Anda di halaman 1dari 13

NAMA : Meitry citra maryati

NIM : 1720045
KELAS : D3-3A

PENGKAJIAN DAN MANAJEMEN

DIABETIC FOOT ULCER

A. DEFINISI
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer (Andyagreeni, 2009).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi
serius akibat Diabetes (Andyagreeni, 2010).
B. PENYEBAB
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi
menjadi faktor endogen dan ekstrogen.
a. Faktor endogen
1) Genetik, metabolik
2) Angiopati diabetik
3) Neuropati diabetik
b. Faktor ekstrogen
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah
angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang
atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu
yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi
pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut
akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika
sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh. Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya
aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh
terhadap penyembuhan Ulkus Diabetikum. (Brunner dan Suddarth, 2002)
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas
sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan
tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia
yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan
adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya
trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area
kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka
abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan
kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space
infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000).
D. MANIFESTASI KLINIS
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu : Pain (nyeri), Paleness (kepucatan),
Paresthesia (kesemutan), Pulselessness (denyut nadi hilang), Paralysis (lumpuh).
Menurut Smeltzer dan Bare (2000), bila terjadi sumbatan kronik, akan
timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine :
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), klasifikasi gangren kaki diabetik
dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu:
a. Derajat 0          : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III  : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, sehingga
kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe
Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 )
2) Palpasi
Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal, Klusi arteri dingin,pulsasi ( – ),
Ulkus : kalus tebal dan keras
b. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle
brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik betis
dengan tekanan sistolik lengan.
c. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis
d. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Medis
Penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi :
1) Obat hiperglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
a) Pemicu sekresi insulin
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
c) Penghambat glukoneogenesis
d) Penghambat glukosidase alfa
2) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
c) Ketoasidosis diabetik
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
3) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.
b. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus
antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan
terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar
glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari
terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus
Diabetik :
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan
semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar
glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
2) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
3) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal
4) Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam
hari.
5) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan
mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
6) Kontrol Nutrisi dan Metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh
dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan
pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan
selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein
20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat
mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan
pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol
gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi,
kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik
harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
7) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi
weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang
tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit
dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari.
Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri,
sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan
bakteri masuk pada tempat luka.
8) Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut :
1) Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
2) Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor
SOAL :
1. Masalah-masalah apa saja yang sering terjadi pada kaki Diabetik?
2. Bagaimana deteksi/skrining/pemeriksaan Kaki Diabetik?
3. Bagaimana perawatan Kaki Diabetik?
4. Bagaimana senam Kaki Diabetik?
5. Bagaimana mencuci luka pada DFU (Diabetik Food Ulcer)?
6. Bagaimana debridement pada DFU?
7. Bagaimana pemilihan dressing pada DFU yang tepat?

JAWABAN :
1. Masalah-masalah yang sering terjadi pada Kaki Diabetik
a. Neuropati Diabetik
Neuropati Diabetik merupakan komplikasi diabetes yang ditandai
dengan gangguan saraf pada kaki. Gejala yang paling sering terjadi
adalah rasa baal pada kaki. Selain baal, neuropati diabetik juga bisa
menimbulkan gejala nyeri seperti disayat pisau, sensasi seperti terbakar,
atau kesemutan.
b. Ulkus Diabetik
Luka terbuka pada daerah telapak kaki merupakan gejala khas dari
ulkus diabetik. Ulkus tersebut terjadi karena berbagai perubahan pada
saraf, kulit, dan pembuluh darah yang terjadi pada diabetes yang tidak
terkontrol.
c. Penyakit Vaskuler Perifer
Secara jangka panjang, gula darah yang tinggi pada diabetes akan
memengaruhi pembuluh darah arteri. Lemak akan menempel di
pembuluh darah tersebut, sehingga pembuluh darah menyempit dan
aliran darah menjadi tidak lancarPenyakit vaskuler perifer ditandai
dengan rasa nyeri pada daerah lengan atau tungkai.
d. Gangren
Gangren ditandai dengan adanya bagian tubuh yang jaringannya mati
karena tidak mendapat aliran darah yang cukup. Sering kali, gangren
dan ulkus diabetik terjadi bersamaan pada penderita diabetes. Untuk
menanganinya, dibutuhkan operasi untuk mengangkat semua jaringan
mati. Pada kasus yang berat, terkadang amputasi juga harus dilakukan.
e. Cantengan
Cantengan (ingrown toenails) merupakan salah satu masalah kuku yang
sering terjadi pada diabetesi. Jika mengalami cantengan, diabetesi tidak
boleh memotong dan merawat kukunya sendiri, melainkan harus
berkonsultasi dengan tenaga medis yang memiliki kompetensi khusus
untuk perawatan kaki. Sebab, jika terjadi luka kecil saja akibat
cantengan, komplikasi pada kaki bisa terjadi.
2. Deteksi dini patologi kaki, khususnya pada pasien dengan risiko tinggi,
membantu untuk menentukan intervensi awal dan mengurangi potensi
perawatan dirumah sakit atau amputasi. Diagnosis DFU diawali dengan
anamnesis secara rinci meliputi riwayat ulkus sebelumnya, riwayat
amputasi, riwayat trauma, dan anamnesis mengenai penyakit yang
mendasarinya yaitu diabetes. Hal lainnya yang penting adalah riwayat
merokok dan sindrom metabolik lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik meliputi vascular assessment, neurological and
musculoskeletal assessment, dan infection assessment
1) Vascular Assessment
a. Ankle-Brachial Index (ABI)
b. Segmental Pressure Pulse Volume (SPPV)
c. Skin Perfusion Pressure (SPP)
d. Transcutaneous Oxygen Tension (TcPO2)
e. Ultrasonography Doppler dan Laser Doppler Velocimetry
f. Vascular Imaging
2) Neurological and Musculoskeletal Assessment
a. Tuning Fork (Garpu Tala)
b. Semmes Weinstein Monofilament (SWM)
c. Vibration Perception Threshold (PVT) Meter
3) Infection Assessment
a. Bone Scan dengan Technetium-99 Methylene Diphosphonate
(Tc-99 MDP)
b. Computed Tomography Scanning (CT Scan)
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
3. Perawatan kaki DM merupakan perawatan kaki yang dilakukan pada
penderita diabetes untuk mencegah terjadinya ulkus (luka). Tahapan
perawatan kaki yaitu dengan memeriksa kondisi kaki setiap hari. Apakah
terdapat kemerahan, bengkak, lecet dan nyeri. Adanya gangguan saraf
perasa pada penderita DM mengakibatkan pasien tidak sensitif merasakan
luka kecil di kaki, dapat juga tiba-tiba muncul kapalan, bisul atau luka
bernanah. Sebelum memakai alas kaki, lihat dahulu apakah alas kaki
aman, tidak terdapat kerikil atau batu. Jika kesulitan melihat telapak kaki
bisa menggunakan cermin. Jika terdapat sesuatu yang tidak biasa pada
kaki segera periksakan ke dokter terdekat, apakah luka tersebut berpotensi
menjadi ulkus DM.
a. Mencuci Kaki
Perawatan ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada kaki, dilakukan
dengan cara mencuci kaki dengan sabun dan waslap. Jangan gunakan
air hangat atau air panas, apalagi merendam kaki lebih dari 3 menit, hal
ini malah akan menimbulkan maserasi. Hati-hati jika ingin menggosok
kaki, harus dengan sikat yang lembut, karena luka gores bisa memicu
terjadinya ulkus. Setelah kaki di cuci, lap dengan handuk hingga kering.
b. Perawatan Kuku
Kuku yang panjang dan tidak terawat dapat menjadi sarang kuman dan
tentu saja hal ini sangat berbahaya karena penderita DM memiliki
kekebalan tubuh yang menurun dibandingkan orang sehat. Saat
memotong kuku, panjang kuku tidak boleh melebihi panjang jari dan
jangan juga terlalu pendek. Jangan memotong bagian tepi kuku terlalu
dalam. Bila kuku keras, rendam kaki selama 2 menit, setelah itu baru
dipotong. Bila penglihatan kurang baik, minta orang lain untuk
memotong dan mengikir kuku secara rutin atau ke klinik perawatan
kaki (pedicure).
c. Perawatan Kulit
Dilakukan dengan cara memberi pelembab dua kali sehari pada bagian
kaki yang kering agar kulit tidak menjadi retak, kecuali di sela jari karena
akan menjadi sangat lembab dan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur.
d. Pemilihan Alas Kaki
Saat memilih sepatu sebaiknya tidak terlalu sempit dan longgar, pilih
sol dari bahan lembut. Sebelum menggunakan, cek sepatu dari benda
asing. Hati-hati menggunakan sandal jepit karena dapat menyebabkan
sela ibu jari dan jari telunjuk lecet. Gunakan kaus kaki dengan bahan
lembut, jahitan yang kasar akan menyebabkan tekanan dan lecet.
Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang menyerap keringat. Ganti
kaos kaki setiap hari.
4. Senam kaki DM adalah latihan yang dapat dilakukan oleh penderita
diabetes melitus dengan cara melakukan gerakan pada kaki untuk
melancarkan peredaran darah pada kaki dan mencegah terjadinya kelainan
bentuk pada kaki. Senam kaki DM berfungsi memperkuat otot-otot kaki
seperti otot betis dan otot paha serta dapat mengatasi keterbatasan gerak
sendi. Sebelum melakukan senam kaki, perhatikan keadaan kaki, apakah
ada luka pada telapak kaki, kenakan alas kaki yang sesuai, serta perhatikan
perawatan dan kebersihan kaki. Lakukan senam kaki sesuai indikasi serta
perhatikan juga kondisi dan kemampuan penderita DM.
Gerakan dalam melakukan Senam Kaki DM
Anjurkan pasien duduk tegak dikursi dengan kaki menyentuh lantai
dan tidak bersandar.
a. Latihan 1
Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti
cakar ayam sebanyak 10 kali
b. Latihan 2
Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak
kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai
dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan
bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi
sebanyak 10 kali.
c. Latihan 3
Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas
dan buat gerakan memutar ke arah samping dengan pergerakkan
pada pergelangan kaki, turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke
tengah. Dilakukan sebanyak 10 kali.
d. Latihan 4
Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki ke arah
samping, turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke tengah.
Dilakukan sebanyak 10 kali.
e. Latihan 5
Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari
kedepan turunkan kembali secara bergantian kiri dan kanan. Ulangi
sebanyak 10 kali.
f. Latihan 6  
Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan
kembali kelantai. Masing-masing sebanyak 10 kali.
g. Latihan 7
Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi latihan 6, namun gunakan
kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
h. Latihan 8
Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut.
Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang. Ulangi
sebanyak 10 kali.
i. Latihan 9
Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9
lakukan secara bergantian pada kaki kiri dan kanan.
j. Latihan 10
Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti
bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Robek
koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran. Sebagian
koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki
lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola. Cara
ini dilakukan hanya sekali saja.
5. Bagaimana mencuci luka pada DFU (diabetik food ulcer)????
1) Cuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air mengalir,
sebelum melakukan perawatan borok kaki diabetes.
2) Buka perban secara perlahan. Bila perban menempel di kulit, beri
cairan infus berisi larutan salin (NaCl 0,9%) untuk membasahi
perban, agar lebih mudah dilepas.
3) Gunakan sarung tangan sekali pakai selama membersihkan borok.
4) Bersihkan borok dengan kasa yang telah dibasahi oleh larutan
salin, dari tengah ke tepi borok. Jangan lakukan pembersihan
ulang dengan kasa yang sama.
5) Gunakan kasa kering baru untuk mengeringkan borok yang telah
dibersihkan.
6) Tutup borok dengan perban yang disarankan oleh dokter.
6. Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis,
callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm
dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran
faktor pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka. Metode
debridement yang sering dilakukan yaitu surgical (sharp), autolitik,
enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode surgical, autolitik dan
kimia hanya membuang jaringan nekrosis (debridement selektif),
sedangkan metode mekanis membuang jaringan nekrosis dan jaringan
hidup (debridement non selektif).
Surgical debridement merupakan standar baku pada ulkus diabetes
dan metode yang paling efisien, khususnya pada luka yang banyak
terdapat jaringan nekrosis atau terinfeksi. Pada kasus dimana infeksi telah
merusak fungsi kaki atau membahayakan jiwa pasien, amputasi diperlukan
untuk memungkinkan kontrol infeksi dan penutupan luka selanjutnya.
Debridement enzimatis menggunakan agen topikal yang akan
merusak jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti papain,
colagenase, fibrinolisin-Dnase, papainurea, streptokinase, streptodornase
dan tripsin. Agen topikal diberikan pada luka sehari sekali, kemudian
dibungkus dengan balutan tertutup. Penggunaan agen topikal tersebut
tidak memberikan keuntungan tambahan dibanding dengan perawatan
terapi standar. Oleh karena itu, penggunaannya terbatas dan secara umum
diindikasikan untuk memperlambat ulserasi dekubitus pada kaki dan pada
luka dengan perfusi arteri terbatas.
Debridement mekanis mengurangi dan membuang jaringan
nekrotik pada dasar luka. Teknik debridement mekanis yang sederhana
adalah pada aplikasi kasa basah-kering (wet-to-dry saline gauze). Setelah
kain kasa basah dilekatkan pada dasar luka dan dibiarkan sampai
mengering, debris nekrotik menempel pada kasa dan secara mekanis akan
terkelupas dari dasar luka ketika kasa dilepaskan.
7. Bagaimana pemilihan dressing pada DFU yang tepat????
1) Tutup luka dg calcium alginate (kaltostat) & hidrofiber ( aquacel &
aquael ag) (jika eksudates banyak)
2) calcium alginate (kaltostat rope) & hidrofiber (aquael rope , aquacel ag
rope) dapat dimasukkan dalam rongga luka (undermining, sinus tract).

Anda mungkin juga menyukai