Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA NY. D DENGAN RESIKO BUNUH DIRI


DI RUANG MAWAR PANTI SOSIAL BINA LARAS SENTOSA 1
JAKARTA BARAT
TAHUN 2020

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :
DESI KUSUMANINGRUM, S.Kep
19.156.03.11.011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
2020

SURAT PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN


Surat yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Desi Kusumaningrum, S.Kep

NIM : 19.156.03.11.011

Program Studi : Profesi Ners

Judul Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. D dengan Resiko Bunuh

Diri di Ruang Mawar Panti Sosial Bina Laras Sentosa 1 Jakarta

Barat Tahun 2020

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain

yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bekasi, Januari 2020


Yang membuat pernyataan,

Desi Kusumaningrum, S.Kep


NIM. 19.156.03.11.011

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan bimbimngan-Nya yang telah diberikan kepada pnulis, baik berupa

kesehatan fisik dan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

Keperawatan jiwa pada Ny. D dengan Resiko Bunuh Diri di ruang Kenari Panti

Sosial Bina Laras Sentosa 1 Jakarta Barat.

Selama penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan, bantuan dan arahan yang sangat bermakna dari berbagai pihak, untuk itu

dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan

terima kasih kepada.

1. Safer Ompusunggu, SE selaku Ketua Yayasan STIKes Medistra Indonesia.

2. Vermona Marbun, MKM selaku BPH Yayasan STIKes Medistra Indonesia.

3. Linda K Telaumbanua, SST,M.Keb selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia.

4. Nurmah, SST, M.Kes selaku ketua I Bidang Akademik Stikes Medistra Indonesia.

5. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Adminstrasi STIKes Medistra

Indonesia.

6. Hainun Nisa, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STIKes

Medistra Indonesia.

7. Nurti Yunika K. Gea, S.Kep.,Ners selaku ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

& Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia dan Pembimbing Tugas

Akhir Stase Jiwa

8. Bapak / Ibu Dosen dan Staf STIKes Medistra Indonesia.


9. Kedua orangtua tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan

dalam bentuk moril maupun materil serta do`a dan semangat yang selalu menyertai

penulis dalam penulisan proposal ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan kelas profesi ners angkatan VII STIKes Medistra

Indonesia yang telah banyak memberikan kenangan, pengalaman, dan dukungan

yang luar biasa serta motivasi untuk menyelasikan studi hingga tugas akhir.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. Semoga

Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan setiap langkah-lanhkah kita menuju

kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Aamiin..

Bekasi, Januari 2020

Desi Kusumaningrum,S.Kep

BAB I
A. Latar Belakang

Sehat adalah keadaan dimana segala sesuatu berjalan dengan

normal sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Menurut World

Health Organization (WHO) yang dimaksud sehat merupakan keadaan

yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial. Di Indonesia yang

dimaksud dengan kondisi sehat sudah diatur dalam UU no. 36 tahun

2010 yang berbunyi sehat adalah suatu keadaan sehat, baik sehat mental,

fisik, spiritual maupun sosial dan ekonomis. Kesehatan bersifat

menyeluruh dan mengandung empat aspek yaitu kesehatan fisik, mental,

sosial dan ekonomi, jika salah satu dari ke empat aspek tersebut

mengalami gangguan maka kehidupan seseorang akan menjadi tidak

sehat.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indnesia DEPKES RI

(2012), gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global

bagi setiap negara tidak hanya di Indonesia saja. Gangguang jiwa yang

dimaksud tidak hanya gangguan jiwa psikotik/skizofrenia saja tetapi

kecemasan, depresi dan penggunaan Narkoba Psikotropika dan Zat

adiktif lainnya (NAPZA) juga menjadi masalah gangguan jiwa.

Gangguan jiwa terdiri dari berbagai masalah dengan gejala yang

berbeda, mereka umumnya ditandai oleh beberapa kombinasi dari

pikiran yang tidak normal, emosi, perilaku dan hubungan dengan orang

lain. Contoh gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi, retardasi mental


dan gangguan akibat penyalahgunaan narkoba sebagai isu yang perlu

mendapatkan perhatian dari dunia (WHO,2012). Salah satu Negara

tertinggi di dunia yang memiliki angka kejadian gangguan jiwa yang

relative tinggi adalah indonesia. Di Indonesia mengalami peningkatan

jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak diperkirakan prevelansi

gangguan jiwa berat dengan psikosis/skizofrenia di Indonesia pada tahun

2013 adalah 1.728 orang. Adapun proporsi rumah tangga yang pernah

memasung ART gangguan jiwa berat sebesar 1.655 rumah tangga dari

14,3% terbanyak tinggal di pedesaan, sedangkan yang tinggal

diperkotaan sebanyak 10,7%. Selain itu prevalansi gangguan mental

emosional pada penduduk umur lebih dari 15 tahun di indonesia secara

nasional adalah 6.0% (37.728 orang dari subjek yang dianalisis). Provinsi

dengan prevelensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi

Tengah (11,6%). Sedangkan yang terendah di Lampung (1,2%) (Riset

Kesehatan Dasar, 2013).

Berdasarkan laporan yang berasal dari rumah sakit dan

puskesmas Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014, jumlah penderita

gangguan jiwa naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013 menyebutkan,

pasien gangguan jiwa ringan hingga berat di Jawa Barat mencapai

465.975 orang naik signifikan dari 2012 sebesar 296.943 orang (Dinas

Kesehatan Jawa Barat, 2014).


Bunuh Diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan

oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya (Budi Anna Keliat,2010).

Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri ( Issacs,

2014). Perilaku bunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau

ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau

menyakiti diri sendiri ( Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010)

Menurut wawancara denga petugas Panti Sosial Bina Laras Sentosa 1

jakarta Barat, angka pasien yang mengalami gangguan jiwa dengan

Gangguan Stimulasi Sensorik: Halusinasi berjumlah 50 orang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan pengellaan kasus asuhan keperawatan yang dituangkan dalam

Tugas Akhir Keperawatan Jiwa yang berjudul : Asuhan Keperawatan

Jiwa Pada Ny. D Dengan Resiko Bunuh Diri di Ruang Mawar Panti

Sosial Bina Laras Sentosa 1 Jakarta Barat”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. D dengan Resik

Bunuh Diri di Ruang Mawar Panti Sosial Bina Laras Sentosa 1

Jakarta Barat

2. Tujuan Khusus

a. Memahami tentang konsep dasar resiko bunuh diri di ruang

Mawar Panti Sosial Bina Laras Sentosa 1 Jakarta Barat


b. Melakukan pengkajian pada Ny. D dengan resiko bunuh diri

Mawar Panti Sosial Bina Laras Sentosa 1 Jakarta Barat

c. Menentukan masalah keperawatan pada Ny. D denga resiko

bunuh diri di ruang Mawar Panti Sosial Bina Laras Sentosa 1

Jakarta Barat

d. Merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. D dengan resik

bunuh diri di ruang Mawar Panti Sosial Bina Laras Sentosa 1

Jakarta Barat

e. Mengimplementasikan rencana tindakan pada Ny. D dengan

resiko bunuh diri di ruang Mawar Panti Sosial Bina Laras

Sentosa 1 Jakarta Barat

f. Mengevaluasi tindakan yang diberikan pada Ny. D dengan

resiko bunuh diri di ruang Mawar Panti Sosial Bina Laras

Sentosa 1 Jakarta Barat

C. Manfaat Penulisan

1. Praktik Lapangan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan

dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya

penerapan asuhan keperawatan pada klien denga resiko bunuh diri

2. Institusi Pendidikan

Menjadikan sebagai bahan kepustakaan bagi institusi pada

penanganan kasus resiko bunuh diri.


3. Klien dan Keluarga

Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit seta

mengetahui Asuhan Keperawatan dengan resiko bunuh diri terutama

tentang cara penanganannya.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bunuh Diri

1. Definisi

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko

untuk menyakiti diri sendriri atau melakukan tindakan yang dapat

mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai

perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat

mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencangkup setiap

bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari

hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam

fitria, 2010).

2. Jenis- Jenis Bunuh Diri

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)

Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan

oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan

inidvidu itu seolah-olah tidak berkpribadian. Kegagalan integrasi dalam

keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan

untuk melakuakan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang

menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)

Indidvidu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung

untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok,

ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)

Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara

individu dan masyarakat, sehingga individu meninggalkan norma-norma

kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan.

Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya

karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-

kebutuhannya.

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien

untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan

klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang

perlu diperhatikan yaitu:

1) Isyarat bunuh diri

Isyarat bunuh diri ditunjukan dengan berperilaku secara tidak

langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “tolong jaga

anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “segala sesuatu akan

lebih baik tanpa saya”. Pada kondisi ini klien mungkin sudah emiliki
ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman

dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan

seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/ tidak berdaya. Klien juga

mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang

menggambarkan harga diri rendah.

2) Ancaman bunuh diri

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi

keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri

kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.

Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri. Walaupun

dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,

pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat

dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3) Percobaan bunuh diri

Percobaan buuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau

melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien

aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,

memotong urat nadi atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.

3. Tahap-tahap Resiko Bunuh Diri


a. Suicidal Ideation
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau
tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan menungkapkan idenya
apabila tidak di tekan.
b. Suicidal Intent
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri
c. Suicidal Threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
d. Suicidal Gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya, tetapi sudah oada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
e. Suicidal Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien mempunyai indikasi
individu yang ingin mati dan tidak mau diselamatkan. Misalnya, minum
ibat yang mematikan.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2010):

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.


2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang obat dosis mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic,
marah dan mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis danmenyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
mengalami kegagalan dalamkarier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

5. Faktor Predisposisi
a. Teori genetic
1. Genetik
Prilaku bunuh diri menurut shadock (2011) serta Varcarolis dan
Hitler (2010) merupakan sesuatu yang di turunkan dalam  keluarga
kembar monozigot memiliki reriko dalam melakukan bunuh diri
stuard  (2011).
2. Hubungan neurokimia
Nourotransmiter adalah zat kimia dalam otak dari sel ke saraf ,
peningkatan dan penurunan neuro transmiter mengakibatkan
perubahan pada prilaku. Neurotrasmiter yg yang di kaitkan dengan
prilaku bunuh diri adalah dopamine, neuroepineprin, asetilkolin, asam
amino dan gaba  (Stuard, 2011)
3. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90 % orang dewasa yg mengahiri hidupnya dengan
bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
4. Gangguan jiwa yang beriko menimbulkan individu untuk bunuh diri
adalah gangguan modd , penyalah gunaan zat , skizofrenia , dan
gangguan kecemasan (Stuard, 2013).
b.  Faktor psikologi
1. Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil dari bentuk penyerangan ataw
kemarahan terhaapp orang lain yang tidsk di trima dan di
mannifestasikan atau di tunjuksn pada diri sendiri  (Stuard dan
videbeck, 2011).
2. Ciri kepribadian
Keempat aspek kepribadian yg terkait dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah permusuhan, impulsive, depresi dan putus asa
(Stuard, 2013 ).
3. Teori psikodinamika
Menyatakan bahwa depresi kaarna kehilangan suatu yang di
cintai, rasa keputusasaan, kesepian dan kehilangan harga diri
(Shadock, 2011).
c. Faktor sosial budaya
1. Beberapa faktor yang mengarah kepada bunuh diri adalah kemisknan
dan ketikmampuan memenuhi kebutuhan dasar, pernikahan yang
hancur, keluarga dengan orang tua tunggal ( Towsend , 2010 ).
2. Faktor budaya yang di dalamnya adalah faktor spiritual, nilai yang di
anut oleh keluarga, pandangan terhadap perilaku yang menyebabkan
kematian berdampak pada angka kejadian bunuh diri (Keliat, 2010).
3. Kehilangan, kurangnya dukungan sosial dan peristiwa keidupan yang
negatif dan penyakit fisik kronis. Baru-baru ini perpisahan perceraian
dan penurunan dukungan sosial merupakan faktor penting
berhubungan dengan resiko bunuh diri.(Stuard, 2013).

6. Faktor Prepisitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusan.

7. Rentang Respon
Menurut Fitria (2012) mengemukakanrentang harapan-putus harapan
merupakan rentang adaptif-maladaptif:

Keterangan:
a. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau
pertahan diri secarawajar terhadap situasional yang membutuhkan
pertahan diri.
b. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap 
situasi yang seharusnyadapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara
optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang
kurang tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri.
d. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diriakibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
e. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang.
8. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Resiko Bunuh Diri Core Problem

Gangguan Stimulasi Sensorik : Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan
bunuh diri:
1) Resiko Bunuh Diri
2) Isolasi Sosial
3) Harga Diri Rendah
4) Perilaku Kekerasan
BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian

Klien mengatakan dibawa kerumah sakit jiwa karna dirinya pingsan dan

tangannya berdarah-darah, klien pindah ke panti dibawa dengan petugas rumah

sakit jiwa, klien mengatakan dirinya tinggal di cilacap desa pulan kecamatan

indramayu, disana dirinya tinggal bersama ibu dan bapaknya, klien mengatakan

tidak mau pulang dari panti karna sedih dan marah suaminya menikah lagi, klien

mengatakan jika pulang kerumah ada yang membisikan kepada dirinya untuk

membeset tangan dan lehernya memakai silet, klien mengatakan dirinya

mempunyai 1 anak perempuan berusia 2 tahun, anaknya dibawa suaminya pergi

ke rumah istri barunya, klien mengatakan dirinya tidak cantik dan tidak kaya

seperti istri baru suaminya. Klien mengatakan dirinya ditinggal suaminya karna

usaha sawah dikampungnya habis terjual karna hutang suaminya. Klien

mengatakan pernah diperkosa oleh 3 orang dijalan saat hilang dan pergi dari

rumahnya. Klien mengatakan dirinya mempunyai penyakit ayan atau epilepsi.

Klien mengatakan dirinya mempunyai teman panti dekat hanya 2 orang Ny. S

dan Ny. M, dirinya tidak mau berteman dengan yang lainnya karna menurut

dirinya perempuan yang ada dipanti tersebut wanita jahat perebut suami orang.

Klien mengatakan dirinya rajin ibadah di panti, berdoa supaya suara-suara yang

menyuruhnya untuk mati tersebut hilang. Klien juga mengatakan dirinya tidak
mau tinggal dirumah nya karna bapaknya galak dan jahat kepada dirinya

dikarenakan tidak menjadi anak yang nurut kepada kedua orang tua, bapaknya

membencinya karna dirinya menikah tanpa restu dari kedua orang tua nya, karna

menurut bapaknya suaminya bukan suami yang baik untuk dirinya. Klien

mengatakan semenjak ditinggal suaminya menikah lagi dan usaha sawahnya

habis, bapaknya sering marah dan memukuli kepala dan tangannya.

B. Pengkajian Keperawatan Jiwa

RUANGAN RAWAT : Mawar

TANGGAL DIRAWAT : 15 Januari 2019

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. D (L/P)

Tanggal pengkajian : Rabu/22 Januari 2020

Umur : 36 Tahun

RM. No. :-

Informan : Petugas…………………….

II. ALASAN MASUK

Klien mengatakan dibawa kerumah sakit jiwa karna dirinya pingsan

dan tangannya berdarah-darah, klien pindah ke panti dibawa dengan petugas

rumah sakit jiwa, klien mengatakan dirinya tinggal di cilacap desa pulan

kecamatan indramayu, disana dirinya tinggal bersama ibu dan bapaknya,

klien mengatakan tidak mau pulang dari panti karna sedih dan marah
suaminya menikah lagi, klien mengatakan jika pulang kerumah ada yang

membisikan kepada dirinya untuk membeset tangan dan lehernya memakai

silet, klien mengatakan dirinya mempunyai 1 anak perempuan berusia 2

tahun, anaknya dibawa suaminya pergi ke rumah istri barunya, klien

mengatakan dirinya tidak cantik dan tidak kaya seperti istri baru suaminya.

Klien mengatakan dirinya ditinggal suaminya karna usaha sawah

dikampungnya habis terjual karna hutang suaminya. Klien mengatakan

pernah diperkosa oleh 3 orang dijalan saat hilang dan pergi dari rumahnya.

Klien mengatakan dirinya mempunyai penyakit ayan atau epilepsi. Klien

mengatakan dirinya mempunyai teman panti dekat hanya 2 orang Ny. S dan

Ny. M, dirinya tidak mau berteman dengan yang lainnya karna menurut

dirinya perempuan yang ada dipanti tersebut wanita jahat perebut suami

orang. Klien mengatakan dirinya rajin ibadah di panti, berdoa supaya suara-

suara yang menyuruhnya untuk mati tersebut hilang. Klien juga mengatakan

dirinya tidak mau tinggal dirumah nya karna bapaknya galak dan jahat

kepada dirinya dikarenakan tidak menjadi anak yang nurut kepada kedua

orang tua, bapaknya membencinya karna dirinya menikah tanpa restu dari

kedua orang tua nya, karna menurut bapaknya suaminya bukan suami yang

baik untuk dirinya. Klien mengatakan semenjak ditinggal suaminya

menikah lagi dan usaha sawahnya habis, bapaknya sering marah dan

memukuli kepala dan tangannya


III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?

Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya

Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil

3. Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia

Aniaya fisik 35 34

Aniaya seksual 34

Penolakan

Kekerasan kriminal

Jelaskan

No. 1, 2, 3 :

1) Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang gangguan jiwa

seperti dirinya

2) Klien mengatakan dirinya tidak meminum obat untuk sakit jiwa

dulunya
3) Klien mengatakan pernah dipukul leh bapak nya, pernah

mencederai dirinya sendiri dengan benda tajam, dan klien pernah

memukuli teman-teman dipantinya.

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Ya Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat


pengobatan/perawatan

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat sakit yang sama

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan dirinya pernah dibilang tidak cantik dan menarik lagi

oleh suaminya, dan klien pernah bangkrut usaha sawah dikampungnya

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD :12/90 mmHg N : 87x/menit S: 36,7C P :

23x/menit

2. Ukur : TB : - BB : 60 kg

3. Keluhan fisik : Ya Tidak


V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki : Meninggal

: Perempuan ----- : Tinggal Serumah

: Pasien

Jelaskan :

a) Pola Komunikasi

Klien mengatakan pola komunikasi dengan suaminya tidak baik

dikarenakan suaminya galak terhadap dirinya, setiap membahas

ekonomi keluarga, klien mengatakan dirinya takut berbicara

kepada suaminya
b) Peran

Klien adalah anak perempuan ketiga dari empat bersaudara,

klien menikah dan mempunyai satu anak perempuan,

pengambilan keputusan di dalam keluarganya adalah suami

nya.

Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

2. Konsep diri
a. Gambaran diri :

Klien terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri, melamun dan tiba-

tiba marah kepada teman nya di wisma.

b. Identitas diri :

Klien mengingat identitas diri klien.

c. Peran diri :

Klien mengatakan menjadi istri yang tidak berguna dan tidak cantik

bagi suaminya dan tidak menjadi ibu yang baik untuk anaknya.

d. Ideal diri :

Klien mengatakan dirinya ingin sembuh dari sakitnya, pulang dan

bertemu dengan ibu dan uwa nya dikampung

e. Harga diri :
Klien Mengatakan dirinya tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk

anaknya, istri yang cantik dan baik untuk suaminya serta anak yang

baik untuk orang tua nya terutama bapak nya dikampung.

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti :

Klien mengatakan orang yang berarti dan dekat dengan dirinya

adalah ibu dan uwa nya di kampung

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :

Klien mengatakan sering membantu menyiapkan makanan untuk

teman – temannya di wisma mawar

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Klien mengatakan mengobrol hanya pada teman dekatnya saja,

klien menganggap teman-teman yang lainnya adalah orang jahat

seperti teman- temannya dikampung.

Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan :

Klien mengatakan selama dipanti dirinya sholat dan bersalawatan

bersama dengan temannya, tetapi agama klien dulunya adalah

kristen
b. Kegiatan ibadah :

Klien mengatakan kegiatan ibadahnya adalah Sholat sesuka hati

dan Shalawatan bersama temannya

Masalah keperawatan : Waham (Agama)

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapih Penggunaan pakaian tidak sesuai Cara

berpakaian seperti biasanya

Jelaskan :

Klien berpenampilan dengan cara berpakaian seperti biasa, klien

memakai kerudung dan klien mengalami defisit perawatan diri : rambut

Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan : Pembicaraan klien terkadang inkoheren kesan lambat dan

tidak mampu memulai pembicaraan


Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

3. Aktivitas motorik

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :

Aktivitas motorik klien agitasi jika membahas tentang suami dan

bapaknya, raut wajah yang diberikan klien mengerutkan dahi dan

mengepal tangan apabila membahas suami dan bapaknya, pandangan

klien tajam

Masalah keperawatan : Perilaku kekerasan

4. Alam perasaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir

Gembira berlebihan

Jelaskan

Klien terlihat sedih karna dirinya ingin bertemu anak dan ibu nya

dikampung, klien merasa takut apabila pulang ke kampungnya bertemu

dengan bapak dan suaminya takut dipukul, klien takut dan khawatir

sekali suara- suara yang menyuruh nya bunuh diri muncul dan melukai
dirinya, klien merasa senang ketika bisa bershalawatan bareng bersama

temannya

Masalah keperawatan : Gangguan Stimulasi Sensorik : Halusinasi

(Pendengaran)

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan :

Pada saat dikaji emosi klien berubah dengan cepat yang ditunjukan

pada mimik muka, irama bicara dan kepalan tangan

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

6. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah Tersinggung

Kontak Mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan

Klien mudah tersinggung ketika ditanya tentang keluarga terutama

tentang suami dan bapaknya terlebih membahasa tentang pemerkosaan

yang dialaminya sehingga ada rasa ingin mengiris tangan dan lehernya,

karna merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Klien mempunyai rasa
curiga terhadap teman yang berbicara nya dengan nada tinggi, seakan

dirinya merasa terancam dan menganggap teman tersebut adalah jahat.

Masalah keperawatan : Resiko Bunuh Diri

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghuan

Jelaskan :

Klien mendengar suara-suara seperti suara bapaknya yang menyuruh

dirinya untuk bunuh diri karna tidak menjadi anak yang berbakti.

Masalah keperawatan : Gangguan Stimulasi Sensorik : Halusinasi

( Pendengaran )

8. Proses pikir

Sirkumtansial Tangensial kehilangan Asosiasi

Flight of idea Blocking Pengulangan Pembicaraan

Jelaskan :

Pada proses pengkajian klien selalu mengatakan hal yang diulang ulang

seperti kata “ Saya mau mati aja ya sus, semuanya jahat!”


Masalah keperawatan : Resiko Bunuh Diri

9. Isi pikir

Obsesi Fobia Hipokondria Dipersonalisasi

Ide yang terkait Pikiran Magis

Jelaskan :

Klien takut untuk pulang kerumah nya karna takut bertemu suami

dan bapaknya, dirinya takut dipukuli oleh suami dan bapaknya,

klien khawatir jika sakit yang dialaminya itu bisa kambuh dan

ngebuat dirinya meninggal. Klien selalu mencoba meminta silet

untuk mengiris tangan dan lehernya.

Masalah Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistic Sisip Pikir Siar pikir Kontrol Pikir

Jelaskan :

Pada saat berinteraksi klien menganggap dirinya sudah pindah Nilai

dan Kepercayaan dari Kristen ke Islam, klien menganggap diri nya

sudah masuk ke dalam Nilai dan Kepercayaan Islam dikarenakan


dirinya sudah bisa sholat dan bershalawatan. Klien selalu curiga

terhadap orang-orang sekitar yang mau menyerang dirinya.

Masalah keperawatan : Waham Curiga

10. Tingkat kesadaran

Bingung Sedasi Stupor Disorientasi

Waktu Tempat Orang

Jelaskan

Tingkat kesadaran klien tenang, klien mampu menyebutkan waktu,

tempat dan orang terdekat

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah pada tingkat

kesadaran

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang

Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini

Konfabulasi

Jelaskan
Tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah Beralih Tidak Mampu Konsentrasi

Tidak Mampu berhitung sederhana

Jelaskan

Tidak ada masalah pada konsentrasi dan berhitung

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

13. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan

Tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan

Klien melakukan makan dengan bantuan minimal secara mandiri

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan

Klien mandi dibantu dengan petugas panti

Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri


4. Berpakaian / berhias

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan

Klien dalam berpakaian dilakukan secara mandiri

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : Tidak ada jam tidur siang

Tidur malam lama : 21:00 s/d 04:00

Kegiatan sebelum / sesudah tidur : Shalawatan

6. Penggunaan obat

Bantuan minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan

Perawatan lanjutan Ya Tidak

Perawatan pendukung Ya Tidak

8. Kegiatan di dalam panti

Mempersiapkan makanan Ya Tidak

Menjaga kerapian panti Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak


Pengaturan ruangan Ya Tidak

9. Kegiatan di luar panti

Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih

Tekinik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktifitas konstruktif Menghidar

Olah raga Mencederai diri

Lainnya ................................... Menghindar ..................

Masalah keperawatan : Perilaku Kekerasan


IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Klien mempunyai dua teman yang dekat dengan dirinya, dan hanya

berbicara seperlunya saja

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik

Klien melakukan kegiatan secara mandiri di panti seperti : menyapu,

mengepel, mengelap kaca dan mencuci baju

Masalah dengan pendidikan, spesifik

Pendidikan klien hanya sampai SD saja

Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Klien sebagai petani di kampungnya sebelum usaha sawahnya bangkrut

Masalah dengan perumahan, spesifik

Klien mengatakan hanya mengontrak bersama suaminya

Masalah ekonomi, spesifik

Klien mempunyai usaha sawah dan dulunya dia seorang petani, usaha

sawah tersebut habis terjual karna hutang suaminya


Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

Tidak ada keluhan

Masalah lainnya, spesifik

Tidak ada masalah

Masalah keperawatan :

PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor predisposisi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Masalah keperawatan : Resiko Bunuh Diri

XI. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik :

Terapi Medik :

 Excimer 2 mg 2x1

 Klozapin 25 mg 2x1

XII. Daftar Diagnosa Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko Bunuh Diri

Diagnosa 2 : Gangguan Stimulus Sensorik : Halusinasi ( Pendengaran )


Diagnosa 3 : Perilaku Kekerasan

Diagnosa 4 : Isolasi Sosial

Diagnosa 5 : Harga Diri Rendah


C. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengatakan dirinya  Bicara klien terlihat lambat
dibawa kerumah sakit karna  Klien tidak dapat memulai
tangannya berdarah- darah pembicaraan
 Klien mengatakan dirinya di  Klien mempunyai 2 teman
perkosa dijalan saat dia pergi dekat Ny. S dan Ny. M
dari rumah oleh 3 orang  Klien saat berbicara selalu
 Klien mengatakan dirinya benci mengulang-ulang kata
dengan suaminya karna  Klien tidak fokus saat diajak
suaminya selalu galak dan berbicara
memukulnya  Klien terlihat curiga terhadap
 Klien mengatakan dirinya teman-teman dipanti yang
mendengar suara-suara seperti seakan mengancam dirinya
suara bapaknya yang menyuruh  Klien terlihat merendahkan
diri nya untuk mengiris tangan dirinya karna dirinya sudah
dan leher nya tidak cantik dan kaya
 Klien mengatakan suara-suara  Klien terlihat selalu
itu muncul dimalam hari atau merendahkan dirinya dengan
saat melihat orang yang seperti bicara “Saya tidak berguna
mengancamnya lagi”
 Klien mengatakan dirinya ingin  Klien selalu minta silet untuk
membunuh diri saja mengiris tangan dan lehernya
 Klien mengatatakan dirinya  Klien terlihat berbicara sendiri
tinggal di cilacap desa pulan  Klien terlihat mengepalkan
kecamatan indramayu tangan saat berbicara tentang
 Klien mengatakan dikampung suami dan bapaknya
dirinya tinggal bersama ibu dan  Klien terlihat mengerutkan
bapaknya dahi saat berbicara tentang
 Klien mengatakan dirinya tidak keluarga dan pemerkosaan
mau pulang karna suami yang telah di alaminya
menikah lagi dan bapaknya  Klien mudah tersinggung dan
galak kepada dirinya emosi mudah berubah
 Klien mengatakan dirinya tidak  Klien terlihat selalu ingin
cantik dan tidak kaya lagi karna mengiris kedua tangan dan
suaminya menikah lagi lehernya
 Klien mengatakan di panti  Klien mendengar suara-suara
hanya mempunyai dua teman seperti suara bapaknya yang
dekat Ny. S dan Ny. M menyuruh dirinya untuk
 Klien mengatakan dirinya membunuh dirinya sendiri
bicara hanya seperlunya saja  Pada saat berinteraksi klien
 Klien mengatakan teman teman menganggap dirinya sudah
yang lainnya jahat kepada pindah Nilai dan Kepercayaan
dirinya dari Kristen ke Islam
 Klien mengatakan dirinya ingin  klien menganggap diri nya
memukul teman-teman lainnya sudah masuk ke dalam Nilai
jika ada yang jahat dan Kepercayaan Islam
 Klien mengatakan dirinya dikarenakan dirinya sudah bisa
sudah pindah Nilai dan sholat dan bershalawatan
Kepercayaan dari Kristen ke  Tanda-Tanda Vital
Islam  TD :12/90 mmHg
 Klien mengatakan dirinya  N : 87x/menit
sudah masuk ke dalam Nilai  S: 36,7C
dan Kepercayaan Islam  P : 23x/menit
dikarenakan dirinya sudah bisa  Terdapat goresan bekas luka
sholat dan bershalawatan sayatan di area kedua
pergelangan tangan dan leher
D. Analisa Data

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 DS :
 Klien mengatakan dirinya ingin
membunuh diri saja
 Klien mengatakan dirinya
mendengar suara-suara seperti
suara bapaknya yang menyuruh
diri nya untuk mengiris tangan
dan leher nya
DO : Resiko Tinggi Bunuh Diri
 Klien selalu minta silet untuk
mengiris tangan dan lehernya
 Klien mendengar suara-suara
seperti suara bapaknya yang
menyuruh dirinya untuk
membunuh dirinya sendiri
 Terdapat goresan bekas luka
sayatan di area kedua
pergelangan tangan dan leher
 Tanda-Tanda Vital
 TD :12/90 mmHg
 N : 87x/menit
 S: 36,7C
 P : 23x/menit

2 DS :
 Klien mengatakan teman teman
yang lainnya jahat kepada
dirinya
 Klien mengatakan dirinya ingin
memukul teman-teman lainnya
jika ada yang jahat
 Klien mengatakan dirinya ingin
membunuh diri saja
 Klien mengatakan dirinya benci
dengan suaminya karna
suaminya selalu galak dan
memukulnya
DO :
 Klien selalu minta silet untuk
mengiris tangan dan lehernya
 Klien terlihat curiga terhadap Perilaku Kekerasan
teman-teman dipanti yang
seakan mengancam dirinya
 Klien terlihat mengepalkan
tangan saat berbicara tentang
suami dan bapaknya
 Klien terlihat mengerutkan dahi
saat berbicara tentang keluarga
dan pemerkosaan yang telah di
alaminya
 Klien mudah tersinggung dan
emosi mudah berubah
 Klien terlihat selalu ingin
mengiris kedua tangan dan
lehernya
 Tanda-Tanda Vital
 TD :12/90 mmHg
 N : 87x/menit
 S: 36,7C
 P : 23x/menit

3 DS :
 Klien mengatakan dirinya
mendengar suara-suara seperti
suara bapaknya yang menyuruh
diri nya untuk mengiris tangan
dan leher nya
 Klien mengatakan suara-suara
itu muncul dimalam hari atau
saat melihat orang yang seperti
mengancamnya Gangguan Stimulasi Sensorik : Halusinasi
DO : (Pendengaran)
 Klien mendengar suara-suara
seperti suara bapaknya yang
menyuruh dirinya untuk
membunuh dirinya sendiri
 Klien terlihat berbicara sendiri
 Tanda-Tanda Vital
 TD :12/90 mmHg
 N : 87x/menit
 S: 36,7C
 P : 23x/menit
4 DS :
 Klien mengatatakan dirinya
tinggal di cilacap desa pulan
kecamatan indramayu
 Klien mengatakan dikampung
dirinya tinggal bersama ibu dan
bapaknya
 Klien mengatakan dirinya tidak
mau pulang karna suami
menikah lagi dan bapaknya
galak kepada dirinya
 Klien mengatakan di panti
hanya mempunyai dua teman
dekat Ny. S dan Ny. M
 Klien mengatakan dirinya Isolasi Sosial
bicara hanya seperlunya saja
 Klien mengatakan teman teman
yang lainnya jahat kepada
dirinya
DO :
 Bicara klien terlihat lambat
 Klien tidak dapat memulai
pembicaraan
 Klien mempunyai 2 teman
dekat Ny. S dan Ny. M
 Klien tidak fokus saat diajak
berbicara
 Tanda-Tanda Vital
 TD :12/90 mmHg
 N : 87x/menit
 S: 36,7C
 P : 23x/menit

5 DS :
 Klien mengatakan dirinya di
perkosa dijalan saat dia pergi
dari rumah oleh 3 orang
 Klien mengatakan dirinya tidak
cantik dan tidak kaya lagi karna
suaminya menikah lagi
 Klien mengatakan di panti Harga Diri Rendah
hanya mempunyai dua teman
dekat Ny. S dan Ny. M
DO :
 Klien terlihat merendahkan
dirinya karna dirinya sudah
tidak cantik dan kaya
 Klien terlihat selalu
merendahkan dirinya dengan
bicara “Saya tidak berguna lagi”
 Tanda-Tanda Vital
 TD :12/90 mmHg
 N : 87x/menit
 S: 36,7C
 P : 23x/menit

E. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Resiko Bunuh Diri Core Problem

Gangguan Stimulasi Sensorik : Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


F. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)

1. Resiko Tinggi Bunuh Diri

2. Perilaku Kekerasan

3. Gangguan Stimulasi Sensorik : Halusinasi (Pendengaran)

4. Isolasi Sosial

5. Harga Diri Rendah


G. Nursing Care Plan

Dx. Tujuan Kriteria dan Evaluasi Intervensi Rasionaliasi


Keperawatan
Resiko TUM : 1) Setelah 1 kali interaksi klien Bina hubungan saling
Tinggi Klien tidk akan menunjukan tanda-tanda percaya dengan
Bunuh Diri membahayakan dirinya percaya kepada perawat: menggunakan prinsip
sendiri secara fisik  Ekspresi wajah komunikasi terapeutik
TUK : bersahabat  Sapa klien dengan
1) Klien dapat membina  Menunjukan rasa senang ramah baik non
hubungan saling  Ada kontak mata verbal dan verbal
percaya  Mau berjabat tangan  Perkenalkan nama, Bila sudah terbina hubungan
 Mau menyebutkan nama nama panggilan dan saling percaya diharapkan
 Mau menjawab salam tujuan perawat klien dapat kooperatif,
berkenalan sehingga pelaksanaan
 Mau duduk
 Tanyakan nama asuhan keperawatan dapat
berdampingan dengan
lengkap dan nama berjalan dengan baik
perawat
 Bersedia mengungkapkan panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien
 Buat kontrak yang
jelas
 Tunjukkan sikap
jujur, dan
menempati janji
setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima apa
adanya
 Beri perhatian pada
klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
klien
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
2) Klien tidak akan  Klien dapat mengurangi  Oberservasi dengan  Prioritas tetinggi
melakukan aktivitas ancaman terhadap ketat yang diberikan pada
yang mencederai integritas fisik atau  Pindahkan benda aktivitas
dirinya sistem diri klien dalam yang berbahaya penyelamatan hidup
sifat, jumlah,asal atau  Siapkan  Perilaku pasien harus
waktu lingkunggan yang diawasi sampai
aman kendali diri memadai
 Berikan kebutuhan untuk keamanan
fisiologis dasar
 Kontrak untuk
keamanan jika tepat
 Pantau pengobatan
3) Kilen akan  Klien dapat menyebutkan  Identiifikasi Perilaku bunuh diri
mengidentifikasikan aspek positif yang kekuatan-kekuatan mencerminkan depresi yang
aspek-aspek positif dimiliki klien, keluarga, klien mendasar dan terkait dengan
yang ada pada dirinya lingkungan serta  Ajak klien untuk harga diri rendah serta
kemampuan yang kemarahan terhadap diri
dimiliki berperan serta sendiri
dalam aktivitas
yang disukai dan
dapat dilakukannya
 Dukung kebersihan
diri dan keinginan
untuk berhias
 Tingkatkan
hubungan
interpersonal yang
sehat

4) Klien akan  Klien dapat menyebutkan  Permudah Mekanisme koping


mengimplementasikan dan kesadaran, maladaptif harus diganti
dua respons protektif mengimplementasikan penamaan dan dengan yang sehat untuk
diri yang adaptif dan ekspresi perasaan mengatasi stres dan ansietas
mengimplementasikan  Bantu pasien
dua mekanisme koping mengenal
adaptif yang efektif bagi makinesme koping
diri sendiri guna yang tidak sehat
mencegah perilaku  Identifikasi
mencederai diri sendiri alternatif secara
secara fisik koping
 Beri imbalan untuk
perilaku koping
yang sehat
5) Klien akan  Klien dapat menyebutkan  Bantu orang Isolasi sosial menyebabkan
mengidentifikasi dan dua sumber dukungan terdekat untuk harga diri rendah dan depres,
sumber dukungan sosial yang bermanfaat berkomunikasi mencetuskan perilaku
sosial yang bermanfaat guna mencegah perilaku secara kontruktif destruktif terhadapat diri
mencederai diri sendiri dengan klien sendiri
 Tingkatkan
hubungan keluarga
yang sehat
 Identifikasikan
sumber komunitas
yang relevan
 Prakarsi rujukan
untuk menggunakan
sumber komunitas
6) Klien akan mampu  Klien dapat  Libatkan klien dan Pemahaman dan peran serta
menguraikan rencana menggunakan obat orang terdekat dalam perencanaan
pengobatan dan dengan benar baik dalam perencanaan pelayanan kesehatan
rasionalnya jumlah, jenis, waktu dan asuhan meningkatkan kepatuhan
dosis obat, serta  Jelaskan
manfaatnya karakterisktik dari
 Obat diminum sesuai kebutuhan
aturan pelayanan yang
 Klien mengungkapkan telah diidentifikasi,
perasaannya selama diagnoosis medis,
minum obat dan rekomendasi
tindakan dan
medikasi
 Dapatkan respon
terhadap rencana
asuhan keperawatan
 Modifikasi rencana
berdasarkan umpan
balik pasien
Perilaku TUM : Setelah 1 kali interaksi klien Bina hubungan saling Bila sudah terbina hubungan
Kekerasan Klien tidak melakukan menunjukan tanda-tanda percaya percaya dengan saling percaya diharapkan
perilaku kekerasan pada perawat : menggunakan prinsip klien dapat kooperatif,
TUK :  Ekspresi wajah komunikasi terapeutik sehingga pelaksanaan
1) Klien dapat membina bersahabat  Sapa klien dengan asuhan keperawatan dapat
hubungan saling  Ekspresi wajah ramah baik non berjalan dengan baik
percaya  Menunjukan rasa senang verbal dan verbal
 Ada kontak mata  Perkenalkan nama,
 Mau berjabat tangan nama panggilan dan
 Mau menyebutkan nama tujuan perawat
 Mau menjawab salam berkenalan
 Mau duduk  Tanyakan nama
berdampingan dengan lengkap dan nama
perawat panggilan yang
 Bersedia mengungkapkan disukai klien
masalah yang dihadapi  Buat kontrak yang
jelas
 Tunjukkan sikap
jujur, dan
menempati janji
setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima apa
adanya
 Beri perhatian pada
klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
klien
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
2) Klien dapat Setelah 1 kali interaksi klien  Bantu klien  Mengetahui kondisi
mengidentifikasikan dapat menyebutkan perilaku mengungkapkan klien saat itu dan
penyebab kekerasan kekerasan perasaannya mengurangi tekanan
 Diejek, diremehkan,  Bantu klien kemarahan klien
diganggu, merasa mengungkapkan  Mengidentifikasi
terganggu penyebab timbulnya penyebab
marah ( oranglain,
situasi atau diri
sendiri)
3) Klien dpat Setelah 1 kali interaksi klien  Anjurkan klien  Identifikasi penyebab
mengidentifikasikan dapat mengungkapkan tanda- mengungkapkan hal marah
tanda-tanda perilaku tanda perilaku kekerasan yang dialami dan  Identifikasi
kekerasan  Ingin memukul, memaki, dirasakan saat perubahan fisik
mengamuk, dan jengkel atau marah  Menyamakan
mengancam  Observasi tanda persepsi bahwa hal
perilaku kekerasan tersebut terjadi dan
 Diskusikan dengan ada pada klien
klien tanda-tanda
perilaku kekerasan
4) Klien dapat Setelah 1 kali interaksi klien  Anjurkan klien  Identifikasikan cara
mengidentifikasi dapat mengungkapkan perilaku mengungkapkan klien dalam
perilaku kekerasan kekerasan yang biasa dilakukan perilaku kekerasan mengungkapkan
yang biasa dilakukan  Memaki, mengancam, yang biasa perilaku kekerasan
merusak barang dilakukan  Mempurmudah
 Bantu klien untuk perawat
bermain peran mengidentifikasi
dengan perilaku perilaku kekerasan
yang biasa yang biasa dilakukan
dilakukan saat marah
 Diskusikan bersama  Memberikan
bersama klien wawasan yang baru
apakah dengan cara bagi klien terhadap
yg klien lakukan tindakan yang
masalahnya selesai maladaptif
 Bicarakan  Bantu klien dalam
akibat/kerugian dari mengidentikasi
cara yang dilakukan kerugian dari cara
yang dilakukan
5) Klien dapat Setelah 1 kali interaksi  Diskusikan dengan  Menyamakan
mengidentifikasi mengidentifikasi dan klien akibat cara persepsi dalam
penyebab perilaku mengungkapkan akibat perilaku yang dilakukan meresponperilaku
kekerasan kekekrasan yang biasa dilakukan  Tanyakan apakah yang salah
 Dimusuhi, dimarah- klien ingin bellajar  Membantu klien
marahi, dikurung cara yang baru dan mencari cara yang
dirumah sehat terbaik
6) Klien mendapatkan Setelah 1 kali interaksi klien  Tanyakan pada  Identifikasikan
mengidentifikasikan dapat mengidentifikasikan cara klien apakah dia pengetahuann dan
cara yang konstruftuf yang konstruftif dalam merespon mengetahui cara keinginan klien
dalam merespn kemarahannya lain yang lebih untuk melakuakan
terhadap kemarahan  Mampu menjelaskan sehat cara yang sehat
kembali 2 dari 4 cara  Beri reinforcement  Sebagai motivasi
marah yang sehat positif jika klien untuk melakuakan
mengetahui cara perilaku sehat
lain yang sehat  Didapatkannya cara
 Diskusikan dengan lain yang sehat yang
klien cara lain yang akan membantu klien
sehat untuk mencari cara
yang adaptif dalam
mengekspresikan
amarah nya
7) Klien dapat Setelah 1 kali interaksi klien  Bantu klien  Cara yang cocok
mendemonstrasikan mendemonstrasikan perilaku memilih cara yang akan membuat klien
perilaku yang yang terkontrol disukai/cocok nyaman
terkontrol  Menampilkan cara dengan klien  Praktek langsung
mengontrol marah secara  Anjurkan klien lebih tepat untuk
fisik,verbal, sosial dan menggunakan cara mengetahui manfaat
spiritual yang telah cara yang dilakukan
dipelajari pada saat  Identifikasi adanya
klien jengkel/kesal keuntungan dan
 Diskusikan dengan kekurangan
klien manfaat cara  Membangkitkan
yang telah motivasi dan minat
digunakan klien
 Beri pujian atas
keberhasilan klien
Gangguan TUM : Setelah 1 kali interaksi klien Bina hubungan saling Bila sudah terbina hubungan
Stimulasi Klien dapat mebedakan menunjukan tanda-tanda percaya percaya dengan saling percaya diharapkan
Sensorik : antara halusinasi dengan pada perawat : menggunakan prinsip klien dapat kooperatif,
Halusinasi realita  Ekspresi wajah komunikasi terapeutik sehingga pelaksanaan
(pendengara TUK : bersahabat  Sapa klien dengan asuhan keperawatan dapat
n) 1) Klien dapat membina  Ekspresi wajah ramah baik non berjalan dengan baik
hubungan saling  Menunjukan rasa senang verbal dan verbal
percaya  Ada kontak mata  Perkenalkan nama,
 Mau berjabat tangan nama panggilan dan
 Mau menyebutkan nama tujuan perawat
 Mau menjawab salam berkenalan
 Mau duduk  Tanyakan nama
berdampingan dengan lengkap dan nama
perawat panggilan yang
 Bersedia mengungkapkan disukai klien
masalah yang dihadapi  Buat kontrak yang
jelas
 Tunjukkan sikap
jujur, dan
menempati janji
setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima apa
adanya
 Beri perhatian pada
klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
klien
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
2) Klien dapat mengenal Setelah 1 kali interaksi klien  Adakan kontak  Kontak sering dan
halusinasinya menyebutkan sering dan singkat singkat selai upaya
 Isi secara bertahap membina hubungan
 Waktu  Observasi tingkah saling percaya, juga
 Frekuensi laku klien terkait dapat membina
 Situasi dan kondisi yang dengan hubungan saling
menimbulkan halusinasi halusinasinya jika percaya, juga
klien sedang dapat ,e,utuskan
berhalusinasi halusinasi
 Tanyakan apakah  Mengenal perilaku
klien mengalami pada saat halusinasi
sesuatu halusinasi timbul, memudahkan
(penglihatan/ perawat dalam
pendengaran/ melakukan intervensi
penghidu/  Mengenal halusinasi
pengecapan/ memungkinkan klien
penciuman) untuk
 Diskusikan isi, menghindarkan
waktu dan frekuensi faktor peencetus
terjadinya timbulnya halusinasi
halusinasi  Dengan mengethui
(pagi,siang,sore waktu, isi dan
atau malam) frekuensi munculnya
 Diskusikan dengan halusinasi
klien apa yang mempermudah
dirasakan jika tinndakan
terjadi halusinasi keperawatan
dan beri  Untuk
kesempatan untuk mengidentifikasi
mengungkapkan penngaruh halusinasi
perasaanya klien
 Diskusikan dengan  Untuk mengetahui
klien apa yang koping yang
dilakukan untuk digunakan oleh klien
mengatasi perasaan  Agar klien
tersebut mengetahui akibat
 Diskusikan tentang dari menikmati
dampak yang akan halusinasi sehingga
dialaminya bila klien meminimalisir
klien menikmati halusinasinyaaa
halusinasinya
3) Klien dapat  Setelah dilakukan Identifikasi bersama klien  Upaya untuk siklus
mengontrol interaksi klien cara atau tindakan yang halusinasi sehingga
halusinasinya menyebutkan tindakan dilakukan jika halusinasi halusinasi tidak
yang biasanya dilakukan (tidur, marah, menyibukan berlanjut
untuk mengendalikan diri, dll). Diskusikan cara  Reinforcement postif
halusinasinya yang digunakan klien : dapat meningkatkan
 Setelah dilakukan  Jika cara yang harga diri klien
interaksi klien diguunakan adaptif  Memberikan
menyebutkan cara baru beri pujian alternatif pilihan bagi
mengontrol halusinasi  Jika cara yang klien untuk
digunakan mengontrol
maladaptif lingkungan
diskusikan
kegiiatann cara
tersebut.
Diskusikan cara baru untuk
memuus/mengontrol
timbulnya halusinasi :
 Katakan pada diri
sendiri bahwa ini
tidak nyata (“Saya
tidak mau
mendengar/
melihat/ menghidu/
meraba/
mengecap”) pada
saat halusiansi
terjadi
 Menemui orang
lain/ perawat/
teman/ anggota
keluarga) untuk
menceritakan
halusinasinya
 Membuat dan
melakssanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disusun
 Meminta keluarga/
teman/ perawat
menyapa jika
sedangberhalusinasi
Isolasi Sosial TUM : Setelah 1 kali interaksi klien Bina hubungan saling Bila sudah terbina hubungan
Klien tidk akan menunjukan tanda-tanda percaya percaya dengan saling percaya diharapkan
membahayakan dirinya kepada perawat: menggunakan prinsip klien dapat kooperatif,
sendiri secara fisik  Ekspresi wajah komunikasi terapeutik sehingga pelaksanaan
TUK : bersahabat  Sapa klien dengan asuhan keperawatan dapat
1) Klien dapat membina  Menunjukan rasa senang ramah baik non berjalan dengan baik
hubungan saling  Ada kontak mata verbal dan verbal
percaya  Mau berjabat tangan  Perkenalkan nama,
 Mau menyebutkan nama nama panggilan dan
 Mau menjawab salam tujuan perawat
 Mau duduk berkenalan
berdampingan dengan  Tanyakan nama
perawat lengkap dan nama
 Bersedia mengungkapkan panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien
 Buat kontrak yang
jelas
 Tunjukkan sikap
jujur, dan
menempati janji
setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima apa
adanya
 Beri perhatian pada
klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
klien
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
2) Klien mampu Setelah 1 kali pertemuan Tanyakan pada klien Dengan mengetahui tanda-
menyebutkan interaksi klien dapat tentang : tanda dan gejala kita dapat
penyebab, tanda dan menyebutkan minimal satu  Orang yang tinggal menentukan langkah
gejala isolasi sosial penyebab menarik diri : serumah atau satu intervensi selanjutnya
 Diri sendiri panti
 Orang lain  Orang yang paling
 Lingkungan dekat dengan klien
dirumah atau
dipanti
 Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
 Orang yang tidak
dekat dengan klien
dirumah atau di
panti
 Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut
 Upaya yang sudah
dilakukan dengan
orang lain
Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3) Klien mampu Setelah 1 kali interaksi dengan  Tanyakan pada Reinforcement dapat
menyebutkan klien dapat menyebutkan klien tentang meningkatkan harga diri
keuntungan keuntungan berhubungan sosial, manfaat hubungan klien
berhubungan sosial misalnya : sosial dan kerugian
dan kerugian dari  Banyak teman menarik diri
menarik diri  Tidak kesepian  Diskusikan bersama
 Saling menolong klien tentang
Dan kerugian manfaat
 Sendiri berhubungan sosial
 Kesepian dan kerugian
 Tidak bisa diskusi menarik diri
 Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
4) Klien dapat Setelh 1 kali interaksi klien dapat  Obeservasi perilaku Mengetahui mana
melaksanakan melaksanakan hubungan sosial klien tentang pengetahuan klien tentang
hubungan sosial secara secara bertahap dengan : berhubungan sosial berhubungan sosial dengan
bertahap  Perawat  Beri motivasi dan orang lain
 Kelompok lain bantu klien untuk
berkenalan/
berkomunikasi
dengan perawat
atau kelompook
lain
 Libatkan klien dlam
terapi aktivitas
kelompok
sosialisasi
 Diskusikan jadwal
harian yang
dilakukan untuuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
 Beri mtivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang telah
dibuat
 Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
melalui aktifitas
yang dilaksanakan
5) Klien mampu Setelah 1 kali interaksi klien  diskusikan dengan Agar klien lebih percaya diri
menjelaskan dapat menyebutkan perasaannya klien tentang untuk berhubungan dengan
perasaannya setelah setelah berhubungan sosial perasaannya setelah orang lain
berhubungan sosial dengan : berhubungan sosial
 Orang lain  beri pujian terhadap
 kelompok kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
Harga Diri TUM : Setelah 1 kali interaksi klien Bina hubungan saling Bila sudah terbina hubungan
Rendah Klien memiliki konsep menunjukan tanda-tanda percaya percaya dengan saling percaya diharapkan
diri yang positif kepada perawat: menggunakan prinsip klien dapat kooperatif,
TUK :  Ekspresi wajah komunikasi terapeutik sehingga pelaksanaan
1) Klien dapat membina bersahabat  Sapa klien dengan asuhan keperawatan dapat
hubungan saling  Menunjukan rasa senang ramah baik non berjalan dengan baik
percaya  Ada kontak mata verbal dan verbal
 Mau berjabat tangan  Perkenalkan nama,
 Mau menyebutkan nama nama panggilan dan
 Mau menjawab salam tujuan perawat
 Mau duduk berkenalan
berdampingan dengan  Tanyakan nama
perawat lengkap dan nama
 Bersedia mengungkapkan panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien
 Buat kontrak yang
jelas
 Tunjukkan sikap
jujur, dan
menempati janji
setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima apa
adanya
 Beri perhatian pada
klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
klien
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
2) Klien dapat Setelah 1 kali interaksi klien Diskusikan dengan klien Klien mengetahui aspek
mengindentikasi aspek dapat menyebutkan aspek positif tentang positif yang dimiliki
positif dan  Aspek posotif dan  Aspek poositif yang
kemampuan yang kemampuan yang dimiliki klien,
dimiliki dimiliki klien keluarga dan
 Aspek posotif keuarga lingkungan
 Aspek positif lingkungan  Kemampuan yang
dimiliki klien
Bersama klien buat daftar
tentang:
 Aspek positiif klien,
keluarga dan
lingkungan
 Kemampuan yang
dimiliki klien
Beri puujian yang realistis
dan hindarkan memberi
penilaian negatif

3) Klien dapat menilai Setelah 1 kali interaksi klien  Diskusikan dengan Klien mampu mengetahui
kemampuan yang menyebuutkan kemampuan yang klien kemampuan kegiatan yang dimilikinya
dimiliki untuk dapat dilaksanakan yang dapat
dlaksanakan dilaksanakan
 Diskusikan
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
pelaksanaannya
4) Klien dapat Setelah 1 kali interaksi klien  Rencanakan Klien mampu melakuakan
merencanakan membuat rencana kegiatan bersama aktifitas kegaiatan harian secara
kegiatan sesuai dengan harian yang dapat mandiri atau bantuan
kemampuan yang dilakukan setiap
dimiliki hari sesuai
kemampuan klien
dengan kegiatan
mandiri ataupun
bantuan
 Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien
 Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang dapat
klien lakukan
5) Klien melakukan Setelah 1 kali interaksi klien  Anjurkan klien Klein mengetahui kegiatan
kegiatan sesuai melakukan keggiatan sesuai untuk sesuai kemampuan
rencana yang dibuat jadwal yang dibuat melaksanakan
kegiatan yang telah
direncanakan
 Pantau kegiatan
yang dilaksanakan
klien
 Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan klien
 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang
BAB IV

PELAKSANAAN TINDAKAN

A. Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Bunuh Diri

Tujuan umum diagnosa ini adalah tidak ada resiko bunuh diri yang

dialami atau mengancam dirinya dan klien mempunyai pemikiran yang positif.

Khususnya yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya, klien

dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat

menilai kemampuan yang dapat digunakan, klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kondisi dan kemampuannya dan klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

Setelah beberapa kali berinteraksi mulai dari tanggal 22 januari 2020

sampai dengan tanggal 27 januari 2020 tindakan yang telah dilakukan adalah SP

1 melatih cara mengendalikan diri, SP 2 melatih cara mengendalikan diri, SP 3

mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan dan SP 4 melatih tahap

kedua kegiatan mencapai masa depan. Didapatkan evaluais sebagai berikut :

klien mengatakan senang dan klien terlihat bicara lambat, tetapi sesekali tatapan

tajam. Ada rencana tindak lanjut untuk Ny. D yaitu memberikan kesempatan

pada klien untuk melatih cara mengendalikan diri sendiri dengan beristghfar dan

bershalawatan dengan baik dan benar dan memasukan ke dalam buku jadwal

kegiatan harian.
Rencana yang dilakukan perawat : identifikasi masalah Resiko Bunuh

Diri, ajarkan klien untuk melatih mengendalikan diri sendiri dengan cara istghfar

dan shalawatan, mengevaluasi kembali cara mengendalikan diri dengan baik dan

benar

Rencana yang dilakukan untuk pasien : anjurkan klien untuk

mempraktekan cara mengendalikan diri dengan baik dan benar, anjurkan pasien

untuk masukan ke dalam buku jadwal kegiatan harian.

B. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan

Tujuan umum diagnosa ini adalah tidak ada perilaku kekerasan yang

dialami atau mengancam dirinya sendiri atau orang lain dan klien mempunyai

pemikiran yang positif untuk meluapkan rasa amarah yang dialami

Khususnya yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat

mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat

menilai kemampuan yang dapat digunakan, klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kondisi dan kemampuannya dan klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

Setelah beberapa kali berinteraksi mulai dari tanggal 28 januari 2020

sampai dengan tanggal 31 januari 2020 tindakan yang telah dilakukan adalah SP

1 melatih tarik nafas dalam, SP 2 patuh minum obat, SP 3 mengungkapkan

perasaan secara verbal dan SP 4 spiritual secara beribadah. Didapatkan evaluasi

sebagai berikut : klien mengatakan senang dan mampu mengikuti semua tahapan

yang dilakukan . Ada rencana tindak lanjut untuk Ny. D yaitu memberikan
kesempatan pada klien untuk melatih mengontrol diri dengan cara kegiatan yang

sudah dilakukan secara baik dan benar dan memasukan ke dalam buku jadwal

kegiatan harian.

Rencana yang dilakukan perawat : identifikasi masalah Perilaku

Kekerasan, ajarkan klien untuk melatih mengontrol diri dengan cara kegiatan

yang sudah dilakukan secara baik dan benar, mengevaluasi kembali cara

mengontrol diri dengan baik dan benar

Rencana yang dilakukan untuk pasien : anjurkan klien untuk

mempraktekan cara mengontrol diri dengan baik dan benar, anjurkan pasien

untuk masukan ke dalam buku jadwal kegiatan harian.

C. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Stimulasi Sensorik : Halusinasi

( Pendengaran )

Tujuan umum diagnosa ini adalah tidak ada halusinasi yang dialami atau

mengancam dirinya sendiri atau orang lain dan klien mempunyai pemikiran

yang positif untuk meluapkan rasa amarah yang dialami

Khususnya yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya, klien

dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien dapat

menilai kemampuan yang dapat digunakan, klien dapat melakukan kegiatan

sesuai kondisi dan kemampuannya dan klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

Setelah beberapa kali berinteraksi mulai dari tanggal 03 Febuari 2020

sampai dengan tanggal 06 Febuari 2020 tindakan yang telah dilakukan adalah
SP 1 menghardik halusinasi, SP 2 patuh minum obat, SP 3 berdiskusi dan SP 4

melakukan kegiatan. Didapatkan evaluasi sebagai berikut : klien mengatakan

senang dan mampu mengikuti semua tahapan yang dilakukan . Ada rencana

tindak lanjut untuk Ny. D yaitu memberikan kesempatan pada klien untuk

melatih mengontrol halusinasi dengan cara kegiatan yang sudah dilakukan

secara baik dan benar dan memasukan ke dalam buku jadwal kegiatan harian.

Rencana yang dilakukan perawat : identifikasi masalah Halusinasi,

ajarkan klien untuk melatih mengontrol halusinasi dengan cara kegiatan yang

sudah dilakukan secara baik dan benar, mengevaluasi kembali cara mengontrol

halusinasi dengan baik dan benar

Rencana yang dilakukan untuk pasien : anjurkan klien untuk

mempraktekan cara mengontrol diri dengan baik dan benar, anjurkan pasien

untuk masukan ke dalam buku jadwal kegiatan harian.

Anda mungkin juga menyukai