Kesehatan lingkungan berkaitan erat dengan masalah air bersih, persampahan dan sanitasi. Hidup bersih
dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan
serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek
terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di
sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan yang
ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan
lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan
sekitar rumah yang sehat.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten, khususnya dalam menjaga kesehatan
lingkungan dan masyarakat.
Dengan demikian pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Klaten berkomitmen
menjaga kenyamanan lingkungan dalam berbagai bidang bukan hanya persoalan pengelolaan sampah .Hal
tersebut salah satunya bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya
lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga.
Indikator kesehatan lingkungan di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari jumlah Rumah Sehat, Sarana Ibadah
Sehat serta Sekolah Sehat yang terdiri dari komponen fisik, sarana sanitasi dan perilaku penghuninya yang
secara umum masih relatif rendah sehingga masih perlu peningkatan.
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Kabupaten Klaten secara keseluruhan mengalami peningkatan
walaupun cakupannya masih belum optimal. Cakupan rumah tangga yang memiliki jamban pada tahun
2010 mencapai 52,17%. Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yang baru mencapai
35,27% dan tahun 2009 mencapai 45,44%. Sedangkan persentase institusi yang dibina kesehatan
BUKU PUTIH SANITASI III - 1
KABUPATEN KLATEN
lingkungannya mencapai 78,9% pada tahun 2010 meningkata dibanding tahun 2009 sebesar 78,8% tetapi
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kabupaten Klaten
Tahun 2008 – 2010 (%)
Dari Tabel distribusi penderita diare di puskesmas se Kabupaten Klaten dapat dilihat bahwa jumlah
penderita diare tahun 2010 tertinggi adalah di Kecamatan Juwiring, peringkat kedua adalah di
kecamatan Prambanan.
Pada tahun 2009 jumlah kasus penderita DBD sebanyak 476 orang, 100 % tertangani. Angka
kematian (Incidence Rate) 3,65 per 10.000 penduduk. Jumlah kematian akibat DBD adalah 3
orang sehingga angka kematian (Case Fatality Rate) 0,63%. Hal tersebut terjadi penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2008 dimana terdapat 598 kasus DBD, angka kesakitan 4,60 per
10.000 penduduk dengan jumlah riil kematian 14 orang, dan angka kematian 2,34%.
Pada tahun 2009 tercatat 4 kasus positif malaria. Angka kesakitan sebesar 0,003 per 1000
penduduk dan angka kematian 0.
Gambar : Peta Maping Endemitas
Cakupan area pelayanan PDAM Kabupaten Klaten sampai Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Tabel II.25
Cakupan Area Pelayanan PDAM Kabupaten Klaten
Tahun 2010
Jumlah
NO Lokasi
Pelanggan
1. Kota Klaten 14.451 SR
2. IKK Prambanan 981 SR
3. IKK Karanganom 4.223 SR
4. IKK Karangnongko 626 SR
5. IKK Kemalang 510 SR
6. IKK Delanggu 3.013 SR
7. IKK Ceper 2.591 SR
8. IKK Wedi 575 SR
9. IKK Pedan 274 SR
10. IKK Cawas 1.338 SR
JUMLAH 28.582 SR
Sumber : PDAM Kabupaten Klaten Tahun 2010
Menurut data dari Bidang Kebersihan dan Pertamanan DPU, jumlah truk tinja yang masuk dan
membuang lumpur tinjanya di IPLT rata – rata mencapai 20 ritasi tiap bulannya. Pengelola dari Seksi
Oprasional Kebersihan dan Ketertiban yang ada di lokasi IPLT ada 1 orang dan supir sebanyak 2 orang.
Sarana dan prasarana IPLT Eksisting dijelaskan pada Tabel II.26 berikut :
TABEL II.26
Sarana Dan Prasarana IPLT Eksisting
Pada tahun 2010 ini penanganan persampahan di Kabupaten Klaten dilayani oleh Bidang
Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum. Pelayanannya terbatas pada kawasan Kota Klaten,
sedangkan untuk kawasan di luar kota pengelolaan persampahan pada umumnya dikelola sendiri oleh
penduduk setempat dengan cara ditibun maupun dibakar. Adapun sarana pengumpulan sampah yang
tersedia saat ini berupa:
17 unit Dum Truck (14 unit beroperasi, 1 unit untuk cadangan, 2 unit rusak)
7 unit Pick Up (5 unit pengangkutan sampah, 1 unit patroli kebersihan, 1 unit patroli drainase)
unit Arm Truk
30 unit Kontainer Sampah
7 unit Kendaraan Roda Tiga (2 untuk pelaksanaan kebersihan jalur kota, 5 untuk kebersihan luar
kota)
1 unit Backhor Loader
1 unit Excavator
2 unit Truck Tinja
192 unit TPS
Bidang Kebersihan dan Pertaman, DPU mampu mengangkut sampah 160 m 3 (92,48%) dari total
produksi sampah + 263 m3 per hari. Daya angkut ini tidak seimbang dengan produksi sampah. Untuk
sumber daya manusia pengelola sampah tahun 2010 ini adalah sebagai berikut : staf operasional 9 orang;
pengemudi 18 orang; pengangkut 78 orang; penyapu 50 orang; drainase 10 orang; petugas IPLT & TPA 3
orang.
Untuk wilayah yang tidak mendapat pelayanan persampahan, masyarakat mengelola sendiri
sampah domestiknya dengan menggunakan metode tradisional/ on site yaitu dengan
mengumpulkan dan membakar di pekarangan. Diagram Sistem Persampahan sebagai berikut
menggambarkan diagram persampahan yang ada diperkotaan maupun perdesaan.
Tabel 3.8.
Diagram Sistem Sanitasi Sampah
3.1.8. Kondisi pencemaran udara di Kabupaten Klaten pada umumnya masih di bawah ambang
batas pencemaran, namun dengan berkembangnya sektor industri dan meningkatnya
jumlah kendaraan perlu pemikiran ke depan dalam mengupayakan Pengelolaan
Pencemaran Udara.
Hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor yang menggambarkan seberapa besar pencemaran
udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Uji emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut
didasarkan pada Surat Edaran Gubernur Nomor 050/1717 tanggal 23 Desember 2004, ambang
batas kendaraan bensin yaitu CO 4,2% dan HC 815 Ppm dan kendaraan mesin solar batas
Opositas/Bosch 20/47%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.11
Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Wajib Uji Secara
Berkala Kabupaten Klaten tahun 2006-2010
2 PG. GONDANG BARU PLAWIKAN, JOGONALAN INDUSTRI 96,4 ton/hr 10 AEROB YA SUNGAI DUNG-
GULA (giling) DUNG
4 PT. KUSUMA MULIA JL. RAYA CEPER KAIN GREY 6 ton/hr 1,44 - TIDAK
PLASINDO INFITEX BESOLE KM.01 CEPER KANTONG
PLASTIK
5 PT. KUSUMA NANDA JATIMULYO KAIN GREY 1.100.000 - - TIDAK
PUTRA PEDAN m/bln
6 PT. MACANAN JAYA JL. KH. DEWANTORO PENERBITAN 35.000 ton/th 14 AEROB YA
CEMERLANG KLATEN UTARA PERCETAKAN
7 CV. SAHABAT JL. Dr. WAHIDIN 47 PENERBITAN 230 ton/th - - TIDAK
KLATEN UTARA PERCETAKAN
JARAK
TEMPAT
JUMLAH NAMA
BUANGAN
NAMA JENIS ALAMAT DEBIT AIR ADA/TDK SISTEM USH/KEG SUNGAI YANG
KAPASITAS LIMBAH
NO USAHA/ USAHA Kelurahan/Des LIMBAH PENGOLAHA PENGOLA YANG MENERIMA
PRODUKSI SAMPAI
KEGIATA DAN/ATAU a Kecamatan (M3/Hr) N AIR H ANNYA MENGELO BUANGAN AIR
SUNGAI B.
N KeGIATAN LIMBAH M POK LIMBAH
SOLO
1 Sentra industri Tahu/tempe Bero, Trucuk 950 kg/hr 11,400 Tidak ada - - Kali Mlese
tahu/tempe
Mudal, Karanganom Sudah ada, hanya
4,560 kg/hr 54,720 Anaerob 13 Kali Batang
Klaten Utara untuk beberapa
Banjarsari, Leses Sudah ada, hanya
270 kg/hr 3,240 Anaerob 9 Kali Putih
Manisrenggo untuk beberapa
Ngudirejo, Somopuro
950 kg/hr 11,400 Belum ada - - Kali Panggang
Jogonalan
Bono, Tulung 1,500 kg/hr 45 Sudah ada - 8 Kali Puluhan
Durenan, Kalangan
3,500 kg/hr 402 Sudah ada - - Kali Beii
Kalangan
PEMILIKAN/PEN
NO FASILITAS KESEHATAN GELOLA
1 RUMAH SAKIT 1 3 4
2 UMUM RUMAH 1 1
3 SAKIT JIWA 1 1
4 RUMAH SAKIT
1 1
5 PUSKESMAS 16
PERAWATAN 16
6 18
7 PUSKESMAS PEMBANTU 86
PUSKESMAS 34 86
8 34
9 KELILING
POSYANDU 2.213
10 PKD 67
11
12 RUMAH BERSALIN 22 193
13 BALAI 40 22
14 PENGOBATAN/KLINI 1 2 110 40
15 K APOTIK 30 113
16 TOK 1 0 30
17 BAT 0 1
18 GFK 3 -
19 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 3
20 PRAKTEK PENGOBATAN 198 -
21 TRADISIONAL 7 198
Penanganan limbah medis Rumah Sakit dan Puskesmas-puskesmas di Kabupaten Klaten dapat
digambarkan dalam diagram berikut ini :
Sistem I
Tempat Sampah Bak Diambil tiap hari Dibakar di Abu ditimbun
Sampah Medis
Medis Penampungan oleh Petugas Incenerator dalam tanah
Sistem II
Bak
Diangkut dengan
Tempat Sampah Penampungan Pemilahan Dibakar di ▪ Abu untuk
Sampah Medis gerobak sampah
Medis Sampah tiap Sampah Incenerator urug Tanah
tiap hari
Ruangan
▪ Ditanami
terong
Sistem III
Bak
Tempat Sampah Diambil tiap hari Dibakar dalam Abu ditimbun
penampungan
Sampah Medis Medis oleh Petugas lubang galian dalam tanah
sampah
Sistem IV
Bak
Sampah B3 Tempat Sampah
Penampungan Dikirim ke BATAN
(Radioaktif) Medis Khusus
Kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana penanganan limbah cair untuk
skala kota dan sanitasi lingkungan ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya dan
Bidang Kebersihan dan Drainase. Bidang Cipta Karya Seksi Prasarana Permukiman dan Air
Bersih dalam hal ini adalah untuk penyediaan sarana dan prasarana jamban keluarga dan
mengelola program-program berkaitan dengan pembangunan jamban keluarga dan komunal
(Pamsimas,).
Gambar 3.4. Bagan SOTK DPU Kabupaten Klaten yang Menangani Air Limbah
Sedangkan yang menangani pengendalian pencemaran akibat limbah cair yang ditimbulkan oleh
kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga adalah Badan Lingkungan Hidup.
.
.Gb.3.6 Sistem Septik Tank
Gambar 3.7.
Sistem Cubluk/Jumbleng
b. Off Site
Saat ini di Kabupaten Klaten belum mempunyai sarana pengelolaan air limbah domestik secara
terpusat (Off site) karena belum ada memiliki jaringan perpipaan untuk limbah cair rumah tangga
skala kota/septitank komunal.
Tabel 3.18.
Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah (Domestik)
Pengolahan Daur Ulang
Penampungan Pengangkutan
Produk Induk User Interface Pengumpulan Akhir (Semi) Pembuangan
/Pengolahan Awal / Pengaliran
Terpusat Akhir
Truck Tangki
TINJA Leher Angsa 1. Septictank - Laut
Sedot WC
2. Leher Angsa
Non Septictank - Sungai
Pengolahan Daur Ulang
Penampungan Pengangkutan
Produk Induk User Interface Pengumpulan Akhir (Semi) Pembuangan
/Pengolahan Awal / Pengaliran
Terpusat Akhir
Cemplung Tidak Kedap Air -
BAB di pantai - Pantai/Laut
WC Umum 1. Septictank -
BAB di sungai - Sungai
BAB di tegalan - Laut/Sungai
BAB di kolam
ikan Kolam ikan
URINE WC Septictank
KM 1. Resapan
2. Saluran Air
WC/KM Umum 1. Septictank Badan Air
2. Saluran Air
Di Jalan/Di
Bawah pohon Badan Air
Selokan Badan Air
Lubang
Pembuangan 1. Resapan
LIMBAH KM KM Badan Air
2. Saluran Air
3. Halaman
LIMBAH Lubang
CUCIAN Pembuangan Air 1. Resapan Badan Air
2. Saluran Air
3. Halaman
Sumber: Lokalatih BPS Kab. Klaten, 2011
3.2.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair
Dalam penanganan limbah cair, khususnya limbah cair domestik yang berupa black water di
Kabupaten Klaten, masyarakat telah melakukan berbagai upaya, antara lain usaha sebagian
rumah tangga terutama di wilayah perkotaan untuk memiliki jamban keluarga dengan sistem
pengolahan yang benar. Kemudian adanya peran dari lembaga-lembaga tingkat desa seperti PKK,
Dasawisma, Kelompok Pengajian dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
Sedang untuk penanganan grey water kesadaran masyarakat baik di perkotaan maupun
perdesaan masih rendah. Sebagian besar masyarakat masih membuang limbah cair tersebut
kesaluran drainase lingkungan atau dibuang ke pekarangan rumah.
Di Kabupaten Klaten terdapat beberapa program nasional yang salah satu komponen kegiatannya
adalah penanganan limbah cair domestik. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah Kabupaten
Klaten melibatkan langsung masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui lembaga masyarakat
(OMS,BKM,POKMAS) dengan pendampingan dari Faskel dari masing-masing program. Beberapa
program pemberdayaan masyarakat tersebut sebagai berikut :
Tabel 3.19.
Program Penanganan Air Limbah Berbasis Masyarakat Tahun 2008
Komponen Kegiatan
No. Program Pokmas Tujuan Program (Kaitannya Dengan Air Peran Masyarakat
Limbah Domestik)
1. Pamsimas LKM - Meningkatkan jumlah warga - Perencanaan
- Pelatihan administrasi
BPS (Badan miskin yang dapat - Pelaksanaan
dan keuangan,
Pengelola mengakses perbaikan - Pendanaan
Pelatihan Teknik Sarana
Sarana Air pelayanan serta fasilitas air - Pemeliharaan
Minum) Air minum dan Sanitasi
minum dan sanitasi,
- Meningkatkan nilai dan - Konstruksi fisik SAM
perilaku hidup bersih (sarana air minum)
dan sehat (Hygiene) masyarakat dan sekolah
atau SS (sarana
sanitasi) umum
- Penyiapan dan
pelatihan Badan
Pengelola Sarana
- Pelatihan dan kegiatan
PHS di masyarakat dan
sekolah.
Sumber: Bappeda
3.2.6. Permasalahan
1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat di wilayah perdesaan untuk memiliki jamban pribadi
atau komunal. Untuk wilayah perdesaan kendala utama masyarakatnya adalah pada
kesadaran masyarakat dan kemampuan ekonomi untuk membangun jamban keluarga atau
komunal.
2. Banyak masyarakat yang masih membuang limbah cair domestik ( grey water dan black water)
ke dalam saluran drainase san sungai, sehingga mengakibatkan fungsi saluran yang tidak
optimal (karena endapan lebih cepat terbentuk).
3. Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan saluran air limbah domestik (SPAL) masih sangat
rendah.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menguras tangki septik mengindikasikan banyaknya
tangki septik yang tidak aman atau diduga cubluk, sehingga sangat berpotensi untuk
mencemari tanah dan badan air sekitarnya.
5. IPLT Kabupaten klaten yang berlokasi di Desa Jomboran sampai sekarang belum beroprasi
masksimal .
Gambar 3.9. Bagan SOTK DPU Kabupaten Klaten yang Menangani Persampahan
Tabel 3.20
Jumlah Rumah Tangga dan menurut Cara Pembuangan Sampah Tahun 2010
Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
1. Prambanan 9 - Tlogo
- Pasar Burung
- Pasar taji
- PT. Sari Husada
- Pasar Hewan
- Bugisan
- Belakang Toko WS
- SMP 1 Prambanan
2. Gantiwarno 3 - Pasar gantiwarno
- Pasar Panggl
- Pasar Menggah
3. Wedi 9 - Krangkungan Pandes
- Pasar wedi
- Desa Janggalan
- Perumahan Glodogan
- Rumah Sakit Jiwa
- TPS Pasung
- Pundung wedi
- Pasar Nggempol
- Desa Kali Tengah
4. Bayat 1 - Pasar Bayat
5. Cawas 4 - Depan SD Cawas
- Pasar Cawas
- Desa Bawak
- Pasar Mangi
6. Trucuk 3 - Desa jatipuro
- Pasar Babat 1
- Desa Jatipuro 2
7. Kalikotes 4 - Depan SD Cawas
- Pasar Cawas
- Desa Bawak
- Pasar Manggi
8. Kebonarum 1 - Desa Ngrundul
9. Jogonalan 4 - Desa Plawikan
- Desa Kraguman
- RB Sirap
10. Manisrenggo 1 - Pasar manisrenggo
11. Karangnongko 1 - Pasar puluhwatu
12 Ngawen 1 - Pasar Totogan
13. Ceper 16 - SLTP 1 Ceper
- Desa Ceper
- Dk. Krawingan Ceper
- Bulog Karangwuni
- Pasar Klepu
- Stasiun Ceper
Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
- Dk. Mondokan Ceper
- Dk. Ngeseng, Ceper
- PUSPETA
- RM. Bu Cip 1
- RM. Bu Cip 2
- RM Mayar
- Dk. Batur. Sidorejo, Ceper
- Jombor
- Jayan
- PT. Gugapat
14. Pedan 10 - SMEA
- Pasar Pedan
- Kauman / Gedangan
- Desa tambakboyo
- Koramil Pedan
- Kusuma Nanda Putra
- SMP III Pedan
- Desa Sobayan
- Desa Keden
- Pasar Temuwangi
15. Karangdowo 3 - Pasar karangdowo I
- Pasar karangdowo II
- Pasar karangdowo III
16. Juwiring 4 - Pasar Tanjung
- Pasar juwiring
- Pasar panjangan
- Puskemas Juwiring
17. Wonosari 1 - Pasar tegalgondo
18. Delanggu 6 - Depan SD Delanggu
- Stasiun Delanggu
- Desa gatak
- Desa Delanggu
- Lapangan Delanggu
- Pasar Delanggu
19. Polanharjo 1 - SMA polanharjo
20. Karanganom 4 - Pasar karangan Jurangjero
- Perumahan karanganom
- SMPN Karanganom
- Pasar Jeblog
21 Tulung 4 - Pasar Ngendo
- Pasar Nggringging
- Kios Depan PLN Tulung
- SMP cokro
22. Jatinom 3 - Desa Bonyokan
- Pasar Sapi
- Pasar Gabus
23. Kemalang 2 - Pasar Kembang
- Pasar Surowarno
24. Klaten Selatan 25 - Rumah Kota Baru
- Toko Kota Baru
Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
- Pasar Gayamprit
- Stadion
- Kel. Gayamprit 1
- Kel. Gayamprit 2
- Kel. Gayamprit 3
- Kel. Gayamprit 4
- PDAM
- RS. Suradji Tirtonegoro
- Dk/Ds. Tegalyoso
- Dk/Ds. Sumberrejo 1
- Dk/Ds. Sumberrejo 2
- Dk/Ds. Sumberrejo 3
- Dk/Ds. Sumberrejo 4
- Dk. Krapyak, Desa Merbung 1
- Dk. Krapyak, Desa Merbung 2
- Perumahan danguran
- Desa Danguran 1
- Desa Danguran 2
- SPK
- Metuk
- Pengkol 1
- Penkol 2
- Gudang Sumberrejo
25. Klaten Tengah 19 - Walet
- Vedensia
- Sungkur
- Mudal Tonggalan
- Pasar Srago
- Ngentak Gayamprit 1
- Ngentak Gayamprit 2
- DIPENDA
- ITOKOH Ciperendo
- Pengadilan Agama
- CV. Dadung
- RS. Caktra Husada
- PS. Gunung Gede
- Pasar Klaten 1
- Stasiun Klaten
- Miwon
- Kel. Buntalan
- Ngentak Kel. Mojayan 1
- Ngentak Kel. Mojayan 2
26. Klaten Utara 37 - GOR
- Perumda II
- Pasar Gergunung
- Desa Bramen
- PGA
- Dk Gergunung
- Jetak kidul, Karanganom 1
- Jetak kidul, Karanganom 2
- Jetak lor, Karanganom 1
- Jetak lor, Karanganom 2
- Griya Prima
BUKU PUTIH SANITASI III - 35
KABUPATEN KLATEN
Jumlah
No Kecamatan Lokasi
(Unit)
- Gading Timur/ Prapatan 1
- Gading Timur/ Prapatan 2
- Gading Timur/ Prapatan 3
- Gading Timur/ Prapatan 4
- RSI Klaten
- Perumahan RSI
- RM Mayar
- Kantor Perhubungan
- Mebel Mulyo
- Perumda Belangwetan 1
- Perumda Belangwetan 2
- Perumda Belangwetan 3
- Kampung Belangwetan 1
- Kampung Belangwetan 2
- Dk Plembon
- Pasar Plembon
- Dk. Cungkrungan
- UNWIDA
- Perumahan Klaten Kencana
- Gedung Pertemuan RSI
- Pengadilan Negeri
- PKL Depan RSI
- Mebel agung
- PT. BAT
- BKD
- Rs. Diponegoro
Sumber : DPU Kabupaten Klaten, 2009
3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi
Model penanganan sampah di Kabupaten Klaten tidak berbeda jauh dengan kota-kota lain di
Indonesia. Pengumpulan sampah dari sumbernya sampai dengan TPS dilakukan oleh warga
masyarakat, sedangkan pengangkutan dari TPS menuju TPA, penyapuan jalan dan pengumpulan
serta pengangkutan sampah dari fasilitas umum merupakan tanggung jawab DPU Bidang
Kebersihan dan Pertamanan. Gambar di bawah ini menunjukan diagram pengumpulan dan
pengangkutan sampah di Kabupaten Klaten.
Gambar 3.11.
Layanan Sitem Persampahan Di Kabupaten Klaten
Bahan baku utama yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kompos berasal dari sampah
pasar berupa sayuran dan buah-buahan yang telah busuk sampah rumah tangga biasanya berasal
dari transfer depo terdekat.
Sampah organik yang bersumber dari pasar maupun rumah tangga yang telah dipilah,
dikumpulkan dalam area/tempat pencacahan. Dalam area pencacahan, sampah sayur maupun
sampah buah-buahan dicacah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Walaupun telah memiliki
mesin pencacah mekanik, proses pencacahan tidak selalu menggunakan tenaga mekanik, tetapi
lebih sering dilakukan dengan tenaga manual manusia. Hal ini bertujuan untuk menghemat bahan
bakar solar yang dibutuhkan ketika harus menggunakan mesin pencacah mekanik. Alur dalam
proses komposting secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Produk Kompos Siap Jual Area Pengemasan Produk Kompos Area Pengayakan Kompos
a. TPS
TPS atau transfer depo atau tempat untuk menampung atau mengumpulkan sampah sementara
dari masyarakat dan dibuang ke TPA. Sampah yang ada di TPS sifatnya hanya sementara dan
harus segera diangkut untuk dibuang ke TPA karena jika terlambat akan menimbulkan
pencemaran lingkungan, disamping itu ada kegiatan unit daur ulang pupuk kompos dengan
menggunakan teknologi mesin pencacah sampah dan pengayaan kompos.
b. TPA
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) BIdang Kebersihan dan Pertamanan DPU Klaten
memiliki dua buah lokasi TPA yaitu :
1. TPA Jomboran Kecamatan Klaten Tengah dengan luas 17.100 m² dan status tanah milik
Pemda
2. TPA Joho Kecamatan Prambanan dengan luas 10.000 m² dan status tanah milik Pemda
digunakan untuk reklamasi TPA
c. TPSS
Jumlah Tempat Penampungan Sementara (TPSS) ada 192 buah dengan model Permanen
dan Container lokasi yang terlayani yaitu Klaten kota, Prambanan, Delanggu dan Pedan,
dimana pengambilan dan pengangkutan dilaksanakan sehari sekali dengan volume sampah
yang terangkut dari TPSS ke TPA 140 m³
3.3.5. Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah
Hingga sejauh ini peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan sampah di Kabupaten
Klaten sudah mulai. Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, antara lain :
1. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak
membuang sampah di sembarang tempat.
2. Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo /
kontainer, bak sampah yang telah disediakan.
3. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkungan
masing-masing.
4. Pembentukan kelompok masyarakat pengelola sampah menjadi kompos rumah tangga dan
komunal (3R) di kota Klaten (Tabel 3.20. Sarana Produksi Kompos Komunal Di Kabupaten
Klaten)
3.3.6. Permasalahan
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten adalah :
a. Antisipasi terhadap sampah perkotaan pada kota-kota kecamatan akan sangat berarti bagi pencegahan
terjadinya genangan akibat terganggunnya sistem drainase kewilayahan oleh sampah.
b. Sistem pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat (komposting), perlu digalakkan pada
kawasan permukiman. Sehingga sinergis dengan upaya pengendalian pelestarian lahan pertanian.
c. Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah perkapita meningkat).
d. Belum optimalnya manajemen persampahan.
Gambar IV.14
Kondisi Sungai sebagai Drainase Alam
Aspek Teknis
Pengembangan jaringan drainase ditinjau secara makro ke wilayah dan mikro pada
pemukiman padat atau perkotaan. Secara kewilayahan sistem drainase di Kabupaten Klaten
memanfaatkan sistem DAS Bengawan Solo, dengan arah buangan makro ke selatan dan tenggara.
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kabupaten Klaten antara lain : sungai Dengkeng, sungai
Mlese, sungai Simping, selain itu terdapat Kali Babadan, kali Gampar, kali Logede, kali Bagor, kali
Macanan, kali Bajung, kali Dandang, kali Ngrancah, kali Soko dan sungai-sungai kecil lainnya. Guna
memelihara kinerja sistem drainase wilayah, pemeliharaan fungsi sungai-sungai alamiah sebagai
saluran buangan perlu dipertahankan dan perlu adanya pemeliharaan dari saluran drainase yang ada
pada saat ini untuk mengurangi adanya bencara banjir yang melanda beberapa kawasan.
Kelestarian sungai dipelihara dengan mengembangkan penghijauan wilayah DAS dan sub
DAS, sistem pengolahan lahan pertanian yang baik dan pola pemanfaatan lahan yang seimbang dan
berwawasan lingkungan. Pada kawasan perkotaan, jaringan drainase dapat dikembangkan menyatu
dengan jaringan sanitasi (limbah cair rumah tangga). Jaringan drainase juga dapat memanfaatkan
jaringan irigasi yang melewati kawasan pemukiman. Untuk pengembangan sistem ganda ini, meski
kurang direkomendasikan, untuk beberapa lokasi permukiman yang bersifat transisi desa-desa masih
memungkinkan, karena minimnya dampak pencemaran lingkungan.
3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase lingkungan antara lain:
1. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.
2. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran drainase.
3.4.6 Permasalahan
Permasalahan dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Klaten yaitu:
Perawatan Saluran
Saluran yang tidak terawat mengakibatkan pendangkalan di beberapa ruas saluran drainase
sekunder di kota Klaten seperti pada satu ruas jalan Lingkar Selatan, dimana sebagian kedalaman
saluran telah ditutup oleh tanah sehingga efektifitas pelayanan limpasan air permukaan menjadi tidak
efektif. Selain itu tumbuhnya beberapa jenis vagetasi yang mengakibatkan tersumbatnya saluran
drainase sekunder. Dalam jangka panjang masalah ini dapat menjadikan hilangnya peran dan fungsi
saluran drainase terhadap lingkungan disekitarnya sehingga mengakibatkan munculnya beberapa
titik genangan air yang tidak tersalurkan ke dalam saluran drainase.
Beban Rumah Tangga
Sampah
Secara teknis, pembuangan sampah ke dalam saluran akan mengakibatkan penyempitan
pendangkalan dan tersumbatnya saluran sehingga kinerja saluran tidak akan optimal. Perangkat
regulasi yang kuat akan dapat menjadi salah satu alat pengendali masalah persampahan tersebut.
Penyempitan dan Penutupan Saluran
Penyempitan dan atau penutupan saluran menjadi masalah yang serius terkait dengan kegiatan
masyarakat di sekitarnya. Penggunaan lahan untuk permukiman seringkali mengorbankan
keberadaan saluran drainase sehingga seringkali masyarakat menutup atau mempersempit dimensi
saluran yang ada.
Sebagai contoh, permukiman padat yang ada di desa Sekarsuli sebagian salurannya telah ditutup
oleh beberap penduduk. Sedangkan di sekitar Arteri Jogja – Solo, yang sebenarnya memiliki lebar
saluran berkisar antara 1, 5 – 2 meter, setelah sampai di kecamatan Ceper mengalami penempitan
sehingga tinggal sekitar 50 cm. Hal yang sama terjadi di beberapa ruas jalan di lingkar Selatan Kota
Klaten.
Titik Kontinyu
tidak kontinyu adalah masalah terputusnya saluran drainase, sehingga di beberapa tiitk tidak
tersambung dengan ruas saluran sekunder lainnya. Hal ini mengakibatkan saluran sekunder tidak
mampu mengalirkan air ke dalam saluran primer dan sungai.
Fenomena Avfur
Avfur merupakan fenomena alam yang terjadi dalam proses aliran air yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan topografi. Avfur yang terjadi di Kota Klaten pada umumnya disebabkan
karena kurang efisiennya pelayanan jaringan drainase sehingga air akan mencari posisi yang lebih
rendah. Proses yang berjalan secara terus menerus ini kemudian akan menyebabkan munculnya
alur aliran air yang bersifat alami. Alur aliran air ini apabila tidak terkendali akan mengakibatkan
permasalahan perubahan pola aliran air. Kondisi avfur di Kota Klaten saat ini banyak yang melewati
tanah-tanah milik penduduk sehingga dalam penanganannya cukup menyulitkan. Karena kondisi
keberadaan avfur terhambat dengan keberadaan bangunan-bangunan baru karena dalam
perencanaan bangunan-bangunan tersebut tidak mempertimbangkan keberadaan avfur. Avfur-avfur
yang ada di kota Klaten sebagian besar bermuara pada avfur Gilang sebelum akhirnya masuk keli
Metuk. Beberapa avfur tersebut berada di wilayah Metuk (di sekitar Komplek Pemkab Klaten) dan
sebagian lainnya berada di Gayamprit yang kemudian masuk ke dalam kali Lunyu.
PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Kabupaten Klaten, yang memiliki
tugas untuk memberikan pelayanan air bersih ke masyarakat, meningkatkan kinerja perusahaan
serta berusaha memberikan kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah
Kabupaten Klaten.
Tabel IV.10
Mata Air yang Dikelola oleh PDAM Kabupaten Klaten
Tabel IV.11
Sumur Dalam yang Dikelola PDAM
Lokasi
NO D (m) (Q) lt/dt
Konsumen Sumur yang di ambil
a. Kota Klaten Ds. Gayamprit 100 15
Pamardi Karya (Boreng) 100 15
Jonggrangan 100 15
b. Prambanan Kebondalem Lor 90 – 100 10
Tas Kombang 90 – 100 10
c. Kemalang Kemalang 120 4
Sumber : RTRW 2005-2010
Keterangan :
D:
kedalaman
Q : debit
* : belum dikelola karena kandungan unsur Fe tinggi
BUKU PUTIH SANITASI III - 48
KABUPATEN KLATEN
Cakupan jumlah pelanggan PDAM per wilayah pelayanan sebagai berikut :
Tabel 3.26.
Wilayah Pelayanan dan Jumlah Pelanggan
PDAM Kabupaten Klaten mengelola air baku dengan proses produksi menggunakan sistem
pengolahan sederhana maupun lengkap. Distribusi dari produksi ke daerah pelayanan dengan
menggunakan sistem grafitasi dan perpompaan hingga air sampai ke konsumen.
Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Klaten sebagai unit usaha yang berkewajiban
menyediakan sarana akses air bersih di Kota Kediri dapat adalah sebagai berikut :
1. Sistem perpipaan (PDAM)
o Kebocoran yang terjadi masih cukup tinggi
o Cakupan pelayanan penduduk yang masih jauh dari target
o Kebutuhan per kapita/ hari masih kurang.
2. Sistem Non Perpipaan.
o Cakupan pelayanan penduduk yang masih jauh dari target
o Kebutuhan per kapita/ hari masih kurang
3. Sistem Perpipaan (Non PDAM)
o Kebocoran yang terjadi tidak terdeteksi
o Cakupan pelayanan penduduk yang masih jauh dari target
o Kebutuhan per kapita/ hari masih kurang
Gambar 3.18. Peta Jaringan Distribusi PDAM Kabupaten Klaten Tahun 2008
Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah rumah sakit, baik limbah cair
maupun limbah padat. Limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk
pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif
limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan
secara khusus.
Sumber timbulan sampah medis yang secara garis besar berasal dari unit Obstetrik, unit
Emergency, unit Laboratorium, kamar mayat, patologi dan otopsi, unit layanan medis, dsb. Jenis
limbah medis dapat berupa benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, sitotoksis, farmasi, kimia, dan
Tabel VI.1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Klaten Tahun 2008-2010
Dari tabel diatas terlihat bahwa APBD Kabupaten Klaten selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Sedangkan untuk komponen pembiayaan selalu mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan daerah untuk membiayai anggaran belanjanya menunjukkan kemampuan yang semakin
meningkat. Berikut digambarkan dalam Diagram VI.1.
Diagram VI.1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Klaten Tahun 2008-2010
1.200.000.000.000
1.000.000.000.000
800.000.000.000
600.000.000.000
400.000.000.000
200.000.000.000
0
Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Klaten tentang APBD, Tahun 2008-2010 yang diolah
Pembiayaan sanitasi baik melalui APBD Kota, APBD Provinsi, APBN maupun anggaran lain, untuk
pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi meliputi sub sektor yaitu adalah air limbah,
persampahan dan drainase lingkungan. Berdasarkan Perda Kabupaten Klaten Nomor : 22 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Klaten maka pembiayaan
untuk bidang sanitasi tersebar di SKPD sebagai berikut :
1. Bappeda
Alokasi Belanja Langsung Sanitasi di Bappeda Kabupaten Klaten tahun 2009-2011 mengalami
penurunan terutama pada tahun 2010 penurunanya cukup signifikan . Pada tahun 2011 kembali
mengalami kenaikan karena bentuk komitmen Bappeda Kabupaten Klaten dalam mengikuti
program PPSP mulai Tahun 2011. Proporsi belanja langsung sanitasi di Bappeda Klaten memang
relative kecil karena bukan untuk pendanaan kegiatan fisik.. Kegiatan yang dianggarkan adalah
berupa pendampingan untuk program PAMSIMAS dan operasional Pokja AMPL yang dibentuk
serta penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK)
Kabupaten Klaten.
Tabel 3.31.
Alokasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Bappeda Kabupaten Klaten Tahun 2009-
2011
Gambar 3.19.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi
Bappeda Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011
2. DPU
Anggaran untuk bidang sanitasi meliputi pembiayaan sub bidang persampahan, Kebersihan dan
Pertamanan. Jumlah dan proporsi belanja langsung sanitasi dalam kurun waktu 2009-2011 terus
mengalami kenaikan terkait adanya program pembangunan sarpras air bersih (DAK) dan
Pembangunan sarpras sanitasi berbasis masyarakat (DAK)
Tabel 3.32.
Realisasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi DPU Kabupaten Klaten Tahun
2009-2011
Gambar 3.20.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi
DPU Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011
3. Dinas Kesehatan
Anggaran Sanitasi di Dinas Kesehatan adalah untuk pembiayaan kegiatan Penyelengaraan
Penyehatan Lingkungan, Pengembangan Lingkungan Sehat dan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Kegiatan di Dinas Kesehatan lebih banyak dalam bentuk advokasi,
penyuluhan dan evaluasi. Realisasi Belanja Langsung Bidang Sanitasi dalam kurun waktu 2009 –
2011 paling tinggi adalah pada tahun 2010 kemudian jumlah alokasi Belanja langsung Sanitasi
paling rendah justru pada tahun 2011.
Tabel 3.33.
Alokasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
Tahun 2009-2011
Gambar 3.21.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011
Tabel 3.34.
Alokasi Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Badan LH Kabupaten Klaten
Tahun 2009-2011
Gambar 3.22.
Grafik Belanja Langsung Air Minum dan Sanitasi Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten Tahun 2009-2011