ASUHAN KEPERAWATAN
CONTOH KASUS
Seorang laki-laki berusia 67 tahun, dibawa ke IGD RS Surga karena merasa kesakitan pada
bagian bawah perutnya, dia juga mengeluh tidak bisa buang air kecil. Pada saat dilakukan
pemeriksaan oleh seorang perawat selanjutnya diketahui bahwa sejak dua bulan terakhir
buang air kecil pasien tidak lancar, kadang urinnya berwarna kemerahan sehingga dicurigai
mengandung senyawa keton, pasien juga mengeluhkan setiap buang air kecil harus mengejan
dan terasa nyeri dipinggangnya, pasien tidak pernah mempunyai riwayat penyakit prostat.
Sejak 5 jam sebelum datang ke rumah sakit, air kencingnya macet total, perut bagian bawah
semakin memberas, menegang dan sangat nyeri.
1. ASKEP BPH
A. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, tanggal masuk ke rumah sakit, nomor register dan
diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
Bapak datang dengan mengeluh tidak bisa buang air keci, nyeri pada pinggang
dan pada saat BAK harus mengejan.
3) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti infeksi saluran
kemih, vesicholithiasis atau sindrom nefrotik.
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat sebelum dibawa ke RS sejak dua bulan terakhir BAK pasien
tidak lancar, urinnya berwarna kemerahan, ketika BAK harus
mengedan dan sejak 5 jam sebelum datang ke RS air kencingnya
macet total, abdomen bagian bawah semakin membesar dan menegang
serta pasien merasa sangat nyeri.
Riwayat kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti penyakit kelamin,
DM, hipertensi dan lain-lain yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
4) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu.
Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin
akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis
sampai syok - septik.
Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah
supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi
terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi.
Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.
Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk
menentukan konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan
besarnya prostat.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Pre Operasi
Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
prostat, dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung
kemih untuk berkontraksi secara adekuat.
Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli,
distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi prosedur bedah.
2) Post Operasi
Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada TUR-P.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat
selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan
C. Intervensi Keperawatan
1) Pre Operasi
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
Tujuan : Retensi urin berkurang
Kriteria hasil:
Berkemih dalam jumlah yang cukup/normal
Tidak terapa distensi vesika urinari
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2- Untuk meminimalkan retensi urin
4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan. distensi berlebihan pada vesika
urinari.
2. Observasi aliran urin, perhatian Untuk mengevaluasi obstruksi dan
jumlah urin dan kekuatan pilihan intervensi
pancarannya.
3. Awasi dan catat waktu serta jumlah Retensi urine meningkatkan tekanan
setiap kali berkemih dalam saluran perkemihan yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml Untuk meningkatkan aliran cairan,
sehari dalam toleransi jantung. meningkatkan perfusi ginjal serta
membersihkan ginjal, vesika urinari
dari pertumbuhan bakteri.
5. Berikan obat sesuai indikasi Untuk mengurangi spasme vesika
(antispamodik) urinari dan mempercepat
penyembuhan
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Dampingi klien dan bina hubungan Menunjukka perhatian dan
saling percaya. keinginan untuk membantu.