Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUGAS BESAR

MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES

Simulasi dan Pemodelan Reaktor Batch Non Adiabatis dengan Proses


Paralel, Reversibel, dan Endotermis pada Pembuatan Dietil Eter dari Proses
Dehidrasi Etanol dengan Bantuan Katalis SiO2 – Al2O3 Menggunakan
Program Scilab 5.5.2.

Oleh :

1. Dio Dwiki Saputra NIM.21030117130139


2. Fajar Fuadi NIM.21030117110002
3. Muhammad Izzul Aufa Zia'ul Haque NIM.21030117120070
4. Yura Amalia Diamantini NIM.21030117140010

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri kimia merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi


Indonesia. Peran industri kimia secara dinamis memberi dampak positif
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia mendorong sarjana
teknik kimia untuk terus berkembang dalam bidang pemrosesan bahan baku
menjadi produk dengan nilai guna yang lebih tinggi. Dalam industri kimia,
reaktor merupakan unsur penting dalam unit proses. Reaktor merupakan
suatu bejana tempat terjadinya reaksi kimia sehingga terjadi perubahan bahan
baku menjadi produk. Berdasarkan jenis prosesnya reaktor ada 3 jenis yaitu
reaktor kontinyu, reaktor batch, dan reaktor semi-batch sedangkan
berdasarkan bentuknya ada reaktor alir pipa dan reaktor alir tangki
berpengaduk (Levenspiel, 1999). Produk yang dihasilkan dari reaktor
biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu,
dalam perancangan reaktor perlu memperhatikan spesifikasi produk yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Perancangan reaktor ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh-pengaruh setiap kondisi operasi
terhadap kinetika reaksi untuk mencapai kondisi operasi yang optimal dan
konversi yang maksimal.
Reaktor batch adalah reaktor yang berkerja dengan fungsi waktu, pada
reaktor ini juga tidak ada input dan output yang terjadi selama proses.
Reaktor jenis ini memiliki pengaduk untuk mencampur reaktan dan dalam
prosesnya harus berurutan antara mengisi bahan baku, operasi, pengeluaran
produk, cleaning, dan conditioning untuk mengolah bahan baku berikutnya
(Budiman, 2017). Reaktor batch biasanya digunakan pada industri obat-
obatan, industri polimer dan industri produk yang memiliki banyak reaksi
samping. Keuntungan dalam menggunakan reaktor batch adalah
pengoperasian dan pengontrolan yang lebih mudah dengan harga yang relatif
murah. Reaktor batch dapat diaplikasikan pada proses pembuatan dietil eter
dari etanol karena penggunaannya yang sederhana dan dapat mencapai
konversi yang tinggi.
Dietil eter merupakan sebuah pelarut laboratorium yang umum dan
memiliki kelarutan terbatas di dalam air, sehingga sering digunakan untuk
ekstrasi cair-cair. Karena kurang rapat bila dibandingkan dengan air, lapisan
eter biasanya berada paling atas. Dalam industri salah satu anggota senyawa
eter ini mempunyai kegunaan yang sangat penting. Kegunaan dari dietil eter
yaitu sebagai bahan penunjang industri lain di antaranya sebagai pelarut
untuk minyak, lemak, getah, resin, mikroselulosa, parfum, alkaloid, dan
sebagian kecil dipakai dalam butadiena. Kegunaan lainnya yaitu sebagai
media ekstraksi untuk memisahkan asam asetat maupun asam organik. Dietil
eter juga banyak digunakan pada industri obat-obatan, selain itu dietil eter
juga digunakan sebagai pelarut untuk bahan yang mempunyai titik didih
rendah. Dalam produksinya, dietil eter tersedia dalam berbagai tingkatan
yaitu untuk bahan baku produk lain, pelarut, ataupun untuk obat bius
(Widayat, 2012).
Sebagai sarjana Teknik Kimia diharapkan mampu merancang dan
menentukan reaktor kimia yang akan digunakan dengan berdasarkan
ilmu teknik kimia yang melibatkan perhitungan model matematika
kompleks. Penyelesaian model matematika yang kompleks
membutuhkan metode numerik yang tidak lepas dari aplikasi
pemrograman komputer. Salah satu aplikasi pemrograman komputer yang
dapat digunakan adalah Scilab 5.2.2. Scilab merupakan perangkat lunak
yang hampir menyerupai Matlab yang dikembangkan untuk
menyelesaikanpermasalahan numerik yang kompleks dengan pendekatan
matriks (Sasongko, 2010). Scilab merupakan software perancangan tidak
berbayar dan sederhana sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan dalam
perancangan reaktor yang memungkinkan untuk menyelesaikan masalah
perhitungan, khususnya yang melibatkan matriks dan vektor dengan waktu
yang lebih cepat dan efisien.
1.2. Rumusan Masalah

Dietil eter dapat diperoleh dari etanol dengan proses dehidrasi dengan
menggunakan SiO2-Al2O3 sebagai katalisnya dengan kondisi operasi pada
suhu 250 oC dan tekanan 2,5 atm. Sementara itu, reaksi dehidrasi etanol
merupakan reaksi pararel, eksotermis, dan reversibel yang produknya berupa
etilen. Untuk merancang reaktor dengan berbagai spesifikasinya tersebut
diperlukan perhitungan neraca massa dan neraca energi yang dapat
disimulasikan dengan memanfaatkan program Scilab 5.5.2.

1.3. Tujuan

1. Dapat membuat program dan mensimulasikan reaksi pembuatan dietil


eter dari proses dehidrasi etanol dengan bantuan katalis SiO2 – Al2O3
menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatis yang bersifat
ekostermis dan reversibel dengan Scilab 5.5.2.
2. Mengetahui pengaruh waktu terhadap konversi produk yang dihasilkan
dari reaksi pembuatan dietil eter dari proses dehidrasi etanol dengan
bantuan katalis SiO2 – Al2O3 menggunakan reaktor batch pada kondisi
non adiabatis yang bersifat ekostermis dan reversibel dengan Scilab
5.5.2.
3. Mengetahui pengaruh waktu terhadap suhu reaktor pada reaksi
pembuatan dietil eter dari proses dehidrasi etanol dengan bantuan katalis
SiO2 – Al2O3 menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatics
yang bersifat ekostermis dan reversibel dengan Scilab 5.5.2.
4. Mengetahui pengaruh waktu terhadap jumlah mol zat pada reaksi
pembuatan dietil eter dari proses dehidrasi etanol dengan bantuan katalis
SiO2 – Al2O3 menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatis
yang bersifat ekostermis dan reversibel dengan Scilab 5.5.2.

1.4. Manfaat

Diharapkan mahasiswa mampu membuat program dan mensimulasikan,


mengetahui pengaruh waktu terhadap konversi produk yang dihasilkan,
mengetahui pengaruh waktu terhadap suhu reaktor, dan mengetahui pengaruh
waktu terhadap jumlah mol zat pada reaksi pembuatan dietil eter dari proses
dehidrasi etanol dengan bantuan katalis SiO2 – Al2O3 menggunakan reaktor
batch pada kondisi non adiabatis yang bersifat ekostermis dan reversibel
dengan Scilab 5.5.2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Jenis-Jenis Reaktor
Reaktor Kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik
dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti
reaktor skala industri. Reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja
reaktor, sehingga didapatkan hasil produk (output) yang besar
dibandingkan masukan (input) dengan biaya yang minimum, baik itu biaya
modal maupun operasi (Budiman, 2015).
Dalam pemilihan jenis reaktor, diperlukan analisis mengenai
spesifikasi bahan baku, proses, serta produk yang hendak dihasilkan.
Reaktor dapat dibedakan berdasarkan jenis operasi, fase reaksi, dan
geometrinya (arah aliran). Berdasarkan jenis operasinya, reaktor dibedakan
menjadi reaktor batch dan reaktor kontinyu. Berdasarkan fase reaksinya,
reaktor dibedakan menjadi homogen dan heterogen. Berdasarkan
geometrinya, dibedakan menjadi stirred tank reactor, tubular reactor,
packed bed reactor, dan fluidized bed reactor (Nanda and Pharm, 2008).
Adapun kriteria pemilihan reaktor (Eunike, 2012):
1. Mudah dalam pengambilan contoh maupun analisa produk.
2. Kemampuan reaktor untuk bekerja isothermal.
3. Tingkat efektifitas kontak antara reaktan dengan katalis.
4. Kemudahan penanganan katalis yang telah rusak.
5. Biaya operasi maupun kontruksi
Tujuan utama dalam memilih jenis reaktor adalah alasan ekonomis,
keselamatan, dan kesehatan kerja, serta pengaruhnya terhadap lingkungan.
Sedangkan, pemilihan jenis reaktor yang akan digunakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
b. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya
reaksi samping
c. Kapasitas produksi
d. Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya
e. Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan
yang cukup untuk perpindahan panas

(Budiman, 2015)
Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh fase zat pereaksi dan hasil
reaksi, tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, ada tidaknya reaksi
samping, kapasitas produksi, harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya,
serta kemampuan reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup
untuk perpindahan panas (Fogler, 2006).

Input Output
Reaktor

(akumulasi)

Gambar 2.1 Bagan Neraca Masssa Suatu Sistem


Gambar 2.1 menunjukan neraca massa suatu sistem. Tiga hal penting
dalam perhitungan neraca massa meliputi input, accumulation, dan output.
Input merupakan zat-zat pereaksi (reaktan) yang masuk sebagai umpan
yang kemudian akan bereaksi dan berakumulasi dalam reaktor. Kemudian
akan keluar menjadi produk (output). Pada reaktor yang berkerja secara
unsteady state, dalam reaksi tersebut terdapat akumulasi produk ( ≠ 0)
sedangkan pada reaktor yang beroperasi secara steady state akumulasi di
dalam reaktor adalah nol ( = 0) (Levenspiel, 1999). Jenis-jenis reaktor
adalah sebagai berikut:
1. Reaktor Batch

Reaktor batch, atau sering juga disebut sebagai reaktor tertutup


adalah suatu reactor di mana tidak aliran masuk maupun keluar
selama reaksi berlangsung. Reaktandimasukkan sekaligus pada saat
awal, kemudian hasil reaksi diambil setelah jangka waktu tertentu
(Fadhly, 2012).

Mekanisme dalam reaktor batch yaitu bahan baku atau reaktan


dimasukkan semua pada awal proses kedalam container, kemudian
dicampur merata dan dibiarkan bereaksi pada jangan waktu tertentu.
Setelah reaksi selesai, produk dikeluarkan. Proses yang terjadi
merupakan proses unsteady state atau tidak tetap dimana komposisi
berubah bergantung waktu, akan tetapi komposisi saat berada dalam
reaktor tetap konstan (Levenspiel, 1999).

Gambar 2.2 Reaktor Batch dengan Jaket Penukar Panas

(Caccavale dkk., 2011)

Pada reaktor batch, konsentrasi dari reaktan maupun produk


dapat diketahui dengan berdasarkan neraca massa. Neraca massa
reaktor batch adalah sebagai berikut:

[ ] [ ] [ ] * +
FA0 – FA – (-rA. V) =
Pada reaktor batch, tidak ada aliran A masuk maupun aliran A
keluar sistem sehingga nilai FA0 dan FA adalah 0

= 0 – 0 + (-rAV)

[ ( )]
=

Untuk densitas konstan,

∫ ∫ ∫

Untuk densitas berubah,

∫ ∫
( ) ( )

Neraca energi reakor batch:

( ) ( )( )

(Levenspiel, 1999)

Reaktor jenis ini sering kali digunakan untuk memperoleh


data-data kinetika reaksi yang nantinya dapat di-scale up pada skala
industri. Reaktor batch sering digunakan pada industri obat-obatan
karena dapat dengan mudah dioperasikan untuk memproduksi obat
yang berbeda-beda setiap harinya. Produk kimia lain yang juga
diproduksi menggunakan reaktor ini yaitu polimer, dan produk yang
memiliki banyak reaksi samping (Fogler, 2006).
Reaktor batch biasa digunakan pada kondisi operasi isothermal dan
volume konstan karena reaktor batch dapat mudah membantu
menginterpretasikan hasil reaksi. Reaktor ini relatif mudah dan
adaptable pada ukuran atau skala kapasitas laboratorium, serta hanya
perlu sedikit membutuhkan penyesuaian peralatan-peralatan
tambahannya (Levenspiel, 1999). Namun reaktor batch memiliki
keuntungan maupun kerugian, yaitu sebagai berikut:
Keuntungan reaktor batch:
 Lebih murah dibanding reaktor alir

 Lebih mudah pengoperasiannya

 Lebih mudah dikontrol
Kerugian reaktor batch
 Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi
kebocoran pada lubang pengaduk)

 Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,


pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan
reaktor, waktu reaksi)

 Biaya penanganan dan tenaga kerja tinggi dan seringkali
memerlukan waktu yang panjang pada saat shut down

 Kontrol kualitas dari produk rendah
(Fadhly, 2012)
2. Continous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Reaktor ini umumnya digunakan untuk reaksi fase cair, namun


dapat pula untuk tujuan eksperimental reaksi fase gas maupun reaksi
katalitis. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk
dalam tanki satu atau lebih dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini
digunakan untuk reaksi fase cair dan biasanya digunakan untuk reaksi
kimia organik.
CSTR memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Reaktor ini dilengkapi dengan pengaduk/impeller. Maka pada
reaktor ini diasumsikan pencampuran homogen. Sehingga tidak
ada variasi suhu, konsentrasi dan laju reaksi di dalam reaktor
b. Reaktor berbentuk tangki dengan aliran input dan output reaktor
dalam sistem tertutup
c. Densitas arus input berbeda dengan arus output sehingga laju alir
volumetriknya dapat berbeda
d. Reaktor dapat dilengkapi alat penukar panas untuk mengontrol
suhu
e. Arus output reaktor mempunyai komposisi dan sifat kimia yang
sama dengan yang di dalam reaktor
f. Reaktor dapat dioperasikan steady state maupun unsteady state
(Hakim, 2014)
Keuntungan dari reaktor ini adalah kualitas produk yang bagus,
control yang otomatis dan tidak membutuhkan banyak tenaga
operator. Karakteristik dari reaktor ini adalah beroperasi pada kondisi
steady state dengan aliran reaktan dan produk secara kontinyu.
Reaktor CSTR dilengkapi leh pengaduk. Keberhasilan operasi suatu
proses pengolahan sering kali bergantung pada efektifnya pengadukan
dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran sebenarnya tidak sinonim satu sama lain. Pengadukan
(agitation) menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu
pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya
mempunyai semacam pola sirkulasi. Pencampuran (mixing) ialah
peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang
satu menyebar ke dalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedang
bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih
(Hakim, 2014).
Gambar 2.3 Reaktor Continuous Stirred Tank Reactor dengan

Neraca massa CSTR:


[input] – [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]

[akumulasi] = 0

FA0 – FA +(rA. V) = , dimana ( )

FA0 = CA0 υ0, maka volume reactor sebagai fungsi space time
untuk reaksi fasa cair dan densitas konstan v= υ0

Neraca energy CSTR:

( ) ( )( )

3. Plug Flow Reactor (PFR)

Plug flow reactor adalah suatu alat yang digunakan untuk


mereaksikan suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya
menjadi produk dengan cara mengalirkan fluida tersebut dalam pipa
secara berkelanjutan (continiuous). Biasanya reaktor ini dipakai untuk
mempelajari berbagai proses kimia yang penting seperti perubahan
senyawa kimia, reaksi termal dan lain-lain. dimana katalis diletakkan
pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan baku
seperti air melewati sela-sela pasir pada saringan. Umumnya reaktor
jenis ini terdiri dari pipa-pipa yang disusun paralel, dapat digunakan
untuk fase cair dan fase gas. Perbedaan jenis reaktor ini dengan CSTR
terletak pada karakteristik pengadukannya (Siagian, 2014). Secara
umum, karakteristik reaktor plug flow yaitu:
 Aliran berada dalam pipa, arus input dan output belum tentu
mempunyai laju alir yang sama.
 Reaktor berada dalam sistem tertutup
 Massa dalam reaktor belum tentu tetap
 Tidak ada pengadukan dalam arah axial (arah aliran), hanya
ada dalam arah radial, sehingga sifat dan komposisi seragam
dalam arah ini

 Densitas, sifat dan komposisi bervariasi dalam arah axial (arah
aliran)
 Reaktor dapat apat dioperasikan steady state maupun unsteady
state
 Reaktor dapat dilengkapi dengan alat penukar panas

Gambar 2.4 Plug Flow Reactor


Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan
kecepatan yang sama diseluruh penampang pipa. Keuntungan
menggunakan PFR adalah reactor ini memberikan volume yang lebih
kecil daripada RATB, untuk konversi yang sama. Kerugian dari
penggunaan PFR adalah:
a. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
b. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
c. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot”
(bagian yang suhunya sangat tinggi) pada tempat
pemasukan
d. Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor.

(Siagian, 2014)

Neraca massa PFR. Saat kondisi steady state,

[ ]= 0
( )

Jika diambil pada diferensial volume (∆V), maka

[ ]=

atau

Dengan space time ( )

Jika reaksi berlangsung pada fase cair (v=0)


( )

Jika reaksi berlangsung pada fase gas

( )
(( )( )

Neraca energy PFR:

( ( ))

(Levenspiel, 1999)

2.1.2 Adiabatis dan Non-Adiabatis

Kondisi adiabatis adalah kondisi proses yang berlangsung tanpa


adanya pertukaran panas atau kalor antara sistem dan lingkungannya
(Q=0). Biasanya reaktor dengan kondisi adiabatis tidak menggunakan
alat penukar panas seperti jaket pemanas atau pendingin. Pada kondisi
adiabatis, temperatur akan naik dalam reaksi eksotermis dan turun
dalam reaksi endotermis. Kondisi Non Adiabatis merupakan kondisi
yang terjadi pada sistem yang terjadi pertukaran kalor antara sistem
dan lingkungan. Reaksi Non adiabatis adalah reaksi yang dijalankan
dalam suatu tempat dimana terdapat panas yang ditambahkan dari
pemanas atau terdapat panas yang dihilangkan ke pendingin. Menurut
Levenspiel (1999), jumlah panas yang hilang atau yang ditambahkan
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
( ) ( )( )
2.1.3 Eksotermis dan Endotermis
Reaksi endotermis adalah reaksi yang menyebabkan adanya
transfer kalor dari lingkungan ke sistem, sehingga reaksi ini disebut
reaksi yang menyerap panas. Reaksi endotermis ditandai dengan
adanya penurunan suhu sistem, dan mempunyai entalpi yang bernilai
positif (∆H > 0). Contoh reaksi endotermis antara lain yaitu reaksi
fotosintesis, cracking alkana, reaksi dekomposisi termal, dan reaksi
dehidrogenasi (Nanda, 2014).
Sedangkan reaksi eksotermis adalah reaksi yang melepaskan panas,
karena menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan.
Reaksi eksotermis selalu ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem
saat reaksi berlangsung, dengan nilai entalpi bertanda negatif (∆H < 0)
dikarenakan energi yang dilepaskan lebih besar daripada energi yang
digunakan untuk reaksi. Contoh reaksi eksotermis antara lain yaitu reaksi
pembakaran, reaksi netralisasi asam basa, reaksi korosi seperti
oksidasi logam, reaksi polimerisasi, dan reaksi respirasi (Nanda,
2014).
2.1.4 Arah Reaksi
1. Reaksi searah
Reaksi irreversible adalah reaksi yang berlangsung hanya satu
arah ke arah produk sehingga produk tidak dapat membentuk reaktan
kembali. Menurut Patiha dan Siswowiyoto dalam Welly (2012), suatu
reaksi bisa dikatakan irreversible apabila niliai konstanta
kesetimbangannya besar. Contoh reaksi irreversible yaitu reaksi
reduksi dinitrogen pentaoksida.
N2O5 → N2O4 + ½ O2
(Hill, 1937)
2. Reaksi Bolak-Balik (reversible)
Reaksi reversible adalah reaksi yang berlangsung dua arah, yaitu
ke arah produk dan ke arah reaktan sehingga produk hasil reaksi dapat
kembali membentuk reaktan. Menurut Welly (2012), suatu reaksi bisa
dikatakan reversible apabila laju reaksi maju sama dengan laju reaksi
balik sehingga nilai konstanta kesetimbangannya mendekati 1 (satu).
Contoh reaksi reversible yaitu reaksi antara asam sulfat dan dietil
sulfat.

H2SO4 + (C2H5)2SO4 ↔ 2C2H5SO4H

(Hill, 1937)

2.1.5 Molekularitas
Molekularitas adalah jumlah molekul spesi kimia yang terlibat
dalam sebuah reaksi, baik itu satu, dua, dan seterusnya. Molekularitas
hanya berlaku pada reaksi elementer. Molekularitas haruslah
merupakan sebuah bilangan bulat karena molekularitas akan
menunjukkan mekanisme dari reaksi elementer tersebut.
1. Reaksi unimolekular
Reaksi unimolekular hanya melibatkan satu molekul
reaktan yang bereaksi. Reaksi unimolekular bisa berupa
reaksi isomerisasi ataupun reaksi dekomposisi. Contoh
reaksi unimolekular adalah sebagai berikut.
Reaksi isomerisasi
C14H12 (isostilbene) → C14H12 (stilbene)
Reaksi dekomposisi
C6H5CC(C6H5)3 → 2(C6H5)3C
(Hill, 1937)
2. Reaksi bimolekular
Reaksi ini melibatkan dua molekul reaktan yang
bereaksi. Reaksi bimolekular dapat menghasilkan satu
produk maupun beberapa produk. Contoh reaksi
bimolekular yaitu reaksi asosiasi, reaksi pertukaran, dan
reaksi dekomposisi yang dilakukan oleh dua molekul
reaktan yang sama.
Reaksi asosiasi
H2 + C3H6 → C3H8
Reaksi pertukaran
NaAc + C6H5CH2Cl → C6H5CH2Ac + NaCl
Reaksi dekomposisi
2HI → H2 + I2
(Hill, 1937)

2.1.6 Reaksi Seri dan Paralel


1. Reaksi Seri
Reaksi seri terjadi apabila produk yang terbentuk oleh reaktan
bereaksi lebih lanjut membentuk produk lain. Contoh dari reaksi
seri yaitu reaksi lanjut dari produk asam askorbat (A) membentuk
produk lanjut furfural (F) dengan reaktan asam ketohidroksi (K).
Untuk lebih jelasnya ditunjukkan sebagai berikut.
K→A→F
(Hill, 1937)
2. Reaksi Paralel
Reaksi paralel terjadi apabila reaktan mengalami dua jalur
reaksi yang terjadi secara bersamaan membentuk produk yang
berbeda. Reaksi ini dapat terjadi secara reversible atau irreversible.
Contoh dari reaksi paralel adalah reaksi oksidasi asetaldehid
membentuk produk asam asetat dengan produk samping dari reaksi
sampingnya yaitu etanol. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan sebagai
berikut.
CH3CHO + ½ O2 → CH3COOH
CH3CHO + O2 → CH3OH + CO2
(Suprapto, 1999)

2.2 Studi Kasus


2.2.1 Deskripsi Proses
Dietil eter merupakan salah satu dari eter komersial yang
paling penting. Hal ini disebabkan dietil eter memiliki nilai
ekonomis yang sangat tinggi. Pada studi kasus yang hendak
diselesaikan, reaksi pembentukan diethyl ether dapat dilihat pada
reaksi dibawah ini:
Reaksi Utama
2C2H5OH(g) ⟷(C2H5)2O (g) + H2O(g)
Ethanol Diethyl Ether Air

Reaksi Samping

C2H5OH(g) ⟷ C2H4(g) + H2O(g)

Ethanol Etilen Air


Dapat ditentukan dari kedua reaksi diatas, bahwa reaksi
pembentukan dietil eter melalui proses dehidrasi etanol merupakan
reaksi paralel. Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive
reaction) yaitu dari reaktan yang sama dihasilkan produk yang
berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula.
Kondisi pembentukan diethyl ether dilakukan pada fase gas
dengan temperatur 250oC dan tekanan 2,5 atm dengan katalis yang
dipakai SiO2 - Al2O3. Kondisi operasi ini merupakan kondisi
optimal karena berdasarkan hasil penelitian konversi etanol
meningkat dengan peningkatan temperature pada rentang 250oC
(Widayat dkk, 2012)

2.2.2 Spesifikasi Bahan Baku


a. Bahan Baku (Ethanol)
 Wujud : Cair
 Berat molekul: 46.1 gr/mol
 Titik didih: 78°C
 Titik lebur: -114 °C
 Relative density (water = 1): 0.79
 Solubility in water: miscible
 Vapour pressure, kPa at 20°C: 5.8
 Relative vapour density (air = 1): 1.6
 Relative density of the vapour/air-mixture at 20°C (air = 1):
1.03
 Flash point: 12.0 °C c.c.
 Auto-ignition temperature: 400°C
 Explosive limits, vol% in air: 3.1-27.7
 Octanol/water partition coefficient as log Pow: -0.32
 Viscosity: 1.074 mPa*s at 20°C

(ICSC: 0044)
b. Produk Utama (Diethyl Ether)
 Wujud : Cair
 Formula: C4H10O / (C2H5)2O
 Berat molekul: 74.1 gr/mol
 Titik didih: 35°C
 Titik lebur: -116°C
 Relative density (water = 1): 0.7
 Solubility in water, g/100ml at 20°C: 6.9
 Vapour pressure, kPa at 20°C: 58.6
 Relative vapour density (air = 1): 2.6
 Relative density of the vapour/air-mixture at 20°C (air = 1):
1.9
 Flash point: -45°C c.c.
 Auto-ignition temperature: 160-180°C
 Explosive limits, vol% in air: 1.7-48
 Octanol/water partition coefficient as log Pow: 0.89

(ICSC: 0355)
c. Produk Samping (Etilen)
 Wujud : Gas
 Berat molekul: 28.0 gr/mol
 Titik didih: -104°C
 Titik lebur: -169.2°C
 Solubility in water: none
 Vapour pressure, kPa at 15°C: 8100
 Relative vapour density (air = 1): 0.98
 Flash point: Flammable gas
 Auto-ignition temperature: 490°C
 Explosive limits, vol% in air: 2.7-36.0
(ICSC: 0475)

2.2.3 Kondisi Operasi


Pada laporan ini akan dilakukan simulasi perancangan
pembentukan diethyl ether dari ethanol dengan menggunakan reaktor
batch pada kondisi non adiabatis. Reaksi pembentukan diethyl ether
dapat dilihat pada reaksi dibawah ini:
Reaksi Utama

2C2H5OH(g) ⟷(C2H5)2O (g) + H2O(g)


Ethanol Diethyl Ether Air

Pada reaksi tersebut dijelaskan bahwa reaksi pembentukan


diethyl ether merupakan reaksi reversible, sehingga pada hasil akhir
nanti akan didapatkan juga produk berupa ethanol yang keluar dari
reaktor akibat tidak terkonversi menjadi diethyl ether atau bereaksi
kembali menjadi ethanol. Namun ethanol tidak hanya membentuk
senyawa diethyl ether tetapi juga menghasilkan reaksi lain yaitu
Reaksi Samping

C2H5OH(g) ⟷ C2H4(g) + H2O(g)


Ethanol Etilen Air

Kondisi pembentukan diethyl ether dilakukan pada fase gas


denggan temperatur 250oC dan tekanan 2,5 atm dengan katalis yang
dipakai SiO2 - Al2O3 dan reaksi bersifat reversible. Konsentrasi
umpan etanol yang digunakan sebesar 500 mol / liter. Sehingga akan
dilakukan perancanngan reaktor sesuai dengan kondisi operasi agar
reaksi pembentukan diethyl ether dapat terjadi denggan bantuan
aplikasi Scilab 5.5.2 agar memudahkan perhitungan kompleks yang
ditemui dalam perancangan reaktor. Dengan aplikasi Scilab 5.5.2
nantinya akan digunakan untuk mengetahui hubungan waktu dengan
konsentrasi reaktan, konsentrasi produk serta konversi yang
didapatkan pada perancangan reaktor batch adiabatis pembentukan
diethyl ether tersebut.

2.2.4 Tinjauan Termodinamika


Pada perancangan reaktor proses pembentukan Etil Tert Butil
Eter, reaktor yang akan dirancang adalah reaktor batch dan non-
adiabatis sehingga diperlukan jaket reaktor sebagai alat penukar
panas. Reaksi ini bersifat eksotermis yang dapat dibuktikan dengan
perhitungan panas standar (∆Hf°) dan arahnya reversible, yang
dibuktikan dengan perhitungan berikut ini :

Tabel 2.1 Data panas pembentukan dan energi gibbs senyawa dalam
proses
Senyawa A B C D E ΔH°298 ΔG°298
(C2H5)2O 35,979 0,28444 -12,673x10-7 10,13x10-8 34,5.10-12 -252210 122340
-4 -7 -12
C2H5OH 27,091 0,1105 1,0957x10 -1,054x10 45,6.10 -23448 -168280
C2H4 32,083 -0,014831 -24,774x10-5 -23,766x10-8 68,27.10-12 52300 68460
H2O 33,933 -0,008418 29,906x10-6 -17,82x10-9 36,93.10-13 -241800 228600

(Yaws, 1999)
Reaksi utama :
C4H8 (l) + C2H5OH (l) C6H14O
Reaksi samping :
C4H8 (l) + H2O(l) C4H10O
 Perhitungan panas reaksi standar (∆Hr°)
ΔH tiap senyawa :

1. ∫
– ∫ (

) dT

2. ∫

– ∫ (
)dT

3. ∫

∫ (

)dT

4. ∫ (

)dT

ΔH Reaksi 1 (Reaksi Utama)


ΔHtotal = ΔHproduk – ΔHreaktan
= 2(-219333,11-234051,47) – (-216420,37)
= -20543,84 J/mol
ΔH Reaksi 2 (Reaksi Samping)
ΔHtotal = ΔHproduk – ΔHreaktan
= (64302,48-234051,47) – (-216420,37)
= 46671,38 J/mol
ΔH Reaksi reaksi rata-rata = (-20543,83 J/mol + 46671,38 J/mol)/2
= 13063,775 J/mol
Pembuatan dietil eter pada reaksi utama didapatkan nilai ∆H°f yaitu -
20543,84 J/mol sedangkan pada reaksi samping didapatkan nilai ∆H°f
sebesar 46671,38 J/mol. Sehingga didapatkan nilai ΔH Reaksi reaksi rata-
rata yaitu 13063,775 J/mol. Dapat disimpulkan bahwa proses berjalan secara
endotermis.
 Konstanta Keseimbangan Reaksi
Reaksi Utama : 2C2H5OH(g) ↔ (C2H5)2O (g) + H2O(g)

ΔGoreaksi = ΔGoproduk -ΔGoreaktan


= (ΔGodietil eter + ΔGoair) – (ΔGoethanol)
= (122340 + 228600) – 2(168280) J/mol
= 14380 J/mol
o
ΔG = -RT lnK
lnK = -ΔGo/RT

lnK = 0.003015
K = 3,01 x 10-3 3,01.10.3
Harga K pada suhu masuk reaktor yaitu 250°C (523K) adalah:

( )

( )

3,079

Karena harga konstanta kesetimbangan kurang dari 50 maka reaksi


berjalan bolak-balik (reversibel).
Reaksi Samping : C2H5OH(g) → C2H4(g) + H2O(g)

ΔGo = ΔGoproduk -ΔGoreaktan


= (ΔGo etilen + ΔGo air) – (ΔGo ethanol)
= (68.460 J/mol + 228600 J/mol)– (168280 J/mol)
= 128780 J/mol
ΔGo = -RT lnK
lnK = -ΔGo/RT

lnK = -51,97
K = 2,66 x 10-23
Harga K pada suhu masuk reaktor yaitu 250°C (523K) adalah:

( )

( )

Karena harga konstanta kesetimbangan sangat kecil maka reaksi


berjalan bolak-balik (reversibel)

2.2.5 Tinjauan Kinetika


Reaksi pembentukan dietil eter dengan proses dehidrasi ethanol
dilakukan pada suhu 250oC. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Reaksi utama:
k1
2C2H5OH(g) (C2H5)2O(g) + H2O(g)
k2
Ethanol Dietil eter Air

Reaksi samping:
C2H5OH(g) k3 C2H4(g) + H2O
Ethanol Etilen air

Dari segi kinetika kecepatan reaksi, produk dietil eter akan


bertambah besar dengan naiknya temperature, dan berarti juga akan
menambah jumlah
ethanol, karena reaksi bersifat reversible. Nilai konstanta kecepatan
reaksi (k) dapat dihitung berdasarkan persamaan Arrhenius:
Dalam hubungan ini:
k = konstanta kecepatan reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
E = faktor energi aktivasi
R = tetapan gas ideal
T = temperatur mutlak

Dari aspek kinetika, ada dua cara untuk memperbesar laju reaksi yaitu
dengan meningkatkan suhu atau menurunkan energi aktivasi. Hal ini
disebabkan konstanta kecepatan reaksi berbanding langsung dengan
suhu (T) dan berbanding terbalik dengan energi aktivasi (Ea).

Energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan agar suatu


reaksi dapat terjadi. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa dalam kasus ini,
reaksi dehidrasi mulai terjadi pada suhu 130-250oC (Wibowo, 2004).

Reaksi A (menit-1) Ea (J/mol)


Reaksi Utama 2,133 30869,1
Reaksi Samping 9,723 31287,8
(Widayat, 2012)
a. Menghitung Nilai k1
Diketahui:
A = 2,133
Ea = 30869,1
T = 523 K
Maka nilai k1 dapat dihitung sebagai berikut.

a. Menghitung Nilai k2
Diketahui:

Sehingga nilai k2 dapat dihitung sebagai berikut.


b. Menghitung Nilai k3
Diketahui:
A = 2,133
Ea = 30869,1
T = 523 K
Maka nilai k3 dapat dihitung sebagai berikut.

2.2.6 Kasus yang dirancang


Reaksi sintesis ini berjalan pada suhu 130-250°C dengan tekanan
2,5 atm. Pemilihan kondisi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
kondisi tersebut merupakan kondisi optimum untuk pembentukan dietil
eter dari reaksi dehidrasi etanol. Pembentukan dietil eter dengan proses
ini berlangsung pada suhu 250°C dan tekanan 2,5 atm dengan umpan
terdiri dari 95% etanol dan 5% air. Pada perancangan reaktor ini, reaktor
yang akan dirancang adalah reaktor batch, non-adiabatis dan endotermis
sehingga diperlukan jaket pemanas atau heater.

Anda mungkin juga menyukai