Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

“ SYOK “

DI SUSUN OLEH :
Nama : MOH. ANUGRAH A RIOEH
Nim : 201701020
Kelas : 3A keperawatan

PROGRAM STUDI S1 LIMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU

2020

1
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock,
aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat
ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien
tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta
memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik). Syok
merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit (ICU),
mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita tersebar diseluruh dunia
dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta
kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di seluruh dunia diakibatkan oleh
dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke
jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian
ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall,
2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat
ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki
perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ
dan akhirnya kematian penderita.
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital
merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok
bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi
hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan kekurangan
oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa dipertahakan,
akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme anaerob. Jalur metabolisme anaerob
akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate (ATP) per molekul glukosa dan
asam laktat.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan,
akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium sodium. Sel membengkak

2
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas mitokondria menjadi turun dan
membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel.
Kematian seluler akan meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan
yang memengaruhi fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ
dan kematian pada pasien syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010;
Schwarz et al., 2014).
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab
penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu
resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena
kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ
tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai Asuhan
keperawatan kegawatdaruratan syok.
2.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian gangguan kardiovaskuler syok
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis syok
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang patofisologi,
manifestasi klinik serta terapi dari syok
4. Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan
syok.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian gangguan kardiovaskuler syok
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis syok
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang patofisologi,
manifestasi klinik serta terapi dari syok
4. Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan
syok.

3
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi syok

Syok adalah syndrome gawat akut akibat ketidakcukupan perfusi dalam


memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan
metabolik (kebutuhan oksigen) atau penurunan pasokan metabolik. Ketidakcukupan
akan pasokan oksigen mengakibatkan tubuh merespon dengan merubah metabolisme
energi sel menjadi anaerobic, akibatnya dapat terjadi asidosis laktat. Jika perfusi
oksigen ke jaringan terus berkurang maka respon system endokrin, pembuluh darah,
inflamasi, metabolisme, seluler dan sistemik akan muncul dan mengakibatkan pasien
menjadi tidak stabil. Syok adalah proses yang progresif, dimana apabila tubuh tidak
mampu mentoleransi maka dapat mengakibatkan kerusakan irreversible pada organ
vital dan dapat menyebabkan kematian. Syok memiliki pola patofisiologi,
manisfestasi klinis, dan pengobatan berbeda tergantung pada etiologinya.
Hypovolemic dan septic syok adalah syok yang paling sering dijumpai pada anak-
anak, cardiogenik syok dijumpai pada neonatus yang memiliki kelainan jantung
congenital juga pasca bedah kelainan jantung congenital syok bisa terjadi pada anak
yang lebih dewasa. Syok sering menimbulkan sindrom respon inflamasi sistemik dan
sindrom kegagalan multiorgan. Kegagalan kardiovaskular diakibatkan oleh
kekurangan kardiak output (CO), sistemik vascular resistance (SVR), atau keduanya.
CO adalah hasil dari heart rate dan stroke volume. Stroke volume ditentukan oleh
tekanan pengisian ventrikel kiri dan kontraksi miokard. SVR menggambarkan tahanan
ke ejeksi ventrikel kiri (afterload). Di dalam kamus "shock," yang didominasi
vasokonstriksi di klasifikasikan sebagai "cold shock" dan yang didominasi oleh
vasodilatasi disebut "warm shock." Pengenalan dan manajemen yang dini dari
berbagai tipe dan kegagalan sirkulasi adalah sangat krusial untuk mengembalikan
perfusi jaringan yang adekuat sebelum kerusakan organ menjadi irreversible.

2. Jenis Syok
a) Syok Hipovolemik
Hipovolemik berarti berkurangnya volume intravaskuler. Sehingga syok
hipovolemik berarti syok yang di sebabkan oleh berkurangnya volume
intravaskuler. Di Indonesia shock pada anak paling sering disebabkan oleh

4
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
gastroenteritis dan dehidrasi, dan shock perdarahan paling jarang, begitupun shock
karena kehilangan plasma pada luka bakar dan shock karena translokasi cairan.
Adapun penyebabnya adalah :
1. Perdarahan
2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar)
3. Dehidrasi, misal karena puasa lama, diare, muntah, obstruksi usus dan
lain-lain

b) Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan
fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan
tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk mempertahankan
perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya
tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard
yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli
paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung. Adapun penyebabnya
adalah :
1. Aritmia
2. Bradikardi / takikardi
3. Gangguan fungsi miokard
4. Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan
5. Penyakit jantung arteriosklerotik

c) Syok Septik
Merupakan syok yang disertai adanya infeksi (sumber infeksi). Syok ini
terjadi karena penyebaran atau invasi kuman dan toksinnya di dalam tubuh yang
berakibat vasodilatasi. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan
oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk
menggunakan oksigen karena toksin kuman. Pasien-pasien sepsis dengan volume
intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala takikaridia, kulit
hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang melebar.Syok septik

5
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70% (Pseudomonas auriginosa,
Klebsiella, Enterobakter, E. choli, Proteus). Infeksi bakteri gram positif 20-40%
(Stafilokokus aureus, Stretokokus, Pneumokokus), infeksi jamur dan virus 2-3%
(Dengue Hemorrhagic Fever, Herpes viruses), protozoa (Malaria falciparum).

d) Syok Neurogenik
Syok neurogenik adalah syok yang terjadi karena hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh. Syok neurogenik juga dikenal
sebagai syok spinal. Bentuk dari syok distributif, hasil dari perubahan resistensi
pembuluh darah sistemik yang diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf seperti
trauma kepala, cidera spinal, atau anastesi umum yang dalam. Pada syok
neurogenik terjadi gangguan perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi
sistem saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi, misalnya trauma pada tulang
belakang, spinal syok. Adapun penyebabnya antara lain :
 Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
 Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat
pada fraktur tulang.
 Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi
spinal/lumbal.
 Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
 Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.

e) Syok Anafilaksis
Adalah suatu reaksi anafilaksis berat yang disertai dengan insufisiensi
sirkulasi. Anafilaksis merupakan kondisi alergi di mana curah jantung dan
tekanan arteri seringkali menurun dengan hebat. Adapun penyebabnya adalah :
o Makanan : kacang, telur, susu, ikan laut, buah.
o Allergen immunotherapy
o Gigitan atau sengatan serangga
o Obat-obat : penicillin, sulpha, immunoglobin (IVIG), serum, NSAID
o Latex
o Vaksin
o Exercise induce

6
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
  Anafilaksis idiopatik : anafilaksis yang terjadi berulang tapa diketahui
penyebabnya meskipun sudah dilakukan evaluasi/observasi dan challenge test, diduga
karena kelainan pada sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamine.
3. Patofisiologi Syok

Syok merupakan hasil dari kegagalan sistem sirkulatori untuk mengantarkan oksigen
(O2) yang cukup ke jaringan tubuh secara normal atau berkurangnya konsumsi O 2.
Mekanisme umum patofisiologi dari jenis syok yang berbeda-beda hampir sama
kecuali kejadian awalnya.Syok hipovalemik dikarakteristik oleh defisiensi volum
intravaskular karena kekurangan eksternal atau redistribusi internal dari air
ekstraselular. Syok tipe ini dapat diperburuk oleh hemorrhage, luka bakar, trauma,
operasi, obstruksi intestinal, dan dehidrasi dari hilangnya cairan, pemberian yang
berlebihan dari diuretik loop, dan diare serta mual yang parah. Hipovalemia relatif
terhadap syok hipovalemik dan terjadi selama vasodilatasinya signifikan. Yang
disertai dengan anafilaksis, sepsis, dan syok neurogenik.Penurunan tekanan darah
(blood pressure BP) dikompensasikan oleh meningkatnya aliran keluar simpatetik,
aktivasi renin-angiotensin, dan faktor humoral lainnya yang menstimulasi
vasokontriksi periferal. Akibatnya, vasokontriksi mendistribusikan kembali darah ke
kulit, otot skelet, ginjal, dan jalur gastrointestinal (GI) menuju organ vital (conyoh
jantung, otak) dalam halnya menjaga oksigenasi, nutrisi, dan fungsi organ.

4. Manifestasi Klinik Syok

- Manifestasi klinik syok memiliki gejala dan tanda yang berbeda-beda. Penderita
dengan syok hipovalemik dapat menyebabkan kehausan, gelisah, kelelahan, sakit
kepa karena lampu, dan pusing. Penderita juga melaporkan urin keluar sedikit dan
berwarna kuning tua.
- Hipotensi, takikardia,takipnea, kebingungan, dan oliguria merupakan gejala
umum. Biasanya juga disertai dengan iskemiamiokardial dan cerebrum, edema
pulmonari (syok kardiogenik), dan gagal organ multisistem.
- Hipotensi yang signifikan (tekanan darah sistolik, SBP, kurang dari 90mmHg)
dengan refleks sinus takikardia (lebih besar dari 120 denyut/menit) dan
meningkatnya laju respiratori (lebih dari 30 tarikan napas/menit) seringkali
terdapat pada penderita hipovalemik. Secara klinik, manifestasinya adalah

7
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
sentuhan yang ekstrim dan dingin. Jika terjadi hipoksia koronari, aritmia jantung
dapat timbul dan pada akhirnya akan menyebabkan gagal pompa miokardial yang
ireversibel, edema pulmonari, dan kolapse kardiovaskular.
- Penderita dengan kerusakan miokardial luas, auskultasi dada dapat menyebabkan
bunyi jantung yang konsisten disertai penyakit jantungvalvular atau disfungsi
ventrikular yang signifikan (S3). Roentgenogram dada dapat mendeteksi bagian
dari aneurysm aorta ascending atau kardiomegali.
- Perubahan status mental disertai dengan pengosongan volum dapat berkisar dari
fluktuasi subtle pada mood – agitasi – ke tidak sadaran.
- Respiratori sekunder alkali pada hiperventilasi biasanya diobservasi sekunder
padastimulasi sistem saraf pusat dari pusat ventilatori sebagai akibat dari trauma,
sepsis, atau syok. Auskultasi paru-paru dapat membuat bunyi tajam yang pendek
(edema pulmonari) atau tidak adanya bunyi bernapas (pneumotoraks,
hemotoraks). Roentgenogram dada dapat memastikan lebih awal abnormalitas
yang tidak terdeteksi misalnya pneumonia (infiltrasi pulmonar). Pemaksaan yang
diteruskan pada paru-paru dapat menyebabkan sindrom distres respiratori pada
orang dewasa (adult respiratory distress syndrome, ARDS).
- Ginjal sangat sensitif pada perubahan tekanan perfusi. Perubahan menengah dapat
membuat perubahan laju filtrasi glomerolus (GFR) yang signifikan. Oliguria,
perkembangan anuria, terjadi karena vasokontriksi dari arteriol aferen.
- Kulit biasanya dingin, pucat, atau sianotik (kebiruan) karena hipoksemia.
Berkeringat menyebabkan perasaan lembab dan basah. Jari-jari mengalami
penurunan suplai darah kapiler.
- Redistribusi dari aliran darah keluar dari jalur GI dapat mengakibatkan gastritis
tes, iskemia gut, dan pada beberapa kasus infark, akibatnya adalah pendarahan
GI.
- Pengurangan aliran darah hepatik terutama pada berbagai bentuk vasodilatori
syok dapat merubah metabolisme komponen endogen dan obat. Kerusakan
progresif hati (syok liver) manifes sebagai peningkatan transaminase hepatik
serum dan bilirubin tidak terkonjugasi. Kekuranag sintesa faktor pembekuan
dapat meningkatkan waktu protrombin (protrombin time, PT), rasio normalisasi
internasional (INR), dan waktu tromboplastin teraktivasi sebagian (aPTT,
activated partial thromboplastin time).

8
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
5. Komplikasi

a. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
b. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
c. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.

6. Pemeriksan penunjang

a. Resusitasi Cairan Untuk Syok Hipovolemik

Cairan pemulih utama mengandung kristaloid isotonic (0,9% natrium klorida


atau cairan Ringer laktat), koloid (5% plasmanat atau albumin, 6% hetastarch), atau
darah keseluruhan. Pilihan larutan ini berdasarkan pada kapasitas pembawa oksigen
(contoh, hemoglobin, hematokrit), penyebab syok hipovolemik, penyakit suplemen,
tingkatan kehilangan cairan tubuh, dan mendapatkan penghantaran cairan dengan
cepat. Kebanyakan para ahli setuju bahwa kristaloid lebih baik dari koloid sebagai
terapi utama untuk penderita luka bakar karena kurangnya kemungkinan yang
menyebabkan akumulasi cairan interstsial. Jika volum resusitasi suboptimal disertai
dengan beberapa liter kristaloid, penggunaan koloid juga dipertimbangkan. Beberapa
Penderita dapat menerima produk darah untuk menjaga kapasitas penghantaran
oksigen sebagai faktor pembekuan darah dan platelet untuk hemostasis darah.

b. Terapi Farmakologi

Obat inotropik dan vasopresor biasanya tidak diindikasikan sebagai terapi


utama syok hipovolemik (perkiraan terapi cairan cukup), respon tubuh yang normal
akan meningkatkan curah jantung dan memperkecil saluran pembuluh darah untuk
menjaga BP. Meskipun, sesekali harus insufisiensi sirkulasi telah dihentikan atau
ditangani dan cairan telah dioptimasi, medikasi tetap diperlukan pada penderita
dengan tanda dan gejala dari perfusi jaringan tidak mencukupi. Obat peningkat

9
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
tekanan darah seperti norepinefrin dan dosis tinggi dopamin sebaiknya dihindari
karena dapat meningkatkan BP pada iskemia jaringan. Penderita dengan BP yang
tidak stabil serta penempatan cairan kembali dan meningkatnya akumulasi cairan
interstitial, obat inotropik seperti dobutamin lebih dipilih jika Bpnya cukup (SBP ≥
90 mmHg) karena obat ini tidak menyebabkan vasokonstriksi. Karena tekanan tidak
dapat ditangani oleh inotropik atau inotropik dengan vasodilator tidak dapat
digunakan (terfokus pada tidak sesuainya BP) maka pressor dibutuhkan sebagai
pilihan terapi.

7. Penatalaksanaan

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk


memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan
darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-
mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat
trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi
cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan
volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma

10
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang
dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis
cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan,
plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti
dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat
canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk mengobati
disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi
oksigen miocard.
1) Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
2) Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3) Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
4) Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
5) Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas
jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
4. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai lebih
tinggi dari jantung
5. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan
yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber
perdarahan (Mansjoer, 2000)

11
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK

1. Pengkajian
1. Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila perlu
untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
b. Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi
suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan
kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup
besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya
dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti di
kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan
abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan.
PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas
inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan infus.
Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi perdarahan pada
tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan tingkat
kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak

12
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat
sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang mengetahui
kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan mual,
kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien
sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia), Warna
pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik
dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering
kering pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih
tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal
atau meninggi pada awal syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase
kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi
meningkat jika kondisi menjelek)
5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran
dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)

13
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan
(pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak
diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik,
meninggi pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena
adanya aliran pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar
ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa,
2005):
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre
load dan afterload, kontraktilitas jantung.
b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2,
gangguan aliran arteri dan vena
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

14
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/Masalah
Tujuan dan Kriteria intervensi
Kolaborasi Hasil

Penurunan curah NOC : NIC :


jantung b/d gangguan
- Cardiac Pump - Evaluasi adanya nyeri
irama jantung, stroke effectiveness dada
volume, pre load - Circulation - Catat adanya disritmia
Status jantung
dan afterload, - Vital Sign - Catat adanya tanda dan
kontraktilitas jantung. Status gejala penurunan
- Tissue cardiac putput
perfusion: - Monitor status
perifer pernafasan
DO/DS: - Monitor balance cairan
- Monitor respon pasien
- Aritmia, Setelah dilakukan terhadap efek
takikardia, asuhan pengobatan
bradikardia antiaritmia
- Palpitasi, Selama......penurunan - Atur periode latihan
oedem kardiak dan istirahat untuk
- Kelelahan menghindari
- Peningkatan/pen output klien teratasi Kelelahan
urunan JVP dengan kriteria hasil: - Monitor adanya
- Distensi vena dyspneu, fatigue,
jugularis - Tanda Vital tekipneu dan ortopneu
- Kulit dingin dan dalam rentang - Monitor TD, nadi,
lembab normal suhu, dan RR
- Penurunan (Tekanan darah, - Monitor VS saat
denyut nadi Nadi,respirasi) pasien berbaring,
perifer - Dapat duduk, atau berdiri
- Oliguria, kaplari mentoleransi - Monitor TD, nadi, RR,
refill lambat aktivitas, tidak sebelum, selama, dan
- Nafas pendek/ ada kelelahan setelah aktivitas
sesak nafas - Tidak ada - Monitor jumlah, bunyi
- Perubahan edema paru, dan irama jantung
warna kulit perifer, dan - Monitor frekuensi dan
- Batuk, bunyi tidak ada asites irama pernapasan
jantung S3/S4 - Tidak ada - Monitor suhu, warna,
- Kecemasan penurunan dan kelembaban kulit
kesadaran - Monitor sianosis
- AGD dalam - Monitor adanya
batas normal tekanan nadi yang
- Tidak ada melebar, bradikardi,
distensi vena peningkatan sistolik

15
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah
Hasil
Kolaborasi

Perfusi jaringan NOC : NIC :


tidak - Cardiac pump - Monitor nyeri dada
Effectiveness (durasi, intensitas dan
efektif b/d gangguan Circulation status faktor-faktor
afinitas Hb oksigen, - Tissue Prefusion : presipitasi)
cardiac, - Observasi perubahan
penurunan periferal ECG
konsentrasi Hb, - Vital Sign Statusl - Auskultasi suara
Hipervolemia, jantung dan paru
Setelah dilakukan asuhan - Monitor irama dan
Hipoventilasi, jumlah denyut jantung
selama…ketidakefektifan
gangguan transport - Monitor angka PT,
perfusijaringan PTT dan AT
O2,
kardiopulmonal teratasi - Monitor elektrolit
gangguan aliran dengan kriteria hasil: (potassium dan
arteri dan vena magnesium)
- Tekanan systole - Monitor status cairan
DS: dan diastole - Evaluasi oedem perifer
dalam rentang dan denyut nadi
- Nyeri dada yang diharapkan - Monitor peningkatan
- Sesak nafas kelelahan dan
- CVP dalam batas
DO kecemasan
normal
- Jelaskan pembatasan
- AGD - Nadi perifer kuat
intake kafein, sodium,
abnormal dan simetris
kolesterol
- Aritmia - Tidak ada oedem
dan lemak
- Bronko perifer dan
asites - Kelola pemberian obat-
spasme obat: analgesik, anti
- Kapilare - Denyut jantung,
koagulan,
AGD, ejeksi

16
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
refill > 3 dtk - fraksi dalam batas nitrogliserin,
- Retraksi dada normal vasodilator dan
- - Penggunaan - Bunyi jantung diuretik.
abnormal tidak
otot-otot - Tingkatkan istirahat
ada
(batasi pengunjung)
tambahan - Nyeri dada tidak
ada
- Kelelahan yang
ekstrim tidak
ada

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Berhubungan - Pertahankan
dengan:Kehilangan - Fluid balance catatan intake
- Hydration dan output yang
volume cairan secara
- Nutritional Status : akurat
aktif, Kegagalan Food and Fluid - Monitor status
mekanisme pengaturan Intake hidrasi
- nadi adekuat,
tekanan darah
Setelah dilakukan tindakan ortostatik ), jika
DS :
diperlukan
- Haus keperawatan selama….
Monitor hasil lab
defisit volume
DO: yang sesuai
- Penurunan turgor cairan teratasi dengan dengan retensi
kulit/lidah kriteria hasil: cairan
- Membran - (BUN , Hmt ,
mukosa/kulit osmolalitas urin,
kering albumin, total
- Peningkatan - Mempertahankan protein )
denyut nadi, urine output - Monitor vital
penurunan sesuai dengan usia sign setiap
tekanan darah, dan BB, BJ 15menit – 1 jam
penurunan urine normal, - Kolaborasi
- volume/tekanan - Tekanan darah, nadi, pemberian cairan
nadi suhu tubuh IV
- Pengisian vena dalam batas normal - Monitor status
- Tidak ada tanda nutrisi

17
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
menurun tanda dehidrasi, - Berikan cairan
- Perubahan status - Elastisitas turgor oral
mental kulit baik, - Berikan
- Konsentrasi urine - membran mukosa penggantian
meningkat lembab, tidak nasogatrik sesuai
- Temperatur tubuh - ada rasa haus yang output (50 –
meningkat berlebihan 100cc/jam)
- Kehilangan berat - Orientasi terhadap - Persiapan untuk
badan secara waktu dan tranfusi
tibatiba tempat baik - Pasang kateter
- Penurunan urine - Jumlah dan irama jika perlu
output pernapasan - Monitor intake
- HMT meningkat dalam batas normal dan urin output
- Kelemahan - Elektrolit, Hb, Hmt setiap 8 jam
dalam batas
normal
- pH urin dalam batas
normal
- Intake oral dan
intravena adekuat

5. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan
sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini
diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan,

18
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan
mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat menjadi
mandiri.

6. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adequat

19
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai