SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1. PEMBERSIHAN LOKASI
1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan ini meliputi pembersihan semak-semak, pekerjaan tanah/pengupasan tanah
lapisan atas (tanah humus), berikut penyediaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan
yang memadai sehingga dapat dicapai hasil yang memuaskan.
1.2. Apabila dalam pekerjaan persiapan ini terdapat kerusakan barang/peralatan milik
Pemberi Tugas, maka Pemborong bertanggung jawab dan menggantinya.
2. Pengupasan Tanah Lapisan Atas.
2.1. Pekerjaan tanah meliputi penggalian dan pemindahan dari bahan bagian permukaan,
tanah liat, tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda yang tidak diperlukan.
2.2. Penggalian sampai pada permukaan-permukaan yang dikehendaki sesuai yang tertera
pada gamabar-gambar kerja.
2.3. Pengurugan dengan bahan-bahan yang telah disetujui sampai pada ketinggian yang
direncanakan.
2.4. Tanah lapisan atas atau lapisan tanah humus, adalah bagian lapisan dari tanah pada
permukaan yang ada yang terdiri atau ditandai oleh adanya akar-akar tanaman, atau
organisme lainnya yang mana menurut pendapat Pengawas dapat mengakibatkan
gangguan pada stabilitas konstruksi yang akan dilaksanakan, harus dibuang sedalam +
20 cm dan harus dibuang sebagai lapisan permukaan.
2.5. Apabila ditemukan lapisan tanah humus lebih dari 20 cm maka penggalian harus
sedalam lapisan tersebut. Kemudian dilaksanakan pengurugan sebagai lapisan
permukaan dengan ketentuan dari Pengawas. Sedangkan biaya akibat kelebihan
penggalian ini merupakan tanggung jawab Pemborong dan bukan termasuk dalam
pekerjaan tambah.
2.6. Setelah pembersihan site, permukaan tanah, tanah liat, dan lainnya, maka dapat
dimulai pekerjaan galian.
2.7. Tanah humus yang tidak berguna harus diangkut keluar dari halaman. Pengangkutan
diatas merupakan tanggung jawab Pemborong.
2.8. Setiap biaya yang termasuk pekerjaan diatas harus dimasukkan kedalam harga
borongan.
3. Papan nama kegiatan.
3.1. Kontraktor wajib memasang papan nama proyek, ukuran serta isi keterangan yang
tertulis pada papan nama proyek ditentukan kemudian.
3.2. Cara pembayaran dalam satuan buah, pengukuran hasil kerja berdasarkan prestasi
kerja yang telah dilaksanakan.
4. Pengadaan air kerja.
4.1. Air untuk keperluan kerja harus diadakan, apabila mungkin sumber air didapat lokasi
pekerjaan dengan cara membuat sumur gali kemudian dihisap pakai pompa air.
4.2. Cara pembayaran lumpsum, pengukuran hasil kerja berdasarkan prestasi kerja yang
telah dilaksanakan.
1.2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan tepat dan mempunyai presisi
yang tinggi dengan toleransi yang sekecil mungkin, sebagaimana tercantum dalam
persyaratan ini dan sesuai dengan gambar kerja serta sesuai dengan instruksi yang
dikeluarkan oleh Pengawas.
1.3. Semua material yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, harus dari
material yang mutunya telah teruji dan dapat dibuktikan dengan ketentuan-ketentuan
yang telah disyaratkan.
1.4. Kontraktor wajib melakukan pengujian terhadap beton-beton yang akan dipergunakan
di dalam pekerjaan ini, guna mengetahui kekuatan, kondisi serta bentuk dan ukuran
dari beton itu sendiri.
1.5. Seluruh material yang tidak memenuhi ketentuan serta persyaratan yang berlaku,
harus segera diangkut untuk dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak diperkenankan
dipergunakan kembali.
2. Lingkup Pekerjaan.
2.1. Lingkup pekerjaan diatur dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan
beton/struktur yang sesuai dengan gambar rencana.
2.2. Pekerjaan beton/struktur harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk didalamnya
pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut.
2.3. Pengadaan detail, fabrikasi dan pemasangan semua kerangka (reinforcement) dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
2.4. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pelaksanaan
pekerjaan beton ini.
3. Bahan-bahan / Material.
3.1. Semen:
a. Semen yang digunakan adalah semen portland type I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri, harus satu merek. Semen disimpan sedemikian rupa
untuk mecegah terjadinya kerusakan pada bahan atau terjadinya pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
b. Penyimpanan semen harus didalam gudang tertutup, sehingga semen terhindar
dari basah atau kemungkinan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan-bahan
atau material lain.
3.2. Agregat Kasar:
a. Agregat untuk beton harus mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut,
antara lain yaitu:
Agregat beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan persyaratan
yang sesuai dengan standar SII 0052-80 tentang “Mutu dan cara uji
agregat beton”. Atau ketentuan dan persyaratan menurut ASTM C 23
“Specification For Concrete Aggregates”.
Atas persetujuan Pengawas, diperbolehkan menggunakan agregat dengan
standar lain, asal disertai dengan bukti berdasarkan pengujian khusus atau
untuk pemakaian nyata, dimana kekuatan, keawetan dan ketahanannya
dapat memenuhi persyaratan.
h. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup didalam persyaratan teknis ini,
pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang terdapat dalam Bab 5
Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal menurut ketentuan yang
berlaku dan sesuai dengan standar yang terdapat dalam SK SNI T-15-1990-03.
3.6. Pengadukan dan Alat Aduk.
a. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan kelengkapan yang memiliki
ketelitian yang tinggi untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran
masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata cara
pengadukan harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
b. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan harus
mendapatkan persetujuan Pengawas, seluruh operasional harus diperiksa secara
kontinyu oleh Pengawas.
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer atau
portable continous mixer). Sebelum digunakan mesin aduk ini harus benar-
benar dalam keadaan kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu apabila tidak
digunakan lebih dari 30 menit.
d. Selain ketentuan tersebut didalam butir c diatas, maka pengadukan beton
dilapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini:
Harus dilakukan didalam suatu mesin pengaduk dari tipe yang telah
disetujui Pengawas.
Mesin aduk harus berputar dengan kecepatan yang telah diinstruksikan
oleh pabrik pembuat mesin aduk tersebut.
Pengadukan harus diteruskan paling lambat 1,5 menit setelah semua
material dimasukkan kedalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan
bahwa dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini
masih dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat.
3.7. Pengangkutan Adukan.
a. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ketempat penyimpanan akhir
(sebelum dituang), harus dicegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau
kehilangan material.
b. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat
penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan bahan yang
telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan plastisitas beton
berbeda antar pengangkutan yang berurutan.
3.8. Penempatan Beton Yang Akan Dituang.
a. Beton yang dituang harus diletakkan sedekat mungkin ke cetakan akhir untuk
mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran
adukan.
2.2. Sebelum pondasi dipasang, terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari bambu atau
kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
besi.
2.3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug dengan tebal + 10 cm,
disiramkan dengan merata.
3. Bahan/Material
3.1. Bahan dan material yang digunakan harus berkualitas baik dan merupakan bahan
setempat, padat, bersih tanpa retak-retak dan kekurangan lain yang mempengaruhi
kualitas.
4. Adukan
4.1. Pasangan batu untuk pondasi harus dilaksanakan dengan adukan 1 PC : 4 pasir.
4.2. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air dengan campuran 1 PC : 2 pasir,
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan pondasi kebawah.
4.3. Adukan harus membungkus pada bagian tengah sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian pondasi yang berongga/tidak padat.
5. Variasi dari Kedalaman Pondasi
5.1. Variasi pada kedalam pondasi dapat diizinkan oleh Pengawas, bila kondisi pada suatu
bagian memungkinkan. Perubahan tersebut tanpa izin tertulis dari pengawasan maka
perubahan kedalaman atau lebar pondasi tidak diperbolehkan.
2. Persyaratan Bahan
Material struktur rangka atap
2.1. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties)
a. Baja Mutu Tinggi G550
b. Tegangan Leleh minimum (Minimum Yield Strength) : 5500 kg/cm2.
c. Modulus Elastisitas : 2.1 x 106 kg/cm2
5. Persyaratan Konstruksi
5.1. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan
instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling srew) dengan spesifikasi sebagai
berikut:
a. Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion Rating)
b. Ukuran baut untuk elemen struktur rangka atap (Truss Fastener) adalah type 12-
14 x 20. Dengan ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir : 12 Gauge ( 5,5 mm )
Jumlah ulir per inchi : (Threads perInch/TPI) 14 TPI
Panjang : 20 mm
Ukuran kepala baut : 5/16" (8 mm hex.socket)
Material : AISI 1022 Heat teated carbon steel
Kuat geser rata-rata : 880 kg (Shear average)
Kuat tarik minimum : 1530 kg (Tensile minimum)
Kuat torsi minimum : 1320 kg (Torque minimum)
c. Ukuran baut untuk elemen struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16X16,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir : 10 Gauge (4,87 mm)
Jumlah ulir per inchi : (Threads perInch/TPI) 16 TPI
Panjang : 16 mm
Ukuran kepala baut : 5/16"(8 mm hex.socket)
Material : AISI 1022 Heat teated carbon steel
Kuat geser rata-rata : 680 kg (Shear, Average)
Kuata tarik minimum : 1190 kg (Tensile, min)
Kuat torsi mimimum : 840 kg.m (Torque, min )
d. Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar
kerja.
e. Pemasangan baut harus menggunakan alat Bor listrik 560 watt dengan
kemampuan putaran alat minimum 2000 rpm
4. Pelaksanaan.
4.1. Sebelum digunakan, batu bata harus disiram dengan air.
4.2. Setelah terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air.
4.3. Pasangan batu bata dilakukan bertahap terdiri dari (maksimal) 20 lapis setiap hari,
diikiuti cor kolom praktis.
4.4. Adukan harus memakai mixer, adukan yang mengeras tidak boleh digunakan lagi.
1.2. Meliputi pekerjaan untuk lantai keramik, lapis floor hardener untuk difable ramp atau
menurut gambar perencanaan.
2. Pekerjaan Lantai
2.1. Spesifikasi bahan:
a. Jenis : Granit 60 x 60 cm, Granit 40 x 40 cm,
Granit 30 x 30 cm
b. Finishing : Ditentukan kemudian.
c. Warna : Ditentukan kemudian.
d. Merk : Kualitas Baik
e. Bahan pengisi siar : Grout semen sewarna dengan Granit.
2.2. Contoh-contoh:
a. Sebelum diadakan pemasangan, Pemborong harus memberikan contoh bahan-
bahan atau mock-up yang akan digunakan, untuk diperiksa kondisinya agar
dapat disetujui Pengawas.
b. Contoh bahan yang telah disetujui akan digunakan sebagai pedoman/standar
bagi Pengawas untuk menerima atau memeriksa bahan yang dikirim oleh
Pemborong ke lokasi.
2.3. Persyaratan bahan:
a. Semen portland harus memenuhi PUBB-NI 8.
b. Pasir dan air harus memenuhi PUBB-1970 (NI-3) dan PUBI-1982.
c. Bahan lain yang tidak terdapat dalam daftar diatas, tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan atau penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru dan
dari jenis serta kualitas terbaik yang di setujui oleh Pengawas.
2.4. Pelaksanaan:
a. Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam dalam air hingga
jenuh.
b. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus bersih dan kering.
c. Bidang keramik yang terpasang harus benar-benar rata dengan memperhatikan
kemiringan lantai untuk memudahkan pengaliran air sesuai dengan gambar atau
petunjuk Pengawas.
d. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik untuk permukaan
dasar ataupun dibadan belakang keramik.
e. Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar detail atau sesuai dengan
petunjuk Pengawas.
f. Lebar siar-siar harus sama, dengan kedalaman maksimal 3 mm, membentuk
garis lurus sesuai dengan gambar, atau sesuai petunjuk Pengawas. Siar-siar
harus diisi bahan pewarna (grout semen berwarna) yang mana warnanya satu
warna dengan keramik.
g. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam kotoran
dan noda yang melekat, sehingga benar-benar bersih dan warna keramik tidak
kusam.
3.6. Bila diperlukan dibutuhkan untuk alat penyambung, maka paku yang dipakai harus
memenuhi persyaratan dalam SII.0194-84. Ukuran paku yang dipakai harus
memenuhi Pasal 15 PKKI 1961.
3.7. Bila diperlukan alat-alat penyambung logam/besi dibutuhkan, seperti sengkang mur,
baut dan sebagainya. Bahan dari alat penyambung tersebut harus memenuhi
persyaratan dalam SII.0876-83.
3.8. Pengawetan Kayu.
Semua pekerjaan rangka kayu kecuali yang dipakai untuk konstruksi cetakan dan
perancah serta stabilitas tanah harus diawetkan dengan “vacum pressure impregnated”
dengan mesin dan diberi bahan anti rayap dan residu.
4. Pelaksanaan Konstruksi.
4.1. Seluruh permukaan kayu haru lurus dan rata.
4.2. Pola ukuran yang dipakai sesuai gambar atau petunjuk Direksi.
4.3. Pelaksanaan pekerjaan kayu untuk cetakan dan perancah mengikuti spesifikasi
pekerjaan beton sub pekerjaan acuan atau perancah.
4.4. Sambungan gording dipakai sambungan gigi dengan baut seperti gambar rencana.
Penempatan sambungan semaksimal mungkin pada daerah dengan momen nol,
dengan bagian kayu yang pendek berada di bawah.
4.5. Sambungan lainnya dipakai sambungan porus, pasak, kelos dan paku yang bersama-
sama sambungan baut harus memenuhi ketentuan NI-5 (PKKI).
4.6. Semua konstruksi kayu dalam keadaan terpasang harus rata tidak bergelombang dan
memenuhi spesifikasi, gambar rencana dan petunjuk Direksi.
4.7. Bila diperlukan Kontraktor berkewajiban untuk memberikan chamber pada konstruksi
untuk melawan terjadinya defleksi yang berlebihan.
4.8. Angkur digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi. Pengangkuran dengan
menggunakan “Ramset” atau yang semacam harus dengan persetujuan Direksi.
4.9. Pemasakan ke dalam beton/tembok dengan menggunakan bahan yang sesuai untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.
4.10. Kesalahan atas pelaksanaan konstruksi kayu sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
2. Langit-langit GRC/Versaboard
2.1. GRC/Versaboard dengan tebal 4 mm dengan kerangka standar kayu 5/7, 4/6 jarak 60x
60 cm.
2.2. Sebelum memasang GRC, Kontraktor wajib memeriksa bahwa kerangka untuk
tumpuan pemasangan telah sesuai dengan gambar, baik letaknya, bentuk maupun
ukurannya.
2.3. Semua bahan pada saat akan dipasang harus dalam keadaan bersih dan tanpa cacat.
2.4. Seluruh struktur kerangka kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh struktur atap
(kuda-kuda) dan dinding, sesuai ukuran dalam gambar rencana.
2.5. Langit-langit harus dilengkapi dengan manhole ukuran 60 x 60 cm. Letaknya
ditentukan dalam gambar instalasi, usul dari Pemborong dan harus dapat persetujuan
Pengawas.
2.6. Kerusakan langit-langit akibat penyambungan ruangan/bangunan, dilakukan
penggantian sesuai dengan gambar.
2.7. List plafond dipasang keliling ruangan sesuai dengan gambar, menggunakan list profil
gypsump sesuai gambar detail.
3. Langit-langit gypsump Board/Calsiboard.
3.1. Gypsump board/calsiboard setara jayaboard/knauff dengan tebal 9 mm dengan kayu
60 x 60 cm.
3.2. Sebelum memasang gypsump board, Kontraktor wajib memeriksa bahwa kerangka
untuk tumpuan pemasangan telah sesuai dengan gambar, baik letaknya, bentuk
maupun ukurannya.
3.3. Semua bahan pada saat akan dipasang harus dalam keadaan bersih dan tanpa cacat.
Kerusakan akibat pengangkutan maupun penyimpanan, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
3.4. Seluruh struktur kerangka harus kuat hubungannya, ditahan dengan baik oleh struktur
atap (kuda-kuda) dan dinding, sesuai ukuran dalam gambar rencana.
3.5. Langit-langit harus dilengkapi dengan manhole ukuran 60 x 60 cm. Letaknya
ditentukan dalam gambar instalasi, usul dari Pemborong dan harus dapat persetujuan
Pengawas.
3.6. Kerusakan langit-langit akibat penyambungan ruangan/bangunan, dilakukan
penggantian sesuai dengan gambar.
3.7. List plafond dipasang keliling ruangan sesuai dengan gambar, menggunakan list profil
gypsump sesuai gambar detail.
- Aksesoris
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan alumunium harus ditutup
Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/
stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus
2
kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000 Kg/cm .
Celah antara kaca dan sistem kusen alumunium harus ditutup oleh sealant.
Diisyaratkan bahwa kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut :
- Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
- Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
- Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
- Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh, yang dapat merusak baik lantai maupun langit-langit.
- Mempunyai aksesoris yang mampu mendukung kemungkinan di atas.
- Untuk fitting hard ware dan reinforcing material yang mana kusen
alumunium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal
yang bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.
Toleransi Pemasangan kusen alumunium disatu sisi dinding adalah 10- 25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
Khusus untuk pekerjaan jendela geser alumunium agar diperhatikan sebelum
rangka kusen terpasang. Permukaan bidang dinding horizontal
(pelubangan dinding) yang melekat pada ambang bawah dan atas harus
waterpass.
Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada
ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu
dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.
Penggunaan ini pada swing door dan double door.
Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap suara.
3.2. Bahan untuk kaca pada lobby pintu masuk utama menggunakan kaca tempered poles
merk Asahi Mas, Mulia Glass atau yang setara.
3.3. Bahan untuk kaca interior menggunakan kaca poles tebal 5 mm dari merk Asahi Mas,
Mulia Glass atau yang setara
3.4. Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfide maupun
bercak-bercak lainnya, dari produk Asahi Mas, Mulia Glass atau yang setara, kecuali
untuk kaca bagian luar seperti dijelaskan di atas.
4.3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-
lubang) termasuk mempelajari bentuk, pola, lay out/ penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan
harus ditempatkan pada ruang/ tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka alumunium dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/ menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang
tampak tidak boleh ada cacat bekas penyetelan.
Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
Daun Pintu.
- Jika diperlukan harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Konsultan Pengawas tanpa meninggalkan bekas cacat pada permukaan yang
tampak.
- Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang dan tidak melintir.
4.4. Pemasangan lockage, handle dan blok plate harus rapih, dan sesuai dengan letak posisi
yang telah ditentukan oleh Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai, Kontraktor
wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
4.5. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
4.6. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
4.7. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen Kontraktor yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Di
dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercantum
dalam gambar dokumen kontrak yang sesuai dengan standar spesifikasi pabrik.
4.8. Sebelum pelaksanaan shop drawing harus disetujui terlebih dahulu oleh
Pengawas/Konsultan perencana.
2. Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dalam :
NI – 3
ASTM 828
ASTME – 154
ASTMD – 146
TAPP 1803 dan 407
4. Contoh-contoh
Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik
minimal 10 (sepuluh) tahun.
Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada MK/Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan dari MK/Pengawas.
Keputusan jenis bahan, warna, tekstur, dan produk akan diambil oleh MK/Pengawas
dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.
Apabila diperlukan, Kontraktor wajib membuat “mock up” sebelum pekerjaan
dimulai/dipasang.
5. Pelaksanaan
Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkkan kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya, lengkap dengan ketentuan/persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan. Bahan-bahan yang tidak disetujui harus diganti atas tanggungan
Kontraktor.
Apabila dianggap perlu diadakan penukaran/penggantian, maka bahan-bahan pengganti
harus disetujui MK/Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan oleh Kontraktor.
Sebelum pekerjaan dimulai di atas suatu permukaan, permukaan harus bersih,
pengerjaannya harus sudah disetujui oleh MK/Pengawas. Peil-peil dan ukuran harus
sesuai dengan gambar.
Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan dan atas petunjuk MK/Pengawas.
Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan pada suatu tempat apabila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Kontraktor tersebut
harus mengganti tanpa biaya tambahan.
Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (aplikator
resmi produk tersebut) dan terlebih dahulu harus mengajukan “metode pelaksanaan”
sesuai dengan spesifikasi dari pabriknya untuk mendapatkan persetujuan
MK/Pengawas.
Permukaan beton dimana waterproofing akan dipasang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
- Halus dan rata bebas dari tonjolan tajam dan rongga-rongga.
4.8. Pemasangan genteng metal berpasir harus sesuai dengan syarat-syarat yang dibuat
oleh pabrik pembuat genteng spandek tersebut.
b. Penyambungan dengan sumber air (deep wel) Atau PDAM berikut jalur
pemipaan menuju Ground Reservoir.
c. Pemipaan air bersih dari pompa air di ruang mesin sampai ketangki atas dan
dari tangki atas ini ke titik-titik distribusi air bersih sampai dengan gambar
perencanaan.
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan utama, terdiri dari Pompa
Distribusi Air Bersih tangki atas dan peralatan lainnya.
e. Pembuatan sumur bor dalam dengan debit seperti yang ditentukan berikut
pemipaan menuju ground reservoir utama termasuk segala perijinan bila
diperlukan.
f. Pengadaan serta pemasangan pompa-pompa air bersih, pompa kuras beserta
instrumennya.
2.2. Persyaratan Bahan dan Peralatan.
a. Ketentuan Umum
Pompa Distribusi Air Bersih
Pompa harus dipilih dengan kapasitas dan tinggi tekan air seperti yang
ditentukan pada gambar mekanikal.
Pompa yang hendak dipasang/ditawarkan harus merupakan pompa yang
akan bekerja pada effisiensi tertingginya dan pada daerah kerja impeller
yang stabil.
Efisiensi pada kondisi operasi tidak boleh kurang dari 60%.
Impeller harus disesuaikan dengan kebutuhan akan kerja seperti yang
ditentukan tanpa harus melakukan pengurangan diameter impeller dari apa
yang telah diberikan oleh pabrik pembuat.
Motor Horse power (name plate HP) rating harus dipilih sesuai dengan
kebutuhan Motor Horse power bila pompa bekerja dengan ukuran impeller
maksimum (full size impeller) agar motor tidak menjadi ‘over loading’.
Motor, pompa dan baseplate harus ‘shop aligned’ oleh pabrik/agen
pemasaran pompa tersebut di Indonesia, sehingga tidak perlu melakukan
penyejajaran (aligning) kembali pada saat dipasang: Dalam hal ini belum
dilakukan pabrik/agen pemasaran maka kontraktor harus melakukan
penyejajaran kembali dan tampak sesuai dengan ketentuan.
b. Kelengkapan sistem pompa harus dilengkapi dengan panel kontrol star stop.
c. Kelengkapan
Setiap pompa harus dilengkapi katup searah pada sisi tekan, katup penutup
dan ‘flexible connection’ pada sisi hisap maupun sisi tekanannya dan
dilengkapi strainer pada sisi hisap pompa.
Setiap pompa harus dilengkapi dengan pengukur tekanan (pressure gauge)
dengan katup isolasi, dipasang sesuai gambar.
Setiap pompa harus dilengkapi dengan pemipaan drain untuk
penampungan drain dari casing dan seal, yang dialirkan melalui saluran
pada baseplate, menuju keseluruh air hujan terdekat.
c. Instalasi Daya.
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk
menghubungkan panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-
peralatan lain sesuai dengan gambar perencanaan dan buku persyaratan
teknis.
d. Instalasi Penerangan.
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan panel-
panel penerangan dengan fixture lampu, baik di dalam maupun di luar
bangunan, sesuai dengan gambar perencanan dan buku persyaratan teknis.
e. Fixture Lampu.
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah armature lampu, fitting, ballast,
starter, capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain yang
berhubungan dengan item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang
dipilih.
f. Sistem Pengebumian Pengaman.
Yang termasuk didalam pekerjaan system pngebumian meliputi batang
elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang
menghubungkan peralatan yang harus di ketanahan denagan elektroda
pentanahan termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan system ini.
g. Peralatan Penunjang Instalasi.
Pekerjaan ini meliputi conduit, sparing, doos outlet daya, doos saklar, doos
penyambung, doos pencabangan, elbow, metal flexible conduit, klem dan
peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan system
distribusi listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan
digambarkan dengan jelas di dalam gambar perencanan. Dalam pekerjaan
outlet daya, outlet telepon, outlet sound sistem.
h. Panel–Panel Kontrol.
Yang termasuk didalam pekerjaan ini meliputi panel control start-stop dan
monitor pompa air bersih, pompa fine fighting dan lain-lain seperti
tercantum didalam gambar perencanaan dan/atau buku spesifikasi teknis.
i. Penyambungan sumber catu daya listrik PLN sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1.5. Didalam instalasi penerangan ini harus sudah termasuk semua jenis/tipe saklar,
conduit, sparing, metal doos untuk saklar/ penyambungan, metal flexible conduit dan
peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan system
instalasi penerangan buatan.
2. Jenis Kabel
2.1. Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan SPLN atau
standard-standard lain yang diakui di negara Republik Indonesia serta mendapat
rekomendasi dari LMK.
2.2. Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik gambar perencanaan.
2.3. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600volt/100 volt.
2.4. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor
yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel.
2.5. Kecuali untuk instalasi yang harus beroprasi pada keadaan darurat seperti ditunjukan
didalam gambar perencanaan kabel-kabel yang digunakan adalah kabel PVC dengan
jenis kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangan seperti tabel dibawah
ini:
2.6. Kabel yang digunakan untuk instalasi daya listrik yang dioperasikan pada saat terjadi
kebakaran (seperti fire hydrant pump, dan lain-lain), seperti ditunjukan didalam
gambar perencanaan, harus menggunakan kabel tahan api jenis Fire Resistance cable
yang dapat menahan temperatur 800 derajat celcius selama 2 (dua) jam.
2.7. Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas penampang,
rating tegangan kerja dan standar yang digunakan.
2.8. Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/sign plate yang terbuat dari
alumunium mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama sumber yang
mencatu daya kabel atau beban tersebut.
3. Persyaratan Pemasangan
3.1. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN dan
PUIL atau peraturan-peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.
3.2. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak akan lepas
atau rusak oleh gangguan-gangguan mekanis.
3.3. Pembelokan kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari pembelokan tidak
boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
3.4. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe prees, ukuran sesuai
dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior tape dan difinish
dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.
3.5. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi penerangan
tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan. Penyambungan kabel untuk pencabangan harus dilakukan di dalam
junction box atau metal doos sesuai dengan persyaratan.
3.6. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan tidak
boleh melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat kabel.
3.7. Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung akhir
dari kabel daya harus dilindungi dengan “sealing end isolasi kabel”, sehingga bagian
konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.
3.8. Pemasangan kabel didalam bangunan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Kabel harus diatur rapi.
b. Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cm dengan perkuatan
mur baut pada dudukan/struktur rak.
c. Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit.
d. Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel didalam conduit kecuali didalam
kotak cabang.
3.9. Pemasangan kabel dalam dinding harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a. Kabel harus dilindungi dengan sparing.
b. Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam) sebelum ditutup tembok harus
disusun rapi dan diklem pada setiap jarak 60 cm. Jika sparing tersebut harus
dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem dan kawat ayam
sehingga tersusun rapi dan kokoh.
c. Kabel instalasi yang dating dari conduit menuju sparing harus dilindungi
dengan “metal flexible conduit” serta pertemuan antara conduit/sparing dengan
metal flexible conduit harus dilakukan dengan cara klem.
4. Persyaratan Teknis Peralatan Instalasi
4.1. Saklar Lampu Penerangan
a. Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN atau SII atau
standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
b. Saklar lampu harus mempunyai label yang menunjukan merk pabrik pembuat,
standard produk, tipe dan rating arus serta tegangan.
c. Saklar harus dipasang pada dinding atau pada partisi dengan ketinggian 150 cm
dari permukaan lantai atau ditentukan oleh perencanaan interior. Pemasangan
saklar harus menggunakan metal doos.
d. Tata letak saklar harus sesuai dengan gambar perencanaan dan dikoordinasi
dengan perencana interior.
Sistem pengetahanan terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara
benda-benda yang diketahankan dan peralatan bantu lain yang di butuhkan
untuk kesempurnaan system ini.
Grounding rod dari sistem pengetahanan terbuat dari pipa GIP dan
tembaga dengan konstruksi seperti gambar perencanaan.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga peralatan dan tenaga, perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan Baja , untuk struktur seperti yang tertera dalam
gambar.
b. Perkerjaan ini mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi
baja pada atap sesuai dengan yang tertera dalam gambar dan persyaratan teknis ini.
2. Ketentuan Umum
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah teknik secara umum menjadi satu
kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku
persyaratan teknis maka semua pekerjaan baja harus sesuai dengan standarisasi dibawah
ini:
1. Peraturan Perencanaan Baja Indonesia (PPBBI) 1983
2. Peraturan Pembebanan Untuk Gedung Indonesia (PPUG) NI-3-1970
3. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia
4. American Society For Testing Indonesia (ASTM)
5. Steel Structural Painting Council (SSPC)
6. Standar Industri Indonesia (SII)
b. Semua Bahan Baja yang digunakan diantaranya : IWF, Pipa Baja, harus memenuhui
persyaratan normalisasi di indonesia dan Standard ASTM A-36, dengan tegangan tarik
putus minimum 3700/cm2 dan juga memenuhi standard mutu baja ST 37.
c. Kontraktor harus melaksanakan dengan ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut
persyaratan teknis, gambar rencana dan instruksi-instruksi dari Pengawas.
3. Material
a. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan disetujui oleh
Pengawas. Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian atas bahan-bahan
tersebut dan Pelaksana harus bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan.
c. Las yang dipakai jenis las listrik dengan mutu FE 360 atau E 6013 sesuai standar JIS.
d. Semua baja yang digunakan harus sesuai dengan bentuk ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat, tertekuk, terpuntir, dengan berat sesuai dengan rencana.
e. Semua material baja harus dari agen yang dapat dipertanggungjawabkan dengan disertai
sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksana harus menyerahkan hasil pengujian
yang behubungan dengan konstruksi baja disertai faktur pengiriman.
f. Bahan untuk coating adalah cat, dengan warna yang akan ditentukan kemudian.
4. Fabrikasi
a. Fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi persyaratan untuk
pekerjaan dan terlindung dari pengaruh cuaca, misalnya cahaya matahari dan hujan.
Pelaksana harus membuat workshop dilapangan dan disetujui oleh Pengawas. Apabila
fabrikasi dilakukan diluar lokasi, maka Pelaksana harus menanggung biaya/ongkos yang
dikeluarkan oleh Pengawas, untuk mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan. Sebelum
pekerjaan las dimulai, Kontraktor wajib menyerahkan prosedur kerja cara-cara pengelasan
yang akan dikerjakan, baik dibengkel maupun yang akan dikerjakan dilapangan. Usulan ini
harus diperiksa dan disetujui Pengawas sebelum pekerjaan pengelasan ini dapat dimulai.
1. Setelah disetel dibengkel konstruksi, maka setiap komponen diberi tanda/nomor secara
sistematis agar dilapangan nanti, bagian-bagian tersebut dapat disambung kembali dengan
mudah.
2. Setiap komponen harus dihitung beratnya agar dapat diatur pengangkutannnya, seperti truk-
truk dan trailer sesuai dengan kapasitas yang diperlukan.
3. Di lapangan komponen baja harus diletakkan sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal
yang
9. Pemotongan Material
e. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang sesuai, alat
potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik
f.Alat potong harus dalam kondisi baik.
g. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
h. Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih
DWI OKTARINI, ST
Direktur