PERAN AUDIT FORENSIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI
INDONESIA
A. Fenomena Korupsi di Indonesia
Korupsi hampir terjadi di setiap daerah di Indonesia, mulai dari kasus kecil sampai dengan kasus kompleks, misalnya kasus korupsi yang terjadi pada tahun 2019, dua pejabat Pemerintah kabupaten Indragiri Hulu, Riau, yang menjadi tersangka korupsi anggaran Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) yang digelar pada tahun 2017 dan telah merugikan keuangan Negara sebesar Rp. 313.000.000,00[ CITATION Syu19 \l 1033 ]. Pemberantasan korupsi sudah sangat banyak dilakukan, tetapi upaya untuk menimbulkan efek jera dengan terpenjaranya pelaku koruptor ternyata tidak terwujud. Hal ini disebabkan karena penegakkan hukum di Indonesia tidak bebas dari permainan uang dan pengaruh kekuasaan. Strategi yang telah disusun oleh berbagai lembaga pemerintah seperti BPK, BPKP, Inspektorat, KPK maupun oleh kalangan LSM seperti MTI dan ICW masih belum mampu menuntaskan permasalahan korupsi yang sudah menjamur sedemikian rupa[ CITATION IDE10 \l 1033 ]. [ CITATION Wil19 \l 1033 ], tahun ini merupakan puncak pelemahan pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan adanya regulasi revisi UU KPK, pelemahan melewati revisi UU KPK dan dimudahkanya remisi para koruptor dalam UU tentang permasyarakatan. Hukumanya pun berkurang yang tadinya 4 tahun di tipikor lalu turun menjadi 2 tahun, denda juga banyak berkurang. Kesulitan lain yang akan dihadapi KPK ke depan yakni terkait hilangnya status penyidik dan penuntut pimpinan KPK.
B. Audit Forensik
[ CITATION IDE10 \l 1033 ],Audit forensik merupakan suatu pengujian mengenai
bukti atas suatu pernyataan atau pengungkapan informasi keuangan untuk menentukan keterkaitannya dengan ukuran-ukuran standar yang memadai untuk kebutuhan pembuktian di pengadilan. Audit forensik lebih menekankan proses pencarian bukti serta penilaian kesesuaian bukti atau temuan audit tersebut dengan ukuran pembuktian yang dibutuhkan untuk proses persidangan. Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
Audit forensik merupakan perluasan dari penerapan prosedur audit standar ke
arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan persidangan di pengadilan. Audit ini meliputi prosedur-prosedur atau tahapan-tahapan tertentu yang dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan bukti. Teknik-teknik yang digunakan audit untuk mengidentifikasi dan menggabungkan bukti-bukti guna membuktikan, seperti berapa lama fraud telah dilakukan, bagaimana cara melakukan fraud tersebut, berapa besar jumlahnya, di mana dilakukannya, serta oleh siapa pelakunya. Audit forensik pertama kali harus mempertimbangkan apakah ia memiliki keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menerima pekerjaan tersebut karena audit forensik memerlukan pengetahuan tentang investigasi fraud dan pengetahuan tentang hukum secara luas dan mendalam. Tahap perencanaan merupakan tahap kedua setelah penerimaan tugas. Tahap ini mengidentifikasi jenis fraud yang terjadi, seberapa lama fraud yang berlangsung, siapa pelaku, dan kuantifikasi kerugian financial yang diderita klien. Auditor mempertimbangkan cara terbaik mendapatkan bukti dan memberikan saran untuk pencegahan terjadinya fraud tersebut[ CITATION Pur12 \l 1033 ]. [ CITATION Fau12 \l 1033 ],mengatakan bahwa pengumpulan bukti bisa saja dilakukan dengan analisa dokumen-dokumen, wawancara investigasi, dan observasi langsung ke lapangan. Sebelum melakukan pengumpulan bukti, auditor harus memahami jenis fraud dan bagaimana fraud tersebut bisa dilakukan. Bukti yang dimiliki auditor haruslah kuat dan dapat dibuktikan bahwa berdasarkan bukti tersebut terdapat kemungkinan terjadinya kecurangan. Laporan yang diterbitkan auditor sebaiknya membahas bagaimana fraudster melakukan suatu kecurangan, pengendalian internal yang berhasil dibobol, dan memberikan masukan dalam pencegahan terjadinya fraud[ CITATION Pur12 \l 1033 ]. [ CITATION Pur12 \l 1033 ], mendefinisikan fraud sebagai suatu kecurangan, baik dalam bentuk penggelapan atau penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk orang lain. Tindakan fraud menjadi tiga kelompok, antara lain korupsi, penggunaan aset yang tidak selayaknya (asset misappropriation), dan fraud atas laporan keuangan.. Kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan digambarkan dalam segitiga kecurangan (fraud triangle) yang terdiri dari insentif atau tekanan, kesempatan, dan sikap. [ CITATION IDE10 \l 1033 ], mengungkapkan bahwa korupsi direalisasi oleh aparat birokrasi dengan perbuatan menggunakan dana kepunyaan negara untuk kepentingan pribadi yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umum. Korupsi dalam kaitannya dengan birokrasi dapat dalam bentuk kolusi, dan nepotisme. Seorang ahli sosiologi korupsi, membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologi, yaitu : Transactive Corruption, Exortive Corruption, Investive Corruption, Nepotistic Corruption, Defensive Corruption, Autogenic Corruption dan Supportive Corruption.
C. Peran Audit Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Audit forensik dalam menerapkan pemberantasan korupsi di Indonesia hanya digunakan untuk mendeteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Oleh karena itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta belum dipraktikan di Indonesia. Audit forensik dalam menjalankan peranannya dalam upaya pemberantasan korupsi diharapkan mampu secara efisien mencegah, mengerti atau mengungkapkan, dan menyelesaikan berbagai kasus korupsi melalui tindakan preventif, detektif, dan represif [ CITATION IDE10 \l 1033 ]. Adanya strategi preventif dan dilakukan dengan pemberian arahan pada hal-hal yang menjadi sebab timbulnya praktek korupsi untuk dapat membuat meminimalkan penyebab korupsi serta peluang untuk dapat dengan mudah melakukan korupsi. Pada strategi detektif ini dilakukan untuk sebuah kasus korupsi yang telah terjadi, maka kasus tersebut dapat diketahui dalam waktu singkat dan akurat untuk dapat mencegah terjadinya kemungkinan terjadinya kerugian yang lebih besar. Strategi reprensif ini diarahkan untuk memberikan sanksi hukum kepada pihak yang terlibat dalam praktik korupsi. Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan suatu keahlian forensik dalam pencegahan dan cara menanggulangi kecurangan- kecurangan seperti korupsi yang diperlihatkan melalui pengadaan pelatihan kompetensi auditor forensik yang dilakukan oleh BPKP. Diklat ini sebagai persiapan bagi auditor agar dapat mengikuti sertifikasi kompetensi auditor forensik yang diadakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Forensik (LSPAF). Sejak memperoleh sebuah legalisasi tersebut, LSPAF melakukan sebuah kegiatan sertifikasi auditor forensik dan dapat pula memberikan sertifikasi kompetensi auditor forensik kepada beberapa auditor. Peran yang harus dihadapi audit forensik di indonesia adalah masih lemahnya institusi yang dapat menghasilkan tenaga forensik dan audit investigatif dalam upaya pemberantasan korupsi. Audit forensik di Indonesia yang masih sangat terbatas dan keberadaannya masih terdapat di pusat masih menjadi faktor utama korupsi yang masih dapat berkembang di seluruh Indonesia. Didalam sektor publik, peran kekuasaan yang diduduki oleh politisi dapat menjadi suatu hambatan didalam regulasi dan birokrasi yang berbelit-belit dapat menjadi suatu kendala terbesar bagi audit forensik untuk menjalankan tugasnya. Cepatnya pertumbuhan korupsi, sangatlah tidak sebanding dengan pemberantasan yang dilakukan lembaga pemberantas korupsi, oleh karena itu pemerintah harus membuka ruang gerak bagi audit forensik untuk masuk lebih jauh lagi dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Dengan terbukanya ruang gerak bagi akuntan forensik, perlahan tapi pasti dapat membantu dalam menurunkan tingkat korupsi yang terjadi di Indonesia, bahkan tidak mustahil untuk memberantas sampai ke akar dan mengubah budaya korupsi yang sudah turun - menurun tersebut. Sehingga negara kita ini dapat menjadi negara yang aman, tenang dan terbebas dari korupsi.