Anda di halaman 1dari 61

BAB

III PROFIL SANITASI KABUPATEN


KLATEN

3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota


3.1.1. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan berkaitan erat dengan masalah air bersih, persampahan dan sanitasi. Hidup bersih
dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan
serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek
terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di
sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan yang
ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan
lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan
sekitar rumah yang sehat.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten, khususnya dalam menjaga kesehatan
lingkungan dan masyarakat.

Dengan demikian pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Klaten berkomitmen
menjaga kenyamanan lingkungan dalam berbagai bidang bukan hanya persoalan pengelolaan sampah .Hal
tersebut salah satunya bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga.

Indikator kesehatan lingkungan di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari jumlah Rumah Sehat, Sarana Ibadah
Sehat serta Sekolah Sehat yang terdiri dari komponen fisik, sarana sanitasi dan perilaku penghuninya yang
secara umum masih relatif rendah sehingga masih perlu peningkatan.

Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Kabupaten Klaten secara keseluruhan mengalami peningkatan
walaupun cakupannya masih belum optimal. Cakupan rumah tangga yang memiliki jamban pada tahun
2010 mencapai 52,17%. Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yang baru mencapai
35,27% dan tahun 2009 mencapai 45,44%. Sedangkan persentase institusi yang dibina kesehatan
BUKU PUTIH SANITASI III - 1
KABUPATEN KLATEN
lingkungannya mencapai 78,9% pada tahun 2010 meningkata dibanding tahun 2009 sebesar 78,8% tetapi

BUKU PUTIH SANITASI III - 2


KABUPATEN KLATEN
lebih kecil dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 81,7%i, persentase rumah sehat tahun 2010 mencapai
75,7% menurun jika dibanding tahun 2008 sebesar 80,6% dan tahun 2009 sebesar 77,3%, persentase
pengguna air sehat mencapai 96,6% dan persentase rumah tangga yang memiliki SPAL (Saluran
Pembuangan Air Limbah) baru mencapai 72,3%.

Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kabupaten Klaten
Tahun 2008 – 2010 (%)

No Indikator 2008 2009 2010

1. Persentase RT memiliki Jamban 35.27 45.44 52.17

Persentase institusi yang dibina


2. 81.7 78.8 78.9
kesehatan lingkungannya

3. Persentase rumah sehat 80.6 77.3 75.7

4. Persentase pengguna air sehat 64.7 85.5 96.6

Persentase rumah tangga yang memiliki


5. 52.1 62.8 72.3
SPAL
Sumber : Dinas Kesehatan

3.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat


Secara umum tingkat kesehatan dan pola hidup masyarakat di Kabupaten Klaten dapat terlihat dari angka
kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk seperti ditunjukkan melalui angka kesakitan diare
ataupun kasus ISPA.
Jumlah penderita diare di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 mengalami penurunan dari 27.771 menjadi
25.405 penderita pada tahun 2009. Dan pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah penderita diare yaitu
sebesar 24.806. Dari periode tahun 2008-2010 angka kejadian diare tertinggi adalah pada tahun 2008.
Distribusi penderita diare di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2.
Distribusi Penderita Diare Kabupaten Klaten Tahun 2008-2010
Diare
No Puskesmas
2008 2009 2010
1. Bayat 1.389 834 819
2. Cawas I 758 732 698
3. Cawas II 728 519 564
4. Ceper 876 499 525
5. Delanggu 1.052 1.093 728
6. Gantiwarno 1.012 956 1.114
7. Jambukulon 733 602 734
8. Jatinom 620 343 488
9. Jogonalan I 439 223 147
10. Jogonalan II 453 227 446
11. Juwiring 2.357 2.337 1.466
12. Kalikotes 819 863 968
13. Karanganom 955 916 1.106
14. Karangdowo 760 1.084 1.178
15. Karangnongko 774 564 480
16. Kayumas 532 686 504
17. Kebonarum 631 561 494
18. Kebondalem lor 676 455 400
19. Kemalang 940 887 617
20. Klaten Selatan 809 452 502
21. Klaten Tengah 581 566 405
22. Klaten Utara 519 420 517
23. Majegan 584 556 486
24. Manisrenggo 734 782 912
25. Ngawen 869 1.027 949
26. Pedan 716 782 729
27. Polanharjo 715 944 567
28. Prambanan 411 870 1.219
29. Trucuk I 915 737 951
30. Trucuk II 740 754 567
Diare
No Puskesmas
2008 2009 2010
31. Tulung 980 859 829
32. Wedi 895 889 941
33. Wonosari I 979 1.035 1.130
34. Wonosari II 820 351 626
Total 27.771 25.405 24.806

Sumber : Dinkes Kabupaten Klaten, 2009

Dari Tabel distribusi penderita diare di puskesmas se Kabupaten Klaten dapat dilihat bahwa jumlah
penderita diare tahun 2010 tertinggi adalah di Kecamatan Juwiring, peringkat kedua adalah di
kecamatan Prambanan.

Pada tahun 2009 jumlah kasus penderita DBD sebanyak 476 orang, 100 % tertangani. Angka
kematian (Incidence Rate) 3,65 per 10.000 penduduk. Jumlah kematian akibat DBD adalah 3
orang sehingga angka kematian (Case Fatality Rate) 0,63%. Hal tersebut terjadi penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2008 dimana terdapat 598 kasus DBD, angka kesakitan 4,60 per
10.000 penduduk dengan jumlah riil kematian 14 orang, dan angka kematian 2,34%.

Pada tahun 2009 tercatat 4 kasus positif malaria. Angka kesakitan sebesar 0,003 per 1000
penduduk dan angka kematian 0.
Gambar : Peta Maping Endemitas

3.1.3. Kualitas dan Kuantitas Air


A. Sumber Air Sistem (PDAM)
Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Klaten dapat dipenuhi melalui jaringan
perpipaan dari PDAM dan sumber air tanah. Hal ini mengingat potensi sumber air yang cukup besar yang
ada di wilayah Kabupaten Klaten dan Kabupaten Klaten merupakan dataran menengah yang menjadi
daerah munculnya mata air dan perlintasan air tanah. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah dalam penyediaan kebutuhan air yang layak melalui jaringan PDAM dibeberapa
kecamatan.
Untuk sistem perpipaan air bersih yang dilayani oleh PDAM, sampai dengan Tahun 2009 jumlah
sambungan rumah sebanyak 25.426 unit dengan jumlah penduduk terlayani sebesar 169.762 jiwa. Jumlah
sambungan rumah ini merupakan cakupan pelayanan PDAM Klaten atau sampai tahun 2009 sebesar
51,54%. Dari data PDAM tahun 2010, kapasitas terpasang air bersih PDAM Klaten adalah 439,5 liter/detik.
Dengan kapasitas produksi (kapasitas yang didistribusikan) sebesar 378 liter/detik. Ini berarti belum semua
sumber potensi air dimanfaatkan. Tingkat kebocoran sebesar 61,5 liter/detik atau sekitar 21,84%, yaitu air
hilang, susut atau kebocoran.
Tabel II.24
Kapasitas dan Produksi Air Minum yang terjual
Dari PDAM Kabupaten Klaten Tahun 2005 -2009

Jumlah Kapasitas Produksi Produksi yang Jumlah


Tahun
Sumber Produksi Terjual Hilang Produksi
2009 14 8.937.146 6.555.532 2.157.835 8.718.691
2008 11 8.695.210 6.583.306 1.810.455 8.400.168
2007 10 8.011.304 6.520.107 1.308.936 7.829.043
2006 10 7.934.243 6.504.454 1.365.327 7.869.781
2005 10 8.299.477 6.994.237 1.183.858 8.178.095
Sumber : PDAM Kabupaten Klaten Tahun 2009

Cakupan area pelayanan PDAM Kabupaten Klaten sampai Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Tabel II.25
Cakupan Area Pelayanan PDAM Kabupaten Klaten
Tahun 2010

Jumlah
NO Lokasi
Pelanggan
1. Kota Klaten 14.451 SR
2. IKK Prambanan 981 SR
3. IKK Karanganom 4.223 SR
4. IKK Karangnongko 626 SR
5. IKK Kemalang 510 SR
6. IKK Delanggu 3.013 SR
7. IKK Ceper 2.591 SR
8. IKK Wedi 575 SR
9. IKK Pedan 274 SR
10. IKK Cawas 1.338 SR
JUMLAH 28.582 SR
Sumber : PDAM Kabupaten Klaten Tahun 2010

B. Sumber Air Non Sistem (PSAB)


Pelayanan air bersih (air minum) non sistem diselenggarakan oleh sebagian besar masyarakat
baik yang dikelola secara individu, kelompok maupun oleh institusi di tingkat desa. Prosentase
sumber air non sistem di Kabupaten Klaten meliputi PAB Stimulan dan Non perpipaan pedesaan .
Sumber air yang dimanfaatkan adalah sumber air, sungai, embung, sumur dangkal dan air hujan
(PAH). Kualitas air bersih yang digunakan sebagaian besar belum terkontrol, karena pemeriksaan
kualitas air secara berkala meliputi seluruh Kabupaten Klaten hanya dilakukan di beberapa titik
sampel saja.

3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga


IPLT Kota Klaten terletak dibagian tengah Kota Klaten, tepatnya di Desa Jomboran, Kecamatan
Klaten Tengah, Kabupaten Klaten. IPLT yang mempunyai luas lahan + 12.200 m2 ini menempati area
persawahan. Lingkungan pemukiman terdekat dari lokasi IPLT sekitar 500 m. Lokasi IPLT dengan Jalan
Raya Jombor dihubungkan dengan jalan sepanjang + 5 km.
Topografi daerah IPLT berdasarkan data yang diperoleh dilapangan termasuk daerah datar
dengan ketinggian sekitar 140 m diatas permukaan laut. Lokasi IPLT memiliki kemiringan sebesar 3% ke
arah timur.
Wilayah pelayanan IPLT Kabupaten Klaten saat ini mencakup Kota Klaten dan sekitarnya
dengan tingkat pelayanan sekitar 46% dari total jumlah penduduk Kota Klaten (Bidang Kebersihan dan
Pertamanan, DPU 2008).
Secara umum pelayanan truk tinja di Kabupaten Klaten adalah pelayanan langsung, yakni
pelayanan berdasarkan permintaan dari masyarakat. Tingkat pelayanan dari truk tinja sendiri sebesar 99
ritasi atau sekitar 20 kali dalam sebulan (dari januari hingga mei tahun 2008). Pelayanan truk tinja ini sudah
mencapai lingkup luar kota Kabupaten Klaten, diantaranya Kecamatan Wedi, Kecamatan Delanggu, dan
Kecamatan Bayat. Pelayanan dari armada truk tinja ini tidak seperti pelayanan persampahan. Pelayanan
truk tinja tersebut bersifat langsung, yang artinya apabila ada penduduk yang membutuhkan, maka truk tinja
tersebut akan melayani.
Pelayanan IPLT menyangkut penyedotan septic tank degan menggunakan truk pengangkut tinja
yang berupa truk vakum untuk kemudian dibawa ke IPLT Kota Klaten dan Pengolahan lumpur tinja di IPLT
tersebut.
Lembaga yang menangani langsung pengelolaan IPLT Kabupaten Klaten adalah UPTD
Pengolahan Sampah dan Limbah, DPU. Sedangkan untuk penanganan lumpur tinja selama ini hanya
mengandalkan 2 supir pengangkut dan 1 penjaga serta penerima limbah tinja di IPLT. Sehingga belum
terdapat kinerja yang lebih terorganisir terhadap pengelolaan IPLT di Kabupaten Klaten.
Sesuai dengan konsep manajemen, tugas untuk masing-masing seksi harus terpisah antara
perencanaan, pengendalian dan pelaksanaan. Dari struktur organisasi kelembagaan pada dinas terkait
pembagian tugas hanya sebatas kewenangan kelembagaan secara umum saja, belum terdapat struktur
organisasi yang tepat baik disesuaikan dengan tugas dan kewenangannya maupun dengan kebutuhan
untuk pengelolaan IPLT.
Pengelolaan lumpur tinja juga memerlukan biaya untuk pemeliharaan sarana prasarana
penunjang dan juga untuk biaya oprasional dan biaya pengolahan dari lumpur tinja itu sendiri. Di Kabupaten
Klaten sendiri pengaturan mengenai retribusi yang meliputi besarnya tarif dan tata cara pemungutannya
sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 15 Tahun 2000 tentang Retribusi Penyedotan
Kakus.
Perda Kabupaten Klaten No. 15 Tahun 2000 juga dijadikan sebagai landasan dalam menentukan tarif
retribusi untuk penyedotan tunja.
Struktur dan besarnya tarif pelayanan penyedotan kakus atau jamban dan pembuangan menurut
Perda Kab. Klaten No. 15 Tahun 2000 sebagai berikut:
a. Struktur tarif digolongankan berdasarkan lokasi/wilayah penyedotan.
b. Besarnya Tarif: Luar Kota : Rp. 85.000,00 Dalam Kota : Rp.75.000,00
Sedangkan struktur dan besarnya tarif pelayanan penyedotan kakus atau jamban dan
pembuangan berdasarkan kondisi saat ini sebagai berikut :
a. Struktur tarif digolongkan berdasarkan lokasi/wilayah.
b. Penyedot besarnya tarif: Luar Kota : Rp. 150.000,00 Dalam Kota : Rp. 125.000,00

Menurut data dari Bidang Kebersihan dan Pertamanan DPU, jumlah truk tinja yang masuk dan
membuang lumpur tinjanya di IPLT rata – rata mencapai 20 ritasi tiap bulannya. Pengelola dari Seksi
Oprasional Kebersihan dan Ketertiban yang ada di lokasi IPLT ada 1 orang dan supir sebanyak 2 orang.
Sarana dan prasarana IPLT Eksisting dijelaskan pada Tabel II.26 berikut :
TABEL II.26
Sarana Dan Prasarana IPLT Eksisting

No. Sarana Satuan Jumlah Keterangan

1 Lokasi Desa Jomboran - - -


2 Luas Ha 1,05 -
3 Pengelolaan - - Gravitasi
4 Perlengkapan Pendukung Vakum Truk: Unit 1 -
5 Kantor + garasi Unit 1 -
6 Jarak dari Kota Klaten Km 5 -
No. Sarana Satuan Jumlah Keterangan

7 Jarak dari pemukiman Meter 500 -


Sumber : DKP Kabupaten Klaten

3.1.5. Limbah Padat (Persampahan)

Pada tahun 2010 ini penanganan persampahan di Kabupaten Klaten dilayani oleh Bidang
Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum. Pelayanannya terbatas pada kawasan Kota Klaten,
sedangkan untuk kawasan di luar kota pengelolaan persampahan pada umumnya dikelola sendiri oleh
penduduk setempat dengan cara ditibun maupun dibakar. Adapun sarana pengumpulan sampah yang
tersedia saat ini berupa:
17 unit Dum Truck (14 unit beroperasi, 1 unit untuk cadangan, 2 unit rusak)
7 unit Pick Up (5 unit pengangkutan sampah, 1 unit patroli kebersihan, 1 unit patroli drainase)
unit Arm Truk
30 unit Kontainer Sampah
7 unit Kendaraan Roda Tiga (2 untuk pelaksanaan kebersihan jalur kota, 5 untuk kebersihan luar
kota)
1 unit Backhor Loader
1 unit Excavator
2 unit Truck Tinja
192 unit TPS
Bidang Kebersihan dan Pertaman, DPU mampu mengangkut sampah 160 m 3 (92,48%) dari total
produksi sampah + 263 m3 per hari. Daya angkut ini tidak seimbang dengan produksi sampah. Untuk
sumber daya manusia pengelola sampah tahun 2010 ini adalah sebagai berikut : staf operasional 9 orang;
pengemudi 18 orang; pengangkut 78 orang; penyapu 50 orang; drainase 10 orang; petugas IPLT & TPA 3
orang.

Untuk wilayah yang tidak mendapat pelayanan persampahan, masyarakat mengelola sendiri
sampah domestiknya dengan menggunakan metode tradisional/ on site yaitu dengan
mengumpulkan dan membakar di pekarangan. Diagram Sistem Persampahan sebagai berikut
menggambarkan diagram persampahan yang ada diperkotaan maupun perdesaan.
Tabel 3.8.
Diagram Sistem Sanitasi Sampah

Sumber: Lokalatiih BPS Kab. Klaten, 2011

3.1.6. Drainase Lingkungan


Sektor pertanian di wilayah Kabupaten Klaten merupakan salah satu pendukung utama bagi
perekonomian daerah, kegiatan pertanian meliputi upaya ketahanan pangan, budidaya perikanan dan
usaha peternakan. Debit mata air yang dimanfaatkan untuk irigasi sebesar 4757,5 lt/dt.
Jaringan drainase yang ada umumnya masih menyatu dengan jaringan sanitasi (limbah rumah
tangga dari mandi dan cuci). Jaringan drainase juga memanfaatkan sungai dan jaringan irigasi. Jaringan
pemutusan yang ada berfungsi untuk mengalirkan air hujan dan pembuangan air limbah. Kebutuhan
jaringan irigasi untuk daerah pertanian dilakukan dengan pembuatan jaringan-jaringan sekunder dan tersier.
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kabupaten Klaten antara lain: Sungai Dengkeng, Sungai Mlese,
Sungai Simping, selain itu terdapat Kali Bebadan, Kali Gampar, Kali Logede, Kali Bagor, Kali Macanan, Kali
Bajung, Kali Kahuman, Kali Dandang, Kali Ngrancah, Kali Soko dan sungai-sungai kecil lainnya. Umumnya
sungai-sungai di Kabupaten Klaten bermuara di Bengawan Solo.
Sungai-sungai di Wilayah Klaten sebagian besar mengalir air sepanjang tahun, dan air sungai
tersebut sebagian besar dipergunakan untuk irigasi. Berdasarkan datayang terdapat di subdin Pengairan
DPU kabupaten Kalten Volume air sungai tersebut +1.083.198.528 m3.
Di Wilayah Kabupaten Klaten terdapat sungai dan gunung yang membentang disepanjang
wilayah Kabupaten Klaten. Sungai yang terdapat di Wilayah Kabupaten Klaten diantaranya adalah sungai
Dengkeng, Sungai Mlese, dan Sungai Simping. Sedangkan disebalah selatan wilayah Kabupaten Klaten
membentang PeguninganKapur Selatan atau Pegunungan seribu. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah
Kabupaten Kleaten merupakan anak sungai Bengawan Solo, sebagian besar sungai yang terdapat di
wilayah Kaupaten Klaten bermuara di sungai Bengawan Solo seperti Sungai Pusur, Sungai Simping, Sungai
Dengkeng, Sungai Gondang serta sungai lainnya. Beberapa sungai yang ada di Kabupaten Klaten,
pengelolaanya berada di Pemerinatah Provinsi Jawa Tengah, diantaranya yaitu:
1. Sungai Pusur 7. Sungai Babadan
2. Sungai Ujing 8. Sungai Dengkeng
3. Sungai Lusah 9. Sungai Deler
4. Sungai Brambang 10. Sungai Putih
5. Sungai Ceper 11. Sungai Woro
6. Sungai Bloro 12. Sungai Gampar
Kabupaten Klaten yang terletak di antara Kota Yogyakarta dan Kota Surakarta merupakan
daerah tangkapan air hujan untuk satuan Wilayah Daerah aliran Bengawan Solo. Tetapi tidak semua
daerah yang ada di Wilayah Kabupaten Klaten merupakan daerah tangkapan air,daerah tangkapan air
tersebut sebagan besar pada daerah utara Kabupate KlatenYaitu di Kecamatan Polanharjo dan Tulung.
Dalam pembangunan sumber daya air diKabupaten Klaten sangat terkait dengan Pengembangan dan
pengolahan sumberdaya air sungai Bengawan Solo. Karena sungai-sungai di Wilayah Kabupaten Klaten
sebagian besar bermuara di sungai Bengawan Solo, dan di sebagian besar daerah Prambanan mengalir ke
DAS kali Opak. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air di Kabupaten Klaten akan mempunyai
keterkaitan dengan daerah-daerah lain yang termasuk di dalam DAS Bengawan Solo. Adapun pola aliran
sungai di Wilayah Kaupaten Klaten dapat di bedakan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Pola Dendritik
Yaitu sungai yang mengalir memanjang yang merupakan induk darisungai kecil sebagi cadanganaya,
meliputi wilayah Wedi, Jogonalan,Prambanan, Kebonarum, Kalikotes, Ngawen, Karanganom,
Polanharjo,Trucuk, Ceper dan Delanggu. Pola aliran ini jika dilihat dari atas nampak seperti pohon
dan cabang – cabangnya,dan daya erosinya relatif kecil.
2. Pola Sejajar
Terdapat dibagian hilir, pola aliran ini walaupun terbelah – belah tetapi tidak menyatu, yaitu meliputi
daerah Cawas bagian Utara, Karangdowo, Wonosari dan Juwiring. Pola aliran ini telah sedikit
berubah karena mendekati daerah keseimbangan , dengan tingkat erosinya ringan.
3. Pola Radial dan Sentrifugal
Sungai – sungai yang mengalir seakan - akan berasal dari satu Titik, pola aliran seperti ini bila dilihat
dari atas seperti ruji – ruji lingkaran. Pola aliran ini menempati daerah perbukitan di Wilayah
Kabupaten Bayat, Kemalang, Tulung, Karangnongko dan Manisrenggo. Sungai – sungai tersebut
mempunyai daya rosi yang cukup kuat.
Pengembangan Jaringan drainase ditinjau secara makro kewilayah dan mikro pada pemukiman
padat atau perkotaan. Secara kewilayahan sistem drainase di Wilayah Kabupaten Klaten memanfaatkan
sisten DAS (Daerah Aliran Sungai), yang ada didaerah Klaten antara lain adalah Sungai Dengkeng, Sungai
Mlese, Sungai Simping, selain itu terdapat kali Babadan,kali Gampar, Kali Logede, Kali , Kali Bogor, Kali
Macanan, Kali Bajung, Kali Khuman, kali Dandang, Kali Ngrancah, Kali Soko dan sungai-sungai lainnya.
Umumnya sungai – sungai di Kabupaten Klaten bermuara di Bengawan Solo. Guna memelihara
kinerja sistem drainase wilayah, pemeliharaan fungsi sungai – sungai alamiah sebagai saluran buangan
pelu dipertahannkan dan perlu adanya pemeliharaan dari saluran drainase yang ada pada saat ini untuk
mengurangi adanya bencana banjir yang melanda beberapa kawasan.
Kelestarian sungai dipelihara dengan mengembangkan penghijauan wilayah DAS dan SUB DAS,
sistem pengolahan lahan pertanian yang baik dan pola pemanfaatan lahan yang seimbang dan
berwawasan lingkungan.
Pada kawasan perkotaan, jaringan drainase dapat dikembangkan menyatu dengan
jaringansanitasi (limbah cair rumah tangga). Jaringan drasinase juga dapat memanfaatkan jaringan irigasi
yang melewati kawasan pemukiman. Untuk pengembangan sisitem ganda ini, meski kurang
direkomendasikan, untuk beberapa lokasi yang dorekomendasikan, untuk beberapa lokasi pemukinan yang
bersifat transisi dea kota masih memungkinkan, karena minimnya pencemaran lingkungan.
Rata – rata curah hujan di Kabupaten Klaten selama tahun 2004 dapat dikatakan sedang 23,05
mm/hari (curah sedang antara 20,7 mm/hari). Banyaknya curah hujan sagat berdampak baik bagi pertanian
karena memberi pasokan air yang cukup bagi tanah.
Jaringan irigasi (kebutuhan air irigasi pertanian disumsikan sebesar 1,4 liter/detik/ha) di
Kabupaten Klaten memanfaatkan aliran –aliran sungai yang ada sebagai jarigan primer. Dengan luasa areal
persawahan efektif 33,579 a, maka dukungan irigasi diperlukan 47.010 liter/detik. Sistem irigasi utama di
wilayah Kabupaten Klaten memanfaatkan bendungan atau dam – dam kecil yang terbesar di seluruh
wilayah, dan khusus bagian selatan memanfaatkan wadok Rowojombor.
Penyediaan jaringan irigasi untuk daerah pertanian dilakukan dengan pembuatan jaringan –
jaringan sekunder dan tersier. Namun mengingat pertumbuhan lahan persawahan cenderung negatif
(cenderung berkurang), maka kebijakan yan dikembangkan adalah memelihara kinerja sisitem irigasi agar
berfungsi secara optimal guna mendukung intensifikasi produk pertanian. Selain itu perlu pengaturan antaa
petani dan instansi terkait.
Untuk wilayah yang tidak mendapatkan layanan drainase perkotaan, sistem drainase lingkungan
masih terbatas pada satu kawasan perumahan yang belum terhubung menjadi satu sistem
drainase permukiman. Gambaran penanganan drainase lingkungan di Kabupaten Klaten
selengkapnya seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.10.
Diagram Sistem Sanitasi Drainase
Penampungn / Pengolahan Daur Ulang
Pengangkutan /
Produk Induk User Interface Pengumpulan Pengolahan Akhir (Semi) Pembuangan
Pengaliran
Awal Terpusat Akhir
Sistem I
1. Air Hujan Talang Saluran / Got Sawah,
Sungai, Laut,
Embung
2. Air Limbah SPAL Saluran / Got Sawah,
Mandi, Cuci Sungai, Laut,
Embung
Sistem II
1. Air Hujan Talang / Atap Tanah

Talang Saluran Sumur


Peresapan
2. Air Limbah Parit Tanah
Mandi, Cuci
Sistem III
1. Air Hujan Saluran / PAH Galian Tanah
Talang / Gowakan
Sumber: Lokalatih BPS Kab. Klaten, 2011

3.1.7. Pencemaran Udara

3.1.8. Kondisi pencemaran udara di Kabupaten Klaten pada umumnya masih di bawah ambang
batas pencemaran, namun dengan berkembangnya sektor industri dan meningkatnya
jumlah kendaraan perlu pemikiran ke depan dalam mengupayakan Pengelolaan
Pencemaran Udara.

Hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor yang menggambarkan seberapa besar pencemaran
udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Uji emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut
didasarkan pada Surat Edaran Gubernur Nomor 050/1717 tanggal 23 Desember 2004, ambang
batas kendaraan bensin yaitu CO 4,2% dan HC 815 Ppm dan kendaraan mesin solar batas
Opositas/Bosch 20/47%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.11
Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Wajib Uji Secara
Berkala Kabupaten Klaten tahun 2006-2010

Jumlah Kendaraan Tidak lulus uji (cek Persentase tidak


No Tahun
yang diuji gas buang) lulus uji
1 2006 16584 41 0,0025
2 2007 17683 35 0,0022
3 2008 16449 39 0,0024
4 2009 17828 41 0,0023
5 2010 16509 36 0,0022
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Klaten, 2010

3.1.9. Limbah Industri


Limbah industri di kabupaten Klaten sebagian besar berasal dari industri Logam, Tekstil,
Pengolahan Kayu, Percetakan, Kapas Kecantikan, Wijen, Soon, Tahu Tempe, Pati Onggok, Gula
dan Susu. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dan padat. Rata-rata industri tersebut
berupa home industry. Sebagian besar indistri tersebut belum memiliki IPAL .Data mengenaik jenis
usaha, jenis limbah dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Industri Logam
Terdapat di kecamatan Ceper, Limbah yang dihasilkan berupa Klelet, penanganan masih
ditimbun di pekarangan. (Limbah tersebut masih dalam penelitian untuk didaur ulang). Limbah
cair timbul akibat penyimpanan yang kena air dan meresap ke tanah dan belum ada
penaganannya.
b. Industri Tekstil
Terdapat di kecamatan Pedan, Ceper dan Klaten Utara, Limbag padat yang dihasilkan berupa
sludge, penanganannya masih ditimbun dipekarangan. Limbah cair yang dihasilkan berupa air
bekas pencelupan, pematian (amilumisasi), dan lain – lain, cara penanganannya masih
dialirkan ke sungai.
c. Industri Pengolahan Kayu
Terdapat dikecamatan Juwiring, Ceper, Trucuk, Ngawen, dam Klaten Utara. Limbah padat
yang dihasilkan berupa serbuk gerajen, sisa kayu, limbah tersebut masih bisa dipergunakan
terutama untuk kerajinan tangan dan kayu bakar. Limbah cair yang dihasilkan tidak ada.
d. Industri Percetakan
Terdapat di kecamatan Klaten Utara, limbah yang dihasilkan berupa sisa kertas,
penangannanya didaur ulang. Limbah cair yang dihasilkan dari pewarnaan kertas dan
pembuatan film. Penanganannya sebagian sudah masuk IPAL, sebagian masih dialirkan ke
sungai.
e. Sentra Industri pati onggok
Terdapat di kecamatan Tulung, limbah padat yang dihasilkan berupa ampas. Penanganannya
dibuang dipekarangan atau ditumpuk/ditimbun ditepi jalan. Limbah cair yang dihasilkan dari
proses produksi. Penanganannya masih dialirkan ke sungai.
f. Sentra Industri Soon
Terdapat di kecamatan Ngawen, limbah padat yang dihasilkan berupa onggok soon,
penangannanya masih dibuang ke selokan. Limbah cair yang dihasilkan berupa air dari proses
produksi, penanganannya masuk IPAL.
g. Sentra Industri Wijen
Terdapat di kecamatan Cawas, limbah padat yang dihasilkan berupa ampas/kulit biji wijen,
penanganannya masih dibuang ke pekarangan. Limbah cair yang dihasilkan berupa air dari
proses produksi, penanganannya masuk ke IPAL
h. Sentra Industri Tahu-Tempe
Terdapat di kecamatan Manisrenggo, Jogonalan, Tulung, Klaten Utara, Pedan, Karangdowo,
Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas, penanganannya digunakan untuk daur ulang
dan pakan ternak. Limbah cair yang dihasilkan berupa air dari proses produksi,
penanganannya sebagian sudah masuk ke IPAL, sebagian lagi masuk ke sungai.
i. Industri Gula
Terdapat di jogonalan, Limbah padat yang dihasilkan berupa lumpur dan ampas tebu,
penanganannya lumpur dibuang ke pekarangan atau untuk urug, sedangkan ampas tebu
didaur ulang atau untuk bahan bakar, limbah cair yang dihasilkan berupa air dari proses
produksi penanganannya masuk IPAL.
j. Industri Susu
Terdapat di kecamatan prambanan, Limbah padat yang dihasilkan berupa sisa kertas
packing, ceceran serbuk susu dan sludge. Sisa kertas didaur ulang, sisa ceceran susu
ditimbun, sludge masuk IPAL. Limbah cair yang dihasilkan berupa air dari proses produksi,
penanganannya masuk ke IPAL.
Tabel 3.12
Inventarisasi dan Identifikasi Sebaran Industri dan Limbah yang Dihasilkan Di
kabupaten Klaten Th. 2009.
NAMA PERUSAHAAN/ NAMA SUNGAI
JENIS USAHA
USAHA/KEGIATAN ALAMAT KELURAHAN / KAPASITAS DEBIT AIR SISTEM IPAL MEMPUNYAI YANG MENERIMA
NO DAN/ATAU
SEBAGAI SUMBER DESA KECAMATAN PRODUKSI LIMBAH(M3/Hr) YANG DIMILIKI IPLC/TIDAK BUANGAN AIR
KEGIATAN
PENCEMAR LIMBAH
A. INDUSTRI
1 PT. SARI HUSADA JL. RAYA JOGJA- INDUSTRI 806.3 ton/hr 417,03 AEROB YA SUNGAI DALEMAN
SOLO KM.19 KEMUDO SUSU BUBUK
PRAMBANAN
KLATEN

2 PG. GONDANG BARU PLAWIKAN, JOGONALAN INDUSTRI 96,4 ton/hr 10 AEROB YA SUNGAI DUNG-
GULA (giling) DUNG

3 PT. TIRTA INVESTAMA DS. WANGEN, AMDK


POLANHARJO, KLATEN

4 PT. KUSUMA MULIA JL. RAYA CEPER KAIN GREY 6 ton/hr 1,44 - TIDAK
PLASINDO INFITEX BESOLE KM.01 CEPER KANTONG
PLASTIK
5 PT. KUSUMA NANDA JATIMULYO KAIN GREY 1.100.000 - - TIDAK
PUTRA PEDAN m/bln
6 PT. MACANAN JAYA JL. KH. DEWANTORO PENERBITAN 35.000 ton/th 14 AEROB YA
CEMERLANG KLATEN UTARA PERCETAKAN
7 CV. SAHABAT JL. Dr. WAHIDIN 47 PENERBITAN 230 ton/th - - TIDAK
KLATEN UTARA PERCETAKAN

BUKU PUTIH SANITASI III - 17


KABUPATEN KLATEN
NAMA PERUSAHAAN/ NAMA SUNGAI
JENIS USAHA
USAHA/KEGIATAN ALAMAT KELURAHAN / KAPASITAS DEBIT AIR SISTEM IPAL MEMPUNYAI YANG MENERIMA
NO DAN/ATAU
SEBAGAI SUMBER DESA KECAMATAN PRODUKSI LIMBAH(M3/Hr) YANG DIMILIKI IPLC/TIDAK BUANGAN AIR
KEGIATAN
PENCEMAR LIMBAH
8 PT. MONDRIAN JL. DIPONEGORO KONVEKSI 15 ton/bln - - TIDAK
KLATEN UTARA
B. HOTEL
1 HOTEL GALUH TLOGO, PRAMBANAN PENGINAPAN
C. RUMAH SAKIT
1 RS Dr. SOERADJI TEGALYOSO, RAWAT INAP AEROB- YA SUNGAI MERBUNG
ANAEROB
TIRTONEGORO KLATEN SELATAN
2 RS ISLAM KLATEN UTARA RAWAT INAP AEROB- YA
ANAEROB
3 RS CAKRA HUSADA JL. MERBABU KLATEN RAWAT INAP YA
4 RSIA 'AISYIAH JL. PRAMUKA KLATEN RAWAT INAP
5 RSJ Dr. SUDJARWADI DANGURAN, KLATEN RAWAT INAP
SELATAN

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten, 2010


INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI SEBARAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN SKALA KECIL
YANG MEMBUANG AIR LIMBAH KE ANAK SUNGAI/SUNGAI BENGAWAN SOLO

JARAK
TEMPAT
JUMLAH NAMA
BUANGAN
NAMA JENIS ALAMAT DEBIT AIR ADA/TDK SISTEM USH/KEG SUNGAI YANG
KAPASITAS LIMBAH
NO USAHA/ USAHA Kelurahan/Des LIMBAH PENGOLAHA PENGOLA YANG MENERIMA
PRODUKSI SAMPAI
KEGIATA DAN/ATAU a Kecamatan (M3/Hr) N AIR H ANNYA MENGELO BUANGAN AIR
SUNGAI B.
N KeGIATAN LIMBAH M POK LIMBAH
SOLO

1 Sentra industri Tahu/tempe Bero, Trucuk 950 kg/hr 11,400 Tidak ada - - Kali Mlese
tahu/tempe
Mudal, Karanganom Sudah ada, hanya
4,560 kg/hr 54,720 Anaerob 13 Kali Batang
Klaten Utara untuk beberapa
Banjarsari, Leses Sudah ada, hanya
270 kg/hr 3,240 Anaerob 9 Kali Putih
Manisrenggo untuk beberapa
Ngudirejo, Somopuro
950 kg/hr 11,400 Belum ada - - Kali Panggang
Jogonalan
Bono, Tulung 1,500 kg/hr 45 Sudah ada - 8 Kali Puluhan
Durenan, Kalangan
3,500 kg/hr 402 Sudah ada - - Kali Beii
Kalangan

Sentra Industri Sudah ada, hanya


2 Mie Soun Manjung, Ngawen 49,000 kg/hr 350 Anaerob 15-20 Kali Soran
Mie Soun untuk beberapa
Pati onggok
Sentra Industri Sudah ada, hanya
3 (bahan dasar Daleman, Tulung 22,200 kg/hr 1,500 Anaerob 15 Kali Kauman
Pati/Onggok untuk beberapa
pati)
Sentra industri
Kapas
4 kapas Ds. Candirejo, Ngawen - 98 Ada, belum semua Anaerob -
kecantikan
kecantikan
Sentra industri
5 Wijen Ds. Bogor, Cawas 0,55 ton/hr 121 Sudah ada Anaerob
wijen
Sentra industri
6 Tekstil Ds. Bendo, Pedan
tenun
3.1.10. Limbah Medis
Di Kabupaten Klaten, kebijakan penanganan limbah medis yang berasal dari rumah sakit dikelola
oleh masing rumah sakit sendiri. Rumah sakit bertanggungjawab penuh untuk membangun dan
mengelola limbah medisnya sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dari Kementrian
Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit. Di Kabupaten
Klaten terdapat 7RS dan 34 Puskesmas dan 86 Puskesmas Pembantu. Data RS dan Puskesmas
di Kabupaten adalah sebagai berikut :

PEMILIKAN/PEN
NO FASILITAS KESEHATAN GELOLA

PEM.PUSAT PEM.PRO PEM.KAB/K TNI/PO BUMN SWASTA JUMLAH


V OTA LRI
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 RUMAH SAKIT 1 3 4
2 UMUM RUMAH 1 1
3 SAKIT JIWA 1 1
4 RUMAH SAKIT
1 1
5 PUSKESMAS 16
PERAWATAN 16
6 18
7 PUSKESMAS PEMBANTU 86
PUSKESMAS 34 86
8 34
9 KELILING
POSYANDU 2.213
10 PKD 67
11
12 RUMAH BERSALIN 22 193
13 BALAI 40 22
14 PENGOBATAN/KLINI 1 2 110 40
15 K APOTIK 30 113
16 TOK 1 0 30
17 BAT 0 1
18 GFK 3 -
19 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 3
20 PRAKTEK PENGOBATAN 198 -
21 TRADISIONAL 7 198

Sumber: Bidang Yankes

Penanganan limbah medis Rumah Sakit dan Puskesmas-puskesmas di Kabupaten Klaten dapat
digambarkan dalam diagram berikut ini :

BUKU PUTIH SANITASI III - 21


KABUPATEN KLATEN
Tabel 3.15.
Diagram Sistem Limbah Medis
Pengolahan Daur Ulang
Penampungan / Pengangkutan /
Produk Induk User Interface Pengumpulan Akhir (Semi) Pembuangan
Pengolahan Awal Pengaliran
Terpusat Akhir

Sistem I
Tempat Sampah Bak Diambil tiap hari Dibakar di Abu ditimbun
Sampah Medis
Medis Penampungan oleh Petugas Incenerator dalam tanah

Sistem II
Bak
Diangkut dengan
Tempat Sampah Penampungan Pemilahan Dibakar di ▪ Abu untuk
Sampah Medis gerobak sampah
Medis Sampah tiap Sampah Incenerator urug Tanah
tiap hari
Ruangan
▪ Ditanami
terong

Sistem III
Bak
Tempat Sampah Diambil tiap hari Dibakar dalam Abu ditimbun
penampungan
Sampah Medis Medis oleh Petugas lubang galian dalam tanah
sampah

Sistem IV
Bak
Sampah B3 Tempat Sampah
Penampungan Dikirim ke BATAN
(Radioaktif) Medis Khusus

Sumber: Lokalatih BPS Kab. Klaten, 2011


3.2. Pengelolaan Limbah Cair
3.2.1. Landasan Hukum/Legal Operasional
a. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
c. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak memiliki Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup
d. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004 tentang Standart
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah
e. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No.15 Tahun 2000 tentang Restribusi Penyedotan Kakus
3.2.2. Aspek Institusional

Kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana penanganan limbah cair untuk
skala kota dan sanitasi lingkungan ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya dan
Bidang Kebersihan dan Drainase. Bidang Cipta Karya Seksi Prasarana Permukiman dan Air
Bersih dalam hal ini adalah untuk penyediaan sarana dan prasarana jamban keluarga dan
mengelola program-program berkaitan dengan pembangunan jamban keluarga dan komunal
(Pamsimas,).

Gambar 3.4. Bagan SOTK DPU Kabupaten Klaten yang Menangani Air Limbah

Sedangkan yang menangani pengendalian pencemaran akibat limbah cair yang ditimbulkan oleh
kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga adalah Badan Lingkungan Hidup.

Gambar 3.5. Bagan SOTK B LH Kabupaten Klaten Menangani Air Limbah

3.2.3. Cakupan Layanan


Sebagian besar masyarakat menggunakan sistem septiktank dengan peresapan ke tanah dalam
penanganan limbah domestik. Kabupaten Klaten belum memiliki jaringan perpipaan untuk limbah
cair rumah tangga skala kota , sudah mempunyai IPLT Jomboran tetapi pengelolaannya belum
maksimal.
Tabel 3.17.
Sarana sanitasi Berupa Jamban tahun 2010
No PPKS Jumlah Desa Terlayani Jumlah Jamban (Unit)

1. Bayat 18 desa 6.208


2. Cawas I 10 desa 5.698
3. Cawas II 10 desa 6.494
4. Ceper 9 desa 5.906
No PPKS Jumlah Desa Terlayani Jumlah Jamban (Unit)

5. Jambu Kulon 9 desa 5.210


6. Delanggu 16 desa 7.321
7. Gantiwarno 16 desa 4.909
8. Jatinom 9 desa 4.265
9. Kayumas 9 desa 4.111
10. Jogonalan I 10 desa 3.700
11. Jogonalan II 8 desa 3.678
12. Juwiring 19 desa 4.069
13. Kalikotes 7 desa 6.735
14. Karanganom 19 desa 7.043
15. Karanganom 19 desa 7.603
16. Karangnongko 14 desa 6.260
17. Kebonarum 7 desa 3.324
18. Kemalang 13 desa -
19. Klaten Selatan 12 desa 8.058
20. Klaten Tengah 9 desa 8.071
21. Klaten Utara 8 desa 9.135
22. Manisrenggo 16 desa 6.483
23. Ngawen 13 desa 7.471
24. Pedan 14 desa 1.001
25. Polanharjo 18 desa 3.744
26. Prambanan 8 desa 2.978
27. Kebondalem Lor 8 desa 4.504
28. Trucuk I 9 desa 7.142
29. Trucuk II 9 desa -
30. Tulung 9 desa 3.226
31. Majegan 9 desa 4.224
32. Wedi 19 desa 9.315
33. Wonosari I 9 desa 3.604
34. Wonosari II 9 desa 3.163
Total 401 desa 174.653
Sumber: Dinas Kesehatan 2010
3.2.4. Aspek Teknis dan Teknologi
a. Sistem On Site
Penanganan limbah sistem On site adalah penanganan limbah setempat yang menggunakan
septik tank. Saat ini prosentase jamban keluarga di Kabupaten Klaten yang menggunakan sistem
septiktank dan sisanya menggunakan sistem cubluk/jumbleng. Adapun septik tank yang digunakan
masih sangat diragukan keamanan pencemarannya terhadap sumur gali disekitarnya. Banyak
septik tank yang kondisinya lama tidak pernah dikuras, daerah perumahan di kota sudah
padat,sehingga jarak antara septik tank dengan sumur gali makin rapat. On site sistem dianjurkan
untuk digunakan didaerah yang belum padat penduduk. Sistem on site untuk air limbah domestik
ada 2 macam yaitu sistem on site secara individual dan sistem on site secara komunal.

.
.Gb.3.6 Sistem Septik Tank
Gambar 3.7.
Sistem Cubluk/Jumbleng

b. Off Site
Saat ini di Kabupaten Klaten belum mempunyai sarana pengelolaan air limbah domestik secara
terpusat (Off site) karena belum ada memiliki jaringan perpipaan untuk limbah cair rumah tangga
skala kota/septitank komunal.

Tabel 3.18.
Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah (Domestik)
Pengolahan Daur Ulang
Penampungan Pengangkutan
Produk Induk User Interface Pengumpulan Akhir (Semi) Pembuangan
/Pengolahan Awal / Pengaliran
Terpusat Akhir
Truck Tangki
TINJA Leher Angsa 1. Septictank - Laut
Sedot WC
2. Leher Angsa
Non Septictank - Sungai
Pengolahan Daur Ulang
Penampungan Pengangkutan
Produk Induk User Interface Pengumpulan Akhir (Semi) Pembuangan
/Pengolahan Awal / Pengaliran
Terpusat Akhir
Cemplung Tidak Kedap Air -
BAB di pantai - Pantai/Laut
WC Umum 1. Septictank -
BAB di sungai - Sungai
BAB di tegalan - Laut/Sungai
BAB di kolam
ikan Kolam ikan

URINE WC Septictank
KM 1. Resapan
2. Saluran Air
WC/KM Umum 1. Septictank Badan Air
2. Saluran Air
Di Jalan/Di
Bawah pohon Badan Air
Selokan Badan Air

Tempat Mencuci Badan Air


LIMBAH AIR 1. Resapan
Bahan Makanan
2. Saluran Air
3. Halaman

Lubang
Pembuangan 1. Resapan
LIMBAH KM KM Badan Air
2. Saluran Air
3. Halaman

LIMBAH Lubang
CUCIAN Pembuangan Air 1. Resapan Badan Air
2. Saluran Air
3. Halaman
Sumber: Lokalatih BPS Kab. Klaten, 2011

3.2.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair
Dalam penanganan limbah cair, khususnya limbah cair domestik yang berupa black water di
Kabupaten Klaten, masyarakat telah melakukan berbagai upaya, antara lain usaha sebagian
rumah tangga terutama di wilayah perkotaan untuk memiliki jamban keluarga dengan sistem
pengolahan yang benar. Kemudian adanya peran dari lembaga-lembaga tingkat desa seperti PKK,
Dasawisma, Kelompok Pengajian dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk

BUKU PUTIH SANITASI III - 27


KABUPATEN KLATEN
memiliki jamban pribadi atau MCK sehingga masyarakat terutama yang di pedesaan/wilayah
pesisir bebas buang air besar sembarangan (BABS).

Sedang untuk penanganan grey water kesadaran masyarakat baik di perkotaan maupun
perdesaan masih rendah. Sebagian besar masyarakat masih membuang limbah cair tersebut
kesaluran drainase lingkungan atau dibuang ke pekarangan rumah.

Di Kabupaten Klaten terdapat beberapa program nasional yang salah satu komponen kegiatannya
adalah penanganan limbah cair domestik. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah Kabupaten
Klaten melibatkan langsung masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui lembaga masyarakat
(OMS,BKM,POKMAS) dengan pendampingan dari Faskel dari masing-masing program. Beberapa
program pemberdayaan masyarakat tersebut sebagai berikut :
Tabel 3.19.
Program Penanganan Air Limbah Berbasis Masyarakat Tahun 2008

Komponen Kegiatan
No. Program Pokmas Tujuan Program (Kaitannya Dengan Air Peran Masyarakat
Limbah Domestik)
1. Pamsimas LKM - Meningkatkan jumlah warga - Perencanaan
- Pelatihan administrasi
BPS (Badan miskin yang dapat - Pelaksanaan
dan keuangan,
Pengelola mengakses perbaikan - Pendanaan
Pelatihan Teknik Sarana
Sarana Air pelayanan serta fasilitas air - Pemeliharaan
Minum) Air minum dan Sanitasi
minum dan sanitasi,
- Meningkatkan nilai dan - Konstruksi fisik SAM
perilaku hidup bersih (sarana air minum)
dan sehat (Hygiene) masyarakat dan sekolah
atau SS (sarana
sanitasi) umum
- Penyiapan dan
pelatihan Badan
Pengelola Sarana
- Pelatihan dan kegiatan
PHS di masyarakat dan
sekolah.

BUKU PUTIH SANITASI III - 28


KABUPATEN KLATEN
Komponen Kegiatan
No. Program Pokmas Tujuan Program (Kaitannya Dengan Air Peran Masyarakat
Limbah Domestik)
2 PNPM (MD,MP) LKM,KSM - Terbangunnya kelembagaan - Pembangunan MCK - Perencanaan
masyarakat (BKM) - Pelaksanaan
mendorong partisipasi dan - Pendanaan
kemandirian masyarakat - Pemeliharaan
- Tersedianya (PJM
Pronangkis)
- Meningkatnya akses dan
pelayanan kebutuhan dasar
bagi warga miskin menuju
capaian sasaran IPM-MDGs

Sumber: Bappeda

Gambar 3.8. Kegiatan Penanganan Air Limbah Berbasis Masyarakat

3.2.6. Permasalahan

Beberapa permasalahan terkait pengelolaan limbah cair domestik adalah :

1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat di wilayah perdesaan untuk memiliki jamban pribadi
atau komunal. Untuk wilayah perdesaan kendala utama masyarakatnya adalah pada
kesadaran masyarakat dan kemampuan ekonomi untuk membangun jamban keluarga atau
komunal.

2. Banyak masyarakat yang masih membuang limbah cair domestik ( grey water dan black water)
ke dalam saluran drainase san sungai, sehingga mengakibatkan fungsi saluran yang tidak
optimal (karena endapan lebih cepat terbentuk).

3. Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan saluran air limbah domestik (SPAL) masih sangat
rendah.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menguras tangki septik mengindikasikan banyaknya
tangki septik yang tidak aman atau diduga cubluk, sehingga sangat berpotensi untuk
mencemari tanah dan badan air sekitarnya.

5. IPLT Kabupaten klaten yang berlokasi di Desa Jomboran sampai sekarang belum beroprasi
masksimal .

3.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)


3.3.1 Landasan Hukun/Legal Operasional
a. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah
b. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

3.3.2. Aspek Institusional


Sesuai dengan Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Klaten maka pengelolaan persampahan menjadi kewenangan Dinas
Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Drainase.

Gambar 3.9. Bagan SOTK DPU Kabupaten Klaten yang Menangani Persampahan

3.3.3. Cakupan Pelayanan


Penanganan sampah yang dikelola oleh DPU meliputi proses pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah sampai menjadi sampah yang dapat
kembali ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Daerah pelayanan
persampahan meliputi 26 kecamatan dengan volume sampah berkisar 700 m³/hari sedangkan
volume sampah yang tertampung dalam TPS rata-rata sebanyak 140 m³/hari dengan jumlah TPS
sebanyak 192 buah.
Mekanisme Pengelolaan Sampah Bidang Kebersihan dan Pertamanan DPU Kabupaten Klaten
yaitu :
1. Tujuh Puluh persen (70%) dari jumlah penduduk perkotaan dilayani dengan system pengumpulan,
pengangkutan dan pewadahan.
2. Penanganan/pengelolaan sampah dari awal sampai akhir :
a. Sumber sampah (Masyarakat dan penyapuan jalan kota)

Tabel 3.20
Jumlah Rumah Tangga dan menurut Cara Pembuangan Sampah Tahun 2010

Timbunan Cara Pembuangan


Jumlah
No. Kecamatan Sampah
Penduduk Angkut Timbun/bakar Ke Kali Lainnya
(m3/hari)
1 Prambanan 44,725 119.42 11.94 71.62 5.97 29.85

2 Gantiwarno 41,725 111.41 11.14 66.84 5.57 27.85

3 Wedi 56,244 150.17 15.02 90.10 7.51 37.54

4 Bayat 63,575 169.75 16.97 101.85 8.49 42.44

5 Cawas 64,402 171.95 17.20 103.17 8.60 42.99

6 Trucuk 80,714 215.51 21.55 129.30 10.78 53.88

7 Kalikotes 37,333 99.68 9.97 59.81 4.98 24.92

8 Kebonarum 21,184 56.56 5.66 33.94 2.83 14.14

9 Jogonalan 58,148 155.26 15.53 93.15 7.76 38.81

10 Manisrenggo 42,239 112.76 11.28 67.67 5.64 28.19

11 Karangnongko 38,622 103.12 10.31 61.87 5.16 25.78

12 Ngawen 44,308 118.30 11.83 70.98 5.92 29.58

13 Ceper 64,309 171.71 17.17 103.02 8.59 42.93

14 Pedan 47,670 127.28 12.73 76.37 6.36 31.82

15 Karangdowo 52,153 139.25 13.92 83.55 6.96 34.81

16 Juwiring 60,037 160.30 16.03 96.18 8.01 40.07

17 Wonosari 64,566 172.39 17.24 103.43 8.62 43.10

18 Delanggu 44,579 119.03 11.90 71.42 5.95 29.76

19 Polanharjo 46,122 123.15 12.31 73.89 6.16 30.79

20 Karanganom 49,099 131.09 13.11 78.66 6.55 32.77

21 Tulung 55,510 148.21 14.82 88.93 7.41 37.05

22 Jatinom 57,669 153.98 15.40 92.39 7.70 38.49

23 Kemalang 35,633 95.14 9.51 57.08 4.76 23.79

24 Klaten Selatan 42,548 113.60 11.36 68.16 5.68 28.40

25 Klaten Tengah 44,383 118.50 11.85 71.10 5.93 29.63

26 Klaten Utara 45,976 122.76 12.28 73.65 6.14 30.69


Timbunan Cara Pembuangan
Jumlah
No. Kecamatan Sampah
Penduduk Angkut Timbun/bakar Ke Kali Lainnya
(m3/hari)
Jumlah 1,303,473 3,480.28 348.03 174.03 174.03 870.07

Sumber : Data demografi sampah Sub


DKP
Tabel 3.23.
Lokasi TPA dan TPS Daerah Pelayanan Persampahan di Kabupaten Klaten Tahun 2009

Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
1. Prambanan 9 - Tlogo
- Pasar Burung
- Pasar taji
- PT. Sari Husada
- Pasar Hewan
- Bugisan
- Belakang Toko WS
- SMP 1 Prambanan
2. Gantiwarno 3 - Pasar gantiwarno
- Pasar Panggl
- Pasar Menggah
3. Wedi 9 - Krangkungan Pandes
- Pasar wedi
- Desa Janggalan
- Perumahan Glodogan
- Rumah Sakit Jiwa
- TPS Pasung
- Pundung wedi
- Pasar Nggempol
- Desa Kali Tengah
4. Bayat 1 - Pasar Bayat
5. Cawas 4 - Depan SD Cawas
- Pasar Cawas
- Desa Bawak
- Pasar Mangi
6. Trucuk 3 - Desa jatipuro
- Pasar Babat 1
- Desa Jatipuro 2
7. Kalikotes 4 - Depan SD Cawas
- Pasar Cawas
- Desa Bawak
- Pasar Manggi
8. Kebonarum 1 - Desa Ngrundul
9. Jogonalan 4 - Desa Plawikan
- Desa Kraguman
- RB Sirap
10. Manisrenggo 1 - Pasar manisrenggo
11. Karangnongko 1 - Pasar puluhwatu
12 Ngawen 1 - Pasar Totogan
13. Ceper 16 - SLTP 1 Ceper
- Desa Ceper
- Dk. Krawingan Ceper
- Bulog Karangwuni
- Pasar Klepu
- Stasiun Ceper
Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
- Dk. Mondokan Ceper
- Dk. Ngeseng, Ceper
- PUSPETA
- RM. Bu Cip 1
- RM. Bu Cip 2
- RM Mayar
- Dk. Batur. Sidorejo, Ceper
- Jombor
- Jayan
- PT. Gugapat
14. Pedan 10 - SMEA
- Pasar Pedan
- Kauman / Gedangan
- Desa tambakboyo
- Koramil Pedan
- Kusuma Nanda Putra
- SMP III Pedan
- Desa Sobayan
- Desa Keden
- Pasar Temuwangi
15. Karangdowo 3 - Pasar karangdowo I
- Pasar karangdowo II
- Pasar karangdowo III
16. Juwiring 4 - Pasar Tanjung
- Pasar juwiring
- Pasar panjangan
- Puskemas Juwiring
17. Wonosari 1 - Pasar tegalgondo
18. Delanggu 6 - Depan SD Delanggu
- Stasiun Delanggu
- Desa gatak
- Desa Delanggu
- Lapangan Delanggu
- Pasar Delanggu
19. Polanharjo 1 - SMA polanharjo
20. Karanganom 4 - Pasar karangan Jurangjero
- Perumahan karanganom
- SMPN Karanganom
- Pasar Jeblog
21 Tulung 4 - Pasar Ngendo
- Pasar Nggringging
- Kios Depan PLN Tulung
- SMP cokro
22. Jatinom 3 - Desa Bonyokan
- Pasar Sapi
- Pasar Gabus
23. Kemalang 2 - Pasar Kembang
- Pasar Surowarno
24. Klaten Selatan 25 - Rumah Kota Baru
- Toko Kota Baru
Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
- Pasar Gayamprit
- Stadion
- Kel. Gayamprit 1
- Kel. Gayamprit 2
- Kel. Gayamprit 3
- Kel. Gayamprit 4
- PDAM
- RS. Suradji Tirtonegoro
- Dk/Ds. Tegalyoso
- Dk/Ds. Sumberrejo 1
- Dk/Ds. Sumberrejo 2
- Dk/Ds. Sumberrejo 3
- Dk/Ds. Sumberrejo 4
- Dk. Krapyak, Desa Merbung 1
- Dk. Krapyak, Desa Merbung 2
- Perumahan danguran
- Desa Danguran 1
- Desa Danguran 2
- SPK
- Metuk
- Pengkol 1
- Penkol 2
- Gudang Sumberrejo
25. Klaten Tengah 19 - Walet
- Vedensia
- Sungkur
- Mudal Tonggalan
- Pasar Srago
- Ngentak Gayamprit 1
- Ngentak Gayamprit 2
- DIPENDA
- ITOKOH Ciperendo
- Pengadilan Agama
- CV. Dadung
- RS. Caktra Husada
- PS. Gunung Gede
- Pasar Klaten 1
- Stasiun Klaten
- Miwon
- Kel. Buntalan
- Ngentak Kel. Mojayan 1
- Ngentak Kel. Mojayan 2
26. Klaten Utara 37 - GOR
- Perumda II
- Pasar Gergunung
- Desa Bramen
- PGA
- Dk Gergunung
- Jetak kidul, Karanganom 1
- Jetak kidul, Karanganom 2
- Jetak lor, Karanganom 1
- Jetak lor, Karanganom 2
- Griya Prima
BUKU PUTIH SANITASI III - 35
KABUPATEN KLATEN
Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
- Gading Timur/ Prapatan 1
- Gading Timur/ Prapatan 2
- Gading Timur/ Prapatan 3
- Gading Timur/ Prapatan 4
- RSI Klaten
- Perumahan RSI
- RM Mayar
- Kantor Perhubungan
- Mebel Mulyo
- Perumda Belangwetan 1
- Perumda Belangwetan 2
- Perumda Belangwetan 3
- Kampung Belangwetan 1
- Kampung Belangwetan 2
- Dk Plembon
- Pasar Plembon
- Dk. Cungkrungan
- UNWIDA
- Perumahan Klaten Kencana
- Gedung Pertemuan RSI
- Pengadilan Negeri
- PKL Depan RSI
- Mebel agung
- PT. BAT
- BKD
- Rs. Diponegoro
Sumber : DPU Kabupaten Klaten, 2009
3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi

Model penanganan sampah di Kabupaten Klaten tidak berbeda jauh dengan kota-kota lain di
Indonesia. Pengumpulan sampah dari sumbernya sampai dengan TPS dilakukan oleh warga
masyarakat, sedangkan pengangkutan dari TPS menuju TPA, penyapuan jalan dan pengumpulan
serta pengangkutan sampah dari fasilitas umum merupakan tanggung jawab DPU Bidang
Kebersihan dan Pertamanan. Gambar di bawah ini menunjukan diagram pengumpulan dan
pengangkutan sampah di Kabupaten Klaten.

Gambar 3.11.
Layanan Sitem Persampahan Di Kabupaten Klaten

BUKU PUTIH SANITASI III - 37


KABUPATEN KLATEN
3.3.4.1 Pengurangan Sampah Dari Sumbernya

Bahan baku utama yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kompos berasal dari sampah
pasar berupa sayuran dan buah-buahan yang telah busuk sampah rumah tangga biasanya berasal
dari transfer depo terdekat.

Sampah organik yang bersumber dari pasar maupun rumah tangga yang telah dipilah,
dikumpulkan dalam area/tempat pencacahan. Dalam area pencacahan, sampah sayur maupun
sampah buah-buahan dicacah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Walaupun telah memiliki
mesin pencacah mekanik, proses pencacahan tidak selalu menggunakan tenaga mekanik, tetapi
lebih sering dilakukan dengan tenaga manual manusia. Hal ini bertujuan untuk menghemat bahan
bakar solar yang dibutuhkan ketika harus menggunakan mesin pencacah mekanik. Alur dalam
proses komposting secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Proses Pemilahan Sampah Pencacahan Sampah Proses Komposting (Area Pengomposan)


(Area Pemilahan sampah) (Area Pencacahan Sampah)

Produk Kompos Siap Jual Area Pengemasan Produk Kompos Area Pengayakan Kompos

Gambar 3.12. Alur Komposting

3.3.4.2 Pengelolaan Sampah Skala Wilayah

a. TPS

TPS atau transfer depo atau tempat untuk menampung atau mengumpulkan sampah sementara
dari masyarakat dan dibuang ke TPA. Sampah yang ada di TPS sifatnya hanya sementara dan
harus segera diangkut untuk dibuang ke TPA karena jika terlambat akan menimbulkan
pencemaran lingkungan, disamping itu ada kegiatan unit daur ulang pupuk kompos dengan
menggunakan teknologi mesin pencacah sampah dan pengayaan kompos.
b. TPA

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) BIdang Kebersihan dan Pertamanan DPU Klaten
memiliki dua buah lokasi TPA yaitu :
1. TPA Jomboran Kecamatan Klaten Tengah dengan luas 17.100 m² dan status tanah milik
Pemda
2. TPA Joho Kecamatan Prambanan dengan luas 10.000 m² dan status tanah milik Pemda
digunakan untuk reklamasi TPA

Gambar 3.5. Gambar TPA Jomboran dan Joho

c. TPSS

Jumlah Tempat Penampungan Sementara (TPSS) ada 192 buah dengan model Permanen
dan Container lokasi yang terlayani yaitu Klaten kota, Prambanan, Delanggu dan Pedan,
dimana pengambilan dan pengangkutan dilaksanakan sehari sekali dengan volume sampah
yang terangkut dari TPSS ke TPA 140 m³
3.3.5. Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah

Hingga sejauh ini peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan sampah di Kabupaten
Klaten sudah mulai. Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, antara lain :
1. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak
membuang sampah di sembarang tempat.
2. Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo /
kontainer, bak sampah yang telah disediakan.
3. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkungan
masing-masing.
4. Pembentukan kelompok masyarakat pengelola sampah menjadi kompos rumah tangga dan
komunal (3R) di kota Klaten (Tabel 3.20. Sarana Produksi Kompos Komunal Di Kabupaten
Klaten)

3.3.6. Permasalahan

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten adalah :
a. Antisipasi terhadap sampah perkotaan pada kota-kota kecamatan akan sangat berarti bagi pencegahan
terjadinya genangan akibat terganggunnya sistem drainase kewilayahan oleh sampah.
b. Sistem pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat (komposting), perlu digalakkan pada
kawasan permukiman. Sehingga sinergis dengan upaya pengendalian pelestarian lahan pertanian.
c. Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah perkapita meningkat).
d. Belum optimalnya manajemen persampahan.

3.4. Pengelolaan Drainase


3.4.1 Landasan hukum/legal operasional
Landasan hukum pengelolaan drainase adalah :
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran
drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir.
b. Kepmen Kimpraswil No. 534/2001 tentang Standart Pelayanan Minimal Drainase.
3.4.2 Aspek Institusional
Instansi terkait dengan pengembangan/ pembangunan drainase kota Klaten adalah Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pekerjaan Umum. Bappeda merupakan
lembaga yang berperan dalam mengkoordinasikan seluruh pembangunan yanga ada di wilayah
Kabupaten Klaten. Bappeda ini memiliki tugas dan wewenang yang berlainan yaitu : bidang
penelitian pengembangan dan pengkajian, bidang perencanaan ekonomi, bidang perencanaan sosial
budaya dan bidang perencanaan fisik dan prasarana. Bidang terkait erat dengan pembangungan
drainase kota Klaten adalah bidang perencanaan fisik dan prasarana, khususnya pada sub bidang
pekerjaan umum. Hal ini terlihat dari tugas sub bidang pekerjaan umum yang meliputi :
 Menghimpun, mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis pedoman,
pedoman serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan perencanaan bidang pekerjaan umum.
 Mengumpulkan, menghimpun dan mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan
perencanaan bidang pekerjaan umum.
 Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pedoman dan petunjuk teknis yang berhubungan
dengan bidang pekerjaan umum.
 Melakukan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan bidang tugasnya.
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangkan untuk Dinas Pekerjaan Umum berkaitan dengan dinas teknis pelaksana
dilapangan. Selain BAPPEDA dan DPU, peranan pengawas juga diperlukan. Dalam hal ini unsur
pengawas terdiri dari : DPRD, masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dll.

3.4.3 Cakupan Pelayanan


Pelayanan drainase skala kota masih mencakup di wilayah perkotaan Klaten. Pembangunan
saluran drainase lingkungan (saluran tersier) menjadi tanggungjawab masyarakat. Layanan yang
diberikan DPU pada aspek pembangunan meliputi; pembangunan dan perbaikan saluran drainase
primer dan sekunder. Sedangkan untuk pemeliharaan meliputi pengedukan lumpur/waled/sedimen
pada saluran drainase., memelihara ketertiban penggunaan saluran drainase serta melakukan
pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase, air kotor supaya berdaya
guna dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan/banjir.
3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional
Sistem jaringan drainase dapat dibedakan 2 bagian yaitu drainase alam dan drainase kota.
Drainase alam pada umumnya merupakan sungai dan saluran irigasi yang berfungsi sebagai
penampung drainase kota dan air hujan yang kemudian ke sungai yang lebih besar. Ukuran
dimensinya bervariasi yang secara umum terbagi menjadi saluran primer sepanjang 11 cm dan
saluran sekunder sepanjang 7 km.
a. Drainase kota
Drainase kota berawal dari saluran drainase lingkungan/ tersier kemudian menuju saluran
drainase primer.
b. Drainase sekunder
Saluran drainase sekunder merupakan pengumpulan dari sistem drainase lingkungan, sistem
drainase ini dibuat ada lokasi yang dekat dengan penghasil limbah (limbah rumah tangga
ataupun air hujan).
c. Drainase primer
d. Sungai
Saluran ini merupakan muara dari saluran-saluran drainase primer ataupun tersier yang
seterusnya akan mengalirkan air hujan ataupun limbah ke sungai yang lebih besar. Sungai-
sungai yang berfungsi sebagai penampungan akhir dari sistem drainase kota, kondisinya harus
diperhatikan sehingga dapat berfungsi secara maksimal baik sebagai tempat penampungan
maupun sarana pemusatan.
Jaringan drainase yang ada di Kabupaten Klaten, umumnya masih menyatu dengan jaringan
sanitasi (limbah rumah tangga dari mandi dan cuci). Cakupan drainase kota telah menjangkau
sebagian besar wilayah kota Klaten dan sepanjang jalan-jalan utama, lokal hingga lingkungan.
Untuk kota Klaten yang berfungsi sebagai drainase primer yaitu sungai-sungai yang melintas di
kota Klaten yaitu, antara lain : Sungai Tegalyoso/ Metuk, sungai Merbung, sungai Lunyu, sungai
Klaten, sungai Modin, sungai Batang. Kondisi drainase secara umum sudah cukup baik dalam
arti sebagai pematusan air hujan.
Jaringan drainase juga memanfaatkan sungai dan jaringan irigasi. Jaringan pematusan yang ada
berfungsi untuk mengalirkan air hujan dan pembuangan air limbah. Kebutuhan jaringan irigasi
untuk daerah pertanian dilakukan dengan pembuatan jaringan-jaringan sekunder dan tersier.
Sungai-sungai di wilayah Klaten sebagian besar dipergunakan untuk irigasi. Berdasarkan data
yang terdapat di Bidang Sumber Daya Air DPU Kabupaten Klaten volume air sungai tersebut +
1.083.198.528 m3.
Dalam pembangunan sumber daya air di Kabupaten Klaten sangat terkait dengan
pengembangan dan pengeloaan sumber daya air Sungai Bengawan Solo karena sungai-sungai
di wilayah Kabupaten Klaten sebagian besar bermuara di Sungai Bengawan Solo, dan di
sebagian daerah Prambanan mengalir ke DAS Kali Opak. Pengembangan dan pengelolaan
sumber daya air di Kabupaten Klatenakan mempunyai keterkaitan dengan daerah-daerah lain
yang termasuk di dalam DAS Bengawan Solo.

Gambar IV.14
Kondisi Sungai sebagai Drainase Alam

Kondisi sungai sebagai drainase alam yang terbengkalai.


Ini karena kurangnya perawata.

Aspek Teknis
Pengembangan jaringan drainase ditinjau secara makro ke wilayah dan mikro pada
pemukiman padat atau perkotaan. Secara kewilayahan sistem drainase di Kabupaten Klaten
memanfaatkan sistem DAS Bengawan Solo, dengan arah buangan makro ke selatan dan tenggara.
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kabupaten Klaten antara lain : sungai Dengkeng, sungai
Mlese, sungai Simping, selain itu terdapat Kali Babadan, kali Gampar, kali Logede, kali Bagor, kali
Macanan, kali Bajung, kali Dandang, kali Ngrancah, kali Soko dan sungai-sungai kecil lainnya. Guna
memelihara kinerja sistem drainase wilayah, pemeliharaan fungsi sungai-sungai alamiah sebagai
saluran buangan perlu dipertahankan dan perlu adanya pemeliharaan dari saluran drainase yang ada
pada saat ini untuk mengurangi adanya bencara banjir yang melanda beberapa kawasan.
Kelestarian sungai dipelihara dengan mengembangkan penghijauan wilayah DAS dan sub
DAS, sistem pengolahan lahan pertanian yang baik dan pola pemanfaatan lahan yang seimbang dan
berwawasan lingkungan. Pada kawasan perkotaan, jaringan drainase dapat dikembangkan menyatu
dengan jaringan sanitasi (limbah cair rumah tangga). Jaringan drainase juga dapat memanfaatkan
jaringan irigasi yang melewati kawasan pemukiman. Untuk pengembangan sistem ganda ini, meski
kurang direkomendasikan, untuk beberapa lokasi permukiman yang bersifat transisi desa-desa masih
memungkinkan, karena minimnya dampak pencemaran lingkungan.

3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase lingkungan antara lain:
1. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.
2. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran drainase.

3.4.6 Permasalahan
Permasalahan dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Klaten yaitu:
Perawatan Saluran
Saluran yang tidak terawat mengakibatkan pendangkalan di beberapa ruas saluran drainase
sekunder di kota Klaten seperti pada satu ruas jalan Lingkar Selatan, dimana sebagian kedalaman
saluran telah ditutup oleh tanah sehingga efektifitas pelayanan limpasan air permukaan menjadi tidak
efektif. Selain itu tumbuhnya beberapa jenis vagetasi yang mengakibatkan tersumbatnya saluran
drainase sekunder. Dalam jangka panjang masalah ini dapat menjadikan hilangnya peran dan fungsi
saluran drainase terhadap lingkungan disekitarnya sehingga mengakibatkan munculnya beberapa
titik genangan air yang tidak tersalurkan ke dalam saluran drainase.
Beban Rumah Tangga
Sampah
Secara teknis, pembuangan sampah ke dalam saluran akan mengakibatkan penyempitan
pendangkalan dan tersumbatnya saluran sehingga kinerja saluran tidak akan optimal. Perangkat
regulasi yang kuat akan dapat menjadi salah satu alat pengendali masalah persampahan tersebut.
Penyempitan dan Penutupan Saluran
Penyempitan dan atau penutupan saluran menjadi masalah yang serius terkait dengan kegiatan
masyarakat di sekitarnya. Penggunaan lahan untuk permukiman seringkali mengorbankan
keberadaan saluran drainase sehingga seringkali masyarakat menutup atau mempersempit dimensi
saluran yang ada.
Sebagai contoh, permukiman padat yang ada di desa Sekarsuli sebagian salurannya telah ditutup
oleh beberap penduduk. Sedangkan di sekitar Arteri Jogja – Solo, yang sebenarnya memiliki lebar
saluran berkisar antara 1, 5 – 2 meter, setelah sampai di kecamatan Ceper mengalami penempitan
sehingga tinggal sekitar 50 cm. Hal yang sama terjadi di beberapa ruas jalan di lingkar Selatan Kota
Klaten.
Titik Kontinyu
tidak kontinyu adalah masalah terputusnya saluran drainase, sehingga di beberapa tiitk tidak
tersambung dengan ruas saluran sekunder lainnya. Hal ini mengakibatkan saluran sekunder tidak
mampu mengalirkan air ke dalam saluran primer dan sungai.
Fenomena Avfur
Avfur merupakan fenomena alam yang terjadi dalam proses aliran air yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan topografi. Avfur yang terjadi di Kota Klaten pada umumnya disebabkan
karena kurang efisiennya pelayanan jaringan drainase sehingga air akan mencari posisi yang lebih
rendah. Proses yang berjalan secara terus menerus ini kemudian akan menyebabkan munculnya
alur aliran air yang bersifat alami. Alur aliran air ini apabila tidak terkendali akan mengakibatkan
permasalahan perubahan pola aliran air. Kondisi avfur di Kota Klaten saat ini banyak yang melewati
tanah-tanah milik penduduk sehingga dalam penanganannya cukup menyulitkan. Karena kondisi
keberadaan avfur terhambat dengan keberadaan bangunan-bangunan baru karena dalam
perencanaan bangunan-bangunan tersebut tidak mempertimbangkan keberadaan avfur. Avfur-avfur
yang ada di kota Klaten sebagian besar bermuara pada avfur Gilang sebelum akhirnya masuk keli
Metuk. Beberapa avfur tersebut berada di wilayah Metuk (di sekitar Komplek Pemkab Klaten) dan
sebagian lainnya berada di Gayamprit yang kemudian masuk ke dalam kali Lunyu.

3.5 Penyediaan Air Bersih


3.5.1 Landasan Hukum/Legal Operasional
a. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum;
c. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 1 Tahun 1980 tentang Pendirian Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Klaten;
d. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 5 Tahun 2005 tentang Perubahan Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Klaten.
3.5.2 Aspek Institusional

PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Kabupaten Klaten, yang memiliki
tugas untuk memberikan pelayanan air bersih ke masyarakat, meningkatkan kinerja perusahaan
serta berusaha memberikan kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah
Kabupaten Klaten.

Gambar 3.15. Bagan SOTK PDAM Kabupaten Klaten

3.5.3 Cakupan Pelayanan


Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air bersih yang
diperoleh melalui sistem jaringan yang dikelola dan didistribusikan. Kemampuan produksi air bersih
PDAM Klaten, maksimum dalam satu hari adalah 138.182.760 Lt/hari. Sedang jumlah total yang
harus didistribusikan setiap hari adalah 95.069.739 Lt/hari. Ini berarti belum semua sumber potensi air
dimanfaatkan. Selanjutnya dari jumlah yang didistribusikan tersebut, 11.883.717 Lt/hari atau sekitar
20% merupakan air hilang, Susut atau kebocoran.
4 Secara aspek pendanaan, system penyediaan air minum perpipaan ini didanai dari Pemerintah Pusat
maupun Swasta. Pada aspek kelembagaan, penyediaan dan pengelolaan ini dilakukan oleh PDAM
Kabupaten Klaten.
5 Berikut adalah mata air dan sumur dalam di Kabupaten Klaten yang dikelola oleh PDAM.

Tabel IV.10
Mata Air yang Dikelola oleh PDAM Kabupaten Klaten

Lokasi Debit (Q) Debit (Q) yang


NO
Konsumen Mata Air yang di ambil (Lt/dt) Diambil (lt/dt)
a. Kota Klaten Geneng, Malangjiwan 213 140
Lanang 88 50
b. Karanganom Ponggok 899 25
c. Jatinom Jolotundo (Ngabean) 76 3,5
d. Karangnongko Sliling (Keputran) 20 4
e. Kemalang Sliling 20 4
f. Delanggu Wangen 25 19
g. Tulung Nila (Daleman) 300 50
Sumber : RTRW 2005-2010

Tabel IV.11
Sumur Dalam yang Dikelola PDAM

Lokasi
NO D (m) (Q) lt/dt
Konsumen Sumur yang di ambil
a. Kota Klaten Ds. Gayamprit 100 15
Pamardi Karya (Boreng) 100 15
Jonggrangan 100 15
b. Prambanan Kebondalem Lor 90 – 100 10
Tas Kombang 90 – 100 10
c. Kemalang Kemalang 120 4
Sumber : RTRW 2005-2010
Keterangan :
D:
kedalaman
Q : debit
* : belum dikelola karena kandungan unsur Fe tinggi
BUKU PUTIH SANITASI III - 48
KABUPATEN KLATEN
Cakupan jumlah pelanggan PDAM per wilayah pelayanan sebagai berikut :
Tabel 3.26.
Wilayah Pelayanan dan Jumlah Pelanggan

NO. WILAYAH PELAYANAN Th. 2010 Th. 2011 (s/d Juli)

1 KOTA KLATEN 14.501 14.924

2 UNIT IKK PRAMBANAN 981 992

3 UNIT IKK KARANGANOM 4.226 4.233

4 UNIT IKK KARANGNONGKO 627 629

5 UNIT IKK KEMALANG 511 633

6 UNIT IKK DELANGGU 3.013 3.085

7 UNIT IKK CEPER 2.586 2.597

8 UNIT IKK PEDAN 277 290

9 UNIT IKK WEDI 578 899

10 UNIT IKK CAWAS 1.396 2.138

TOTAL JUMLAH PELANGGAN 28.696 30.420


Sumber : PDAM Kabupaten Klaten, 2011
5.5.1 Aspek Teknis dan Operasional

PDAM Kabupaten Klaten mengelola air baku dengan proses produksi menggunakan sistem
pengolahan sederhana maupun lengkap. Distribusi dari produksi ke daerah pelayanan dengan
menggunakan sistem grafitasi dan perpompaan hingga air sampai ke konsumen.

Gambar 3.17 Instalasi Pengolahan Air Baku PDAM Kabupaten Klaten

BUKU PUTIH SANITASI III - 49


KABUPATEN KLATEN
5.5.2 Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Klaten sebagai unit usaha yang berkewajiban
menyediakan sarana akses air bersih di Kota Kediri dapat adalah sebagai berikut :
1. Sistem perpipaan (PDAM)
o Kebocoran yang terjadi masih cukup tinggi
o Cakupan pelayanan penduduk yang masih jauh dari target
o Kebutuhan per kapita/ hari masih kurang.
2. Sistem Non Perpipaan.
o Cakupan pelayanan penduduk yang masih jauh dari target
o Kebutuhan per kapita/ hari masih kurang
3. Sistem Perpipaan (Non PDAM)
o Kebocoran yang terjadi tidak terdeteksi
o Cakupan pelayanan penduduk yang masih jauh dari target
o Kebutuhan per kapita/ hari masih kurang
Gambar 3.18. Peta Jaringan Distribusi PDAM Kabupaten Klaten Tahun 2008

BUKU PUTIH SANITASI III - 51


KABUPATEN KLATEN
5.6 Komponen Sanitasi Lainnya
5.6.1 Penanganan Limbah Industri
Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten melalui Kantor
Lingkungan Hidup dalam upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan, khususnya yang
diakibatkan karena pembuangan limbah cair industri, antara lain dengan :
1. Pengujian Limbah Cair Industri
2. Pembinaan pada Pengusaha Industri untuk memiliki Dokumen Pengelolaan Pemantauan
Lingkungan
3. Pengujian Udara Emisi dan Ambien
Kondisi pencemaran limbah cair industri pada umumnya di Kabupaten Klaten masih dibawah
ambang batas pencemaran. Walaupun begitu, dalam jangka panjang perlu adanya penataan
industri di lokasi tertentu sehingga dengan mudah untuk meminimalkan terjadinya Pencemaran
Limbah Cair Industri tersebut.
Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan limbah industri antara lain :
1. Pelaku Industri belum seluruhnya mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
2. Terbatasnya lahan untuk pembuatan IPAL Komunal bagi Sentra Industri dan Pemukiman
(Limbah Rumah Tangga) khususnya bagi permukiman kumuh.
3. Kesadaran pelaku industri rumah tangga untuk membuat IPAL masih rendah.
4. Belum optimalnya pemantauan terhadap limbah cair industri skala sedang atau rumah tangga.

5.6.2 Penanganan Limbah Medis

Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah rumah sakit, baik limbah cair
maupun limbah padat. Limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk
pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif
limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan
secara khusus.

Sumber timbulan sampah medis yang secara garis besar berasal dari unit Obstetrik, unit
Emergency, unit Laboratorium, kamar mayat, patologi dan otopsi, unit layanan medis, dsb. Jenis
limbah medis dapat berupa benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, sitotoksis, farmasi, kimia, dan

BUKU PUTIH SANITASI III - 52


KABUPATEN KLATEN
radio aktif. Jenis lain adalah sampah medis berupa; darah, jaringan, spuit, kapas, kasa, slang infus,
jarum suntik, dan sampah lain yg terkontaminasi.

Penanganan (pengelolaan) limbah medis adalah sebagai berikut :


 Dilaksanakan pemisahan antara sampah infeksius, sitotoksis, dan radioaktif menggunakan
kantong plastik yang sesuai dengan jenis sampahnya.
 Sebelum dibuang ke pembuangan sementara, dilakukan desinfeksi dengan bahan kimia
untuk membunuh bakteri patogen dan mikroorganisme lain yang bisa membayakan
penjamah sampah.
 Pemusnahan sampah klinis dengan pembakaran (incenerator) dan sampah radioaktif
dikirim ke Batan.
 Untuk limbah cair diolah dalam suatu IPAL yang dikelola secara mandiri oleh RS dan
puskesmas

5.6.3 Kampanye PHBS


Kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh Dinas Kesehatan meliputi kegiatan antara
lain :
1. Pelatihan untuk petugas kesehatan
2. Melatih kader kesehatan di kelurahan-kelurahan
3. Memasang spanduk-spanduk / poster-poster himbauan untuk PHBS
4. Membentuk satgas-satgas kesehatan ( Gerdamas dan Gerdusehati )
5. Lomba Lingkungan Sekolah Sehat (LLSS)
Penerapan Pola Hidup Sehat dan Bersih tidak hanya diterapkan di dalam rumah tangga dan
sekolah. Tetapi penerapannya meliputi 5 tatanan yaitu :
1. Tatanan Rumah Tangga Sehat
2. Tatanan Sekolah Sehat
3. Tatanan Perkantoran Sehat
4. Tatanan Tempat-tempat umum Sehat
5. Tatanan Pondok pesantren Sehat
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat :
Rumah tangga Sehat adalah yang rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangganya :
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur tiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik tiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

3.7 Pembiayaan Sanitasi Kota


Komponen keuangan daerah terdiri dari komponen penerimaan pendapatan, komponen
pengeluaran belanja dan komponen pembiayaan. Untuk Kabupaten Klaten berikut adalah tabel tentang
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Klaten dari Tahun Anggaran 2008-2010, yang tersaji
dalam Tabel VI.1 dibawah ini.

Tabel VI.1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Klaten Tahun 2008-2010

KOMPONEN TAHUN ANGGARAN


NO
KEUANGAN 2008 2009 2010
1 Pendapatan 963.888.222.000 973.128.063.000 1.072.214.993.426
2 Belanja 1.032.951.973.000 1.035.249.426.000 1.119.948.436.852
3 Pembiayaan 69.063.751.000 62.121.363.000 47.733.443.426
Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Klaten tentang APBD, Tahun 2008-2010 yang diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa APBD Kabupaten Klaten selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Sedangkan untuk komponen pembiayaan selalu mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan daerah untuk membiayai anggaran belanjanya menunjukkan kemampuan yang semakin
meningkat. Berikut digambarkan dalam Diagram VI.1.
Diagram VI.1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Klaten Tahun 2008-2010

1.200.000.000.000
1.000.000.000.000
800.000.000.000
600.000.000.000
400.000.000.000
200.000.000.000
0

TA. 2008 TA.2009 TA.2010

Pendapatan 963.888.222.000 973.128.063.000 1.072.214.993.426

Belanja 1.032.951.973.000 1.035.249.426.000 1.119.948.436.852

Pembiay aan 69.063.751.000 62.121.363.000 47.733.443.426

Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Klaten tentang APBD, Tahun 2008-2010 yang diolah

Pembiayaan sanitasi baik melalui APBD Kota, APBD Provinsi, APBN maupun anggaran lain, untuk
pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi meliputi sub sektor yaitu adalah air limbah,
persampahan dan drainase lingkungan. Berdasarkan Perda Kabupaten Klaten Nomor : 22 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Klaten maka pembiayaan
untuk bidang sanitasi tersebar di SKPD sebagai berikut :
1. Bappeda
Alokasi Belanja Langsung Sanitasi di Bappeda Kabupaten Klaten tahun 2009-2011 mengalami
penurunan terutama pada tahun 2010 penurunanya cukup signifikan . Pada tahun 2011 kembali
mengalami kenaikan karena bentuk komitmen Bappeda Kabupaten Klaten dalam mengikuti
program PPSP mulai Tahun 2011. Proporsi belanja langsung sanitasi di Bappeda Klaten memang
relative kecil karena bukan untuk pendanaan kegiatan fisik.. Kegiatan yang dianggarkan adalah
berupa pendampingan untuk program PAMSIMAS dan operasional Pokja AMPL yang dibentuk
serta penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK)
Kabupaten Klaten.
Tabel 3.31.
Alokasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Bappeda Kabupaten Klaten Tahun 2009-
2011

Tahun Alokasi Belanja langsung


2011 Rp. 130,000,000
2010 Rp. 60,000,000
2009 Rp. 150,000,000
Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten, 2011

Gambar 3.19.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi
Bappeda Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011

2. DPU
Anggaran untuk bidang sanitasi meliputi pembiayaan sub bidang persampahan, Kebersihan dan
Pertamanan. Jumlah dan proporsi belanja langsung sanitasi dalam kurun waktu 2009-2011 terus
mengalami kenaikan terkait adanya program pembangunan sarpras air bersih (DAK) dan
Pembangunan sarpras sanitasi berbasis masyarakat (DAK)
Tabel 3.32.
Realisasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi DPU Kabupaten Klaten Tahun
2009-2011

Tahun Alokasi Belanja langsung


2011 Rp. 8,919,596,000
2010 Rp. 7,597,500,000
2009 Rp. 7,110,640,000
Sumber: Bppeda Kabupaten Klaten, 2011

Gambar 3.20.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi
DPU Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011

3. Dinas Kesehatan
Anggaran Sanitasi di Dinas Kesehatan adalah untuk pembiayaan kegiatan Penyelengaraan
Penyehatan Lingkungan, Pengembangan Lingkungan Sehat dan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Kegiatan di Dinas Kesehatan lebih banyak dalam bentuk advokasi,
penyuluhan dan evaluasi. Realisasi Belanja Langsung Bidang Sanitasi dalam kurun waktu 2009 –
2011 paling tinggi adalah pada tahun 2010 kemudian jumlah alokasi Belanja langsung Sanitasi
paling rendah justru pada tahun 2011.

Tabel 3.33.
Alokasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
Tahun 2009-2011

Tahun Alokasi Belanja langsung


2011 Rp. 302,080,000
2010 Rp. 384,760,000
2009 RP. 305,000,000
Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten, 2011

Gambar 3.21.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011

3. Badan Lingkungan Hidup


Anggaran untuk bidang sanitasi di BLH yang dianggarkan secara rutin dari tahun ke tahun adalah
untuk kegiatan Turus Jalan, reklamasi dan pembuatan sumur resapan. Jumlah dan proporsi
belanja langsung sanitasi tertinggi dalam kurun waktu 2009-2011 adalah pada tahun 2011 yang
disebabkan ada program Pembuatan sumur resapan di 11 lokasi.

Tabel 3.34.
Alokasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Badan LH Kabupaten Klaten
Tahun 2009-2011

Tahun Alokasi Belanja langsung


2011 Rp. 2,029,230,000
2010 Rp. 900,000,000
2009 Rp. 86,940,000
Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten, 2011

Gambar 3.22.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011

Anda mungkin juga menyukai