Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nirwana Seftiani Pinem

NPM : F1D017014
Autism
A. Pengertian
Autism Spectrum Disorder atau autisme adalah kelainan neurologis dan perkembangan
yang dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan seumur hidup. Autisme dapat mempengaruhi
anak dalam interaksi sosial, berkomunikasi secara verbal dan non verbal, serta perilaku.
Pada anak penyandang autisme, wilayah otak yang disebut frontal cortex yang terdiri
atas prefrontal cortex tidak dapat berfungsi secara sempurna. Frontal cortex memiliki bagian
prefrontal cortex yang merupakan pusat kognitif. Bagian ini memiliki fungsi eksekutif terkait
emosi yang ditampilkan. Bagian ini juga berperan dalam penilaian, kretivitas, dan berbicara.
Sedangkan bagian lobus temporal pada otak menjalankan fungsi  mendengar, penguasaan
bahasa, dan interprestasi suara.

B. Penyebab
1. Faktor genetis atau keturunan.
Gen menjadi faktor kuat yang menyebabkan anak autis.  Jika dalam satu keluarga
memiliki riwayat menderita autis, maka keturunan selanjutnya memiliki peluang besar untuk
menderita autis.  Hal ini disebabkan karena terjadi gangguan gen yang memengaruhi
perkembangan, pertumbuhan dan pembentukan sel-sel otak.  Kondisi genetis pemicu autis ini
bisa disebabkan karena usia ibu saat mengandung sudah tua atau usia ayah yang sudah tua.
Diketahui bahwa sperma laki-laki berusia tua cenderung mudah bermutasi dan memicu
timbulnya autisme.  Selain itu, ibu yang mengidap diabetes juga ditengarai sebagai pemicu
autisme pada bayi.
 
2. Faktor kandungan (pranatal).
Kondisi kandungan juga dapat menyebabkan gejala autisme.  Pemicu autisme dalam
kandungan dapat disebabkan oleh virus yang menyerang pada trimester pertama, yaitu virus
syndroma rubella.  Selain itu, kesehatan lingkungan juga memengaruhi kesehatan otak janin
dalam kandungan.  Polusi udara berdampak negatif pada perkembangan otak dan fisik janin
sehingga meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan risiko autis.  Bahkan, kondisi kandungan
ibu yang bermasalah (komplikasi kehamilan) hingga mengalami perdarahan juga menjadi
pemicu munculnya gejala autisme. Kondisi ini menyebabkan gangguan transportasi oksigen dan
nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan otak janin.  Bahkan, bayi lahir prematur dan berat
bayi kurang juga merupakan risiko terjadinya autisme.

3. Faktor kelahiran.
Bayi lahir dengan berat rendah, prematur, dan lama dalam kandungan (lebih dari 9 bulan)
berisiko mengidap autisme.  Selain itu, bayi yang mengalami gagal napas (hipoksa) saat lahir
juga berisiko mengalami autis.
 
4. Faktor lingkungan.
Bayi yang lahir sehat belum tentu tidak mengalami autisme.  Faktor lingkungan
(eksternal) juga bisa menyebabkan bayi menderita autisme, seperti lingkungan yang penuh
tekanan dan tidak bersih.  Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan bayi alergi melalui
ibu.  Karena itu, hindari paparan sumber alergi berupa asap rokok, debu atau makanan yang
menyebabkan alergi.
 
5. Faktor obat-obatan.
Obat-obatan untuk mengatasi rasa mual, muntah, ataupun penenang yang dikonsumsi ibu
hamil berisiko menyebabkan anak autis.  Karena itu, Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan jenis apa pun saat hamil.  Selain itu, paparan
obat-obatan opium (penghilang rasa nyeri) dapat mengganggu perkembangan saraf sehingga otak
pun tidak berkembang dengan baik.  Bahkan, paparan merkuri juga memicu timbulnya autisme
pada bayi.  Merkuri bisa berasal dari: saat Anda mengonsumsi ikan yang terkontaminasi merkuri,
penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri, bahan-bahan perawatan tubuh bayi yang
berkomposisi merkuri, dan sebagainya.
 
6. Faktor makanan. 
Zat kimia yang terkandung dalam makanan sangat berbahaya untuk kandungan.  Salah
satunya, pestisida yang terpapar pada sayuran,  Diketahui bahwa pestisida mengganggu fungsi
gen pada saraf pusat, menyebabkan anak autis.

C. Fungsi normal korteks prefrontal


1. Fungsi eksekutif
Korteks prefrontal terutama dikenal karena keberadaannya wilayah otak lebih terkait
dengan fungsi eksekutif. Mereka didefinisikan sebagai seperangkat keterampilan dan
kemampuan kognitif yang memungkinkan adaptasi terhadap lingkungan dan penyelesaian
masalah dari integrasi berbagai informasi dan prediksi serta perilaku berdasarkan pada mereka.
Dalam fungsi-fungsi ini kami menemukan kapasitas antisipasi, penetapan tujuan, dan
awal serta pemeliharaan tindakan, pengambilan keputusan dan penghambatan perilaku,
Perencanaan berdasarkan memori, kemampuan untuk memodifikasi strategi kami atau untuk
menguraikan konsep dan ide-ide abstrak.

2. Perhatian, memori dan kecerdasan


Fiksasi perhatian atau memori yang bekerja juga dimediasi oleh korteks prefrontal, serta
kapasitas kognitif dan adaptasi terhadap lingkungan. Ini tidak berarti bahwa itu adalah satu-
satunya bidang yang didedikasikan untuk tujuan ini, tetapi memiliki partisipasi yang sangat
tinggi.
3. Perilaku social
Fungsi utama prefrontal lainnya adalah kontrol perilaku sosial. Berdasarkan interaksi
kami dan pembelajaran yang diambil dari mereka dan dari informasi yang kami kumpulkan,
kami dapat melakukannya mengatur ekspresi dan perilaku kita, merasakan empati, membatasi
perilaku berdasarkan konsekuensi yang mungkin terjadi dan mempertimbangkan sudut pandang
lain yang asing bagi diri sendiri.

4. Motivasi
Menghubungkan emosi dan kognisi sehingga kita menetapkan rencana untuk melakukan
tindakan tertentu juga karena fungsi yang baik dari korteks prefrontal. Dengan demikian, kita
dapat memotivasi diri kita sendiri dan mengarahkan perilaku kita menuju pencapaian tujuan itu
menggoda kita.

5. Emosionalitas
Meskipun itu adalah sistem limbik yang paling berhubungan dengan bidang emosi,
wilayah prefrontal otak sangat penting baik ketika merasakan dan mengekspresikan emosi,
menerjemahkannya ke dalam reaksi fisiologis atau memungkinkan kontrol sadar Anda.

Anda mungkin juga menyukai