Anda di halaman 1dari 5

SUMMARY

ISI KANDUNGAN SURAH AL MAIDAH AYAT 57 & SURAH


AN NAHL AYAT 125
Disusun memenuhi tugas matakuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu :

DEDEN SAEFUL RIDWAN, MZ, MA

Oleh :

Alda Novira Ainu Sabila

NIM : 1819010002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) ISLAMIC


VILLAGE

TANGERANG 2019/2020
SUMMARY

A. ISI KANDUNGAN SURAH AL MAIDAH AYAT 67

  Surat Al-Maidah merupakan surat ke-5 dalam Al-Quran. Terdiri


dari 120 ayat. Surat ini termasuk surat Madaniyah (yang diturunkan
di Madinah).

Dalam ayat tersebut tersirat makna bahwa menyampaikan risalah


merupakan perintah Allah. Allah memerintahkan Nabi Muhammad
untuk menyampaikan risalah kenabiannya kepada umatnya. Jika nabi
tidak menyampaikan risalah tersebut maka termasuk orang yang
tidak menyampaikan amanat. Dalam ayat tersebut redaksi yang
digunakan adalah kata balligh. Kata balligh dalam bahasa Arab
merupakan pernyataan yang sangat jelas apalagi bentuknya fi’il
amar. Dalam tafsir Jalalain lafadz baligh terselip kandungan jami’
yang berarti seluruhnya.Dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan hal
yang sama yaitu menyampaikan seluruh yang diterima dari Allah
SWT. Berarti kata balligh dalam ayat tersebut berarti menyampaikan
semua risalah yang telah Allah turunkan kepada Rasululloh SAW,
nabi tidak boleh menyembunyikan sedikitpun dari risalahnya. Arti
baligh menurut Imam Al-Qurthubi lebih menampakan pada proses
penyampaian amanah kepada masyarakat. Karena diawal penyebaran
agama Islam nabi khawatir kepada orang-orang musyrik Makah.
Kemudian Allah memerintahkan untuk menampakan kerisalahan
tersebut dengan diturunkannya ayat ini. Dan Allah memberitahu
kepada nabi bahwa Allah akan menjaga keselamatannya. Bahkan bila
nabi tidak menyampaikan ayat, menyembunyikan risalah dan amanat
tersebut maka nabi dikatakan sebagai orang yang kadzab, berdusta.

Kata “Baligh” dalam bahasa Arab atinya sampai, mengenai


sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan),
kata baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat
mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu prinsip qaulan
balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang
efektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila
memperhatikan pertama, bila dalam pembelajaran menyesuaikan
pembicaranya dengan sifat khalayak. Istilah Al-Quran “fii
anfusihiim”, artinya penyampaian dengan “bahasa” masyarakat
setempat. Hal yang kedua agar komunikasi dalam proses
pembelajaran dapat diterima peserta didik manakala komunikator
menyentuh otak atau akal juga hatinya sekaligus. Tidak jarang di sela
khotbahnya nabi berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan
yang hadir untuk bertanya, terjadilah dialog. Khutbah nabi pendek
tetapi padat penuh makna (jawami’ al kalim) sehingga menyentuh
dalam setiap sanubari pendengarnya. Menyampaikan risalah
kenabian bagi Rasululloh SAW sangatlah berat, karena hal tersebut
menjadi tanggungjawab dunia akherat. Sehingga Nabi menegaskan
kembali tentang tugas beliau yang telah dipikulkan kepadanya ketika
haji wada’ sebagai sebuah pertanggungjawaban perintah. Ini artinya
sebuah perintah harus dipertanggungjawabkan. Bagi seorang guru
pada akhir tugas pembelajaran harus ada pertanggungjawaban
sehingga hasilnya dapat diketahui oleh wali murid, publik atau
masyarakat umum.

Implementasi metode tabligh dalam konteks pendidikan


diantaranya adalah bahwa guru harus menyampaikan ilmunya kepada
siswa sesuai dengan kadar kemampuannya, tidak boleh ada materi-
materi yang seharusnya disampaikan tetapi tidak disampaikan. Guru
seyogyanya selalu meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya
dari hari kehari yang pada ujungnya keilmuan tersebut diajarkan atau
disampaikan kepada siswa-siswanya. Untuk dapat
mengimplementasikan metode tabligh, guru dituntut untuk
mengetahui dan menguasai metode atau strategi dalam
menyampaikan materi. Karena sebaik apapun materi kalau
disampaikan menggunakan metode yang kurang tepat maka
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan bisa tidak utuh
atau bahkan bisa keliru. Penyampaian materi juga harus humanis,
artinya guru harus menghargai hak-hak siswanya, memperlakukan
siswanya sebagai manusia yang punya potensi untuk dikembangkan.
Selain itu guru juga harus punya kesadaran dan komitmen dalam
dirinya bahwa ilmu yang mereka miliki adalah sebuah amanah Tuhan
untuk disampaikan dan dipertanggungjawabkan kelak.

B. ISI KANDUNGAN SURAH AN NAHL AYAT 125


Surat An-Nahl merupakan surat ke-16 dalam Al-Quran. Terdiri
dari 128 ayat dan merupakan surat Makiyyah, kecuali tiga ayat yang
terakhir merupakan surat Madaniyyah. Surat ini diturunkan setelah
surat Al Kahfi.
Ayat ini mengajak Rasulullah SAW dan seluruh pendidikan dan
ilmuwan Islam agar menggunakan cara yang tepat dalam mengajak
manusia menuju kebenaran. Karena semua orang tidak dapat diajak
lewat satu cara saja. Artinya, hendaknya berbicara kepada orang lain
sesuai dengan kemampuan dan informasi yang dimilikinya. Oleh
karenanya, ketika menghadapi ilmuwan dan orang yang
berpendidikan hendaknya menggunakan argumentasi yang kuat.
Menghadapi orang awam atau masyarakat kebanyakan hendaknya
memberikan pelajaran atau nasihat yang baik. Sementara membantah
atau berdialog dua arah dengan mereka yang keras kepala harus
dilakukan dengan cara yang baik dan berpengaruh. Karena ayat
tersebut sejatinya membahas tentang dakwah bukan tentang
pendidikan, maka agar tidak terjadi salah persepsi dalam
mengkontekstualisasikan makna yang tersirat dalam Surat An-Nahl
ayat 125 dengan konteks pendidikan, maka perlu terlebih dahulu
untuk memahami dan mempertemukan makna dakwah dan
pendidikan berdasarkan definisinya.
beberapa definisi mengenai dakwah dan pendidikan di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam proses dakwah dan pendidikan terdapat
kesamaan dalam masingmasing komponennya. Sehingga metode yang
menjadi sarana dakwah ini juga dapat diterapkan dalam dunia
pendidikan. Kesamaan tersebut yang pertama, yaitu adanya subjek.
Dalam konteks dakwah disebut da’i, sedangkan dalam konteks
pendidikan disebut pendidik atau guru. Kedua, adanya objek. Dalam
perspektif dakwah disebut mad’u, sedangkan dalam perspektif
pendidikan disebut siswa/ murid. Ketiga adalah adanya materi. Hanya
saja materi dakwah lebih terfokus pada ilmu agama. Sedangkan
materi pendidikan lebih luas dari itu, tidak hanya menyangkut ilmu
agama saja, melainkan juga ilmu-ilmu yang lain, seperti ekonomi,
kewarganegaraan, fisika dan lain sebagainya. Adapun komponen
keempat, yaitu adanya tujuan yang hendak dicapai, yaitu perubahan
ke arah yang positif (perubahan jasmani maupun rohani) terhadap
objek (mad’u atau peserta didik) sasarannya, melalui transformasi
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang disampaikan
melalui aktifitas dan prosesnya masing-masing. Sehingga objek
(mad’u atau peserta didik) tersebut menjadi manusia yang lebih baik
dan sempurna serta bertakwa kepada Allah. Adanya kesamaan
komponen dakwah dan komponen pendidikan tersebut, maka ayat ini
dapat dijadikan referensi dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah
referensi tentang metode pendidikan.
Diantara metode pendidikan yang dapat kita ambil dari ayat
tersebut adalah:
Al-Hikmah, hikmah mengandung arti pengetahuan yang dalam
yang menjelaskan kebenaran serta menghilangkan kesalahpahaman
melalui tutur kata yang tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa,
akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih.
Mau’idzah Hasanah, Mau’idzah hasanah diklasifikasikan dalam
beberapa bentuk:
a. Nasihat atau petuah
b. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
Mujadalah, Berdasarkan penafsiran para mufassir, dapat
diketahui bahwa mujadalah bi al-lati hiya ahsan, mengandung arti
sebagai berikut:
a. Bantahan yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap
lemah lembut, perkataan yang baik, bersikap tenang dan hati-hati,
menahan amarah serta lapang dada.
b. Percakapan dan perdebatan untuk memuaskan penantang.
c. Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka berpikir untuk
menemukan kebenaran,
menciptakan suasana yang nyaman dan santai serta saling
menghormati
d. Perbantahan atau pertukaran pikiran dengan baik yaitu tidak
menyakiti hati dan menggunakan akal yang sehat.
Dalam proses pendidikan, jidal/ mujadalah bi al-lati hiya ahsan
secara esensial adalah metode diskusi/ dialog yang dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan nilai Islami. Proses diskusi bertujuan
menemukan kebenaran, memfokuskan diri pada pokok permasalahan.
Menggunakan akal sehat dan jernih, menghargai pendapat orang lain,
memahami tema pembahasan, antusias, mengungkapkan dengan baik,
dengan santun, dapat mewujudkan suasana yang nyaman dan santai
untuk mencapai kebenaran serta memuaskan semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai