Anda di halaman 1dari 6

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

 Karakteristik Utama Pembelajaran Berbasis Proyek:


1. Isi  memuat gagasan yang original
2. Kondisi  mengutamakan otonomi pebelajar
3. Aktivitas  investigasi kelompok kolaboratif
4. Hasil  produk nyata
 Pelaksanaannya dalam Proses Pembelajaran:
1. dilakukan secara kolaboratif dan inovatif,
2. unik
3. fokus pada pemecahan masalah

APA ITU PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK?


1) Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Melalui
pembelajaran berbasis proyek, proses dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai materi dalam
kurikulum.
2) Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang
sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya serta
melakukan eksperimen secara kolaboratif.

APA KARAKTERISTIK PROJECT-BASED LEARNING?


1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan
4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk:
a. memecahkan permasalahan,
b. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
c. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan,
d. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
e. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.

© I Wayan S. Warpala (Pascasarjana Undiksha)


2

Hambatan dalam proses implementasi model Project Based Learning


Dalam prosesnya, adapun beberapa hambatan dalam proses implementasi
model project based learning (pembelajaran berbasis proyek) antara lain sebagai
berikut:
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena
menambah biaya untuk memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana
instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi
yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai
teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah.

BAGAIMANA MENGATASI HAMBATAN/KELEMAHAN DI ATAS?

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
MENETAPKAN TEMA PROYEK
MENETAPKAN KONTEKS BELAJAR
MERENCANAKAN AKTIVITAS
MEMPROSES AKTIVITAS
MENERAPKAN AKTIVITAS UNTUK PENYELESAIAN PROYEK

1. PENENTUAN 2. MENDESAIN
PERTANYAAN PERENCANAAN
DASAR PROYEK

6. 3.
EVALUASI MENYUSUN
PENGALAMAN JADWAL

5. 4.
MENGUJI MEMONITORIN
HASIL G PESERTA
DIDIK

Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:


3

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential


Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik
yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project).


Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas
yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta  mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)


Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1)
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara
yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang
tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk
membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the


Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang  penting.

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)


Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang
sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)


Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya
4

selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan


diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran,
sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

SISTEM PENILAIAN
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Kemampuan pengelolaan: Kemampuan peserta didik dalam memilih
topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.
2. Relevansi: Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dalam pembelajaran.
3. Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data,
dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/
instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Keunggulan Mengimplementasikan Model Project Based Learning


Dengan segala proses yang dilaksanakan dalam mengimplementasikan
model Pembelajaran berbasis proyek, tentu pengajar dan peserta didik akan
mengalami hambatan-hambatan yang bersifat signifikan. Di luar dari hambatan
tersebut, adapun keunggulan yang di peroleh dari mengimplementasikan model
pembelajaran berbasisi proyek tersebut antara lain:
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
5

e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan


keterampilan komunikasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Proyek dan Investigasi. Dalam kurikulum yang berorientasi pada keterampilan,


penggunaan proyek-proyek jangka panjang untuk pembelajaran dan evaluasi
mengenai pertumbuhan hal-hal yang bersifat ilmiah sangatlah terbatas.
Kebanyakan siswa (di sekolah-sekolah) hanya diminta mengerjakan atau
menyelesaikan proyek untuk kepentingan pameran tahunan di bidang sains.
Proyek tersebut biasanya dikerjakan dengan menggunakan metode ilmiah yang
sangat formal dan dengan prosedur yang konvergen. Siswa mengikuti langkah-
langkah yang sama, sehingga menghasilkan sesuatu yang sama. Tipe proyek
seperti ini sudah saatnya diganti dengan proyek berjangka panjang.
Proyek-proyek jangka panjang dapat diberikan secara individu atau
berupa proyek yang dikerjakan secara berkelompok, melalui strategi
pembelajaran kooperatif. Proyek-proyek semacam ini sebaiknya bukan
merupakan tugas-tugas pendek, tetapi berupa tugas-tugas berkelanjutan yang
melibatkan banyak variasi konsep, keterampilan proses dasar dan terpadu,
identifikasi masalah, dan teknik-teknik solusinya. Dalam kurikulum yang
berorientasi pada keterampilan proses terpadu dan konsep tingkat tinggi, proyek
yang penuh arti (meaningful project) memainkan peran yang signifikan dan
integral bagi semua siswa. Tugas-tugas proyek jangka panjang membutuhkan
waktu 2 – 3 minggu, bahkan proyek yang bersifat substansial memerlukan waktu
1 – 2 bulan. Meskipun demikian, waktu ideal untuk mengerjakan suatu proyek
adalah 4 – 5 minggu, melalui kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 2 –
4 siswa.
6

Proyek merupakan sebuah metode yang cukup baik untuk melibatkan


siswa dalam pemecahan masalah jangka panjang. Kondisi ini bersifat sangat
ilmiah, tetapi juga berhubungan dengan dunia kehidupan nyata siswa dan disiplin
ilmu yang lain. Melalui tugas-tugas proyek siswa juga terlibat dengan situasi yang
memungkinkan mereka mendapatkan beragam hasil, bahkan mungkin sebuah
maslah yang harus dipecahkan kembali. Sebagai contoh, dalam sebuah kerja
proyek kelompok kerja siswa dihadapkan kepada situasi dengan masalah baru
yang menuntun mereka untuk merumuskan sebuah pertanyaan atau hipotesis
yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Proyek juga memberikan peluang
bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide ilmiah menggunakan materi fisik atau
teknologi baru, seperti komputer, kalkulator, dan sebagainya.
Dalam hubungannya dengan pemecahan masalah, proyek dapat
digunakan oleh siswa sebagai sarana untuk melakukan eksplorasi, belajar, dan
berpikir mengenai ide-ide yang akan mengembangkan pemahaman mereka
dalam berbagai area dari konten kurikulum sains. Intinya bahwa siswa belajar
tentang berbagai hubungan sains dengan dunia nyata.

Bagaimana mengevaluasi proyek dan investigasi?


Prosedur evaluasi untuk proyek dan investigasi yang dikerjakan oleh
siswa dapat dilakukan dengan penilaian secara holistik dan analitis. Untuk
penilaian holistik, tugas-tugas proyek dan investigasi yang telah dilakukan
dievaluasi secara keseluruhan, dengan hanya menetapkan beberapa kategori (3-
5 kategori) untuk menentukan rentang kinerja siswa. Sedangkan penilaian secara
analitis dilakukan dengan memecah kerja proyek yang dilakukan menjadi
beberapa komponen yang agak detail. Selanjutnya, setiap komponen diberikan
bobot (nilai poin) dengan jumlah point untuk keseluruhan komponen sama
dengan 100 poin. Sebagai gambaran kasar, dibawah ini diberikan contoh
penilaian analitis sebuah proyek.

EVALUASI PROYEK
Komponen Nilai Poin
Deskripsi masalah 15
Metode penelitian 20
Tahapan proyek atau rekaman kerja 10
Data pendukung 20
Kesimpulan 15
Laporan proyek 20
Jumlah 100

Anda mungkin juga menyukai