Anda di halaman 1dari 4

Jawaban

1. Cost Recovery adalah pengembalian biaya eksplorasi dan ekspoitasi


migas dari Pemerintah kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Biaya yang dapat di cost recovery-kan oleh kontraktor dapat dibagi menjadi dua hal:
1. Biaya Langsung, yang merupakan biaya operasional yang berhubungan
langsung dengan kegiatan produksi minyak. Biaya ini antara lain : biaya
survey,  pengeboran sumur, Biaya Produksi dan biaya lainnya yang berhubungan
dalam produksi migas
2. Biaya tidak langsung, yang merupakan supporting cost yang biasanya terdiri
dari biaya umum dan administrasi
Skema bagi hasil terhadap profit margin
Prosentase bagi hasil terhadap wilayah kerja relatif sama dan berubah apabila
lapisan resevoiryang lebih tua
Kepemilikkan hydrocarbon oleh negara, aset menjadi milik negara, pengadaan
mengacu kepada ketentuan skk migas
2. Skema Gross Split adalah skema dimana perhitungan bagi hasil pengelolaan wilayah
kerja migas antara Pemerintah dan Kontraktor Migas diperhitungkan dimuka. Melalui
skema Gross Split, Negara akan mendapatkan bagi hasil migas dan pajak dari
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sehingga penerimaan Negara menjadi lebih pasti.
Negara pun tidak akan kehilangan kendali, karena penentuan wilayah kerja, kapasitas
produksi dan lifting, serta pembagian hasil masih ditangan Negara. Oleh karenanya,
penerapan skema ini diyakini akan lebih baik dari skema bagi hasil sebelumnya. Yang
membedakan dengan cost recovery adalah, Tren cost recovery relatif meningkat tiap
tahun. Cost recovery pada tahun 2010 sekitar US$ 11,7 miliar dan meningkat menjadi
US$ 16,2 miliar pada tahun 2014. Meskipun berdasarkan data tahun 2015 dan 2016
(unaudited), besaran cost recovery sempat menurun menjadi US$ 13,7 miliar dan US$
11,5 miliar akibat rendahnya harga minyak dunia. Pada tahun 2016, penerimaan
migas bagian Pemerintah hanya sebesar US$ 9,9 miliar atau lebih rendah dibanding
cost recovery yaitu sekitar US$ 11,5 miliar. Kondisi lebih besarnya cost recovery
dibanding penerimaan bagian negara terjadi sejak tahun 2015.
3. Untuk mendukung penerapan sistem bagi hasil ini, Kementerian ESDM telah
menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 08 Tahun 2017 tentang kontrak bagi
hasil Gross Split. Permen ini menetapkan bentuk dan ketentuan-ketentuan pokok
Kontrak Bagi Hasil yang memuat persyaratan antara lain: kepemilikan sumber daya
alam tetap di tangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan; modal dan risiko
seluruhnya ditanggung Kontraktor; serta pengendalian manajemen operasi berada
pada SKK Migas. Ini sekaligus menghilangkan kekhawatiran hilangnya peran SKK
Migas setelah diterapkannya Kontrak Bagi Hasil Gross Split.  SKK Migas masih akan
mengawasi pengajuan Plan of Development (POD), peningkatan lifting migas,
keselamatan kerja migas, termasuk tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) serta
pengawasan terhadap tenaga kerja dan asset-aset. Dengan semakin fokusnya tugas
dan fungsi SKK migas, maka business process bagi para kontraktor (KKKS) pun akan
lebih cepat. Disamping itu, Permen tentang Gross Split tersebut juga sudah
mengantisipasi rendahnya harga minyak, sehingga rendahnya harga minyak bukan
menjadi kendala untuk bereksplorasi.
4. Proses bisnis yang dilakukan PT CPI adalah proses bisnis hulu atau proses bisnis yang
mengutamakan KKKS untuk mencari crude oil. Contohnya adalah WK di sumatra
yang juga merupakan lapangan yang terbesar se asia tenggara.
Teknologi steamflood telah diaplikasikan di Duri sejak tahun 1985 dan merupakan
salah satu proyek pengembangan steamfloodterbesar di dunia. Pada tahun 2017,
produksi bersih rata-rata sebesar 54.000 barel minyak mentah. Pemboran sumur
sisipan dan pengerjaan ulang sumur terus dilakukan pada tahun 2017. Produksi
dihasilkan dari pemboran sumur sisipan, aktivitas pengerjaan ulang dan injeksi air.
5. Secara detail, sektor hulu Chevron menjadi tumpuan kinerja positif sepanjang tahun
lalu. Sektor itu mencatatkan laba bersih senilai US$8,15 miliar 2017 dibandingkan
dengan 2016 yang masih rugi US$2,53 miliar
Di tahun 2018 perushaan kembali mencatatkan laba sebesar US$14.824 miliar naik
dibanding 2017
Di tahun 2019 perusahaan mengalami penurunan laba yang cukup signifikan yakni
US$2,924 miliar turun dibanding tahun 2018
6. Pada tahun 2019 bisnis hulu chevron mencapai rekor terendah dalam berapa tahun
terakhir dan jika dibandingkan dengan tahun 2018.dengan laba bersih sebesar $ 2,6
miliar menurun jika dibandingkan dengan $ 13,3 miliar pada tahun 2018,
mencerminkan $ 10,4 miliar biaya penurunan nilai terutama terkait dengan proyek-
proyek terkait gas, termasuk serpih Appalachia. Kitimat LNG dan bisnis hulu lainnya
tidak lagi kompetitif dalam portfolio chevron. Rekor produksi tahunan untuk tahun
kedua berturut-turut 3,06 juta oilequivalent barrel per hari 4 persen lebih tinggi dari
2018. Modal hulu dan pengeluaran eksplorasi adalah $ 17,8 miliar pada 2019.
7. Manajemen bisnis dasar yang sukses sangat penting untuk menjaga minyak mentah
dan perusahaan produksi gas alam. Chevron menggerakkan pen
dekatan disiplin untuk mengelola bisnis melalui investasi bertarget dan proses kerja
terbukti untuk meminimalkan penurunan dan downtime dalam mencegah insiden
keamanan . Aset perusahaan telah beroperasi dengan andal, dengan produksi 2019
efisiensi 94 persen. Melalui fokus yang lebih besar pada analisis data, perusahaan
dapat melakukan dengan baik mendapat wawasan lebih lanjut tentang kinerjanya.
Area fokus utama untuk tahun 2020 dan seterusnya sedang mengejar lebih jauh
peluang produktivitas dan efisiensi dengan memanfaatkan pusat operasi terintegrasi
yang fungsional,merancang dan menggunakan solusi teknologi digital dan
memajukan kemampuan analitik data.
8. Operasi Chevron di Indonesia termasuk satu Kontrak Kerja Sama (KKS) di daratan
Pulau Sumatra dan tiga KKKS lepas pantai di Kalimantan Timur. Produksi bersih
rata-rata tahun 2017 dari seluruh area produksi di Indonesia sebesar 113.000 barel
fluida dan 113 juta kaki kubik gas alam. PT. Chevron Pacific Indonesia
mengoperasikan KKS Rokan di Riau, Sumatera. Chevron Indonesia Company
mengoperasikan tiga KKS lepas pantai di Selat Makassar (72 persen); Rapak (62
persen); dan Ganal (62 persen). PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) memiliki 100
persen saham kepemilikan dan mengoperasikan Blok Rokan yang akan berakhir pada
tahun 2021. Produksi bersih rata-rata pada tahun 2017 tercatat sebesar 122.000 barel
minyak dan 21 juta kaki kubik gas alam.
9. Strategi yang dilakukan chevron adalah dengan Pengeluaran modal yang
direncanakan sebesar $ 11 miliar diperkirakan akan menopang dan menumbuhkan
aset yang saat ini diproduksi, termasuk sekitar $ 4 miliar untuk Permian
pengembangan basis teknologi dan sekitar $ 1 miliar untuk pengembangan tidak
konvensional internasional lainnya. Sekitar $ 5 miliar direncanakan untuk program
utama proyek-proyek permodalan sedang berlangsung, di mana 75 persennya terkait
dengan Proyek Manajemen Pertumbuhan Tekanan Sumur (FGP / WPMP) Masa
Depan di Tengizchevroil (TCO) di Kazakhstan. Pendanaan eksplorasi global
diperkirakan sekitar $ 1 miliar.
10. Chevron memiliki 62 persen kepemilikan di proyek Bangka dan mengumumkan
pencapaian produksi gas dari proyek tersebut pada 31 Agustus 2016. Proyek ini
termasuk pipa bawah laut ke unit produksi terapung (FPU) dan kapasitas terpasang
sebesar 110 juta kaki kubik gas alam dan 4.000 barel kondensat per hari. Persetujuan
pemerintah terhadap keputusan investasi final dicapai pada tahun 2014. Kami
memulai proyek dengan kegiatan pengeboran dua sumur pengembangan di semester
kedua 2014.Proyek lainnya, Gendalo-Gehem, termasuk pengembangan dua hub
terpisah, yang masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan
pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam
hasil produksi dari proyek ini akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor
dalam bentuk gas alam cair. Proyek ini memiliki rencana kapasitas terpasang sebesar
1,1 miliar kaki kubik gas alam dan 47.000 barel kondensat per hari. Kepemilikan
perusahaan adalah sebesar 63 persen. Chevron terus berupaya untuk mencapai
keputusan investasi final (FID). Di lepas pantai Kalimantan Timur, Chevron
menghasilkan minyak mentah dan gas alam, memasuki fase baru pengembangan
energi melalui proyek gas ultra laut dalam pertama di Indonesia.
11. Petrokimia, minyak Pelumas Gas alam Bahan bakar , chevron sedang berupaya
meningkatkan teknologi lower-carbon dan menginvestasikan pengembangan energi
renewable untuk masa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai