Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) adalah salah satu indikator untuk
mengetahui derajatkesehatan masyarakat. Angka kematian bayi di Indonesia
saat ini masih tergolong tinggi.Berdasarkan hasil laporan awal Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun2007, AKB 34 per 1000
kelahiran hidup, angka ini menduduki peringkat keenam di wilayah Asia
Tenggara. Salah satu penyebab kematian bay adalah BBLR.
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat
untuk dapatberadaptasi dengan kehidupan luar rahim. Penyakit yang terjadi
biasanya berhubungandengan belum matangnya fungsi organ tubuhnya.
Berbagai masalahyang terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain
ketidakstabilan suhu tubuh, kesulitan bernapas, masalah gastrointestinal dan
nutrisi, imaturitas hati, imaturitas ginjal, berbagaimasalah neurologis dan
kardiovaskular serta gangguan metabolisme.
Berdasarkan uraian paragraf di atas, maka penulis bermaksud untuk
mengambil asuhan kebidanan pada bayi baru lahir patologis Bayi By. Ny S
umur 10 hari dengan BBLR di RSUD Ajibarang.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir patologis
Bayi By. Ny S umur 10 hari dengan BBLR di RSUD Ajibarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengumpulan data subjektif Bayi By. Ny S umur 10 hari
dengan BBLR di RSUD Ajibarang.
b. Untuk mengumpulkan data Objektif Bayi By. Ny S umur 10 hari
dengan BBLR di RSUD Ajibarang.
c. Untuk menegakkan diagnosa Bayi By. Ny S umur 10 hari dengan
BBLR di RSUD Ajibarang.

1
d. Untuk melakukan penatalaksanaan asuhan Bayi By. Ny S umur 10 hari
dengan BBLR di RSUD Ajibarang

C. Sistematika
1. COVER
2. LEMBAR PENGESAHAN
3. KATA PENGANTAR
4. DAFTAR ISI
5. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Sistematika
6. TINJAUAN TEORI
7. TINJAUAN KASUS
8. PEMBAHASAN
9. PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
10. DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi BBLR
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4 minggu,
biasanya lahir pada usia keamilan 38-42 minggu. Bayi baru lahir harus
memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan
mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan
fisiologis dan psikososial yang besar terjadi pada saat bayi lahir
memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan
ekstrauterin, perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan
kemudian hari. (Bobak, 2005).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500gr tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah
berat bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah lahir). (DEPKES RI, 2007)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) (low birth weight) merupakan
berat bayi yang kurang dari 2500 gram pada saat lahir. Bayi baru lahir ini
dianggap mengalami kecepatan pertumbuhan intrauterin kurang dari yang
diharapkan atau pemendekan periode gestasi. Kelahiran preterm dan BBLR
umumnya terjadi bersamaan (misal, <32 minggu dan berat lahir <1200
gram). Pertumbuhan janin terhambat (IUGR) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan janin yang kecepatan pertumbuhannya tidak normal.
(Bobak,2005).

B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat bayi 1000-1500 gram.
3. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram.
(Sarwono, 2008)

3
C. Komplikasi BBLR
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas adalah
sebagai berikut
1. Sindrom gangguan napas ideopatik (Penyakit membrane hialin).
2. Pneumonia aspirasi, karena reflex menelan dan batuk belum sempurna.
3. Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak
(erat kaitannya dengan gangguan pernapasan).
4. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang.
5. Hipotermia.
6. Fibroplasia retrolental, gangguan oksigen berlebihan.

D. Penyebab BBLR
1. Persalinan kurang bulan/premature
Bayi lahir pada umur kurang dari 37 minggu. Pada umumnya bayi
kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin,
gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari
waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi
uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ
dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup
diluar rahim. (Depkes RI, 2007)
2. Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang mengalami
hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan. Hal ini dapat
disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau adanya hambatan
pertumbuhan dari bayinya sendiri. Kondisi bayi lahir kecil sangat
tergantung pada usia kehamilan saat dilahirkan dan berapa lama
terjadinya hambatan pertumbuhan itu dalam kandungan.

4
E. Diagnosis BBLR
1. Anamnesis
a. Umur Ibu
b. Riwayat persalinan sebelumnya
c. Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya
d. Kenaikan berat badan ibu selama hamil
e. Aktivitas ibu yang berlebihan
f. Trauma pada ibu
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik pada bayi
a. Berat bayi kurang dari 2500 gram
b. Untuk BBLR kurang bulan
1) Tanda prematuritas:
a) Tulang rawan telinga belum terbentuk
b) Masih terdapat lanugo
c) Refleks bayi masih lemah
d) Alat kelamin luar: pada perempuan, labiya mayora belum
menutupi labia minora, pada laki-laki belum terjadi
penurunan testis dan kulit testis masih rata.
2) Pada BBLR kecil untuk masa kehamilan:
Tanda janin tumbuh lambat:
a) Tidak dijumpai tanda prematuritas
b) Kulit keriput
c) Kuku lebih panjang
(DEPKES RI, 2007)

F. Penilaian BBLR
Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dan
sesuai dengan beratnya, maka bayi akan digolongkan dalam BBLR atau
BBLSR dan bayi berat lahir eksterm.

5
G. Penatalaksanaan BBLR
1. Mempertahankan suhu dengan ketat.
a. Bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu:
1) Bayi berat badan dibawah 2 kg: 35o C
2) Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg: 34oC
3) Suhu incubator diturunkan 1oC setiap minggu sampai bayi
dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27oC
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat.
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsi
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
c. Pengasupan nutrisi/ASI
Umumnya bayi premature belum sempurna reflex menghisap dan
batuknya, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim
pencernaan, terutama lipase masih kurang. Maka makanan
diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering.
Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya kelihatan seperti
orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus diperhatikan
adalah terhadap kemungkinan pnueumonia aspirasi.
d. Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau


100-120 cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan
/kalori.
Kapasitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus
sering diberikan tiap jam. Perhatikan apakah pemberian minum bayi
menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut membesar atau kembung.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Data Subyektif
1. Teori
Data Subyektif menurut Muslihatun, 2009 diperoleh dari orang tua bayi.
Hal ini dikarenakan bayi belum bisa berkomunikasi secara verbal.
2. Praktik
Ibu mengatakan berat bayinya lahir yaitu 1900 gram, dan jenis kelamin
anaknya laki-laki, tunggal. Ibu mengatakan khawatir terhadap kondisi
bayinya saat ini.
3. Pembahasan
Berdasarkan dengan data-data yang ada, maka tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.

B. Data Obyektif
1. Teori
Tanda-tanda BBLR yaitu berat bayi kurang dari 2500 gram, untuk BBLR
kurang bulan, tulang rawan telinga belum terbentuk, masih terdapat
lanugo, refleks bayi masih lemah dan alat kelamin luar: pada perempuan,
labiya mayora belum menutupi labiya minora, pada laki-laki belum
terjadi penurunan testis dan kulit testis masih rata.
2. Praktik
Pada pengkajian data objektif, bahwa dari pemeriksaan yang telah
dilakukan maka didapatkan hasil yaitu keadaan umum cukup, kesadaran
composmentis, untuk pemeriksaanantropometri didapatkan hasil BB
1900 gram, PB 45 cm, Lingkar kepala 28 cm, Lingkar dada 28 cm,
Lingkar lengan 9 cm. Dan untuk pemeriksaan fisik didapatkan hasil,daun
telinga lunak, testis sudah turun ke skrotum, kulit kemerahan. Dan untuk
reflek-reflek primitif masih lemah.

7
3. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, maka tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik.

C. Analisa
1. Teori
Pada langkah analisa data ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa kebidanan, masalah, diagnosa potensial dan kebutuhan klien
(Varney,2007).
a. Diagnosa
Diagnosa ditentukan berdasarkan data subjektif dan data objektif.Data
subjektif diperoleh dari hasil anamnesa kepada orangtua klien.Data
objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik umum, status
present,pemeriksaan penunjang serta laboratorium.
b. Masalah
Masalah ditentukan berdasarkan keadaan pasien
c. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial merupakan diagnosa yang mungkin muncul atau
terjadi apabila masalah tidak segera ditangani
d. Kebutuhan Segera
Kebutuhan segera adalah suatu kebutuhan/ tindakan yang harus segera
terpenuhi untuk mencegah terjadinya diagnose potensial.
2. Praktik
a. Diagnosa : By. Ny. S umur 10 hari dengan BBLR
b. Masalah : BBLR
c. Diagnosa Potensial : hipotermia, resiko infeksi
d. Kebutuhan segera :ASI dan jaga kehangatan, kolaborasi
dengan dokter spesialis anak

3. Pembahasan
Berdasarkan dengan data yang diperoleh, maka tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.

8
D. Penatalaksanaan
1. Teori
a. Mempertahankan suhu dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat.
c. Pengasupan nutrisi/ASI
d. Penimbangan ketat.
2. Praktik
Dalam praktiknya, asuhan yang telah diberikan yaitu memonitor KU dan
tanda-tanda vital, memberikan infus, menjaga kehangatan bayi,
pemberian ASI secara oral, pencegahan infeksi dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi.
3. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, maka tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik.

9
10
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada pengumpulan data
subyektif Bayi By. Ny S umur 10 hari dengan BBLR di RSUD
Ajibarang.
2. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada pengumpulan data
obyektif pada Bayi By. Ny S umur 10 hari dengan BBLR di RSUD
Ajibarang
3. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam menegakkan
diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir patologis pada Bayi By. Ny S
umur 10 hari dengan BBLR di RSUD Ajibarang
4. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam melakukan
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi By. Ny S umur 10 hari
dengan BBLR di RSUD Ajibarang.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi pihak Rumah Sakit khususnya tetap mempertahankan
dan meningkatkan pelayanan dalam penatalaksanaan khususnya terhadap
bayi barulahir dengan patologi maupun kegawatdaruratan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir patologis.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan serta pengalaman tentang asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir patologis.
4. Bagi Klien dan keluarga
Diharapkan untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada bayi dan
balita dan segera membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat

11
untuk memperoleh pertolongan apabila dijumpai tanda bahaya, sehingga
dapat membantu dalam penurunan angka kematian bayi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan : Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan: Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

13

Anda mungkin juga menyukai