Anda di halaman 1dari 13

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny.

DENGAN NY.S DENGAN MENDERITA PENYAKIT HIPERTENSI ”

OLEH:

1. I MD DWI WIDIANA JUWITA (015.01.32020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES) MATARAM
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
yang telah diberikan kepada saya, sehingga makalah Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.H
Dengan Ny.S Dengan Menderita Penyakit Hipertensi” dapat saya susun dengan cermat dan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa pula pada kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih pada teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini. Terutama saya
ucapkan terima kasih kepada dosen fasilitator yang telah memberikan saya waktu dan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini sehingga presentasi dapat dilakukan dengan
maksimal nantinya.
Saya dari kelompok 13 sebagai penyusun makalah ini, menyadari bahwa walaupun saya
sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal dan mencurahkan segala pikiran yang saya
miliki, makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar saya dapat memperbaiki kekurangan dan
kesalahan saya dalam penyusunan makalah selanjutnya.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah................................................................................................................................... 3

C. Manfaat.................................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga..................................................................................................................................... 5

B. Definisi ISPA........................................................................................................................................... 12

C. Etiologi.................................................................................................................................................... 12
.................................................................................................................................................................

D. Patofisiologi............................................................................................................................................. 15

E. Manifestasi Klinik................................................................................................................................... 16

F. Pemeriksaan Diangnostik........................................................................................................................ 17

G. Komplikasi.............................................................................................................................................. 17

H. Penatalaksanaan.......................................................................................................................................17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Keluarga .............................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan
gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat,
misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi), penyakit jantung
koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot
jantung). Hipertensi juga dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit
lainnya (Syahrini et al., 2012). Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan, 2012). Hal ini serupa seperti
yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006), hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering
tidak disadari oleh penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980
jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi
hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi
pada peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62%
kasus stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya (Corwin, 2007). Di Indonesia sendiri, berdasarkan
hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu
rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang
menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh 2 Riskesdas menemukan
prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi
daerah dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013).
Di Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah ditemukan prevalensi sebesar
33,8% pada Kabupaten Kutai Kartanegara yang menempatkan kabupaten tersebut menempati posisi
kedua dengan prevalensi hipertensi terbanyak (Riskesdas, 2013). Tekanan darah tinggi dapat disebabkan

4
oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah stres. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari
tubuh terhadap setiap tekanan atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari kondisi yang menyenangkan
maupun tidak menyenangkan (Sadock & Sadock, 2003). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
oleh Riskesdas (2013) untuk mengetahui prevalensi gangguan mental emosional (distres psikologis) di
Indonesia diketahui bahwa terdapat 3,2% orang yang memiliki gangguan mental emosional pada provinsi
Kalimantan Timur. Pada daerah kabupaten Kutai Kartanegara sendiri, dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Riskesdas Provinsi Kalimantan Timur (2009) diketahui prevalensi gangguan mental emosional
adalah sebesar 4,8 %.

A. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah tersebut yaitu :
1. Apa defenisi dari Hipertensi ?
2. Apa yang menjadi sumber terjadinya penyakit Hipertensi?
3. Apa media transmisi penyakit Hipertensi?
4. Bagaimana perilaku pemajanan atau factor resiko penyakit Hipertensi?
5. Bagaimana kejadian penyakit Hipertensi?

B. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Agar kita dapat mengetahui tentang penyakit Hipertensi, penyebabnya, media atau perantara
timbulnya penyakit Hipertensi, dan factor resiko penyakit Hipertensi
2. Memberikan kita informasi tentang penyakit Hipertensi sehingga kita bisa melakukan
pencegahan lebih awal tentang penyakit tersebut.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004) yaitu suatu
ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis
yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah
tangga. Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno, 2004:14)
bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih
yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama lain, mempunyai
perannya masing-masing-masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan. Maka
untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran
yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang
tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah.
2. Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto (2004)
a. Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai
atau kehilangan pasangannya
d. Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage
mother)

6
f. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosecual cohabiting family)
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay
and lesbian family).
i. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan menurut

3. Tahap–tahap perkembangan itu antara lain:


a. Tahap perkembangan keluarga baru menikah
1) Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim yang
memuaskan pasangannya
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
3) Membina rencana memiliki anak
b. Keluarga dengan anak baru lahir
1) Dimulai dengan mempersiapkan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi,
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak.

7
d. Keluarga dengan anak usia sekolah.
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja.
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua,hindarkan terjadinya perdebatan kecurigaan dan permusuhan
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan
keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
g. Keluarga dengan usia pertengahan.
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Keluarga usia tua.
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan

8
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan,
kekuatan fisik dan penghasilan keluarga
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan life review masa lalu.
4. Struktur Keluarga menurut Suprajino
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat, antara lain:
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran
formal dan informal
b. Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu,
orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga
lain dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah
perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
4. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga (friedman, 1998) adalah:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi

9
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
e. Fungsi pemerliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi
5. Menurut Bailon dan Maglaya keluarga yang berfungsi sehat juga
harus mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu antara
lain :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
6 . Pentingnya peran keluarga dalam perawatan penderita pasca stroke
dapat dipandang dari berbagai segi yaitu :
a. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya.
b. Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi
pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya
disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan pada anggota.

10
c. Berbagai pelayanan kesehatan bukan tempat penderita seumur hidup tetapi
hanya fasilitas yang membantu pasien dan keluarga mengembangkan
kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai
masalah dan mempertahankan keadaan adaptif.
d. Salah satu faktor penyebab terjadinya stroke berulang adalah keluarga tidak
tahu cara menangani perilaku penderita di rumah (Irdawati, 2009).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan penting
dalam proses pemulihan dan penyesuaian kembali setiap penderita stroke. Oleh
karena itu, peran serta keluarga dalam proses pemeliharaan dan pencegahan
terjadinya serangan ulang sangat diperlukan.
Dari uraian diatas maka peranan keluarga terhadap penderita stroke adalah :
a. Berperan Sebagai Perawat
Ketika anggota keluarga mengalami sakit yang menimbulkan
kecacatan, maka ada peran yang menjadi primer yaitu perawat.
Memberikan perawatan kepada penderita karena tidak dapat mengurus
dirinya sendiri dalam membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
seperti makan, minum, berpakaian, berpindah, berjalan.
b. Berperan sebagai Pendukung
Keluarga memberi dorongan/dukungan agar penderita mempunyai
motivasi yang kuat untuk dapat segera memperoleh pemulihan kesehatan
dengan sebaik-baiknya. Memberi dorongan pada saat mulai latihan fisik
yang merupakan hal yang cukup menyiksa penderita, namun demikian
penderita harus selalu didorong untuk berani berlatih. Kemudian memberi
dorongan untuk tetap aktif dalam kegiatan sehari-hari ditengah-tengah
keluarga dan masyarakat.
c. Berperan Sebagai Penghubung/Komunikasi
Keluarga mengadakan komunikasi efektif dengan penderita,
petugas kesehatan, sehingga terjalin hubungan kerja sama yang baik
sehingga tercipta suasana saling percaya dan keterbukaan antara pasien
dengan keluarga dan petugas kesehatan (dokter, perawat, fisioterapist,
terapi wicara, dll). Hubungan yang saling percaya antara pasien, keluarga

11
dengan petugas kesehatan merupakan dasar utama untuk membantu
mengungkapkan dan mengenal perasaannya, mengidentifikasi kebutuhan
dan masalahnya, mencari alternatif pemecahan masalah serta
mengevaluasi hasilnya. Proses ini harus dilalui oleh pasien dan keluarga
sehingga keluarga dapat membantu pasien dengan cara yang sama pada
saat dirumah.
d. Berperan Sebagai Pendidik
Dalam upaya belajar untuk hidup dengan kecacatan permanen,
pasien diajarkan program Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) agar
penderita dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
atau tanpa bantuan orang lain, misalnya : tata cara makan, berpakaian,
mandi, tidur, juga melatih penderita dalam mobilisasi, berkomunikasi,
melakukan latihan anggota gerak atas dan bawah secara pasif sampai
penderita mempu menggerakkan sendiri.
e. Berperan Sebagai Pengubah Lingkungan/Terapi Lingkungan
Menipulasi lingkungan, terdiri dari merubah lingkungan,
pengaturan tata ruangan agar penderita mudah melakukan aktivitas secara
efisien. Ciptakan ruangan yang memberi ketenangan dan menyenangkan,
suara tidak ribut/berisik, cahaya yang terang benderang, banyak orang,
kegiatan dan kesibukan yang berlebihan dan menjauhkan fasilitas yang
menimbulkan bahaya. Usahakan mengurangi stimulus lingkungan yang
mengakibatkan gangguan.
f. Berperan Sebagai Pengambil Keputusan
Dalam peran ini keluarga menentukan pencarian sumber-sumber
yang penting. Keluarga mempunyai kontrol substansial terhadap keputusan
apakah keluarga yang sakit akan mendapatkan layanan kuratif atau
preventif. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai pasien,
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
g. Berperan Sebagai Pencari Sumber Dana

12
Keluarga berperan mencari sumber dana untuk biaya pengobatan
penderita dan untuk menghindari ketiadaan dana untuk biaya pengobatan

13

Anda mungkin juga menyukai