Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TAUFIK HIDAYAT

NIM : 19205057

TES DAN JENIS-JENIS TES


A. PENGERTIAN TES
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno, yaitu “testum” dengan arti: “piring
yang digunakan untuk menyisihkan atau memilih logam-logam mulia dari benda-benda lain”,seperti pasir,
batu, tanah, dan sebagainya. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological
Testing (tes) adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah
laku individu. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel perilaku tertentu.
Dalam psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
a. tes yang mengukur intelegensia umum yang dirancang untuk mengukur kemampuan umum
seseorang dalam suatu tugas
b. tes yang mengukur kemampuan khusus atau tes bakat yang dibuat untuk mengungkap kemampuan
potensial dalam bidang tertentu
c. tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan
aktual sebagai hasil belajar
d. tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality assesment) yang bertujuan mengungkap
karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur.
Dalam penyusunan tes diperlukan langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis, sehingga
dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Langkah-langkah tersebut, sebagai berikut:
1. Menentukan atau merumuskan tujuan tes.
2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes.
3. Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang merupakan tingkah laku yang
dapat diamati dan sesuai dengan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
4. Merinci bahan atau mata pelajaran yang akan diukur dengan tes.
5. Menyiapkan tabel spesifikasi.
6. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Disamping itu baik buruknya evaluasi ada ditangan evaluator, yaitu guru yang melaksanakan proses
pembelajaran dalam suatu bidang studi atau tim khusus yang dibentuk untuk melakukan evaluasi. Artinya
guru harus bertanggungjawab juga dalam pelaksanaan evaluasi.
Kita mengenal bermacam-macam fungsi tes sesuai dengan tujuannya masing-masing, yaitu:
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses
belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.  Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat
diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
3. Sebagai alat untuk menentukan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program
pendidikan tertentu (placement test).
4. Sebagai alat untuk mencari umpan balik (feed-back) guna memperbaiki proses belajar-mengajar bagi
guru maupun siswa (test formatif).
5. Sebagai alat untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa, seperti latar belakang psikologis,
fisik, dan lingkungan sosial-ekonomi siswa.

B. JENIS-JENIS TES
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari
segi mana atau  dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
1. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik, dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a. Tes seleksi, sering dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes. 
b. Tes awal, sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh para peserta didik.
c. Tes akhir, sering dikenal dengan istilah post-test. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai
dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
d. Tes diagnostik. Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang
dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. 
e. Tes formatif, sering dikenal dengan istilah “Ulangan Harian”.
f. Tes sumatif, sering dikenal dengan istilah “Ulangan Umum” atau “Evaluasi Belajar Tahap
Akhir (EBTA)”.
2. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap, dibedakan menjadi lima golongan,
yaitu:
a. Tes intelegensi (intellegency test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapkan atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapkan
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
c. Tes sikap (attitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkap predisposisi atau
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya,
baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
d. Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkap ciri-ciri
khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
e. Tes hasil belajar atau tes pencapaian (achievement test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengungkap tingkat pencapaian prestasi belajar.
3. Penggolongan tes berdasarkan obyek yang dites:
a. Tes individual (individual test), yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan
waktu yang cukup panjang (untuk waktu yang sama penguji hanya dapat mengetes seorang
calon).
b. Tes kelompok (group test),  yaitu tes yang dilakukan terhadap beberapa murid dalam waktu
yang sama.
4. Penggolongan tes berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan tes.
a. Power test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat teste untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak di batasi.            
b. Speed test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut di batasi.
5. Penggolongan tes berdasarkan bentuk responnya (sifatnya). 
a. Tes Verbal (Verbal test), yaitu tes yang menggunakan bahasa (ungkapan kata atau kalimat)
sebagai alat untuk melaksanakan tes. Tes verbal terdiri dari: tes lisan (oral test) dan tes
tulisan(written test).            
b. Tes Non Verbal (Nonverbal test), yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa  (ungkapan kata
atau kalimat) sebagai alat untuk melaksanakan tes, tetapi menggunakan tindakan tertentu
berupa gambar, memberikan tugas dan sebagainya.
6. Penggolongan tes berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya.
a. Tes tertulis (pencil and paper test), yaitu tes di mana tester dalam mengajukan pertanyaan
dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban juga secara tertulis.
b. Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes di mana tester dalam mengajukan pertanyaan
dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan juga.
7. Penggolongan Tes Berdasarkan Bentuk Jawaban.
a. Tes Esei (Essay-type Test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan
tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
b. Tes Jawaban Pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan
jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam
bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka.
c.  Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah
tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected
response test).

Anda mungkin juga menyukai