Anda di halaman 1dari 45

Spesifikasi Teknis 1

SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1. PEMBERSIHAN LOKASI
1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan ini meliputi pembersihan semak-semak, pekerjaan tanah/pengupasan tanah
lapisan atas (tanah humus), berikut penyediaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan
yang memadai sehingga dapat dicapai hasil yang memuaskan.
1.2. Apabila dalam pekerjaan persiapan ini terdapat kerusakan barang/peralatan milik
Pemberi Tugas, maka Pemborong bertanggung jawab dan menggantinya.
2. Pengupasan Tanah Lapisan Atas.
2.1. Pekerjaan tanah meliputi penggalian dan pemindahan dari bahan bagian permukaan,
tanah liat, tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda yang tidak diperlukan.
2.2. Penggalian sampai pada permukaan-permukaan yang dikehendaki sesuai yang tertera
pada gamabar-gambar kerja.
2.3. Pengurugan dengan bahan-bahan yang telah disetujui sampai pada ketinggian yang
direncanakan.
2.4. Tanah lapisan atas atau lapisan tanah humus, adalah bagian lapisan dari tanah pada
permukaan yang ada yang terdiri atau ditandai oleh adanya akar-akar tanaman, atau
organisme lainnya yang mana menurut pendapat Pengawas dapat mengakibatkan
gangguan pada stabilitas konstruksi yang akan dilaksanakan, harus dibuang sedalam +
20 cm dan harus dibuang sebagai lapisan permukaan.
2.5. Apabila ditemukan lapisan tanah humus lebih dari 20 cm maka penggalian harus
sedalam lapisan tersebut. Kemudian dilaksanakan pengurugan sebagai lapisan
permukaan dengan ketentuan dari Pengawas. Sedangkan biaya akibat kelebihan
penggalian ini merupakan tanggung jawab Pemborong dan bukan termasuk dalam
pekerjaan tambah.
2.6. Setelah pembersihan site, permukaan tanah, tanah liat, dan lainnya, maka dapat
dimulai pekerjaan galian.
2.7. Tanah humus yang tidak berguna harus diangkut keluar dari halaman. Pengangkutan
diatas merupakan tanggung jawab Pemborong.
2.8. Setiap biaya yang termasuk pekerjaan diatas harus dimasukkan kedalam harga
borongan.
3. Papan nama kegiatan.
3.1. Kontraktor wajib memasang papan nama proyek, ukuran serta isi keterangan yang
tertulis pada papan nama proyek ditentukan kemudian.
3.2. Cara pembayaran dalam satuan buah, pengukuran hasil kerja berdasarkan prestasi
kerja yang telah dilaksanakan.
4. Pengadaan air kerja.
4.1. Air untuk keperluan kerja harus diadakan, apabila mungkin sumber air didapat lokasi
pekerjaan dengan cara membuat sumur gali kemudian dihisap pakai pompa air.
4.2. Cara pembayaran lumpsum, pengukuran hasil kerja berdasarkan prestasi kerja yang
telah dilaksanakan.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 2

Pasal 2. PENGUKURAN, BOUWPLANK DAN PENENTUAN PEIL


1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Pengawas bersama dengan perencana.
2. Tugu patok dasar dibuat dari beton, berpenampang 20 x 20 cm2, tertancap kuat kedalam
tanah dengan bagian yang muncul diatas permukaan tanah secukupnya untuk memudahkan
pengukuran selanjutnya, tugu dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas
dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Pengawas untuk membongkarnya.
3. Papan untuk bouwplank dari kayu berukuran 2/20 yang diserut halus pada bagian atas,
dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
4. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap kokoh didalam tanah sehingga
tidak goyang atau berubah.
5. Tinggi sisi atas patok ukur harus sama antara yang satu dengan yang lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh manager konstruksi.
6. Setelah selesai pemasangan papan ukur, pemborong harus melaporkan kepada Pengawas
untuk diminta persetujuannya, serta harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketetapan
letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan
Pengawas.
7. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan bouwplank/setting
out pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan bench-marks yang diberi Pengawas
secara tertulis, serta bertanggung jawab atas level, posisi, dimensi serta kelurusan seluruh
bagian pekerjaan dan pengadaan peralatan maupun tenaga kerja.
8. Bilamana dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal tersebut diatas,
merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut dan
akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari Pengawas.
9. Pemeriksaan setting-out atau lainnya oleh manager konstruksi atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung jawab Pemborong menjadi berkurang. Pemborong wajib melindungi
semua bench-marks dll, dan hal yang perlu dalam pekerjaan ini.
10. Sebelum memulai pekerjaan galian Pemborong harus memastikan peil-peil dari halaman
dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik atau garis-garis contour yang ditentukan
didalam gambar kerja.
11. Bila ditemukan hal-hal yang menyangsikan dari peil-peil ini, maka Pemborong harus
menyampaikan laporan tertulis kepada Pengawas.

Pasal 3. PEKERJAAN TANAH (GALIAN DAN URUGAN)


1. Pekerjaan Galian.
1.1. Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, kemiringan dan
lengkungan sesuai dengan kebutuhan konstruksi atau sebagainya ditunjukan dalam
gambar.
1.2. Apabila tanah lapisan atas ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan permukaan
atau pembatas maka tanah ini perlu diamankan terlebih dahulu untuk penggunaan
diatas.
1.3. Tanah humus/tanah galian yang tidak berguna harus diangkut keluar dari halaman.
Pengangkutan diatas merupakan tanggung jawab Pemborong atau bila perlu
memindahkan tanah-tanah atau bahan-bahan yang tidak terpakai atau kelebihan tanah
yang tidak dipergunakan untuk urugan dan lain-lain sebagainya yang dapat di
instruksikan oleh Pengawas.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 3

2. Persiapan Untuk Urugan.


2.1. Permukaan tanah yang sudah diambil lapisan atasnya, harus digilas sehingga
kepadatannya mencapai 90% dari kepadatan maksimum sampai kedalaman 15 cm.
2.2. Diatas permukaan tanah yang telah dipadatkan tersebut, baru dapat dilakukan
pengurugan tanah.
3. Pengurugan.
3.1. Semua bahan yang digunakan untuk urugan harus dengan persetujuan Pengawas.
3.2. Pengurugan harus dilakukan sampai memperoleh peil-peil yang dikehendaki, sebagai
mana yang dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.
4. Pemadatan.
4.1. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan dan
harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal + 20 cm.
4.2. Setiap lapis dipadatkan, jika memungkinkan dengan mesin giling (tumbuk) atau
stemper dengan disirami air yang disetujui oleh Pengawas.
5. Proses Pemiringan Tanah.
5.1. Pemborong diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan kemiringan tanah yang
ada dan bertanggung jawab atas stabilitas dari tanggul-tanggul ini sampai batas
periode kestabilan dan mempersiapkan segala sesuatunya yang dianggap perlu untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini.
6. Pemeriksaan Penggalian dan Pengurugan.
6.1. Galian dan urugan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Pengawas sebelum dimulai
kepada tahap yang selanjutnya. Dalam hal pengurugan, Pengawas akan menunjukan
bagian-bagian tanah yang akan dipadatkan yang harus dilaksanakan pengujian
pemadatannya.
6.2. Pengurugan untuk pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau tertimbun oleh
tanah tidak boleh dilanjutkan atau dilaksanakan sebelum diadakannya pemeriksaan
oleh Pengawas.

Pasal 4. PEKERJAAN BETON KONSTRUKSI


1. Ketentuan Umum.
1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik atau syarat-syarat pelaksanaan
pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini.
Dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai
dengan standard yang berlaku yaitu :
a. Tata Cara Perhitungan Kekuatan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK
SNI T-15-1991-03).
b. Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982).
c. Standard Industri Indonesia (SII).
d. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983.
e. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung (PPTGUG, 1983).
f. American Society Of Testing Matrial (ASTM).

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 4

1.2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan tepat dan mempunyai presisi
yang tinggi dengan toleransi yang sekecil mungkin, sebagaimana tercantum dalam
persyaratan ini dan sesuai dengan gambar kerja serta sesuai dengan instruksi yang
dikeluarkan oleh Pengawas.
1.3. Semua material yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, harus dari
material yang mutunya telah teruji dan dapat dibuktikan dengan ketentuan-ketentuan
yang telah disyaratkan.
1.4. Kontraktor wajib melakukan pengujian terhadap beton-beton yang akan dipergunakan
di dalam pekerjaan ini, guna mengetahui kekuatan, kondisi serta bentuk dan ukuran
dari beton itu sendiri.
1.5. Seluruh material yang tidak memenuhi ketentuan serta persyaratan yang berlaku,
harus segera diangkut untuk dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak diperkenankan
dipergunakan kembali.
2. Lingkup Pekerjaan.
2.1. Lingkup pekerjaan diatur dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan
beton/struktur yang sesuai dengan gambar rencana.
2.2. Pekerjaan beton/struktur harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk didalamnya
pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut.
2.3. Pengadaan detail, fabrikasi dan pemasangan semua kerangka (reinforcement) dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
2.4. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pelaksanaan
pekerjaan beton ini.
3. Bahan-bahan / Material.
3.1. Semen:
a. Semen yang digunakan adalah semen portland type I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri, harus satu merek. Semen disimpan sedemikian rupa
untuk mecegah terjadinya kerusakan pada bahan atau terjadinya pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
b. Penyimpanan semen harus didalam gudang tertutup, sehingga semen terhindar
dari basah atau kemungkinan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan-bahan
atau material lain.
3.2. Agregat Kasar:
a. Agregat untuk beton harus mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut,
antara lain yaitu:
 Agregat beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan persyaratan
yang sesuai dengan standar SII 0052-80 tentang “Mutu dan cara uji
agregat beton”. Atau ketentuan dan persyaratan menurut ASTM C 23
“Specification For Concrete Aggregates”.
 Atas persetujuan Pengawas, diperbolehkan menggunakan agregat dengan
standar lain, asal disertai dengan bukti berdasarkan pengujian khusus atau
untuk pemakaian nyata, dimana kekuatan, keawetan dan ketahanannya
dapat memenuhi persyaratan.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 5

b. Dalam segala pekerjaan, ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi


ketentuan berikut:
 Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
 Sepertiga dari tebal pelat.
 3
/4 Jarak bersih minimum antar batang tulang, atau berkas batang
tulangan.
 Terjadinya toleransi ukuran dapat diperbolehkan menurut tenaga ahli,
untuk kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah
sedemikian rupa, sehingga kondisi beton dijamin tidak akan terjadi
sarang kerikil atau adanya rongga-rongga.
3.3. Air:
Air yang digunakan pada campuran beton harus dengan ketentuan berikut:
a. Jika mutunya meragukan harus di analisis kimia dan dievaluasi mutunya
menurut tujuan pemakaiannya.
b. Harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara nyata.
c. Tidak mengandung benda-benda yang tersuspensi lebih dari 2 gr/liter.
d. Tidak mengandung larutan yang dapat merusak beton (zat asam, zat organik dan
sebagainya) lebih dari 15 gr/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari
500ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100ppm.
e. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air digunakan lebih dari 10%.
3.4. Baja Kerangka Untuk Beton (Baja Tulangan):
Baja tulangan yang digunakan harus dapat memenuhi ketentuan berikut ini:
a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lekukan, retak, bergelombang,
berlubang atau berlapis.
b. Hanya diperkenankan berkarat ringan saja.
c. Untuk tulangan utama (tarik/tekan, lentur) harus digunakan Baja Tulangan
Deform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari
70% diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5%
diameter nominalnya.
d. Kerangka beton dengan Ø < 10 mm memakai KS Asli.
e. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan harus dibuktikan dengan
sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan kekuatan
leleh dan berat permeter serta panjangnya, dari baja tulangan yang
dimaksudkan.
f. Diameter nominal Baja Tulangan Deform / BJTD yang digunakan harus
ditentukan dari sertifikat pengujian, yang dapat ditentukan dengan rumus:
d = 4,029 √B atau; d = 12,47 √G
Keterangan:
d = Diameter nominal (mm).
B = Berat baja tulangan (N/mm).

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 6

G = Berat baja tulangan (Kg/m).


g. Toleransi berat batang contoh yang diizinkan dalam pasal ini adalah:

DIAMETER TULANGAN TOLERANSI BERAT


BAJA TULANG YANG DI IZINKAN
Ø < 10 mm +7%
10 mm < Ø < 16 mm +6%
16 < Ø < 28 mm +5%
Ø > 28 mm +4%
3.5. Beton dan Adukan Beton Struktur.
a. Kuat tekan target beton yang diisyaratkan dalam pekerjaan ini (f”c) tidak boleh
kurang dari 19.3 MPa (setara K225). Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan
adanya sertifikat pengujian dari laboratorium bahan bangunan yang telah di
tentukan dan disetujui oleh Pengawas.
b. Beton harus dirancang proporsi campuran agar menghasilkan kuat tekan rata-
rata (fcr) minimal sebesar: fcr = fc + 1,64 Sr, dengan Sr adalah standar deviasi
rencana dari benda uji yang nilainya sama dengan standar deviasi statistik
dikalikan dengan faktor berikut:

JUMLAH BENDA UJI FAKTOR PERKALIAN


< 15 dikonsultasikan dengan pengawas
15 1,16
20 1,08
25 1,03
> 30 1,00
c. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, untuk setiap 10 m3 produksi adukan beton harus menggunakan
minimal dua buah benda uji.
d. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat
di dalam standar metoda pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium yakni menurut ketentuan yang sesuai dengan standar SK SNI M-
62-1990-03.
e. Jika hasil uji tekan beton menunjukan bahwa kuat tekan target beton yang
dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka proporsi adukan beton tersebut tidak
dapat dipergunakan.
f. Kontraktor (dengan persetujuan dari Pengawas) harus membuat proporsi
campuran adukan beton yang baru dengan sedemikian rupa, sehingga nilai kuat
tekan target beton yang disyaratkan dapat meningkat dan mencapai nilai yang
telah ditentukan.
g. Untuk kekentalan adukan, pada setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat sampel
guna pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 7

BAGIAN KONSTRUKSI NILAI SLUMP (mm)


Pelat pondasi / poer. 50 – 125
Kolom struktur 75 – 150
Balok – balok 75 – 150
Pelat lantai 75 – 150

h. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup didalam persyaratan teknis ini,
pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang terdapat dalam Bab 5
Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal menurut ketentuan yang
berlaku dan sesuai dengan standar yang terdapat dalam SK SNI T-15-1990-03.
3.6. Pengadukan dan Alat Aduk.
a. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan kelengkapan yang memiliki
ketelitian yang tinggi untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran
masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata cara
pengadukan harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
b. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan harus
mendapatkan persetujuan Pengawas, seluruh operasional harus diperiksa secara
kontinyu oleh Pengawas.
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer atau
portable continous mixer). Sebelum digunakan mesin aduk ini harus benar-
benar dalam keadaan kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu apabila tidak
digunakan lebih dari 30 menit.
d. Selain ketentuan tersebut didalam butir c diatas, maka pengadukan beton
dilapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini:
 Harus dilakukan didalam suatu mesin pengaduk dari tipe yang telah
disetujui Pengawas.
 Mesin aduk harus berputar dengan kecepatan yang telah diinstruksikan
oleh pabrik pembuat mesin aduk tersebut.
 Pengadukan harus diteruskan paling lambat 1,5 menit setelah semua
material dimasukkan kedalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan
bahwa dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini
masih dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat.
3.7. Pengangkutan Adukan.
a. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ketempat penyimpanan akhir
(sebelum dituang), harus dicegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau
kehilangan material.
b. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat
penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan bahan yang
telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan plastisitas beton
berbeda antar pengangkutan yang berurutan.
3.8. Penempatan Beton Yang Akan Dituang.
a. Beton yang dituang harus diletakkan sedekat mungkin ke cetakan akhir untuk
mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran
adukan.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 8

b. Pelaksanaan penuangan beton harus dilakukan secepat mungkin untuk


mempertahankan kondisi agar selalu plastis dan dapat mengalir dengan mudah
kedalam rongga diantar tulangan.
c. Beton yang telah kering sebagian atau telah dikotori oleh material lain, tidak
boleh dituang kedalam cetakan.
d. Beton yang telah mengeras kemudian ditambah dengan air untuk diaduk
kembali tidak boleh dipergunakan kembali.
e. Beton yang dituang harus dipadatkan secepat mungkin dengan alat yang tepat
secara maksimal agar dapat mengisi secara sempurna kedaerah sekitar tulangan
dan barang yang tertanam hingga kedaerah pojok acuan.
3.9. Perawatan Beton.
a. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton
harus dipertahankan dalam kondisi lembab minimal 72 kecuali jika di lakukan
perawatan yang tercepat.
b. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton
harus dipertahankan dalam kondisi lembab minimal 168 jam kecuali jika
dilakukan perawatan yang tercepat. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5;
Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal (SK SNI T-15-1990-03).
3.10. Cetakan Beton.
a. Dalam segala hal, cetakan beton termasuk penyangganya harus dirancang
sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa penyangga dan cetakan mampu
menerima beban yang diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan
beton.
b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil
beton yang direncanakan, tidak bocor dan harus kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau longsor.
c. Permukaan cetakan harus cukup rata dan tidak boleh ada lekukan dan lubang.
Sambungan pada cetakan lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal,
terutama untuk permukaan beton yang tidak difinish (expossed concrete).
d. Kecuali bila beton pondasi, cetakannya dibuat dari multipleks dengan ketebalan
12 (dua belas) mm.
e. Kontraktor harus melakukan upaya supaya penyerapan air adukan oleh cetakan
dapat dicegah.
f. Tiang-tiang harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau perpindahan
tempat pada beberapa kegiatan konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang
penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban-beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.
g. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituangkan. Permukaan cetakan harus bersih dari segala
kotoran, dan diberi form oil untuk mencegah melekatnya beton pada cetakan.
Untuk menghindari lekatnya form oil pada baja tulangan, maka form oil pada
cetakan dilakukan sebelum tulangan terpasang.
h. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Pengawas, atau
jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut:

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 9

 Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35% fc).


 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara 70% fc).
 Balok dengan konstruksi 21 hari (setar dengan 95% fc).
 Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95% fc).
i. Pada bagian konstruksi yang terletak didalam tanah, cetakan harus dicabut
sebelum pengurugan dilakukan.
3.11. Pengangkutan dan Pengecoran.
a. Perletakan pengadukan dan pengecoran harus diatur sedemikian rupa hingga
memudahkan dalam pengecoran.
b. Waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak boleh lebih dari 1 jam.
Pengecoran harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material dan perubahan letak tulangan.
c. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 1,5 m, cara
penuangan dengan alat bantu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya harus
dapat persetujuan Pengawas.
d. Pelaksana harus memberitahukan Pengawas selambat-lambatnya 2 hari sebelum
pengecoran dilaksanakan.
3.12. Pemadatan Beton.
a. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/mechanical
vibrator dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk
mengalirkan beton.
b. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang dihasilkan
merupakan massa utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.
c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk pengisian beton dan
pemadatannya.
d. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada tulangan
yang telah masuk pada beton yang mulai mengeras.

Pasal 5. PEKERJAAN BETON PRAKTIS.


1. Lingkup Pekerjaan.
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan jasa-jasa lainnya
sehubungan dengan pekerjaan kolom praktis dan bagian lain sesuai dengan gambar-gambar
dan persyaratan teknis ini.
2. Pengendalian pekerjaan.
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan
seperti tertera dalam ASTM C150, ASTM 33, SII-0051-74, SII-0013-81 dan SII-0136-84.
3. Bahan-bahan.
Bahan-bahan/material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat halus, PC, dan
sebagainya sesuai dengan yang dipakai pada beton konstruksi. Demikian juga mengenai cara
penyimpanannya.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 10

Pasal 6. CACAT-CACAT PEKERJAAN


1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan dan keahlian dalam pengerjaan setiap
bagian pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam persyaratan teknis,
maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan
yang dikehendaki oleh Pengawas.
3. Seluruh pembongkaran akibat cacat kerja, biayanya menjadi tanggung jawab Pemborong.

Pasal 7. PEKERJAAN PONDASI BATU KALI


1. Lingkup pekerjaan.
1.1. Lingkup pekerjaan pondasi meliputi pekerjaan pondasi batu kali pada bagian-bagian
yang telah ditunjukan dalam gambar.
2. Umum.
2.1. Pondasi pasangan batu harus diukur dilapangan dan dilaksanakan sesuai dengan
ukuran dimensinya sesuai dengan gambar.
2.2. Sebelum pondasi dipasang, terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari bambu
atau kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
penampang besi.
2.3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug dengan tebal + 5 Cm,
disiramkan dengan merata.
3. Bahan/Material
3.1. Batu kali yang digunakan harus berkualitas baik dan merupakan bahan setempat,
padat, bersih tanpa retak-retak dan kekurangan lain yang mempengaruhi kualitas.
4. Adukan
4.1. Pasangan batu untuk pondasi harus dilaksanakan dengan adukan 1 PC : 4 pasir.
4.2. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air dengan campuran 1 PC : 2 pasir,
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan pondasi kebawah.
4.3. Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah sedemikian rupa sehingga
tidak ada bagian pondasi yang berongga/tidak padat.
5. Variasi dari Kedalaman Pondasi
5.1 Variasi pada kedalam pondasi dapat diizinkan oleh Pengawas, bila kondisi pada suatu
bagian memungkinkan. Perubahan tersebut tanpa izin tertulis dari pengawasan maka
perubahan kedalaman atau lebar pondasi tidak diperbolehkan.

Pasal 8. PEKERJAAN PONDASI PLAT


1. Lingkup pekerjaan.
1.1. Lingkup pekerjaan pondasi meliputi pekerjaan pondasi Plat pada bagian-bagian yang
telah ditunjukan dalam gambar.
2. Umum.
2.1. Pondasi pasangan batu harus diukur dilapangan dan dilaksanakan sesuai dengan ukuran
dimensinya sesuai dengan gambar.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 11

2.2. Sebelum pondasi dipasang, terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari bambu atau
kayu pada setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
besi.
2.3. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug dengan tebal + 10 cm,
disiramkan dengan merata.
3. Bahan/Material
3.1. Bahan dan material yang digunakan harus berkualitas baik dan merupakan bahan
setempat, padat, bersih tanpa retak-retak dan kekurangan lain yang mempengaruhi
kualitas.
4. Adukan
4.1. Pasangan batu untuk pondasi harus dilaksanakan dengan adukan 1 PC : 4 pasir.
4.2. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air dengan campuran 1 PC : 2 pasir,
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan pondasi kebawah.
4.3. Adukan harus membungkus pada bagian tengah sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian pondasi yang berongga/tidak padat.
5. Variasi dari Kedalaman Pondasi
5.1. Variasi pada kedalam pondasi dapat diizinkan oleh Pengawas, bila kondisi pada suatu
bagian memungkinkan. Perubahan tersebut tanpa izin tertulis dari pengawasan maka
perubahan kedalaman atau lebar pondasi tidak diperbolehkan.

Pasal 9. RANGKA ATAP BAJA RINGAN


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, perangkaian (assembling) dan ereksi
(erection), seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja
(workshop) meliputi:
1.1. Pekerjaan rangka atap (roof truss)
1.2. Pekerjaan reng (batten)
1.3. Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)
Lingkup pekerjaan tidak meliputi
1.1. Pemasangan penutup atap
1.2. Pemasangan kap finishing atap
1.3. Talang selain talang jurai dalam
1.4. Asesoris atap.

2. Persyaratan Bahan
Material struktur rangka atap
2.1. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties)
a. Baja Mutu Tinggi G550
b. Tegangan Leleh minimum (Minimum Yield Strength) : 5500 kg/cm2.
c. Modulus Elastisitas : 2.1 x 106 kg/cm2

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 12

d. Modulus Geser : 8 x 105 kg/cm2


2.2. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating)
Lapisan pelindung seng dan aluminium (Zincalume/AZ) dengan komposisi sebagai
berikut:
a. 55% Aluminium (Al)
b. 43.5% Seng (Zinc}
c. 1.5% Silicon (Si)
d. Ketebalan Pelapisan : 50 gr/ m2 dan 150 gr/m2 (AZ 50-AZ 150)
2.3. Profil Material
Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk atap adalah profil lip-channel.
a. C75.100 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 1,00 mm)
Reng (batten)
a. Profil yang digunakan untuk reng 40/45
Talang jurai dalam (valley gutter).
Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan dasar baja
0.45 dan telah dibentuk menjadi talang lembah.
3. Persyaratan Design
3.1. Design rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat serta
memenuhi kaidah-kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard batas design
struktur baja cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel Structure Design}
3.2. Kontraktor wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari material baja
yang akan digunakan.
4. Persyaratan Pra-Konstruksi
4.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Pada prinsipnya ukuran pada gambar
kerja adalah ukuran jadi/finish.
4.2. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang diakibatkan
oleh kurang teliti dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus diganti kewajiban
yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan maupun kekurangan lain
akibat Kontraktor tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap
dari Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan
tambah dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya Kontraktor tidak dapat diklaim
sebagai biaya tambah.
4.3. Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke konsultan pengawas
dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis. Semua
perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang
mempengaruhi quantity (kontrak), kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan
pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang.
4.4. Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk kontruksi baja ringan difabrikasi di
workshop, baik worshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor bertanggung
jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan pemasangan semua
komponen struktur konstruksi baja ringan.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 13

5. Persyaratan Konstruksi
5.1. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan
instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling srew) dengan spesifikasi sebagai
berikut:
a. Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion Rating)
b. Ukuran baut untuk elemen struktur rangka atap (Truss Fastener) adalah type 12-
14 x 20. Dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diameter ulir : 12 Gauge ( 5,5 mm )
 Jumlah ulir per inchi : (Threads perInch/TPI) 14 TPI
 Panjang : 20 mm
 Ukuran kepala baut : 5/16" (8 mm hex.socket)
 Material : AISI 1022 Heat teated carbon steel
 Kuat geser rata-rata : 880 kg (Shear average)
 Kuat tarik minimum : 1530 kg (Tensile minimum)
 Kuat torsi minimum : 1320 kg (Torque minimum)
c. Ukuran baut untuk elemen struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16X16,
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diameter ulir : 10 Gauge (4,87 mm)
 Jumlah ulir per inchi : (Threads perInch/TPI) 16 TPI
 Panjang : 16 mm
 Ukuran kepala baut : 5/16"(8 mm hex.socket)
 Material : AISI 1022 Heat teated carbon steel
 Kuat geser rata-rata : 680 kg (Shear, Average)
 Kuata tarik minimum : 1190 kg (Tensile, min)
 Kuat torsi mimimum : 840 kg.m (Torque, min )
d. Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar
kerja.
e. Pemasangan baut harus menggunakan alat Bor listrik 560 watt dengan
kemampuan putaran alat minimum 2000 rpm

5.2. Pemotongan Material


a. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang
sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik
b. Alat potong harus dalam kondisi baik.
c. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
d. Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 14

Pasal 10. PEKERJAAN BATU BATA.


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, material, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang akan dibutuhkan untuk menunjang jalannya pelaksanaan dalam
pekerjaan ini.
1.2. Pekerjaan ini mencakup pengerjaan dinding bangunan bagian luar dan bagian dalam,
pagar bangunan, sesuai dengan yang tertera pada gambar kerja, dan sesuai dengan
petunjuk Pengawas.
2. Bahan-bahan.
2.1. Batu bata dapat dipergunakan untuk pasangan dinding, dalam pekerjaan ini yang
diperlukan adalah batu bata yang produksi dari daerah setempat sesuai dengan
persetujuan, syarat-syarat fisik dan ketentuan-ketentuan yang dikemukakan oleh
Pengawas.
2.2. Semen yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus mempunyai kualitas yang sama
seperti semen untuk pekerjaan beton dan harus sesuai dengan ketentuan menurut
standar PUBB-NI.8.
2.3. Pasir yang dipergunakan untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi persyaratan
PUBB-N.I.3.
2.4. Air yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini, harus air yang benar-benar
bersih, tidak berwarna, dan tidak mengandung bahan–bahan kimia (asam, alkali) atau
bahan campuran lain serta tidak mengandung minyak atau lemak dan kotoran lain
seperti lumpur.
3. Proposal Adukan.
JENIS KOMPOSISI PENGGUNAAN
Adukan waterproof Dipasang dari atas sloof dan pada dinding
1 pc : 2 ps
(kedap air) KM/WC.
Untuk pelesteran dinding KM/WC dari lantai dan
Pelsteran waterproof 1 pc : 2 ps
plesteran beton.
Untuk pasangan dinding selain pasangan kedap
Pasangan 1 pc : 4 ps
air.

Plesteran 1 pc : 4 ps Untuk semua plesteran dinding, pagar batu bata.

4. Pelaksanaan.
4.1. Sebelum digunakan, batu bata harus disiram dengan air.
4.2. Setelah terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air.
4.3. Pasangan batu bata dilakukan bertahap terdiri dari (maksimal) 20 lapis setiap hari,
diikiuti cor kolom praktis.
4.4. Adukan harus memakai mixer, adukan yang mengeras tidak boleh digunakan lagi.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 15

Pasal 11. PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN.


1. Lingkup Pekerjaan.
Bagian ini meliputi plesteran dan acian untuk seluruh dinding bata, kolom beton, balok
beton, expose dan lain-lain. Seperti dijelaskan pada gambar pelaksanaan.
2. Pengendalian Pelaksanaan.
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat-syarat yang terdapat dalam PUBB-NI 2-1971,
NI 3-1970, dan NI 8-1974.
3. Bahan-bahan atau Material.
3.1. Semen yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus mempunyai kualitas sama seperti
semen untuk pekerjaan beton yang harus sesuai dengan PUBB-NI.8.
3.2. Pasir yang dipakai pada pekerjaan pasangan harus memenuhi persyaratan menurut
PUBB-N.I.3.
3.3. Air yang digunakan harus air bersih, tidak berwarna, dan tidak mengandung bahan–
bahan kimia (asam, alkali) serta tidak mengandung minyak atau lumpur.
4. Campuran.
Komposisi campuran untuk pekerjaan plesteran dan acian seperti disebut dalam pekerjaan
batu bata.
5. Pelaksanaan.
5.1. Pembuatan campuran harus menggunakan mesin pengaduk (mesin molen) dan
peralatan yang memadai. Membuat campuran plesteran tanpa mesin pengaduk hanya
dapat dilaksanakan bila ada izin dari Pengawas.
5.2. Permukaan dasar harus dibersihkan sampai benar-benar siap untuk dilakukan
pekerjaan plesteran.
5.3. Seluruh permukaan untuk plesteran harus cukup basah tetapi tidak sampai jenuh.
Plesteran dapat dilakukan apabila permukaan air terlihat sudah lenyap/kering kembali.
5.4. Untuk mencegah pengeringan yang bersifat sementara, penempelan campuran
maksimum 2,5 jam setelah proses pencampuran.
5.5. Plesteran harus lurus, sama rata maupun tegak lurus.
5.6. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan yang sesuai dengan yang
disyaratkan, maka dalam memenuhi pekerjaan plesteran harus dibuat kepala plesteran.
5.7. Jika plesteran menunjukan hasil yang tidak memuskan dan adanya cacat seperti pecah
atau retak, tidak rata, tidak lurus, atau bergelombang maupun keropos, maka bagian
tersebut harus dibongkar kembali dan diperbaiki atas biaya Pemborong.
5.8. Pelaksanaan plesteran dilaksanakan setelah pemasangan batu-bata berumur 2 (dua)
minggu.
5.9. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaian, maka Pemborong harus
mengganti tanpa biaya tambahan.
Pasal 12. PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralataan dan alat bantu lainnya
sesuai dengan gambar, serta petunjuk Pengawas, sehingga dapat dicapai hasil yang
baik dan sempurna.
Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes
Spesifikasi Teknis 16

1.2. Meliputi pekerjaan untuk lantai keramik, lapis floor hardener untuk difable ramp atau
menurut gambar perencanaan.
2. Pekerjaan Lantai
2.1. Spesifikasi bahan:
a. Jenis : Granit 60 x 60 cm, Granit 40 x 40 cm,
Granit 30 x 30 cm
b. Finishing : Ditentukan kemudian.
c. Warna : Ditentukan kemudian.
d. Merk : Kualitas Baik
e. Bahan pengisi siar : Grout semen sewarna dengan Granit.
2.2. Contoh-contoh:
a. Sebelum diadakan pemasangan, Pemborong harus memberikan contoh bahan-
bahan atau mock-up yang akan digunakan, untuk diperiksa kondisinya agar
dapat disetujui Pengawas.
b. Contoh bahan yang telah disetujui akan digunakan sebagai pedoman/standar
bagi Pengawas untuk menerima atau memeriksa bahan yang dikirim oleh
Pemborong ke lokasi.
2.3. Persyaratan bahan:
a. Semen portland harus memenuhi PUBB-NI 8.
b. Pasir dan air harus memenuhi PUBB-1970 (NI-3) dan PUBI-1982.
c. Bahan lain yang tidak terdapat dalam daftar diatas, tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan atau penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru dan
dari jenis serta kualitas terbaik yang di setujui oleh Pengawas.
2.4. Pelaksanaan:
a. Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam dalam air hingga
jenuh.
b. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus bersih dan kering.
c. Bidang keramik yang terpasang harus benar-benar rata dengan memperhatikan
kemiringan lantai untuk memudahkan pengaliran air sesuai dengan gambar atau
petunjuk Pengawas.
d. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik untuk permukaan
dasar ataupun dibadan belakang keramik.
e. Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar detail atau sesuai dengan
petunjuk Pengawas.
f. Lebar siar-siar harus sama, dengan kedalaman maksimal 3 mm, membentuk
garis lurus sesuai dengan gambar, atau sesuai petunjuk Pengawas. Siar-siar
harus diisi bahan pewarna (grout semen berwarna) yang mana warnanya satu
warna dengan keramik.
g. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam kotoran
dan noda yang melekat, sehingga benar-benar bersih dan warna keramik tidak
kusam.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 17

h. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan


dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka
Pemborong tersebut harus menggantinya atas biaya sendiri.
i. Perbandingan adukan untuk pemasangan keramik adalah 1 Pc : 4 Psr dengan
ketebalan rata-rata 2 - 4 cm.

Pasal 13. PEKERJAAN PENYELESAIAN DINDING


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantunya yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai gambar, sehingga dapat
dicapai hasil yang sempurna.
1.2. Meliputi penyelesaian dinding exsterior dan interior.
2. Pekerjaan Keramik.
2.1. Spesifikasi bahan:
a. Jenis : Granit 60/60 Setaraf “Granito”
b. Finishing : Ditentukan kemudian.
c. Warna : Ditentukan kemudian.
d. Merk : Kualitas Baik
e. Bahan pengisi siar : Grout semen sewarna dengan granit.
2.2. Contoh-contoh:
a. Sebelum diadakan pemasangan, Pemborong harus memberikan contoh bahan-
bahan atau mock-up yang akan di pergunakan untuk pekerjaan, hal ini harus
disetujui oleh Pengawas.
b. Contoh bahan yang disetujui akan digunakan sebagai pedoman/standar bagi
Pengawas untuk menerima atau memeriksa bahan yang akan dikirim oleh
Pemborong ke lapangan.
2.3. Persyaratan bahan:
a. Semen portland harus memenuhi PUBB-NI 8.
b. Pasir dan air harus memenuhi PUBB-1970 (NI-3) dan PUBI-1982.
c. Bahan lain yang tidak terdapat dalam daftar diatas, tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaian atau penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru dan dari
jenis serta kualitas terbaik yang di setujui oleh Pengawas.
2.4. Pelaksanaan:
a. Sebelum keramik akan dipasang, terlebih dahulu harus direndamkan ke dalam
air hingga jenuh.
b. Permukaan dinding yang akan dipasang keramik harus bersih dan kering.
c. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik untuk permukaan
dasar atau pun dibadan belakang keramik.
d. Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar detail atau sesuai dengan
petunjuk Pengawas.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 18

e. Lebar siar-siar harus sama, dengan kedalaman maksimal 2 mm, membentuk


garis lurus sesuai dengan gambar, atau sesuai petunjuk Pengawas.
f. Siar-siar harus diisi bahan pewarna (grout semen berwarna) yang mana
warnanya satu warna dengan keramik.
g. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus, sesuai dengan
petunjuk pabrik.
h. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam kotoran
dan noda yang melekat, sehingga benar-benar bersih dan warna keramik tidak
rusak/buram.
i. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka
Pemborong tersebut harus menggantinya atas biaya sendiri.
j. Perbandingan adukan untuk pemasangan keramik adalah 1 Pc : 4 Psr dengan
ketebalan rata-rata 4 - 5 cm.

Pasal 14. PEKERJAAN KONSTRUKSI KAYU


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengerjaan dan pamasangan kayu untuk pekerjaan
konstruksi cetakan dan perancah beton dan lain-lainnya.
2. Referensi.
2.1. Semua pekerjaan kayu harus mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan standar
NI-3 dan NI-5.
3. B a h a n.
3.1. Kayu berkualitas baik, kering serta tua, serat kayu lurus, tidak retak-retak, bebas dari
mata kayu, pelapukan, pilinan dan cacat lainnya. Kadar air maksimum untuk kayu
dengan ketebalan kurang dari 7 cm adalah 19% atau kayu kering oven. Ketentuan lain
harus memenuhi persyaratan PKKI-NI-5.
3.2. Jenis kayu yang digunakan adalah:
a. Kayu klas II
b. Kayu klas III
c. Dolken
3.3. Penggunaannya Kayu ini adalah sebagai berikut:
a. Kayu klas II : stootwork
b. Kayu klas III : Bekisting
c. Dolken : Perancah
3.4. Sebelum kayu didatangkan ke lokasi, Kontraktor harus menyerahkan contoh dari
masing-masing jenis untuk dimintakan persetujuan Direksi. Jika kayu yang dikirim
tidak sesuai dengan gambar, spesifikasi dan contoh yang telah disetujui Direksi, kayu
tersebut dapat ditolak dan harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima
instruksi tertulis dari Direksi dalam waktu 2x24 jam.
3.5. Semua kayu yang telah sampai di lokasi harus disimpan, disusun menurut aturan
dalam gudang yang tertutup, terlindung dari air hujan dan cahaya matahari yang
berlebihan.
Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes
Spesifikasi Teknis 19

3.6. Bila diperlukan dibutuhkan untuk alat penyambung, maka paku yang dipakai harus
memenuhi persyaratan dalam SII.0194-84. Ukuran paku yang dipakai harus
memenuhi Pasal 15 PKKI 1961.
3.7. Bila diperlukan alat-alat penyambung logam/besi dibutuhkan, seperti sengkang mur,
baut dan sebagainya. Bahan dari alat penyambung tersebut harus memenuhi
persyaratan dalam SII.0876-83.
3.8. Pengawetan Kayu.
Semua pekerjaan rangka kayu kecuali yang dipakai untuk konstruksi cetakan dan
perancah serta stabilitas tanah harus diawetkan dengan “vacum pressure impregnated”
dengan mesin dan diberi bahan anti rayap dan residu.
4. Pelaksanaan Konstruksi.
4.1. Seluruh permukaan kayu haru lurus dan rata.
4.2. Pola ukuran yang dipakai sesuai gambar atau petunjuk Direksi.
4.3. Pelaksanaan pekerjaan kayu untuk cetakan dan perancah mengikuti spesifikasi
pekerjaan beton sub pekerjaan acuan atau perancah.
4.4. Sambungan gording dipakai sambungan gigi dengan baut seperti gambar rencana.
Penempatan sambungan semaksimal mungkin pada daerah dengan momen nol,
dengan bagian kayu yang pendek berada di bawah.
4.5. Sambungan lainnya dipakai sambungan porus, pasak, kelos dan paku yang bersama-
sama sambungan baut harus memenuhi ketentuan NI-5 (PKKI).
4.6. Semua konstruksi kayu dalam keadaan terpasang harus rata tidak bergelombang dan
memenuhi spesifikasi, gambar rencana dan petunjuk Direksi.
4.7. Bila diperlukan Kontraktor berkewajiban untuk memberikan chamber pada konstruksi
untuk melawan terjadinya defleksi yang berlebihan.
4.8. Angkur digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi. Pengangkuran dengan
menggunakan “Ramset” atau yang semacam harus dengan persetujuan Direksi.
4.9. Pemasakan ke dalam beton/tembok dengan menggunakan bahan yang sesuai untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.
4.10. Kesalahan atas pelaksanaan konstruksi kayu sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

Pasal 15. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantunya yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai gambar, sehingga dapat
dicapai hasil yang sempurna.
1.2. Pemborong harus memberikan contoh-contoh yang akan dipasang, untuk warna dan
texture akan ditentukan kemudian oleh Pengawas dan Pemberi Tugas.
1.3. Langit-langit harus terpasang dengan baik, permukaan harus rata, garis vertikal dan
horizontalnya harus saling tegak lurus mebentuk sudut 90 (sembilan puluh) derajat
sesuai disain. Jika adanya kekurangan, Pemborong wajib memperbaiki, apabila
Pengawas memerintahkan dibongkar, Pemborong harus melaksanakannnya atas biaya
Pemborong.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 20

2. Langit-langit GRC/Versaboard
2.1. GRC/Versaboard dengan tebal 4 mm dengan kerangka standar kayu 5/7, 4/6 jarak 60x
60 cm.
2.2. Sebelum memasang GRC, Kontraktor wajib memeriksa bahwa kerangka untuk
tumpuan pemasangan telah sesuai dengan gambar, baik letaknya, bentuk maupun
ukurannya.
2.3. Semua bahan pada saat akan dipasang harus dalam keadaan bersih dan tanpa cacat.
2.4. Seluruh struktur kerangka kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh struktur atap
(kuda-kuda) dan dinding, sesuai ukuran dalam gambar rencana.
2.5. Langit-langit harus dilengkapi dengan manhole ukuran 60 x 60 cm. Letaknya
ditentukan dalam gambar instalasi, usul dari Pemborong dan harus dapat persetujuan
Pengawas.
2.6. Kerusakan langit-langit akibat penyambungan ruangan/bangunan, dilakukan
penggantian sesuai dengan gambar.
2.7. List plafond dipasang keliling ruangan sesuai dengan gambar, menggunakan list profil
gypsump sesuai gambar detail.
3. Langit-langit gypsump Board/Calsiboard.
3.1. Gypsump board/calsiboard setara jayaboard/knauff dengan tebal 9 mm dengan kayu
60 x 60 cm.
3.2. Sebelum memasang gypsump board, Kontraktor wajib memeriksa bahwa kerangka
untuk tumpuan pemasangan telah sesuai dengan gambar, baik letaknya, bentuk
maupun ukurannya.
3.3. Semua bahan pada saat akan dipasang harus dalam keadaan bersih dan tanpa cacat.
Kerusakan akibat pengangkutan maupun penyimpanan, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
3.4. Seluruh struktur kerangka harus kuat hubungannya, ditahan dengan baik oleh struktur
atap (kuda-kuda) dan dinding, sesuai ukuran dalam gambar rencana.
3.5. Langit-langit harus dilengkapi dengan manhole ukuran 60 x 60 cm. Letaknya
ditentukan dalam gambar instalasi, usul dari Pemborong dan harus dapat persetujuan
Pengawas.
3.6. Kerusakan langit-langit akibat penyambungan ruangan/bangunan, dilakukan
penggantian sesuai dengan gambar.
3.7. List plafond dipasang keliling ruangan sesuai dengan gambar, menggunakan list profil
gypsump sesuai gambar detail.

PASAL 16. PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA

17.1. Pekerjaan Kusen Aluminium


17.1.1. Lingkup Pekerjaan
 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
 Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlight
seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari Kontraktor.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 21

17.1.2. Persyaratan Bahan


Kusen alumunium yang digunakan :
 Bahan
Dari bahan alumunium framing system buatan ALEXINDO, YKK atau
yang setara dengan ukuran 4” dan 3,5”, finishing coating.
 Bentuk profil
Sesuai shop drawing yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Warna
profil Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
 Ukuran profil

1. Untuk kusen yang tingginya kurang dari 3 meter digunakan ukuran


100 x 45 x 1 -1,2 mm.
2. Untuk kusen yang tingginya lebih dari 3 meter digunakan ukuran 100
x 45 x 1,35 mm.
3. Persyaratan bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan
syarat dari pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.
 Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam
detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
 Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap tipe harus disertai hasil tes
2
minimum 100 kg/m .
 Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m2/hr dan terhadap tekanan air 15
2
kg/m yang harus disertai hasil tes.
 Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan
yang disyaratkan.
 Untuk keseragaman warna yang diisyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna
profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi
unit-unit, jendela, pintu partisi dll, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga
dalam tiap unit didapatkan warna yang sama
 Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu
mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
- Untuk tinggi dan lebar 1 mm.
- Untuk diagonal 2 mm.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 22

- Aksesoris
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan alumunium harus ditutup

caulking dan sealant, angkur-angkur untuk rangka/ kusen alumunium terbuat


dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 micron
sehingga dapat bergeser.
 Bahan Finishing.
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang bersentuhan dengan
bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi
lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan
insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation lainnya.

17.1.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan


 Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar
dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil lubang) dan membuat contoh jadi untuk
semua detail sambungan dan profil alumunium yang berhubungan dengan sistem
konstruksi bahan lain
 Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan
membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuan Konsultan Pengawas
meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan ukuran.
 Semua frame/ kusen baik untuk di dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan.
 Pemotongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan untuk
mengerjakan pada tempat yang aman dengan hati- hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya
 Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah bagian
dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
 Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet,
stap dan harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan
bentuk yang sesuai dengan gambar.
 Angkur-angkur untuk rangka/ kusen alumunium terbuat dari steel setebal 2-3 mm
dan ditempatkan pada interval 600 mm.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 23

 Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/
stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus
2
kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000 Kg/cm .
Celah antara kaca dan sistem kusen alumunium harus ditutup oleh sealant.
 Diisyaratkan bahwa kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut :
- Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
- Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
- Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
- Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh, yang dapat merusak baik lantai maupun langit-langit.
- Mempunyai aksesoris yang mampu mendukung kemungkinan di atas.
- Untuk fitting hard ware dan reinforcing material yang mana kusen
alumunium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal
yang bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.
 Toleransi Pemasangan kusen alumunium disatu sisi dinding adalah 10- 25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
 Khusus untuk pekerjaan jendela geser alumunium agar diperhatikan sebelum
rangka kusen terpasang. Permukaan bidang dinding horizontal
(pelubangan dinding) yang melekat pada ambang bawah dan atas harus
waterpass.
 Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada
ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu
dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.
Penggunaan ini pada swing door dan double door.
 Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap suara.

17.2. Pekerjaan Daun Pintu Kaca Frameless


Daun pintu frameless dipasang pada tempat-tempat yang ditunjukkan pada gambar.
Kaca yang dipakai adalah dari merk Asahi Mas dan Mulia Glass atau Setara dengan
ketebalan ±5 mm. Untuk engsel digunakan floorhings merk Hamton, Solid atau yang
setara dengan kualitas baik, terpasang dengan kuat berikut sistem kuncinya
Sambungan-sambungan antara kaca dan rangka digunakan silicone sealant.
Khusus untuk pekerjaan ini harus dilakukan oleh fabrikator yang berpengalaman.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 24

17.3. Pekerjaan Pintu dan Jendela Kaca Rangka Aluminium


17.3.1. Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.

17.3.2. Persyaratan Bahan


1. Bahan Rangka
a. Dari bahan alumunium framing system, dari produk dalam negeri ex Alexindo, YKK
dan disetujui Direksi. Type yang dipergunakan untuk rangka kaca luar adalah jenis
frameless.
b. Bentuk dan ukuran profil disesuaikan terhadap shop drawing yang telah disetujui
Direksi Lapangan
c. Warna profil alumunium framing colour anodized (contoh warna diajukan oleh
Kontraktor untuk disetujui Direksi Lapangan)
d. Pewarnaan colour anodized 18 micron, tebal bahan 1,8 mm
e. Nilai batas deformasi yang diizinkan 2 mm
f.. Bahan yang diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu dengan seksama sesuai
dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan, pewarnaaan
yang diisyaratkan oleh Konsultan Pengawas
g. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaan alumunium serat memenuhi ketentuan- ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan
h. Daun pintu dengan konstruksi panel kaca rangka alumunium, seperti yang ditunjukkan
dalam gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
2. Penjepit Kaca
Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik dan memenuhi
persyaratan yang ditentukan dari pabrik, Pemasangan diisyaratkan hanya satu
sambungan serat harus kedap air dan bersifat structural seal.
3. Bahan Panel Kaca Daun Pintu, Jendela, Partisi.
3.1. Bahan untuk kaca eksterior menggunakan : kaca poles merk Asahi Mas, Mulia Glass
atau yang setara ex. dalam negeri.
Warna ditentukan kemudian oleh Direksi Lapangan.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 25

3.2. Bahan untuk kaca pada lobby pintu masuk utama menggunakan kaca tempered poles
merk Asahi Mas, Mulia Glass atau yang setara.
3.3. Bahan untuk kaca interior menggunakan kaca poles tebal 5 mm dari merk Asahi Mas,
Mulia Glass atau yang setara
3.4. Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfide maupun
bercak-bercak lainnya, dari produk Asahi Mas, Mulia Glass atau yang setara, kecuali
untuk kaca bagian luar seperti dijelaskan di atas.
4.3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-
lubang) termasuk mempelajari bentuk, pola, lay out/ penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
 Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan
harus ditempatkan pada ruang/ tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
 Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka alumunium dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/ menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang
tampak tidak boleh ada cacat bekas penyetelan.
 Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
 Daun Pintu.
- Jika diperlukan harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Konsultan Pengawas tanpa meninggalkan bekas cacat pada permukaan yang
tampak.
- Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang dan tidak melintir.

4.4. Pekerjaan Pintu Panel


4.4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan daun pintu panel kayu dipasang sesuai gambar kerja.

4.4.2. Pekerjaan yang Berhubungan


Kusen
Pengecatan

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 26

4.4.3. Persyaratan Bahan


Bahan-bahan dari kayu kamper singkil kualitas oven/ kering lapis triplek, mutu
kelas 1 atau bila ditentukan panel isi tersebut dari papan kayu kamper
singkil kualitas seperti yang disebut terdahulu sesuai yang ditunjukkan
dalam detail pada gambar kerja. Bahan pelapis triplek ketebalan 4 mm,
pelapisan dilakukan pada kedua belah sisi panel, tekstur kayu padat
bagian luar yang kelihatan, triplek harus mempunyai tanda/ merk/ cap
dari produsen/ pabriknya dan disetujui oleh Direksi/ konsultan Pengawas.
SNI 7731.1:2011 Kayu lapis indah jenis Jati- Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan
dan penandaan. Setiap sambungan pada rangka daun pintu dan setiap
penempelan permukaan bahan pelapis untuk panel daun pintu digunakan lem
kayu yang bermutu baik setara merk Aica Aibon atau merk lain.
SNI ISO 16998:2010 Panel kayu - Penentuan daya serap.

4.4.4. Syarat-syarat Pelaksanaan


Sebelum pekerjaan dilaksanakan, Kontraktor wajib untuk meneliti gambar kerja
yang ada dan kondisi lapangan (ukuran pada lubang pembukaan), termasuk
mempelajari bentuk, pola layout/ penempatan, cara pemasangan, mekanisme
dan detail-detail sesuai gambar kerja sebelum pelaksanaan dimulai,
penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan dimulai, penimbunan
bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/ tempat
yang baik, terlindung dari kerusakan dan pengaruh cuaca.
Harus diperhatikan; semua sambungan siku untuk rangka kayu agar tetap
terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/ menjaga kerapian, tidak boleh
ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
Semua permukaan kayu bahan untuk panel harus diserut secara halus, merata,
lurus dan siku sisi-sisinya satu sama lain. Untuk menempelkan triplek pada
rangka daun pintu digunakan lem kayu yang bermutu baik produk dalam negeri
setara merk Herferin atau yang disetujui oleh Direksi/ Konsultan Konsultan
PENGAWAS. Penempatan harus seperti dengan press pabrik.
Jika diperlukan, dapat digunakan sekrup galvanized atas persetujuan Direksi
Konsultan Pengawas , tanpa meninggalkan bekas/ cacat pada permukaan rangka
kayu yang tampak. Untuk daun pintu triplek setelah dipasang harus rata, tidak
bergelombang, tidak melintir dan semua dapat peralatan berfungsi dengan baik
dan sempurna.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 27

Pasal 17. PEKERJAAN KACA


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantunya yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai gambar, sehingga dapat
dicapai hasil yang sempurna.
1.2. Pekerjaan ini meliputi penyelesaian pintu-pintu dan jendela.
2. Bahan–bahan/Material.
2.1. Kaca rayban dan polos, tebal 5 mm, untuk bidang kaca, partisi-partisi, pintu kaca dan
jendela kaca.
2.2. Kaca baur, tebal 5 mm untuk jendela toilet.
2.3. Kaca rayban dan polos tebal 5 mm, dan 10 mm untuk jendela bidang > 4 m2 atau yang
dinyatakan dalam gambar.
2.4. Dempul kaca untuk pemasangan kaca pada kusen harus dari penyalur yang disetujui,
kondisinya masih baik, tidak menggumpal dan belum mengeras dalam di dalam
kaleng.
3. Pelaksanaan.
3.1. Pemasangan kaca harus dikerjakan seluruhnya sesuai dengan gambar kerja.
3.2. Ukuran, tebal dan jenis kaca harus sesuai dengan petunjuk gambar, serta petunjuk dari
Pengawas.
3.3. Pemasangan kaca dalam sponing rangka alumunium sesuai dengan persyaratan dari
pabrik.
3.4. Tempat untuk kaca pada kusen harus dibersihkan. Kaca harus dipotong dengan diberi
sedikit toleransi pemuaian, di pasang pada kusen dengan karet pengikat.
3.5. Bahan yang terpasang hendaknya tidak bergelombang, dan harus dilindungi dari
kerusakan, benturan, serta diberi tanda agar mudah diketahui.
3.6. Potongan kaca harus rapih, lurus dan diwajibkan menggunakan pemotong kaca
khusus.
3.7. Pemasangan kusen alumunium dipakai pelindung dan penjepit karet disekeliling tepi
kaca yang terpasang pada kusen tersebut.
3.8. Dipakai lapisan kedap air di sekeliling kaca dengan rangka alumunium yang
berhubungan dengan udara luar, untuk bagian dalam dipakai sealant sesuai dengan
persyaratan dari pabrik. Disyaratkan tebal sealent maksimal 5 mm, yang tampak dari
kaca dan kerangka.
4. Pengujian Mutu Pekerjaan.
4.1. Mutu bahan harus memenuhi persyaratan yang tertulis dalam buku ini.
4.2. Semua kaca yang terpasang tidak boleh terjadi keretakan pada tepi, akibat pemasangan
pada list.
4.3. Seluruh kaca yang terpasang harus terkunci dengan rapat dan sempurna serta tidak
bergeser dari sponing.
4.4. Semua kondisi kaca pada saat terpasang tidak boleh terlihat bergelombang, apabila
masih terlihat adanya gelombang, maka kaca tersebut harus di bongkar atas biaya dari
Pemborong.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 28

Pasal 18. PEKERJAAN PEWARNAAN ATAU PENGECATAN


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantunya yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai gambar, sehingga dapat
dicapai hasil yang sempurna.
1.2. Pekerjaan ini meliputi pengecatan tembok eksterior, pengecatan tembok interior dan
pengecatan plafon.
2. Bahan Serta Syarat-syarat.
2.1. Cat interior.
a. Semua bahan cat harus dari penyalur yang disetujui oleh pemilik proyek, serta
disetujui oleh Pengawas. Penggunaan cat bagian dalam gedung menggunakan
jenis setara DULUX WEATHER SHIELD
2.2. Cat eksterior.
a. Pekerjaan pengecatan ini menggunakan cat dari jenis yang setara dengan
DULUX WEATHER SHIELD
b. Pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk-petunjuk dari pabrik yang
bersangkutan. Sebelum pengecatan, cat dalam kaleng harus diaduk secara
merata sebelum dituangkan dalam tempat cat yang disediakan.
c. Tanpa petunjuk dari pabrik maka penggunaan zat-zat pengering dan lain-lain
tidak dibenarkan.
d. Sebelum permukaan diberi satu lapisan cat dasar (tahan alkali), Kotoran dan
serpihan material yang ada pada permukaan yang akan di cat, harus dibersihkan
sampai benar-benar bersih, sehingga tidak mengganggu pekerjaan pengecatan
ini dan tidak merusak cat yang terpasang.

Pasal 19. PEKERJAAN PINTU DAN PARTISI


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantunya yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai gambar, sehingga dapat
dicapai hasil yang sempurna.
1.2. Pelaksanaan pada pekerjaan ini meliputi yaitu pintu-pintu kaca, pintu kayu dan panel-
panel partisi seperti yang tertuang dalam gambar perencanaan.
2. Bahan-bahan/Material.
2.1. Ketentuan bahan/material untuk pintu kayu, kaca dan partisi antara lain:
a. Pintu PVC untuk pintu KM/WC, pengerjaan pintu-pintu ini harus disesuaikan
dengan ukuran dan bentuk detail dari gambar yang bersangkutan. Hubungan
pen/lubang harus diperkuat dengan baji, tidak boleh di pukul dengan kayu.
b. Pintu utama menggunakan kacas alumunium
c. Untuk partisi dan Ruangan digunakan Pintu Kaca dengan rangka alumunium
ukuran 4”, dengan spesifikasi:
 Ukuran sesuai dengan gambar kerja.
 Bingkai panel alumunium natural anodized/powder coating.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 29

Pasal 20. PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantunya yang
berhubungan dengan pekerjaan kunci dan alat penggantung lain seperti yang
tercantum dalam gambar, sehingga dapat dicapai hasil yang rapi dan sempurna.
1.2. Apabila terjadi perubahan/penggantian “Hardware” akibat kepemilikan proyek,
Kontraktor wajib melaporkan permasalahan ini kepada Pengawas, Owner, maupun
Konsultan atau Perencana.
2. Bahan-bahan/Material.
2.1. Kunci dan Grendel.
a. Kunci tanam untuk pintu putar 1 (satu) daun dan 2 (dua) daun.
b. Grendel putar (kosong-isi) dipakai untuk pintu-pintu WC/Lavatory.
c. Grendel pegas untuk jendela jungkit/BV.
d. Tipe kunci harus sesuai dengan fungsi ruang, dipasang setinggi 100 cm dari
lantai atau sesuai petunjuk Pengawas.
2.2. Engsel.
a. Untuk semua pintu dipakai engsel kupu merk Arch, dekson dengan ring nylon
ukuran sedang, + 3 (tiga) buah tiap pintu, dengan menggunakan sekrup
kembang sewarna dengan engselnya.
b. Untuk jendela BV jungkit dipakai engsel khusus (engsel pivot) dengan ukuran
yang sesuai untuk masing-masing ukuran jendela.
2.3. Merek yang Digunakan.
a. Untuk kunci tanam dipakai setara merek Cisa, dekson tipe double turn kunci
silinder.
b. Untuk gerendel putar, grendel tanam dan grendel pegas serta engsel pivot
dipakai produksi dalam negeri dan telah distandarisasikan dalam SII.
c. Semua alat penggantung dan pengunci harus berkualitas baik sesuai persetujuan
Direksi.
d. Pemborong harus menyerahkan contoh tiap alat penggantung dan pengunci
kepada Direksi sebelum melakukan pesanan.
3. Perlindungan.
3.1. Semua bahan tersebut di atas harus dicopot dan dibungkus dengan plastik atau dalam
pembungkus aslinya setelah disetel. Pemasangan terakhir dilakukan setelah pintu atau
jendela selesai pengerjaannya dan dicat.
4. Pelaksanaan Pekerjaan.
4.1. Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, Pemasangannya jangan
dipukul, akan tetapi hanya diputar sampai terbenam. Sekrup yang rusak waktu
dipasang harus dicabut kembali dan diganti.
4.2. Engsel untuk pintu alumunium dipasang 30 Cm dari tepi atas dan bawah, sedangkan
engsel ke tiga dipasang ditengahnya.
4.3. Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada daun pintu, dan dipasang
setinggi 105 Cm dari lantai.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 30

4.4. Pemasangan lockage, handle dan blok plate harus rapih, dan sesuai dengan letak posisi
yang telah ditentukan oleh Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai, Kontraktor
wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
4.5. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
4.6. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
4.7. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen Kontraktor yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Di
dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercantum
dalam gambar dokumen kontrak yang sesuai dengan standar spesifikasi pabrik.
4.8. Sebelum pelaksanaan shop drawing harus disetujui terlebih dahulu oleh
Pengawas/Konsultan perencana.

PASAL 21. PEKERJAAN WATERPROOFING

.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Bagian ini meliputi pekerjaan
“kedap air” (waterproofing) pada ruang panel, toilet, ground water resevoir, tepi beton-beton
bagian atad dan daerah atap lantai beton ekspose serta ruang lain yang tercantum dalam
gambar dan petunjuk MK/Pengawas.
Pada penyambungan arah horizontal pengecoran dinding beton yang terkena tanah atau air
harus dipasang water stop tinggi 300 mm.

2. Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dalam :
 NI – 3
 ASTM 828
 ASTME – 154
 ASTMD – 146
 TAPP 1803 dan 407

3. Bahan Waterproofing Integral


 Waterproofing integral adalah waterproofing yang pelaksanaannya dicampurkan
dengan adukan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari pabrik pembuatnya.
 Waterproofing integral digunakan pada ground water tank, STP, septictank serta
bagian-bagian lain sesuai dengan gambar rencana.
 Standar kualitas adalah produksi dari Combextra GP, Sikka, Fosroc atau setara.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 31

4. Contoh-contoh
 Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik
minimal 10 (sepuluh) tahun.
 Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada MK/Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan dari MK/Pengawas.

 Keputusan jenis bahan, warna, tekstur, dan produk akan diambil oleh MK/Pengawas
dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.
Apabila diperlukan, Kontraktor wajib membuat “mock up” sebelum pekerjaan
dimulai/dipasang.

5. Pelaksanaan
 Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkkan kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya, lengkap dengan ketentuan/persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan. Bahan-bahan yang tidak disetujui harus diganti atas tanggungan
Kontraktor.
 Apabila dianggap perlu diadakan penukaran/penggantian, maka bahan-bahan pengganti
harus disetujui MK/Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan oleh Kontraktor.
 Sebelum pekerjaan dimulai di atas suatu permukaan, permukaan harus bersih,
pengerjaannya harus sudah disetujui oleh MK/Pengawas. Peil-peil dan ukuran harus
sesuai dengan gambar.
 Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan dan atas petunjuk MK/Pengawas.
 Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan pada suatu tempat apabila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
 Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Kontraktor tersebut
harus mengganti tanpa biaya tambahan.
 Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (aplikator
resmi produk tersebut) dan terlebih dahulu harus mengajukan “metode pelaksanaan”
sesuai dengan spesifikasi dari pabriknya untuk mendapatkan persetujuan
MK/Pengawas.
 Permukaan beton dimana waterproofing akan dipasang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
- Halus dan rata bebas dari tonjolan tajam dan rongga-rongga.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 32

- Bersih dari segala kotoran, debu, batuan kecil dan minyak.


- Beton minimum harus berumur 7 (tujuh) hari, dan dalam kondisi kering (tidak ada
air yang terlihat di permukaan beton.

Pasal 22. PEKERJAAN PENUTUP ATAP DAN TALANG


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantunya yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai gambar, sehingga dapat
dicapai hasil yang sempurna.
1.2. Pekerjaan ini meliputi penyiapan bagian yang akan dipasang untuk penutup atap yaitu
atap Genteng Metal Berpasir dan Spandek mengikuti atap exiting.
1.3. Pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan ini yaitu pekerjaan kerangka atap,
pekerjaan talang, pekerjaan listplank, pekerjaan kelistrikan dan sesuai dengan gambar
rencana.
2. Pengendalian Pekerjaan.
2.1. Seluruh pekerjaan ini harus mengikuti ketentuan menurut PKKI, PUBI-1982 Pasal 37,
SII 0458-81.
3. Bahan–bahan/Material.
3.1. Penutup atap menggunakan bahan GENTENG METAL BERPASIR dan SPANDEK
warna disesuaikan tebal 0.25-0,3 mm.
3.2. Usuk dan papan ruiter menggunakan baja ringan.
3.3. Gording dan nok menggunakan baja ringan.
3.4. Jurai menggunakan baja ringan.
4. Cara Pelaksanaan pada Atap Spandek
4.1. Bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus di serahkan contoh-
contohnya kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya, material yang tidak
disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
4.2. Jika dipandang perlu untuk diadakan penggantian, maka material pengganti harus
mendapat persetujuan dari Pengawas.
4.3. Genteng metal berpasir harus dipasang oleh tenaga yang ahli dalam hal ini sehingga
didapatkan hasil yang rapih dan sempurna dalam segala arah, kaitan penutupnya harus
cocok dan rapat.
4.4. Teknik pemasangan dan penyelesaian detail-detail yang belum jelas dalam gambar
kerja, harus mengikuti ketentuan dari pabrik genteng spandek tersebut.
4.5. Untuk pemotongan hanya diperbolehkan pada bagian pinggul-pinggulnya atau lembah
dengan cara sedemikian rupa sehingga bagian untuk menempatkan kedudukannya
tidak boleh ada yang dibuang.
4.6. Pada nok, jurai, pemotongan genteng spandek harus rapih, menggunakan alat khusus.
Tidak diperkenankan menggunakan palu atau pahat, untuk menghindari keretakan
yang menyebabkan kebocoran.
4.7. Pemborong wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi atas biaya Pemborong, jika
kerusakan tersebut bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes
Spesifikasi Teknis 33

4.8. Pemasangan genteng metal berpasir harus sesuai dengan syarat-syarat yang dibuat
oleh pabrik pembuat genteng spandek tersebut.

Pasal 23. PEKERJAN AIR KOTOR DALAM BANGUNAN


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pemipaan air kotor dari sanitary fixtures sampai dengan septic tank di luar gedung.
1.2. Penyelesaian perijinan kepada yang berwenang untuk keperluaan penyambungan
saluran air kotor ke saluran kota (bila ada).
2. Persyaratan Bahan dan Peralatan
2.1. Pipa dan Fitting
a. Pipa dan fitting yang digunakan dalam sistem pemipaan ini harus dari sejenis
PVC dan berasal dari satu merk serta mengikuti SII 1246-85 dan SII 1488-85.
b. Fitting dapat juga dari merk lain selama ada jaminan dari pabrik pembuat pipa
bahwa pipa yang diproduksi oleh pabrik itu menggunakan fitting standar yang
diproduksi oleh pabrik lain yang ditentukan oleh pabrik pembuat pipa tersebut.
c. Untuk hal tersebut diatas kontraktor harus menyediakan potongan pipa dari
berbagai ukuran yang akan digunakan dan membuat contoh sambungan (mock
up) antara pipa dengan pipa dan pipa dengan fitting untuk ditujukan kepada
Direksi/Pengawas dan mendapat persetujuan untuk peng-gunaan pipa dan fitting
tersebut serta memberikan jaminan purna jual untuk pipa dan fitting tersebut.
2.2. Sambungan
a. Untuk pipa dengan diameter 100 mm atau lebih kecil menggunakan perekat
solvent cement.
b. Untuk pipa dengan diameter lebih besar dari 100 mm menggunakan sambungan
dengan solvent cement ditambah dengan las PVC pada ujung sambungan
bagian luar.
3. Persyaratan Pelaksanaan.
3.1. Pemipaan
a. Semua pipa dan fitting yang dipakai dalam pekerjaan ini harus dari satu merek.
b. Fitting harus terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa.
c. Fitting harus dari jenis ‘injection moulded’ sedangkan ‘welden fitting’ sama
sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan dalam system pemipaan.
d. Setiap sambungan berubah arah dibuat WYE-45 TEE Sanitair atau
COMBINATION WYE-45 atau LONG RADIUS BEND dengan clen out.
e. Pipa vent serpice harus dipasang tidak kurang 15 cm diatas muka banjir alat
sanitair tertinggi dan dibuat dengan kemiringan minimum sebesar 1%.
f. Kemiringan pipa dibuat sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar dan
sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Pipa vent yang menembus atap harus dipasang sekurang-kurangnya 15 cm
diatas atap dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
h. Untuk pipa vent mendatang, jarak tumpuan sama dengan jarak tumpuan pada
pipa air kotor.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 34

i. Dalam pemasangan jaringan pemipaan ini, harus diadakan koordinasi dengan


pekerjaan-pekerjaan struktur mengingat adanya penembusan-penembusan beton
lantai maupun dinding.
j. Pemasangan dan penempatan pipa-pipa ini disesuaikan dengan gambar
pelaksanaan dan dimensi dari masing-masing pipa tercakup pula dalam gambar
tersebut.
3.2. Pengujian Sistem
a. Semua lubang pada pipa pembuangan ditutup.
b. Seluruh system pemipaan diisi air sampai kelubang vent tertinggi.
c. Pengujian dinyatakan berhasil dan selesai bila tidak terjadi penurunan muka air
setelah lewat 6 jam.
a. Pemadatan dengan mesin hanya boleh dilakukan setelah pipa tertanam.
1.2. Septic tank
a. Kapasitas septictank dan panjang pemipaan peresapannya harus disesuaikan
dengan yang tercantum pada gambar mekanikal.
b. Pemasangan pipa peresapan harus disesuaikan pula dengan gambar mekanikal.
2. Pengujian Sistem Instalasi dan Peralatan
2.1. Pengujian harus disaksikan oleh DIREKSI PENGAWAS, perencana serta wakil
pemberi tugas dan sesuai dengan segala ketentuan yang dinyatakan wajar berlaku.
2.2. Pengujian operasi system baru boleh dilaksanakan setelah system bekerja dengan baik
selama 7 x 24 jam.
2.3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, kontraktor harus
mengajukan prosedur pengujian kepada DIREKSI PENGAWAS untuk dimintakan
persetujuannya.
2.4. Pengujian dilakukan untuk hal-hal berikut:
a. Pengujian hidrolik system pemipaan.
b. Pengujian operasi seluruh system.

Pasal 24. PEKERJAAN AIR-BERSIH, AIR-KOTOR DAN DRAINASE


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan system penyediaan air-bersih.
1.2. Pekerjaan pembuangan air kotor dalam bangunan.
1.3. Pekerjaan pengolahan air kotor (septic tank berikut gudang evapotranspirasi).
1.4. Pekerjaan talang air hujan
1.5. Testing dan commissioning seluruh system hingga berjalan dengan baik dan sempurna
sesuai dengan spesifikasi teknis.
2. Pekerjaan Air Bersih.
2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pemasangan system penyediaan air bersih secara lengkap
sehingga dapat bekerja secara baik.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 35

b. Penyambungan dengan sumber air (deep wel) Atau PDAM berikut jalur
pemipaan menuju Ground Reservoir.
c. Pemipaan air bersih dari pompa air di ruang mesin sampai ketangki atas dan
dari tangki atas ini ke titik-titik distribusi air bersih sampai dengan gambar
perencanaan.
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan utama, terdiri dari Pompa
Distribusi Air Bersih tangki atas dan peralatan lainnya.
e. Pembuatan sumur bor dalam dengan debit seperti yang ditentukan berikut
pemipaan menuju ground reservoir utama termasuk segala perijinan bila
diperlukan.
f. Pengadaan serta pemasangan pompa-pompa air bersih, pompa kuras beserta
instrumennya.
2.2. Persyaratan Bahan dan Peralatan.
a. Ketentuan Umum
Pompa Distribusi Air Bersih
 Pompa harus dipilih dengan kapasitas dan tinggi tekan air seperti yang
ditentukan pada gambar mekanikal.
 Pompa yang hendak dipasang/ditawarkan harus merupakan pompa yang
akan bekerja pada effisiensi tertingginya dan pada daerah kerja impeller
yang stabil.
 Efisiensi pada kondisi operasi tidak boleh kurang dari 60%.
 Impeller harus disesuaikan dengan kebutuhan akan kerja seperti yang
ditentukan tanpa harus melakukan pengurangan diameter impeller dari apa
yang telah diberikan oleh pabrik pembuat.
 Motor Horse power (name plate HP) rating harus dipilih sesuai dengan
kebutuhan Motor Horse power bila pompa bekerja dengan ukuran impeller
maksimum (full size impeller) agar motor tidak menjadi ‘over loading’.
 Motor, pompa dan baseplate harus ‘shop aligned’ oleh pabrik/agen
pemasaran pompa tersebut di Indonesia, sehingga tidak perlu melakukan
penyejajaran (aligning) kembali pada saat dipasang: Dalam hal ini belum
dilakukan pabrik/agen pemasaran maka kontraktor harus melakukan
penyejajaran kembali dan tampak sesuai dengan ketentuan.
b. Kelengkapan sistem pompa harus dilengkapi dengan panel kontrol star stop.
c. Kelengkapan
 Setiap pompa harus dilengkapi katup searah pada sisi tekan, katup penutup
dan ‘flexible connection’ pada sisi hisap maupun sisi tekanannya dan
dilengkapi strainer pada sisi hisap pompa.
 Setiap pompa harus dilengkapi dengan pengukur tekanan (pressure gauge)
dengan katup isolasi, dipasang sesuai gambar.
 Setiap pompa harus dilengkapi dengan pemipaan drain untuk
penampungan drain dari casing dan seal, yang dialirkan melalui saluran
pada baseplate, menuju keseluruh air hujan terdekat.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 36

2.3. Kualitas Air Bersih


a. Bila dianggap perlu untuk dipasang, setelah mendapatkan hasil test kualitas air
dari laboraturium setempat, harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
 Harus dipasang untuk mengolah air sumur sehingga memenuhi standard
kualitas air minum seperti yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
RI tanggal 26 April 1975 tentang Daftar Standard Kualitas Air Minum.
 Dalam penawaran untuk item ini, kontraktor harus mengajukan
penawaran secara terinci peralatan apa saja yang ditawarkan berikut
kapasitas dan brosur lengkap, sehingga dapat diperiksa secara jelas pada
saat kualitas air sumur dapat diketahui secara pasti.
 Kualitas air sumur yang diperoleh harus diperiksa secara sifat fisika, sifat
kimia, sifat radio aktivitas dan sifat-sifat mikrobiologik pada
laboratorium kesehatan/masalah air setempat.

2.4. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Pemipaan secara umum harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum pada
buku Pedoman Plabing Indonesia.
b. Contoh bahan dan konstruksi harus diajukan kepada DIREKSI PENGAWAS
untuk diperiksa dan disetujui selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu sebelum
pembuatan dan pemasangan.
c. Pemasangan pipa datar harus dibuat dengan kemiringan 1/1000 kearah
katup/flange pembuangan (drain valve/flange) dan pipa naik atau turun harus
benar-benar tegak.
d. Pemasangan pipa mendatar dalam bangunan harus dibuat dengan kemiringgan
1/1000 menuju kearah pipa tegak/riser.
e. Belokan harus menggunakan long-radius elbow, penggunaan short/elbow,
standard elbow, bend dan knee sama sekali tidak diperkenankan.
f. Fitting, peralatan bantuan, peralatan ukur dan lainnya yang memiliki tahanan
aliran yang berlebih tidak diperkenankan dipasang kecuali yang diisyaratkan
pada buku ini.
g. Pada belokan dari pipa datar ke pipa tegak harus dipasang alat pengukur kotoran
yang ditutup (capped dirtypocket).
h. Semua alat ukur harus dalam batas ukur yang baik dan mempunyai ketelitian
yang sewajarnya untuk pengukuran.
i. Selama pemasangan berjalan, kontraktor harus menutup semua ujung pipa yang
terbuka untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lainnya dengan dop/blind
flange untuk pipa baja dan copper pemanasan press untuk pipa PVC.
j. Setiap jaringan yang telah selesai dipasang, harus ditiup dengan udara hampa
(compresed air) untuk jangka waktu yang cukup lama, agar kotoran-kotoran
yang mungkin sudah masuk kedalam pipa yang dapat terbuang sama sekali.
2.5. Desinfeksi
a. Desinfeksi dilakukan setelah system pemipaan air bersih dapat berfungsi
dengan baik dan sebelum penyerahan pertama.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 37

b. Desinfeksi dilakukan dengan memasukan chlorine ke dalam system dengan cara


injeksi.
c. Dosis chlorine adalah 50 ppm.
d. Setelah 16 jam, seluruh system pipa harus dibilas dengan air bersih sehingga
chlor tidak melebihi 0,2 ppm.
2.6. Pengujian Instalasi Pemipaan
a. Pengujian dilakukan untuk menguji hasil pekerjaan penyambungan pipa-pipa
serta kondisi pipa-pipa yang telah dipasang.
b. Pengujian dilakukan setelah seluruh system pemipaan selesai dikerjakan dan
siap untuk dilakukan pengujian.
c. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan hidrosatik pada system
pemipaan, tekanan yang diberikan adalah 1,5 kali tekanan kerja, minimum 10
kg/cm2.
d. Pengujian dilakukan selama 8 jam tanpa terjadinya penurunan tekanan.
e. Apabila terjadi penurunan tekanan, maka kontraktor harus mencari sebab-
sebabnya dan melakukan penggantian bila keadaan mengharuskan.
f. Perbaikan yang sifatnya sementara tidak diizinkan.

Pasal 25. PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK


1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja
dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan pemeliharaan yang
sempurna untuk seluruh instalasi listrik seperti dipersyaratkan dalam buku ini seperti
ditunjukkan dalam gambar-gambar perencanaan listrik. Dalam pekerjaan ini harus
termasuk juga pekerjaan–pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini
yang tidak mungkin disebutkan secara terinci didalam buku ini tetapi dianggap perlu
untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi system distribusi listrik.
1.2. Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Panel-panel tegangan rendah.
 Pekerjaan ini meliputi: sub distribution panel, panel-panel daya dan panel-
panel penerangan termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan system instalasi listrik.
b. Kabel-Kabel Daya.
 Pekerjaan ini meliputi Kabel Utama dari MDP ke Panel SDP kemudian
didistribusikan ke Panel LP, PP dan PC.

c. Instalasi Daya.
 Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk
menghubungkan panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-
peralatan lain sesuai dengan gambar perencanaan dan buku persyaratan
teknis.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 38

d. Instalasi Penerangan.
 Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan panel-
panel penerangan dengan fixture lampu, baik di dalam maupun di luar
bangunan, sesuai dengan gambar perencanan dan buku persyaratan teknis.
e. Fixture Lampu.
 Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah armature lampu, fitting, ballast,
starter, capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain yang
berhubungan dengan item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang
dipilih.
f. Sistem Pengebumian Pengaman.
 Yang termasuk didalam pekerjaan system pngebumian meliputi batang
elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang
menghubungkan peralatan yang harus di ketanahan denagan elektroda
pentanahan termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan system ini.
g. Peralatan Penunjang Instalasi.
 Pekerjaan ini meliputi conduit, sparing, doos outlet daya, doos saklar, doos
penyambung, doos pencabangan, elbow, metal flexible conduit, klem dan
peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan system
distribusi listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan
digambarkan dengan jelas di dalam gambar perencanan. Dalam pekerjaan
outlet daya, outlet telepon, outlet sound sistem.
h. Panel–Panel Kontrol.
 Yang termasuk didalam pekerjaan ini meliputi panel control start-stop dan
monitor pompa air bersih, pompa fine fighting dan lain-lain seperti
tercantum didalam gambar perencanaan dan/atau buku spesifikasi teknis.
i. Penyambungan sumber catu daya listrik PLN sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Pasal 26. PERSYARATAN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN RENDAH


1. Ketentuan Umum.
1.1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk:
a. Kabel daya
b. Instalasi daya
c. Instalasi penerangan
1.2. Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara panel
satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu yang dibutuhkan.
1.3. Yang dimaksud dengan instalasi daya adalah kabel yang menghubungkan panel-panel
daya penerangan dengan beban-beban stop kontak, pompa air bersih, dan lain-lain.
Sesuai dengan gambar perencanaan. Di dalam instalasi daya ini harus sudah termasuk
outlet daya/penyambung/pencabangan, flexible conduit dan peralatan-peralatan bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan system instalasi daya.
1.4. Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel-kabel yang menghubungkan
antara panel-panel penerangan dengan fixture-fixture lampu penerangan buatan.
Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes
Spesifikasi Teknis 39

1.5. Didalam instalasi penerangan ini harus sudah termasuk semua jenis/tipe saklar,
conduit, sparing, metal doos untuk saklar/ penyambungan, metal flexible conduit dan
peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan system
instalasi penerangan buatan.
2. Jenis Kabel
2.1. Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan SPLN atau
standard-standard lain yang diakui di negara Republik Indonesia serta mendapat
rekomendasi dari LMK.
2.2. Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik gambar perencanaan.
2.3. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600volt/100 volt.
2.4. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor
yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel.
2.5. Kecuali untuk instalasi yang harus beroprasi pada keadaan darurat seperti ditunjukan
didalam gambar perencanaan kabel-kabel yang digunakan adalah kabel PVC dengan
jenis kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangan seperti tabel dibawah
ini:

NO PEMAKAIAN JENIS KABEL


1 Instalasi penerangan di dalam bangunan NYM
2 Instalasi daya dan kabel daya di dalam bangunan NYY
3 Kabel daya khusus MICC

2.6. Kabel yang digunakan untuk instalasi daya listrik yang dioperasikan pada saat terjadi
kebakaran (seperti fire hydrant pump, dan lain-lain), seperti ditunjukan didalam
gambar perencanaan, harus menggunakan kabel tahan api jenis Fire Resistance cable
yang dapat menahan temperatur 800 derajat celcius selama 2 (dua) jam.
2.7. Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas penampang,
rating tegangan kerja dan standar yang digunakan.
2.8. Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/sign plate yang terbuat dari
alumunium mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama sumber yang
mencatu daya kabel atau beban tersebut.
3. Persyaratan Pemasangan
3.1. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN dan
PUIL atau peraturan-peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.
3.2. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak akan lepas
atau rusak oleh gangguan-gangguan mekanis.
3.3. Pembelokan kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari pembelokan tidak
boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
3.4. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe prees, ukuran sesuai
dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior tape dan difinish
dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 40

3.5. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi penerangan
tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan. Penyambungan kabel untuk pencabangan harus dilakukan di dalam
junction box atau metal doos sesuai dengan persyaratan.
3.6. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan tidak
boleh melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat kabel.
3.7. Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung akhir
dari kabel daya harus dilindungi dengan “sealing end isolasi kabel”, sehingga bagian
konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.
3.8. Pemasangan kabel didalam bangunan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Kabel harus diatur rapi.
b. Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cm dengan perkuatan
mur baut pada dudukan/struktur rak.
c. Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit.
d. Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel didalam conduit kecuali didalam
kotak cabang.
3.9. Pemasangan kabel dalam dinding harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a. Kabel harus dilindungi dengan sparing.
b. Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam) sebelum ditutup tembok harus
disusun rapi dan diklem pada setiap jarak 60 cm. Jika sparing tersebut harus
dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem dan kawat ayam
sehingga tersusun rapi dan kokoh.
c. Kabel instalasi yang dating dari conduit menuju sparing harus dilindungi
dengan “metal flexible conduit” serta pertemuan antara conduit/sparing dengan
metal flexible conduit harus dilakukan dengan cara klem.
4. Persyaratan Teknis Peralatan Instalasi
4.1. Saklar Lampu Penerangan
a. Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN atau SII atau
standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
b. Saklar lampu harus mempunyai label yang menunjukan merk pabrik pembuat,
standard produk, tipe dan rating arus serta tegangan.
c. Saklar harus dipasang pada dinding atau pada partisi dengan ketinggian 150 cm
dari permukaan lantai atau ditentukan oleh perencanaan interior. Pemasangan
saklar harus menggunakan metal doos.
d. Tata letak saklar harus sesuai dengan gambar perencanaan dan dikoordinasi
dengan perencana interior.
 Sistem pengetahanan terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara
benda-benda yang diketahankan dan peralatan bantu lain yang di butuhkan
untuk kesempurnaan system ini.
 Grounding rod dari sistem pengetahanan terbuat dari pipa GIP dan
tembaga dengan konstruksi seperti gambar perencanaan.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 41

 Konduktor penghubung antara peralatan yang diketahankan dengan


grounding rod terbuat dari bare coper conductor atau kabel berisolasi
sesuai dengan gambar perencanaan.
 Tahanan system pengetahanan sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh
yang terjadi harus lebih kecil dari volt.

Pasal 27. RANGKA PIPA BAJA

1. Lingkup Pekerjaan

a. Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga peralatan dan tenaga, perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan Baja , untuk struktur seperti yang tertera dalam
gambar.
b. Perkerjaan ini mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi
baja pada atap sesuai dengan yang tertera dalam gambar dan persyaratan teknis ini.

2. Ketentuan Umum

a. Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah teknik secara umum menjadi satu
kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku
persyaratan teknis maka semua pekerjaan baja harus sesuai dengan standarisasi dibawah
ini:
1. Peraturan Perencanaan Baja Indonesia (PPBBI) 1983
2. Peraturan Pembebanan Untuk Gedung Indonesia (PPUG) NI-3-1970
3. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia
4. American Society For Testing Indonesia (ASTM)
5. Steel Structural Painting Council (SSPC)
6. Standar Industri Indonesia (SII)

b. Semua Bahan Baja yang digunakan diantaranya : IWF, Pipa Baja, harus memenuhui
persyaratan normalisasi di indonesia dan Standard ASTM A-36, dengan tegangan tarik
putus minimum 3700/cm2 dan juga memenuhi standard mutu baja ST 37.

c. Kontraktor harus melaksanakan dengan ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut
persyaratan teknis, gambar rencana dan instruksi-instruksi dari Pengawas.

3. Material

a. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan disetujui oleh
Pengawas. Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian atas bahan-bahan
tersebut dan Pelaksana harus bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan.

b. Baja struktur harus mempunyai mutu Struktur ST37 = fy = 2400 kg/cm2.

c. Las yang dipakai jenis las listrik dengan mutu FE 360 atau E 6013 sesuai standar JIS.

d. Semua baja yang digunakan harus sesuai dengan bentuk ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat, tertekuk, terpuntir, dengan berat sesuai dengan rencana.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 42

e. Semua material baja harus dari agen yang dapat dipertanggungjawabkan dengan disertai
sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksana harus menyerahkan hasil pengujian
yang behubungan dengan konstruksi baja disertai faktur pengiriman.

f. Bahan untuk coating adalah cat, dengan warna yang akan ditentukan kemudian.

4. Fabrikasi
a. Fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi persyaratan untuk
pekerjaan dan terlindung dari pengaruh cuaca, misalnya cahaya matahari dan hujan.
Pelaksana harus membuat workshop dilapangan dan disetujui oleh Pengawas. Apabila
fabrikasi dilakukan diluar lokasi, maka Pelaksana harus menanggung biaya/ongkos yang
dikeluarkan oleh Pengawas, untuk mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan. Sebelum
pekerjaan las dimulai, Kontraktor wajib menyerahkan prosedur kerja cara-cara pengelasan
yang akan dikerjakan, baik dibengkel maupun yang akan dikerjakan dilapangan. Usulan ini
harus diperiksa dan disetujui Pengawas sebelum pekerjaan pengelasan ini dapat dimulai.

5. Pemberian Tanda, Pengangkutan Dan Penyimpanan.

1. Setelah disetel dibengkel konstruksi, maka setiap komponen diberi tanda/nomor secara
sistematis agar dilapangan nanti, bagian-bagian tersebut dapat disambung kembali dengan
mudah.
2. Setiap komponen harus dihitung beratnya agar dapat diatur pengangkutannnya, seperti truk-
truk dan trailer sesuai dengan kapasitas yang diperlukan.
3. Di lapangan komponen baja harus diletakkan sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal
yang

6.Pekerjaan Pemasangan Baja Kuda-kuda.



1. Sebelum erection dimulai, Pemborong harus memeriksa kembali kedudukan angker-angker
Baja dan mem-beritahukan kepada Pengawas mengenai metoda dan urutan pelaksanaan
(erection).
2. Perhatian khusus harus dilakukan dalam pemasangan angker-angker untuk kolom, dimana
jarak/kedudukan dalam pemasangan angker-angker harus tepat dan akurat (presisi),
maksudnya untuk mencegah terjadinya ketidakcocokan dalam erection.
3. Semua peralatan dan steiger yang diperlukan untuk pemasangan konstruksi Baja harus
disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan cukup baik di lapangan, walau secara khusus
tidak diperlihatkan dalam gambar– gambar atau persyaratan teknis harus diadakan.
4. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerjaan di lapangan. Untuk itu Kontraktor
harus menyediakan alat-alat keselamatan kerja misalnya, ikat pinggang pengaman, helmet,
sarung tangan, pemadam kebakaran, dan lain-lain sebagainya.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 43

7. Perubahan-Perubahan Dan Tambahan.

1. Perubahan-perubahan dan bagian-bagain atau tambahan-tambahan pada detail, atau


keduanya beserta uraian yang menyebabkan, harus diberikan beserta gambar kerja untuk
disetujui.
2. Perubahan-perubahan yang disetujui, penggantian dan penambahan yang perlu untuk
bagian-bagian dari pekerjaan harus dikoordinasikan oleh kontraktor tanpa tambahan biaya.

8. Pengujian Mutu Pekerjaan.

1. Pemasangan harus dengan toleransi yang dijinkan/diterima dalam standar-standar yang


telah disetujui.
2. Bila toleransi tersebut tidak tertera dalam standar, maka toleransi akan diberikan oleh
Pengawas.
3. Pemasangan Baja dengan toleransi yang tidak sesuai dengan gambar kerja dan tidak
disetujui oleh Pengawas akan ditolak.
4. Pengawas mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan dipabrik pada saat yang
dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim kelapangan sebelum diperiksa
dan disetujui oleh pengawas.

9. Pemotongan Material
e. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang sesuai, alat
potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik
f.Alat potong harus dalam kondisi baik.
g. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
h. Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih

Pasal 28. PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR


1. Umum.
Selama masa penanganan pelaksanaan pihak Kontraktor harus tetap memelihara pekerjaan
sedemikian rupa sehingga terbebas dari sisa atau puing-puing bangunan, kotoran-kotoran dan
sampah-sampah yang dihasilkan sebagai akibat adanya kegiatan proyek.
Pada saat selesainya pekerjaan, pihak Kontraktor diharuskan menyingkirkan seluruh bahan
bangunan yang tersisa dan bahan bangunan yang kelebihan, sampah-sampah atau puing-
puing, perlengkapan, peralatan, mesin-mesin dari lokasi proyek.
Seluruh bagian permukaan hasil penanganan pekerjaan harus terlihat bersih dan proyek yang
akan diserahkan harus sudah dalam keadaan siap pakai dan diterima dengan memuaskan
oleh Pengawas.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 44

2. Pembersihan Selama Pelaksanaan.


2.1. Kontraktor harus melakukan pembersihan secara rutin untuk menjamin daerah kerja,
kantor darurat dan hunian, tetap terbebas dari tumpukan bahan sisa dan sampah, serta
terbebas dari kotoran-kotoran lainnya yang dihasilkan dari operasional pekerjaan
lapangan dan harus tetap memelihara daerah kerja dalam keadaan bersih setiap saat.
2.2. Manjamin bahwa sistem drainase terbebas dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan
lepas dan tetap berfungsi setiap waktu.
2.3. Apabila dianggap perlu, semprot bahan-bahan yang kering dan kotoran-kotoran
lainnya dengan air, sehingga dapat mencegah adanya debu atau pasir yang tertiup
angin.
2.4. Siapkan pada daerah kerja tempat-tempat sampah untuk mengumpulkan bahan-bahan
sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah sebelum dibuang.
2.5. Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada tempat yang telah
ditentukan dan sesuai dengan peraturan/ perundangan yang berlaku secara nasional
dan peraturan pemerintah daerah setempat serta harus mentaati undang-undang anti
pencemaran.
2.6. Jangan menanam kotoran-kotoran dan sampah-sampah didaerah kerja proyek tanpa
persetujuan dari Pengawas.
2.7. Jangan membuang bahan sisa yang mudah menguap misalnya cairan mineral, oli,
minyak cat kedalam selokan, jalan.
2.8. Tidak diperkenankan menumpuk/membuang kotoran-kotoran dan sampah-sampah
kedalam sungai atau saluran air.
2.9. Jika Kontraktor memperhatikan bahwa saluran drainase air samping atau bagian lain
dari sistem drainase dipergunakan oleh karyawan, Kontraktor atau oleh orang lain,
untuk pembuangan lain-lain diluar air permukaan, pihak Kontraktor harus segera
melaporkan hal yang terjadi kepada Pengawas dan segera mengambil tindakan yang
perlu sesuai dengan petunjuk Pengawas untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih
lanjut.
3. Pembersih Akhir.
3.1. Pada saaat selesainya pekerjaan lapangan, daerah proyek harus tetap dijaga
kebersihannya dan siap dipakai oleh pemilik. Pihak Kontraktor harus memulihkan
daerah proyek yang bukan bagian pekerjaan untuk perbaikan seperti dijelaskan dalam
dokumen kontrak sesuai dengan keadaan aslinya.
3.2. Pada saat pembersihan akhir seluruh pengerasan, kerb-kerb dan jembatan harus
diperiksa kembali, karena dimungkinkan terjadinya kerusakan fisik yang ditemukan
sebelum pembersihan akhir.
3.3. Daerah yang diperkeras dan seluruh daerah fasilitas umum yang diperkeras yang
terletak dilokasi kerja harus disikat sampai bersih. Seluruh permukaan harus
dibersihkan dengan garpu dan kotoran-kotoran dan sampah-sampah harus dibuang
seluruhnya.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes


Spesifikasi Teknis 45

Pasal 29. PENUTUP


1. Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam RKS ini, dan apabila ternyata diperlukan
akan dicantumkan dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
2. Hal-hal atau permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian di
lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Pengawas dan Pemborong dan apabila diperlukan
akan dibicarakan bersama dengan Konsultan Perencana dan Pengawas dalam rapat berkala.

Bengkulu, Juni 2019


Dibuat :
Konsultan Perencana
CV. PRIBIA
ttd

DWI OKTARINI, ST
Direktur

Perencanaan Rehabilitasi Gedung Bapelkes

Anda mungkin juga menyukai