunan diteruskan sampai separuh
kedalaman yang diperlukan.

4. PEKERJAAN BETON
1. Kualitas beton yang digunakan adalah K-100, K-175, dan K-225 untuk lantai
dan dinding unit-unit pengolahan, dan beton untuk lantai kerja.
2. Persyaratan bahan dan pelaksanaan pekerjaan pondasi harus sesuai dengan
gambar rencana dan spesifikasi teknis untuk pekerjaan sipil. Secara umum
spesifikasi bahan-bahan konstruksi dalam pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:
a. Semen
Semua semen yang digunakan adalah jenis semen portland dengan mutu
terbaik. Semen harus disimpan dengan baik untuk mencegah kelembaban
atau pencemaran oleh bahan-bahan lain. Digunakan Portland Cement
type jenis I menurut SII.13 1977 menurut ASTM dan memenuhi S.400
menurut standar portland cement yang digariskan oleh Asosiasi
Semen Indonesia atau setara, berdasarkan kualifikasi yang ditetapkan
dalam NI- 8. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam
pelaksanaan kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.
b. Agregat
Kualitas agregat harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Agregat kasar
harus berupa koral atau batu pecah yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), kadar
lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 40% berat. Dimensi
maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari seperempat dimensi beton
yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan. Pasir harus terdiri
dari butir-butir yang bersih, kasar, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya. Pasir dan kerikil yang
digunakan harus memenuhi syarat-syarat warna, kekerasan, tekanan
hancurnya tidak boleh kurang dari tekanan hancur yang telah mengeras.
c. Air

14
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, garam, alkalis atau satu dan lain hal sesuai dengan yang
disyaratkan PBI.

d. Beton
Beton yang harus digunakan harus diterima dalam keadaan baru, tidak
boleh cacat/terdapat serpih-serpih, retak, gelembung, lipatan atau tanda-
tanda yang menunjukkan kelemahan dari material tersebut. Beton harus
bersih dari kotoran, lemak, karat lepas atau yang lainnya yang dapat
mempengaruhi perlekatan beton dengan besinya. Kawat beton/ikat harus
berkualitas besi lunak yang telah dipijarkan berdiameter 1 mm dan tidak
disepuh seng. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang
diperlukan untuk mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat
tulangan-tulangan pada tempatnya. Sambungan tulangan dan
pengangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan untuk itu yang
tercantum dalam PBI 1971. Perbandingan campuran beton harus 1 : 5: 7
kecuali ada ketentuan lain, untuk mendapatkan mutu beton yang baik
perbandingan kerikil dan pecahan batu yang harus digunakan harus
diubah-ubah (dapat dipadatkan dengan baik tanpa penggunaan terlalu
banyak air).
3. Untuk pencampuran semen harus digunakan air bersih, tidak berwarna, tidak
mengandung bahan organik, minyak, asam, alkali, atau campuran lain yang
dapat merusak beton atau dapat mempengaruhi daya lekat semen.
4. Pengadukan beton dilakukan dengan mesin pengaduk sampai susunan warna
dan kekentalannya harus sama.
5. Sebelum dilakukan pengecoran bekisting harus dipasang dengan kokoh
sesuai dengan bentukannya.
a. Bekisting dibuat dari kayu bermutu baik dengan ketebalan minimal 2,5
cm.
b. Dipasang sekokoh mungkin, kaku, dan kuat menahan getaran alat
pemadat.
6. Beton harus dicor dan dipadatkan tidak kurang dari 30 menit setelah dicampur
dan dibiarkan dalam keadaan basah dan terlindung dari sinar matahari
selama minimal 7 hari.
7. Cetakan untuk cor beton harus dibuat rapi dan diperkuat secukupnya sesuai
dengan gambar rencana. Semua sambungan-sambungan harus rapat untuk
menjamin agar tidak terdapat kebocoran yang menyebabkan beton menjadi
basah pada cetakannya. Cetakan tidak boleh dibongkar selama 24 jam
setelah pengecoran.
8. Permukaan beton yang horizontal dan yang terlihat harus diratakan sampai
halus dengan sendok baja setelah pengerasan pertama terjadi.
9. Pekerjaan beton meliputi:
a. Pekerjaan struktur, pondasi, kolom, sloof, balok, pelat lantai, pelat atap,
bak air.
b. Pekerjaan beton tumbuk, dudukan pipa.

15
10. Macam campuran (adukan) menggunakan agregat kasar dan halus untuk tiap
50 kg semen portland dan ukuran nominal, ditunjukkan pada Tabel I.
Tabel I. Jenis Beton dan Spesifikasinya
Agregat Halus Agregat Kasar Ukuran
Jenis Beton Campuran
(m³) (m³) Nominal (mm)
B1 1 : 1,5 : 2,5 0.06 0.10 10
B2 1:2:3 0.08 0.12 20
B3 1 : 2,5 : 5 0.10 0.20 38
B4 1:3:6 0.12 0.24 38
B5 1:2:3 0.06 0.12 30
(Peraturan Beton Indonesia, 1972)
Penjelasan pemakaian jenis beton adalah sebagai berikut:
 B1 = beton yang memerlukan kekedapan air, pelat-pelat atap, reservoir, balok
yang bersangkutan dengan atap dan reservoir.
 B2 = semua beton bertulang, kolom, sloof, balok-balok, pondasi diluar
ketentuan pada B1
 B3 = jalan setapak sekitar bangunan
 B4 = semua beton bertulang kecuali jenis B2
11. Pekerjaan Selimut Beton
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding
atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk
setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana.

5. PEKERJAAN BEKISTING
Sebelum dimulai pekerjaan bekisting Penyedia Jasa harus terlebih dulu
mengajukan shop drawing tentang pekerjaan yang bersangkutan dan bila telah
disetujui oleh Direksi/Pengawas, maka pekerjaan dapat dilanjutkan.
Persyaratan pekerjaan bekisting harus disesuaikan dengan persyaratan bekisting
untuk pekerjaan papan, lantai dan dinding. Bekisting harus menghasilkan
konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai
dengan yang ditunjukkan oleh gambar-gambar rencana. Bekisting harus kokoh
dan rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan. Bekisting harus diberi
perkuatan-perkuatan secukupnya, dapat terjamin kedudukan dan bentuknya
yang tetap. Bekisting harus terbuat dari bahan yang baik yang tidak mudah
meresap air dan direncanakan sedemikian rupa hingga mudah dapat
dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.

6. PEKERJAAN PEMBESIAN
Pembesian harus dipasang sesuai dengan gambar atau atas petu njuk dari
Direksi/Pengawas. Besi tulangan yang dipakai adalah besi beton dan kawat
beton. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus
sesuai PBI 1971. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus
disesuaikan dengan gambar. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk
menjamin agar besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan

16
harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton
sesuai ketentuan dalam PBI 1971. Besi beton yang tidak memenuhi syarat
harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada
perintah tertulis dari Direksi/Pengawas.

7. PEKERJAAN ACIAN
Pekerjaan acian dilaksanakan setelah plesteran selesai dan permukaan
dibersihkan dari kotoran kemudian dilanjutkan dengan acian. Acian dipakai
campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang homogen, acian
dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar).

8. PEKERJAAN PIPA
1. Pekerjaan Pipa PVC/HDPE (RRJ,S-12,5)
Material yang digunakan adalah memenuhi Standard Industri ISO 4427 dan
SNI 06-4829-2005 untuk air minum atau digunakan standard lain yang
sama atau lebih baik mutunya. Pipa PVC yang ditawarkan harus dapat
memikul tekanan kerja minimal sebesar 10 kg/cm (10 bar) baik dalam
standard SII ataupun standard yang memenuhi persyaratan untuk pipa air
minum. Pipa PVC yang harus diadakan adalah pipa HDPE yang
mempunyai hubungan diameter pipa dan ketebalan pipa (SDR :
Standard Dimension Ratio) 17, Class PE 100 yang mempunyai tekanan
kerja minimal 10 bar. Pipa PVC 100 harus mempunyai nilai kekuatan /
tegangan minimum yang diijinkan (MRS = Minimum Required Strength) untuk
PE100 pada temperature 20 oC selama 50 tahun sebesar ≥ 10 Mpa (N/mm 2).
Pipa PVC yang digunakan dengan diameter 3”,2”.
2. Pekerjaan Pipa Galvanis
Semua pipa galvanis yang dipakai mempunyai diameter nominal,
diameter luar, tebal dinding harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam
uraian (SNI, SII). Pipa galvanis yang dipakai adalah kelas Medium A
yang tahan terhadap Pengujian Tekanan Air sebesar 50 Kg/cm.
Sedangkan untuk fittingnya menggunakan Steel sesuai keterangan dalam
gambar dan dalam daftar Quantity. Sambungan pipa GWI yang
dipergunakan adalah dengan screw, flange las dan atau pengelasan,
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dimensi flange dibuat sesuai
standar yang lazim digunakan untuk air minum dan khusus dibuat untuk
tahan Pengujian Tekanan Air 50 Kg/cm. Harga penawaran yang diajukan
sudah termasuk perlengkapannya, seperti mur, baut, ring dan gasket/karet
packing. Semua pipa beserta perlengkapan penyambungan adalah dalam
kondisi baru dan siap pakai (tidak dibenarkan menggunakan barang bekas).
3. Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.
Valve dengan diameter lebih kecil dari 3” diperkenankan menggunakan
sambungan ulir (screwed) Valve pada fixture dari brass metal atau bahan
yang tidak berkarat, khusus dibuat untuk fixture tersebut, harus mengkilat
tanpa cacat. Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar
dengan pipanya. Bak kontrol untuk pipa penyambung dari jaringan utama

17
sistem distribusi air bersih, terbuat dari beton tulangan yang lengkap dengan
tutup beton yang dapat dengan mudah dibuka / diangkat serta dikunci.
4. Pemasangan Pipa
 Pipa, fitting dan perlengkapannya yang akan dipasang, tersimpan
digudang penyimpanan pipa yang disediakan oleh Penyedia Jasa.
Pengakutan dari gudang ke tempat pemasangan menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa termasuk pembiayaannya. Apa bila ternyata dalam
pelaksanaan pemasangan pipa, fitting dan perlengkapannya terdapat
kelebihaan pipa atau perlengkapannya, Penyedia Jasharus mengembalikan
kegudang/tempat pengumpulan yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas.
Biaya untuk pengembalian pipa dan potongan-potongan pipa dan
perlengkapannya tersebut menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
 Cara-cara pengangkutan, penyambungan dari pipa-pipa dan ketentuan-
ketentuan teknis cara pemasangan akan diberikan petunjuk oleh
Direksi/Pengawas.
 Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diserahkan kepada Penyedia Jasa
untuk dilaksanakan pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai
hilang atau rusak. Kerusakan atau hilang setelah diserahkan kepada
Penyedia Jasa, harus diganti sesuai dengan kwalitas/bentuk aslinya dan
biaya yang ditimbulkan akibat penggantian tersebut menjadi tanggungan
Penyedia Jasa.
 Sebelum dan sesudah dipasang pipa-pipa dan perlengkapannya, harus
dijaga kebersihannya dan diperiksa lagi atas kerusakan dan retak-retak.
 Pembongkaran Sepanjang Jalur Parit Galian.
Pipa dibongkar sedekat mungkin dengan parit galian dan diletakan setiap
interval panjang pipa sehingga memudahkan penurunan pipa kedalam
parit.
 Menurunkan Pipa Kedalam Parit.
Pipa yang akan dipasang diturunkan kedalam galian dengan alat-alat
khusus yang disediakan oleh Penyedia Jasa. Semua pipa, fitting dan
perlengkapannya harus diturunkan dengan hati-hati kedalam parit galian
secara satu persatu dengan derek, tali – tali dan lain-lain alat yang
sesuai untuk menghindari dari kerusakan.
 Tali yang digunakan haruslah bersifat lemas dan tidak boleh
menggunakan seling baja atau rantai, karena dapat merusak dan
menggores pipa.
 Bila Penyedia Jasa menggunakan kait untuk mengangkat dan
menurunkan pipa, maka ujung kait ini harus dilindungi karet, untuk
menghindari kerusakan pada ujung-ujung pipa dan inner lining dari pipa
baja.
 Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapannya akibat kelalaian
Penyedia Jasa, Penyedia Jasa harus mengganti pipa-pipa yang rusak
atau memperbaiki kembali (bila masih dapat diperbaiki) seperti semula
dengan persetujuan Direksi/Pengawas.
 Selama penurunan pipa-pipa harus dihindari terbantingnya atau
terbenturnya pipa, karena dapat menimbulkan pecah atau retak-retak

18
pada pipa dan lapisan cement liningnya atau kerusakan pada ujung pipa yang
akan menyulitkan pemasangan sambungannya.
 Pemeriksaan Sebelum pemasangan.
Semua pipa dan perlengkapan pipa yang akan dipasang serta alat-alat bantu
untuk pemasangan tersebut harus diperiksa dengan cermat dan hati-hati
sesaat sebelum pipa-pipa/perlengkapan pipa tersebut diturunkan pada lokasi
yang sebenarnya.
 Bila ada ujung pipa terdapat bengkokan-bengkokan hal tersebut harus
dihindarkan, atau ujung pipa yang bengkok harus dipotong sesuai
dengan petunjuk-petunjuk Direksi/Pengawas. Pipa atau fitting yang rusak
harus dipisahkan untuk diperiksa oleh Direksi/Pengawas.
 Pembersihan Pipa dan Perlengkapannya.
Semua pipa yang akan dipasang harus bebas dari segala macam jenis
kotoran. Bagian luar ujung pipa, kopling dan semua bagian sambungan
yang akan dipasang harus dicuci terlebih dahulu sampai bersih sehingga
diperoleh sambungn pipa yang stabil dan baik.
 Pemasangan Pipa.
Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai
kemasukan segala macam jenis kotoran seperti bekas puing-puing, alat-
alat, bekas pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat mengganggu
kebersihan dn kelancaran aliran air didalam pipa.
 Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam parit galian harus langsung
dipasang dan distel sambungnnya dan kemudian diurug dengan bahan-
bahan yang disetujui Direksi/Pengawas, serta dipadatkan dengan
sempurna kecuali pengurugan pada tempat-tempat sambungan pipa
harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/Pengawas.
Setelah diperiksa dan di setujui Direksi/Pengawas baru diperbolehkan untuk
diurug.
 Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya
berhenti, harus ditutup sehingga kotoran ataupun air buangan tidak
masuk kedalam pipa. Cara-cara penutupan pada ujung pipa tersebut
harus disetujui Direksi/Pengawas.
 Tikungan/belokan (vertikal/horisontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh
lebih besar dari yang diizinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan,
untuk itu akan diberikan petunjuk lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas.
 Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan), harus dilaksanakan
dengan penyambungan bend/elbow yang sesuai, begitu pula untuk
percabangan harus dengan tee atau cross tee (sesuai kebutuhannya).
 Membengkokan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa
persetujuan Direksi/Pengawas.
 Peil dari perletakan pipa serta tinggi terhadap muka jalan/tanah asal
harus diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas.

19
 Pada waktu pemasangan pipa serta tingggi terhadap muka jalan/tanah
asal harus diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat
persetujuan dari Direksi/Pengawas.
 Untuk pipa yang ditanam waktu pemasangan pipa, parit galian untuk
perletakan pipa harus kering, tidak boleh ada air sama sekali dan bagian
dalam pipa harus bersih.
 Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend,
dan sebagainya harus diberi blok-blok penahan (anker block ) dari beton
(K 100, K 175, K 225).
 Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar
jam-jam kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk
mencegah masuknya kotoran/benda-benda asing/ air kotor kedalam pipa.
 Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih
dan bebas dari minyak/oli, ter/aspalt atau bahan-bahan minyak pelumas
lainnya.
 Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (K 100, K 175, K 225).
 Pemotongan Pipa
Apabila benar-benar diperlukan, pemotongan pipa dapat dilakukan
Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi/Pengawas dan harus
dilaksanakan dengan alat yang sesuai/khusus untuk jenis atau bahan
pipa yang dipasang, agar benar-benar terjamin penyambungannya yang
baik sesuai dengan syarat-syarat teknis/petunjuk dari pabrik pipa
bersangkutan (misal pipa baja dengan pemotongan dan snay pipa
kemudian dengan alat perapih ujung pipa). Ujung-ujung bekas
pemotongan harus dihaluskan dengan alat-alat yang sesuai misalnya
dengan gurinda.
 Pemulihan Sarana-Sarana Yang Ada.
Segala sarana yang perlu disingkirkan akibat penggalian pekerjaan
pemasangan pipa, harus diperbaiki dan dikembalikan seperti keadaan
kondisi semula. Biaya-biaya yang timbul akibat kerusakan tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

12. PEKERJAAN PENYAMBUNGAN PIPA


1. Umum.
 Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuatan pipa dan atau berdasarkan
petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pengawas.
 Penyambungan pipa yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Pipa baja dengan sambungan las
Pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati atau cermat. Logam
yang akan dilas harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat
mengurangi kekuatan sambungan, dan permukaannya harus
halus. Juga permukaan yang dilas harus sama, rata dan kelihatan
teratur. Pekerjaan las sedapat mungkin dilakukan di workshop dan
atau dalam ruangan yang beratap, bebas dari angin dan dalam

20
keadaan kering. Benda pekerjaan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan teliti. Bila
pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar
galian perlu ditambah agar juru las dapat bekerja dengan
baik dan posisi pipa dijaga tetap stabil untuk memperoleh
hasil pengelasan yang baik. Bila pengelasan dilakukan diluar
parit galian, maka jumlah pipa-pipa yang dilas harus
sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang tertentu dari
pipa yang dilas, dan cara penempatan pada posisi yang benar
sehingga pada waktu pengelasan dan penurunan pipa kedalam
parit galian, pipa tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini
Penyedia Jasa terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari
Direksi/Pengawas. Semua sambungan pipa yang sudah dilas
dites. Pengetesan dilaksanakan dengan cara-cara yang disetujui
Direksi/Pengawas. Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-
tenaga yang berpengalaman dalam bidangnya dan mempunyai
sertifikat keahlian dalam bidang ini. Bila Direksi/Pengawas
meminta, maka sertifikat ini harus diberikan. Kawat las yang
dipergunakan untuk pipa baja adalah jenis JISz 3211 atau
semutu dan disetujui Direksi/Pengawas. Kawat las yang
lembab tidak dapat dipakai dan kadar kelembaban harus
kurang dari 2,5 % untuk kawat yang dapat memancarkan
sinar (cahaya) dan 0,5 % untuk kawat yang mengandung Zat air
yang rendah. Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui
Direksi/Pengawas. Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan
luar (coating) pipa dipasang kembali seperti semula dengan
cara-cara menurut petunjuk dan peraturan-peraturan pabrik
membuat pipa. Untuk pipa baja diameter 500 mm kebawah,
pembersihan dan perbaikan kembali hanya lapisan bagian luar
(coating) saja. Semua sambungan las harus dicat dengan cat
dasar anti karat synchromate setara produksi Kansai Paint
minimum 2 lapis, kemudian di cat akhir minimum 2 lapis
dengan cat besi yang tahan terhadap karat, dan dibalut dengan
rapi.
Pipa PVC/HDPE
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan
lem yang sesuai dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi
pabrik. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini
dapat dilakukan dengan alat press khusus. Pemotongan pipa
harus tegak lurus terhadap pipa.
Sambungan pipa HDPE Untuk penyambungan pipa HDPE
dengan pipa jenis lain (PVC, GIP) telah disiapkan fitting khusus
sperti Stub Plange.
2. Metode Penyambungan
 Pemeriksaan awal
Sebelum penyambungan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

21
a. Adanya bahan bakar yang cukup di generator dan dalam
keadaan benar-benar berfungsi sebelum dihubungkan ke mesin.
b. Perlengkapan mesin dan pompa berfungsi dengan baik.
c. Plat pemanas dalam keadaan bersih dan lakukan pembersihan
apabila sebelumnya sudah digunakan.
d. Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan
dilakukan.
e. Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
f. Anda harus mengetahui langkah-langkah penyambungan yang
benar
dan pipa yang akan disambung.
g. Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungkan
plat pada sumber listrik dan biarkan selama 20 menit pada
kondisi temperatur yang disarankan).
h. Periksa dan pastikan bahwa pipa-pipa dan atau fitting yang
akan disambung mempunyai ukuran diameter, SDR dan bahan yang
sama.
 Prosedur Penyambungan
a. Tempatkan pipa pada penjepit (clamp) dimana ujung pipa
berhadapan dengan plat pemotong dalam posisi lurus.
b. Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
c. Kencangkan penjepit (clamp) untuk memegang dan membulatkan
kembali pipa.
d. Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan
plat oleh masuknya udara ke bagian dalam pipa.
e. Nyalakan alat pemotong dan geserkan penjepit pipa secara perlahan
sehingga ujung pipa tepat berhadapan dengannya sampai
terjadinya
pemotongan permukaan pipa yang kontinyu.
f. Jaga agar alat pemotong tetap menyala sementara penjepit (clamp)
dibuka untuk menghindari terjadinya pemotongan permukaan
yang
tidak rata.
g. Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan bersinggungan
dengan permukaan pipa .
h. Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa dan dilarang
menyentuh permukaan yang sudah dipersiapkan.
i. Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata. Jika tidak, ulangi
proses pemotongan.
j. Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara
permukaan potongan.
k. Buka dan kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik
yang dibutuhkan untuk menggerakkan pipa bersama-sama secara
hidrolik. Tekanan tarik adalah ukuran tekanan minimal yang
dibutuhkan untuk mengatasi gaya gesek akibat tarikan kerja
mesin dan berat pipa/fitting yang sedang disambung. Tekanan

22
tarik (kPa) harus diperkirakan secara tepat sebelum pembuatan
sambungan dan harus ditambahkan tekanan ram dasar yang
ditunjukkan pada mesin. (Apabila yang digunakan mesin adalah
otomatis, maka pekerjaan ini akan terlaksana secara otomatis).
l. Pindahkan lempengan pemanas dari tempat pelindungnya.
Periksa bahwa plat tersebut bersih dan baik suhunya.
m. Tempatkan alat pemanas pada mesin dan tutup klem supaya
bagian permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan.
Gunakan sistem hidrolik dengan menggunakan tekanan yang
ditentukan sebelumnya.
n. Setelah lelehan awal muncul, tekanan pada sistem hidrolik
harus dilepas supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan
tarik sedemikian sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama
waktu pemanasan. Periksa agar posisi pipa diklem pipa tidak
bergeser dan ujung pipa harus di jaga agar tetap kontak dengan plat
pemanas.
o. Setelah pemanasan selesai, buka klem dan pindahkan plat
pemanas, pastikan bahwa plat tidak menyentuh permukaan yang
meleleh. Segera tutup klem (dengan 8 – 10 detik dari
pemindahan plat) dan rekatkan permukaan yang sudah meleleh
bersama pada tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
o. Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal
sampai yang diindikasikan pada tabel r. Setelah itu pipa yang
disambung dapat dipindahkan dari mesin tetapi tidak boleh
dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu
pendinginan di atas.
p. Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragamannya dan
cek bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan.
3. Perlintasan Pipa
a. Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan saluran air bersih,
seperti yang terlihat dalam gambar. Penyedia Jasa hendaknya
mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk membuat bangunan
perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
b. Untuk pipa-pipa yang melintasi saluran, harus dibuat konstruksi
khusus seperti terlihat pada gambar rencana. Pipa yang
digunakan untuk perlintasan ini adalah pipa besi.

13. PENGETESAN PIPA


1. Umum.
 Pipa yang telah dipasang harus ditest diuji/pada setiap sambungannya
untuk diketahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan
sempurna.
 Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan
disaksikan oleh Direksi/Pengawas. Pengetesan ulang harus

23
dilaksanakan kembali bila hasil pengetesan belum mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas.
 Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan
pengetesan ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
 Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi
bagian dari panjang pipa, dengan panjang pipa untuk tiap kali pengetesan
tidak lebih dari 500 m.
 Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal 12.5
atmosfir atau satu kali tekanan kerja pipa, dan apabila selama 1(satu)
jam tekanan tidak berubah atau turun, test dinyatakan berhasil dan
dapat diterima.
Pengetesan dapat dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:
2. Hydrostatic Pressure Test.
 Setelah pipa dipasang dan sebagian telah di urug, pada pipa tersebut
harus dilakukan pengujian hidrostatis (Hydrostatic pressure test).
 Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disedikan oleh
Penyedia Jasa, cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas.
 Sebelum dilaksanakan pengujian semua udara harus dikeluarkan dari
dalam pipa dengan cara mengisi pipa dengam air sampai penuh. Bila
pada jalur pipa yang diuji tidak terdapat valve pembuangan udara (air
valve) Penyedia Jasa dapat memasang kran pembuang udara pada
tempat yang disetujui Direksi/Pengawas. Setelah udara habis terbuang
dari dalam pipa, keran pembuang udara dapat ditutup rapat-rapat dan
kemudian pengujian dapat dilakukan.
 Saat-saat dilaksanakan pengujian, semua keran-keran harus dalam
keadaan tertutup.Lama pengujian dilaksanakan minimum 60 menit.
 Pada waktu pengujian, semua sambungan pipa, fitting maupun
perlengkapan lainnya harus diuji/dites pada galian parit yang terbuka
(belum diurug). Bila kelihatan ada kebocoran-kebocoran pada
sambungan-sambungan tersebut maka sambungan tersebut harus
diperbaiki sehingga tidak terdapat kebocoran pada tempat sambungan
tersebut.
3. Pengujian Kebocoran (Leakage test)
 Pengujian kebocoran harus dilaksanakan setelah pengujian tekanan
hidrostatis selesai dilaksanakan dan disetujui Direksi/Pengawas.
Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua peralatan-peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan pengujian kebocoran.Lamanya
pengujian untuk tiap-tiap kali pengujian adalah 2 jam dan selama
pengujian, pipa-pipa harus tetap menunjukan tekanan normal.
 Hasil pengujian dianggap baik dan akan disetujui Direksi/Pengawas
bila memenuhi standar pengujian kerbocoran pada
sambungansambungan pipa sampai hasil pengujian kebocoran
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

24
14. PENGECATAN PIPA
 Semua pipa baja yang terbuka terhadap udara, harus diberi dua
lapisan cat dasar setelah dipermukaan pipa terlebih dahulu
dibersihkan dan sudah kering.
 Semua bagian-bagian besi baja yang terdapat pada jembatan pipa
seperti pipa support, klem pipa anchor dan lain-lain harus pula dicat.
Semua sambungan pipa baja yang dilas, setelah selesai dilas bagian
lapisan dalam dan luar harus diperbaiki kembali. Bagian pipa yang
sudah diperbaiki tersebut, harus dicat dasar anti karat syncromate
minimum 2 lapis dan dicat akhir dengan cat besi tahan karat
minimum 2 lapis.
 Penyedia Jasa harus memberikan perhatian lebih besar pada
pengaruh pengkaratan terhadap pipa baja, terutama untuk pipa baja
yang dipasang di daerah dekat pantai atau saluran air.

15. PERBAIKAN KEMBALI


a. Penyedia Jasa berkewajiban serta bertanggung jawab untuk perbaikan
kembali seperti keadaan/ konstruksi semula (sebelum pemasangan pipa)
dengan konstruksi dan kwalitas yang minimal harus sama, untuk semua
bangunan dan konstruksi lainnya yang rusak oleh rekanan akibat
pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa, seperti :
 Jalan hotmix harus kembali berhotmix.
 Jalan aspal penetrasi harus kembali beraspal penetrasi.
 Jalan batu harus kembali berbatu.
 Trotoar beton/paving stone harus kembali berbeton/paving stone.
 Bidang tanah berumput /tanaman-tanaman yang rusak harus kembali
berumput/tanaman seperti semula.
 Dan lain-lain yang di jumpai selama pelaksanaan pekerjaan.
b. Untuk pekerjaan ini pengembalian lapisan perkerasan menggunakn
lapisan penetrasi macadam tebal 5 cm padat. Spesifikasi lapisan antara
lain:
 Bersihkan terlebih dahulu permukaan lapisan agregat A yang telah
dipadatkan dengan menggunakan Air Compressor.
 Semprotkan aspal teak coat 0.8 kg/m2 secara merata dipermukaan
yang akan diaspal dengan aspal sprayer.
 Hampar agregat pokok batu pecah 3- 5 cm dan 2-3 cm lalu
dipadatkan.
 Semprotkan aspal pertama 2,5 kg/m2.
 Hampar agregat pengunci seplit 1- 2 cm s/d 0.5-1 cm lalu
dipadatkan.
 Semprotkan Aspal 1,5 kg/m2 dan gilas sampai merata.
 Taburkan pasir beton yang telah diayak merata keseluruh permukaan.
c. Untuk pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan dengan campuran aspal
panas seperti lapisan pondasi atas dengan ATB dan lapis permukaan AC
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Bina Marga.

25
PASAL 13
PENUTUP
 Sebelum pekerjaan diserah terimakan untuk pertama kali, Penyedia Jasa
harus membersihkan sisa-sisa bekas pekerjaan didalam maupun diluar
bangunan sehingga benar-benar bersih.
 Meskipun dalam RKS ini pada uraian pekerjaan dan bahan tidak dinyatakan
dengan kata-kata yang harus dipasang/dibuat/dilaksanakan oleh penyedia
jasa, bilamana pekerjaan dan bahan-bahan ini nyata-nyata menjadi bagian
dalam bestek dan bukan sebagai pekerjaan lebih/tambah.
 Hal – hal yang belum jelas disebutkan dalam Rencana Kerja dan
syarat-syarat ini, akan disampaikan dan dijelaskan dalam Berita Acara
Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
 Penyedia Jasa harus membuat gambar As Built Drawing sebanyak 5
(lima) exemplar yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas. Dalam
gambar as built drawing tersebut dicantumkan pula tabel mengenai
spesifikasi material yang dipakai, baik material dasar maupun material
finishing.

Majalengka, 31 Maret 2020


Penawar
CV. ARKATAM

TIARA AGNESIA PUTRI


Direktur

26

Anda mungkin juga menyukai