Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN HIV/AIDS

ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA

Disusun oleh
Kelas 3 C/Kelompok 10
Nama Kelompok :

1. Selly maghfiroh (1130018068)


2. Faisal rizki kishbuallah (1130018082)
3. Ruslianah (1130018091)
4. Putri ayu nahdiyah (1130018098)
5. Siti Lutfiatun Nisah (1130018127)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Kami kelompok 2 mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT.,


akhirnya makalah “ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA” dapat disusun dengan
baik. Makalah ini merupakan keperawatan HIV/AIDS yang wajib diketahui oleh
mahasiswa keperawatan. Dengan makalah ini mahasiswa keperawatan dapat memahami
teori asuhan keperawatan malaria dengan baik dan benar. Makalah yang ditulis secara
ringkas ini dapat mempermudah mahasiswa dalam proses pembelajarannya.

Materi makalah ini diambil dari sumber buku yang terpercaya dan sesuai dengan
kurikulum. Dengan harapan membantu mahasiswa membantu memperluas wawasan
terhadap asuhan keperawatan Malaria.

Kami telah berusaha menulis makalah ini dengan baik dan benar. Jika ada
kesalahan mohon dimaafkan. Untuk kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, 28 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................3

1.3 Tujuan.................................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................3

1.4 Manfaat...............................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi MALARIA............................................................................................5

2.2 Etiologi MALARIA............................................................................................5

2.3 Epidemiologi MALARIA ..................................................................................6

2.4 Patofisiologi MALARIA....................................................................................6

2.5 WOC MALARIA...............................................................................................7

2.6 Manifestasi Klinis MALARIA...........................................................................7

2.7 Pemeriksaan Penunjang MALARIA..................................................................8

2.8 Penatalaksanaan MALARIA..............................................................................9

2.8.1 Non Farmakologi MALARIA................................................................10

2.8.2 Farmakologi MALARIA........................................................................10

2.9 Pencegahan MALARIA....................................................................................11

2.10 Jurnal............................................................................................................

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................12

3.2 Diagnosa...........................................................................................................13
3.3 Intervensi..........................................................................................................14

3.4 Implementasi....................................................................................................15

3.5 Evaluasi............................................................................................................15

BAB 4 APLIKASI KASUS

4.1 Kasus Semu......................................................................................................16

4.2 Asuhan Keperawatan.......................................................................................16

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan......................................................................................................22

5.2 Saran.................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu penyakit infeksi
parasit terpenting di dunia. Kematian akibat malaria diperkirakan 1 sampai 1,5
juta jiwa setiap tahunnya. Malaria banyak ditemukan di negara-negara Afrika,
Asia dan Amerika Latin dengan penyebaran yang cepat. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya derajat kesehatan dan kemiskinan. Keadaan ini akan menjadi
lebih kompleks dengan meningkatnya resistensi obat yang digunakan untuk
memberantas malaria.
Dilaporkan, malaria menjangkiti lebih dari 40% populasi dunia atau lebih
dari 100 negara dalam berbagai derajat keparahan. WHO memperkirakan
jumlah kasus malaria setiap tahun lebih kurang 300 juta jiwa. Salah satu
publikasi mengemukakan bahwa penyakit malaria menjadi masalah di 100
negara di dunia, menimpa lebih dari 2 juta penduduk. Diperkirakan dalam
setahun malaria menyerang 300 juta penduduk, 90% dari jumlah ini ada di
negara tropis di Afrika. Angka kematian karena penyakit malaria diperkirakan
sekitar 1 juta setahunnya, terutama penderita berusia anak-anak. Malaria
menyerang daerah pedesaan dimana fasilitas kesehatan kurang memadai dan
transportasi masih sukar. Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua
wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan
jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang, slide positive rate (SPR): 9215,
annual paracitic index (API): 0,08%. CFR di rumah sakit sebesar 10-50%.
Menurut laporan, di provinsi Jawa Tengah tahun 1999: API sebanyak 0,35%,
sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax. Angka prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari
tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan
berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak
ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan
NTT (Widoyono, 2011). Di Jawa Timur pada tahun 2014, ditemukan
sebanyak 80 penderita atau 13,3% dari total kasus 2014 yaitu sebanyak 608
penderita malaria. Tahun 2015 jumlah penderita malaria sebanyak 282.
Sedangkan 2016 ditemukan penderita malaria sebanyak 334 orang. Sedangkan
pada periode Januari-Maret 2017 di seluruh kabupaten/kota hanya ditemukan
65 kasus malaria. Jawa Timur masih menyisakan empat kabupaten yang
dinilai belum terbebas malaria, yakni Kabupaten Trenggalek, Pacitan,
Banyuwangi, dan Madiun. Di Jawa Timur, daerah reseptif malaria berada di
pantai selatan Pacitan hingga Banyuwangi, melingkar ke Situbondo terus naik
ke kepulauan Sumenep (Dinkes Jatim, 2017).
Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang
menggigit anak. Apabila kekebelan (daya tahan) tubuh anak baik, maka
parasit yang dibawa oleh nyamuk tersebut akan lemah dan hilang dari tubuh.
Apabila daya tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut akan
menginfeksi darah. Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya
malaria. Plasmodium valciparung akan menyebabkan malaria yang berat.
Demam timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang
mengeluarkan anti gen. Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak,
monosit atau limposit yang mengeluarkan sitokin dan tumor nectrosits faktor
(TNF) yang dibawah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu
tubuh. Pembesaran limpa karena plasmodium dihancurkan oleh monosit yang
menyebabkan bertambahnya sel radang dan terjadi peningkatan jumlah
eritrosit yang berinfeksi parasit. Penyebaran eritrosit ke pembuluh kapiler
menyebabkan oftruksi dalam pembulu dkapiler sehingga terjadi inskemia
jaringan (depkesri,2008). Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan
difagositosis oleh sistem retikuloendotelian (Marnia, 2016).
Upaya untuk mengurangi penyakit malaria diantaranya dengan
menggunakan kelambu dan lotion anti nyamuk saat tidur. Ada tiga cara
penatalaksanaan malaria, yaitu pengobatan presumtif (menemukan penyakit
maaria secara intensif), subpresif (pengobatan pada semua pasien demam
didaerah endemis malaria), dan radikal (untuk malaria yang menimbulkan
relaps jangka panjang). Untuk pengobatan malaria jenis malariae diberikan
klorokuin(membunuh plasmodium malariae) sekali sehari selama 3 hari
diikuti dengan pemeriksaan kembali setelah 3 hari (Marnia, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pada malaria ?
2. Bagaimana etiologi pada malaria ?
3. Bagaimana epidemiologi pada malaria ?
4. Bagaimana patofisiologi pada malaria ?
5. Bagaimana WOC pada malaria ?
6. Bagaimana manifestasi klinis pada malaria ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada malaria ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada malaria ?
9. Bagaimana pencegahan pada malaria ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep asuhan
keperawatan malaria
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari malaria.
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari malaria.
3. Mahasiswa mampu memahami epidemiologi dari malaria.
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari malaria.
5. Mahasiswa mampu memahami WOC dari malaria.
6. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari malaria.
7. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang dari malaria.
8. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari malaria.
9. Mahasiwa mampu memahami pencegahan dari malaria.
1.4 Manfaat
1) Manfaat bagi mahasiswa
Sebagai metode pembelajaran atupun referensi pengetahuan tentang
Malaria.
2) Manfaat bagi FKK
Sebagai metode ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang
pembelajaran khususnya di bidang ilmu keperawatan dan menerapakan
dalam kegiatan praktik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia


karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi terutama didaerah
luar jawa dan Bali. Di daerah transmigrasi yang terdapat campuran penduduk
yang berasal dari daerah yang endemic dan tidak endemic malaria, masih sering
terjadi ledakan kasus atau wabah yang menimbulkan banyak kematian
(Widoyono, 2008).

Malaria sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Seorang ilmuwan
Hippocrates (400-377 SM) sudah membedakan jenis-jenis malaria, dan Ross
(1897) menemukan perantara malaria adalah nyamuk Anopheles (Widoyono,
2008).

2.2 Etiologi
Etiologi Penyakit Malaria Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang
termasuk ke dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa
obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun
ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar
serta dari ibu hamil kepada janinnya (Harijanto, 2000).
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau
malaria kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P.
falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies
terakhir ini paling berbahaya, Karena malaria yang ditimbulkannya dapat
menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam
jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-
organ tubuh (Harijanto, 2000).
2.3 Epidemologi
Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah
endemik malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan
kesehatan yang besar didaerah tropis dan subtropis seperti di Brasil, Asia
Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika (Widoyono, 2008).
Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun
1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak
2.341.401 orang, slide positive rate (SPR): 9215, annual paracitic index
(API): 0,08%. CFR di rumah sakit sebesar 10-50%. Menurut laporan,
diprovinsi Jawa Tengah tahun 1999; API sebanyak 0,35%, sebagian besar
disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan P. vivax. Angka prevalensi
malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai
dari 0,51 pada tahun 2003, menurun hingga 0,15 dan berkurang lagi menjadi
0,07 pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia
Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT (Widoyono, 2008).
Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin
bertambah. Plasmodium falciparum dilaporkan resisten terhadap klorokuin
dan sulfadoksinpirimetamin di wilayah Amazon dan Asia Tenggara. P. vivax
yang resisten klorokuin ditemukan di Papua Nugini, Provinsi Papua, Papua
Barat, dan Sumatera (Widoyono, 2008).
Resistensi obat menyebabkan semakin kompleksnya pengobatan dan
penanggulangan malaria. Professional kesehatan harus mengetahui darimana
seorang penderita berasal. WHO menerbitkan publikasi tahunan daftar negara
endemik malaria. Akibat lebarnya variasi antardaerah untuk negara yang
mempunyai daerah luas seperti Indonesia, Departemen Kesehatan RI
seharusnya membuat daftar yang sama untuk antarprovinsi (Widoyono, 2008).
2.4 Patofisiologi
Terjadinya infeksi oleh parasit plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat
terjadi melalui dua cara yaitu :
1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung
prasit malaria
2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam entrosit masuk ke dalam darah
manusia, misalnya melalui transfuse darah suntikan, atau pada bayi yang
baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi ( congenital).

Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-


hal sebagai berikut :

a. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena pemecahan eritrosit yang


mengandung parasit dan fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak
mengandung parasit akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan
hemolisis intravaskuler.
b. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag pada proses skizoni yang
melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediator
endostokin.
c. Pelepasan TNF (tumor necrosing factor atau factor nekrosis tumor)
merupakan suatu monokin yang dilepas adanya parasit malaria. TNF ini
bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
d. Sekuetrasi eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di
permukaannya. Knob ini mengandung antigen malaria yang kemudian
akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel
pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi
bendunga
2.5 WOC
2.6 Manifestasi Klinis
1. Plasmodium vivax (malaria tertiana)
a. Meriang
b. Panas dingin menggigil/ demam (8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua
hari sekali setalah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu
setelah infeksi)
c. Keringat dingin
d. Kejang-kejang
e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sekit pada tulang dan sendi
2. Plasmodium falcifarum ( malari tropika)
a. Meriang
b. Panas dingin menggigil/ demam (lebih dari 12 jam, dapat terjadi dua
hari sekali setelah gejelah pertama terjadi selama 2 minggu setelah
infeksi)
c. Keringat dingin
d. Kejang-kejang
e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
3. Plasmodium malariae (malaria kuartana)
a. Meriang
b. Panas dingin menggigil/demam ( gejala pertama tidak terjadi antara 18
sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan
terulang kembali setiap 3 hari)
c. Keringat dingin
d. Kejang-kejang
e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit padda tulang dan sendi
4. Plasmodium ovale ( jarang ditemukan)
a. Diamana manifestasi klinis mirip malaria tertina :
Meriang
b. Panas dingin menggigil/demam (8 sampai 12 jam dapat terjadi dua hari
sekali setalah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu
setelah infeksi)
c. Keringat dingin
d. Kejang-kejang
e. Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar. Hemoglobin, hematrokit, jumlah leukosit,
eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula
darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto toraks, EKG,
dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi (Widoyono, 2008).
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus-kasus malaria dapat diberikan
tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara
lain sebagai berikut:
1. Malaria Tersiana/Kuartana
Biasanya ditanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu
ditambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin3 dd 600 mg
selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15
mg/hari selama 14 hari.
2. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg
selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10
mg/kg dengan interval 5-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal
dari 3 tablet) yang biasanya dikombinasikan dengan kinin (3dd 600 mg
selama 3 hari).
3. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan primetamin 25 mg pertablet dalam
dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3X650 mg selama 7 hari.
Antibiotik seperti tetrasiklin 4 X 250 mg/hari selama 7-10 hari dan
aminosiklin 2 X 100 mg/hari selama 7 hari.
2.9 Non Farmakologi
Senyawa bioaktif Moringa oleifera (MO) adalah salah satu tanaman
penting yang banyak dibudidayakan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tanaman Mo termasuk dalam golongan Moringaceae. Tanaman ini banyak
mengandung efek farmakologi yang penting seperti antiasma, antidiabetes,
hepatoproktetif, anti inflamasi, kesuburan, antikanker, antimikroba,
antioksidan, kardiovaskuler, antiulkus,aktivitas CNS, Anti alergi,
penyembuhan luka, analgesik dan antipiretik
Selain itu, MO juga mengandung senyawa bioaktif hasil dari metabolisme
sekunder seperti alkaloid, kina, saponin, flavonoid, tanin, steroid, dan
glokosida. Terakhir, tanaman Mo mengandung minyak dan lemak (as-Syifa
Jurnal, 2019)
2.10 Farmakologi
Saat ini tatalaksana farmakologi bagi penderita malaria falciparum di
indonesia adalah terapi kombinasi derivat Artemisinin dikenal dengan
Artemisinine-Based Combination Therapy (ACT) untuk menanggulangi
Plasmodium falciparum yang sudah resisten dengan klorokuin. Terapi
kombinasi ini dimulai digunakan di Indonesia muali tahun 2004 (Kemenkes,
RI 2017).
Salah satu contoh obat golongan skizontisida jaringan adalah primaquin,
obat ini mengeradikasi bentuk skinzontisida premier dari Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax, serta diberikan dalam bentuk kombinasi
dengan skintozentisida darah seperti klorokuin, quinin, meflokuin atau
pirimetamin (Harvey & Champe, 2009)
2.11 Pencegahan
Pencegahan penyakit malaria menurut Widoyono, 2008.
A. Berbasis Masyarakat
1. Pola Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus
selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan
kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye masal
untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang
nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air
kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau
mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai
tempat air tergenang.
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat
membantu mencegah penularan.
3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang
bionomic anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak
terbang, dan resistensi terhadap insektisida.
B. Berbasis Pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk tidak keluar rumah antara senja dan
malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya mengenakan kemeja
dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih
menyukai warna gelap.
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic
meliputi :
a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitive terhadap
klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin
fosfat iuntuk orang dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu
sebelum masuk daerah sampai 4 minggu setelah meninggalkan
tempat tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan
pengobatan supresif yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu
atau doksisiklin 100 mg/hari atau sulfadoksin 500 mg/primetamin
25 mg (Suldox), 3 tablet sekali minum.

3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil meliputi :


1) Klorokuin, bukan kontraindikasi.
2) Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan
proguanil 3 mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitive
klorokuin.
3) Meflokuin 5 mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat
kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten
terhadap klorokuin.
4) Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah. Calon donor yang dating ke daerah
endemic dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak
menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh
mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak dia datang. Calon
donor tersebut, apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria
dan telah menetap di daerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak
menunjukkan gejala klinis, maka diperbolehkan menjadi donor
selama 3 tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa donor dari
daerah endemic malaria merupakan sumber infeksi.
2.2 Jurnal
Peran TIK dalam upaya pencegahan dan mitigasi untuk HIV /
AIDS tidak bisa terlalu ditekankan. Keuntungan terbesar TIK adalah
mereka bisa menjangkau daerah-daerah terpencil. Jadi melalui
penggunaan inovatif TIK pemuda dan bahkan orang dewasa dapat
memiliki akses ke program HIV / AIDS yang dapat bertemu kebutuhan
- kebutuhan mereka. Makalah ini berfokus pada setelah melek TIK
tentang malaria parasit di antara pasien HIV / AIDS. Oleh karena itu,
untuk mencapai hasil positif di perjuangan melawan TIK HIV / AIDS
harus dilakukan. HIV / AIDS informasi harus ditemukan di mana-mana
yaitu radio, ponsel, TV dan Internet. TIK membuat informasi HIV /
AIDS mudah diakses, rahasia dan ramah pengguna. Penelitian ini
menunjukkan kemungkinan koinfeksi HIV pasien positif atau negatif
dengan malaria dan HBsAg. Fenomena ini dapat meningkatkan
keparahan infeksi HIV dan memfasilitasi perkembangan HIV ke AIDS.
Praktik skrining darah secara universal seharusnya diimplementasikan
untuk meningkatkan keamanan pasokan darah sehingga dapat
mengurangi risiko Virus Hepatitis B (HBV) dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Lebih program pencerahan malaria
oleh Komunitas Lokal, the pemerintah dan organisasi nonpemerintah
harus dilaksanakan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.2 Pengkajian Keperawatan


1. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien
1. Nama
2. Tempat tanggal lahir/umur
3. Jenis kelamin
4. Pekerjaan
5. Alamat
2) Keluhan Utama :
poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen.
3) RKK (Riwayat Kesehatan Keluarga)
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan perkerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, presepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Pernafasan B1 (Breath)
Eritrosit pecah, HB tubuh berkurang, O2 darah sekarang
2) Kardiovaskular B2 (Blood)
Eritrosit pecah, suplai oksigen tubuh menurun, kebutuhan
oksigen keseluruhan tubuh tidak terpenuhi.
3) Persyarafan B3 (Brain)
Suplai oksigen ke otak menurun, saraf terganggu, timbul
asietas, kacau mental, disorientasi deliru (koma)
4) Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi darah ke ginjal tidak terpenuhi, penurunan produksi
urin.
5) Pencernaan B5 (Bowel)
Mual, muntah, anoreksia, BB turun.
6) Moskuloskeletal B6 (Bone)
Adanya rasa panas dan lemas, gangguan pergerakan
3.2 Diagnosa
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (misl.infeksi)
dehidrasi ditandai dengan suhu diatas nilai normal, kulit terassa
hangat, kulit merah.
2. Risiko Ketidak seimbangan elektrolit ditandai dengan ketidak
seimbangan cairan atau dehidrasi dan muntah
3.3 Intervensi
1) Manajemen Hipertermia (I.15506)
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Sediakan lingkungan yang dingin
5. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, aksila, leher, dada, dan
abdomen)
6. Anjurkan tira baring
7. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intraavena, jika perlu.
2) Pemantauan Elektrolit (I. 03122)
1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
2. Monitor mual, muntah, dan diare
3. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
4. Atur interval pemantauan sesuai dengan kondisi psien
5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3.4 Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan
dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim
perawatan (Setiadi, 2010)
3.5 Evaluasi
Tujuan mengetahui sejauh lama keperawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan bisa secara
SOAP, SOAPIER, SOPIE, dan DAR. Tahap penilaian atau evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan tenaga
kesehatan lainnya (Setiadi, 2010).
BAB IV

APLIKASI KASUS

4.1 Kasus semu

Pada tanggal 15 JANUARI 2020 Tn. A (37 Th) dirawat di RSI dengan keluhan
panas, lemas, dan mual muntah di sertai diare 5 kali dalam 1 hari . Pasien mengatakan
sering timbul pada waktu siang dan malem. Pada pemeriksaan pasien tampak kurus dan
pucat, didapatkan suhu 39oC , nadi 120x/menit TD : 100/80 mmHg, BB : 49 kg.

4.2 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas klien

Data klien Data penanggung jawab

a) Nama : Tn. A Nama : Ny. B


b) Umur : 37 thn Umur : 35 thn
c) Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
d) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
e) Agama : Islam Agama : Islam
f) Suku : Jawa Suku : Jawa
g) Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan mual muntah diare sebanyak 5x dalam sehari
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluhkan badannya panas, lemas, dan mual muntah di sertai diare
sebanyak 5x dalam sehari
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengidam hiv sampai sekarang
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
di derita pasien dan penyakit menular lainnya.
6. Pemeriksaan fisik
TTV
TD : 100/80 mmHg
S : 39oC
N : 120x/menit
B1 – B6
a. B1 (Breathing)
1) Inspeksi : cuping hidung normal, pola nafas normal, tidak ada edema dan lesi
2) Palpasi : tidak ada sekret
3) Perkusi : dada simetris
4) Auskultasi : tidak ada suara tambahan
B2 (Blood)
1) Inspeksi : mukosa bibir kering, turgor kulit jelek
2) Palpasi : nadi meningkat dan tekanan darah meningkat
3) Perkusi : -
4) Auskultasi : -
b. B3 (Brain)
1) Inspeksi : conjungtiva normal, tidak ada edema, tidak ada lesi,
2) Palpasi : tidak ada pembesaran vera jugularis dan tidak ada pembesaran
kelenjar karotis
3) Perkusi : -
4) Auskultasi : -
c. B4 (Bladder)
1) Inspeksi : berkemih normal
2) Palpasi : tidak ada edema pada abdomen, tidak ada lesi
3) Perkusi : -
4) Auskultasi : -
d. B5 (Bowel)
1) Inspeksi : tidak hemorrhoid
2) Palpasi : -
3) Perkusi : -
4) Auskultasi : bising usus meningkat
e. B6 (Bone)
1) Inspeksi : gerakannya bebas, tidak menggunakan alat bantu
2) Palpasi : -
3) Perkusi : -
4) Auskultasi :
Analisis data
N Data Pasien Etiologi Masalah
o
1 DS : pasien mengatakan Faktor psikologis
diare 5 kali dalam 1 ( mis.stres,
hari keengganan
DO : KU lemas untuk makan) DEFISIT
Pasien tampak NUTRISI
kurus tampak pucat
TD : 100/80 mmHg
S : 39oC
N : 120x/menit
BB : 49 kg
s2 DS : pasien mengatakan Ketidak
badannya panas, seimbangan
lemas, dan mual cairan
muntah dan diare Risiko
5x dalam 1 hari ketidak
DO : Pasien tampak Diare seimbangan
kurus tampak pucat Elektrolit
TD : 100/80 mmHg
S : 39oC muntah
N : 120x/menit
BB : 49 kg
Risiko ketidak
seimbangan
Elektrolit

Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan
o
1 Defisit nutrisi b.d Faktor psikologis ( mis.stres, keengganan
untuk makan) d.d ku lemas Pasien tampak kurus tampak
pucat, TD : 100/80 mmHg, S : 39oC, N : 120x/menit, BB :
49 kg
2 Risiko ketidak seimbangan Elektrolit b.d Ketidak seimbangan
cairan , Diare, muntah d.d Pasien tampak kurus tampak
pucat ,TD : 100/80 mmHg, S : 39oC, N : 120x/menit , BB : 49
kg
Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria hasil Keperawatan
Dx (SDKI) (SLKI) (SIKI)
.
1. Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi b.d intervensi 1x24 jam I.03119
Faktor diharapkan status Observasi
psikologis nutrisi dapat 1. Identifikasi
( mis.stres, membaik dengan status nutrisi
keengganan kriteria hasil 2. Monitor
untuk sebagai berikut : asupan
makan) d.d L.03030 makanan
ku lemas 1. Berat badan dari
Pasien skala 2 (cukup Terapeutik
tampak memburuk) menjadi 3. Berikan
kurus skala 4(cukup makanan tinggi
tampak membaik) serat untuk
pucat, TD : 2. Frekuensi makan mencegah
100/80 skala 2 (cukup konstipasi
mmHg, S : memburuk) menjadi 4. Berikan
39oC, N : skala 4(cukup suplemen
120x/menit, membaik) makan, jika
BB : 49 kg 3. Nafsu makan perlu
skala 2 (cukup
memburuk) menjadi
skala 4(cukup Edukasi
membaik) 5. Anjurkan
posisi duduk,
jika perlu

Kolaborasi
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang di
butuhkan, jika
perlu

2. Risiko Setelah dilakukan Pemantauan Eletrolit


ketidak intervensi 1x24 jam I.03122
seimbangan diharapkan Observasi
1. Identifikasi
Elektrolit b.d keseimbangan
kemungkinan
Ketidak eletrolit dapat penyebab
seimbangan meningkat dengan ketidak
cairan , kriteria hasil seimbangan
Diare, sebagai berikut : elektrolit
muntah d.d L.03021 2. Monitor
Pasien 1. Serum nutrisi dari mual muntah
dan diare
tampak skala 2 (cukup
3. Monitor
kurus memburuk) kehilangan
tampak menjadi skala 4 cairan, jika perlu
pucat ,TD : (cukup membaik)
100/80 2. Serum kalium Edukasi
4. Atur
mmHg, S : dari skala 2
interval waktu
39oC, N : (cukup pemantauan
120x/menit , memburuk) sesuai dengan
BB : 49 kg menjadi skala 4 kondisi pasien
(cukup membaik)
Kolaborasi
3. Serum kalsium 5. Jelaskan
dari skala 2 tujuan dan
(cukup prosedur
memburuk) pemantauan
menjadi skala 4 6. Informasik
(cukup membaik) an hasil
pemantauan,
jika perlu
Implementasi keperawatan

Tanggal & No Tindakan Keperawatan Para


Jam . f
Dx
23 Februari 1
2020 1. Mengidentifikasi status
09.00 nutrisi
2. Memonitor asupan
makanan
R/pasien kooperatif

09.05 3. Memberikan makanan


tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
R/pasien kooperatif

15.00 4. Menganjurkan posisi


duduk, jika perlu
R/pasien kooperatif

5. Mengkolaborasi dengan
15.20 ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient
yang di butuhkan, jika perlu
R/pasien kooperatif

23 Februari 2 1. Mengidentifikasi
2020 kemungkinan penyebab ketidak
09.00 seimbangan elektrolit
R/pasien kooperatif

09.05 2. Memonitor mual muntah


dan diare
R/pasien kooperatif
3. Memonitor kehilangan
cairan, jika perlu
R/pasien kooperatif
4. Menjelaskan tujuan dan
15.00 prosedur pemantauan
R/pasien kooperatif
5. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
R/pasien kooperatif

Evaluasi
Tanggal & No Evaluasi Para
Jam . f
Dx
24 februari 1 S : pasien mengatakan sudah tidak
2020 diare
09.00 O : KU membaik
Pasien sudah tidak pucat
TD : 100/80 mmHg
S : 37,5oC
N : 120x/menit
BB : 52 kg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
24 februari 2 S : Pasien mengatakan badannya
2020 sudah tidak panas, dan sudah tidak
09.00 mual muntah, sudah tidak diare
O : Pasien sudah tidak tampak pucat
TD : 100/80 mmHg
S : 37,5oC
N : 120x/menit
BB : 52 kg
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Malaria adalah infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di
dalam darah. Malaria disebabkan oleh plasmodium yang dibawa oleh
nyamuk anopheles betina. Adapun gejala dari malaria adalah demam, kejang-
kejang, anemia, nafas sesak, dan hilangnya nafsu makan.
Gejala yang muncul pada penyakit ini akan berlanjut dan pada akhirnya
dapat menyebabkan anemia berat, edema paru, kelainan hati, dan maturia
serebral (koma). Untuk itu perlu pencegahan untuk penyakit ini yaitu dengan
cara menggunakan kelambu, menggunakan pembasmi nyamuk,
membersihkan sarang nyamuk dan tempat hinggap nyamuk, memasang
ventilasi dan menghindari rumah yang gelap.
5.2 Saran
Diharapkan setelah melakukan presentasi makalah ini dapat menambah
wawasan mahasiswa dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dilapangan tentang penyakit malaria
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.

Harijanto PN, 2000. Malaria : Epidemiologi, Patogenesi, Manifestasi Klinis dan


Penanganan. Jakarta: Penerbit EGC

Arif Muttaqin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan


Gastrointestinal. Aplikasi Asuhan keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Salemba medika

Jurnal Farmasi As-Syiffa, Dede Rival Novian, 2019, Ekspolarasi Potensi Anti
Malaria Senyawa Bioaktif Moringa Oleifera dengan pendekatan silico.
Nusa Tenggara Timur: Universitas nusa cendana

Harvey R, Champe P. 2009. Lippincott’s illustrated reviews: Pharmachology, 4th


edition. USA: Lippincott William & Wilkins.

Kemenkes RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI

Setiadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen : cetakan 4 Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai