Anda di halaman 1dari 7

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

CONTOH KASUS

Seorang laki-laki berusia 67 tahun, dibawa ke IGD RS Surga karena merasa kesakitan pada
bagian bawah perutnya, dia juga mengeluh tidak bisa buang air kecil. Pada saat dilakukan
pemeriksaan oleh seorang perawat selanjutnya diketahui bahwa sejak dua bulan terakhir
buang air kecil pasien tidak lancar, kadang urinnya berwarna kemerahan sehingga dicurigai
mengandung senyawa keton, pasien juga mengeluhkan setiap buang air kecil harus mengejan
dan terasa nyeri dipinggangnya, pasien tidak pernah mempunyai riwayat penyakit prostat.
Sejak 5 jam sebelum datang ke rumah sakit, air kencingnya macet total, perut bagian bawah
semakin memberas, menegang dan sangat nyeri.

1. ASKEP BPH
A. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, tanggal masuk ke rumah sakit, nomor register dan
diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
Bapak datang dengan mengeluh tidak bisa buang air keci, nyeri pada pinggang
dan pada saat BAK harus mengejan.
3) Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti infeksi saluran
kemih, vesicholithiasis atau sindrom nefrotik.
 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat sebelum dibawa ke RS sejak dua bulan terakhir BAK pasien
tidak lancar, urinnya berwarna kemerahan, ketika BAK harus
mengedan dan sejak 5 jam sebelum datang ke RS air kencingnya
macet total, abdomen bagian bawah semakin membesar dan menegang
serta pasien merasa sangat nyeri.
 Riwayat kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti penyakit kelamin,
DM, hipertensi dan lain-lain yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
4) Pemeriksaan Fisik
 Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu.
Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin
akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis
sampai syok - septik.
 Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah
supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi
terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi.
Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.
 Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
 Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk
menentukan konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan
besarnya prostat.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Pre Operasi
 Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
prostat, dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung
kemih untuk berkontraksi secara adekuat.
 Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli,
distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi prosedur bedah.
2) Post Operasi
 Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada TUR-P.
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat
selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
 Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan
C. Intervensi Keperawatan
1) Pre Operasi
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
 Tujuan : Retensi urin berkurang
 Kriteria hasil:
 Berkemih dalam jumlah yang cukup/normal
 Tidak terapa distensi vesika urinari

N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2- Untuk meminimalkan retensi urin
4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan. distensi berlebihan pada vesika
urinari.
2. Observasi aliran urin, perhatian Untuk mengevaluasi obstruksi dan
jumlah urin dan kekuatan pilihan intervensi
pancarannya.
3. Awasi dan catat waktu serta jumlah Retensi urine meningkatkan tekanan
setiap kali berkemih dalam saluran perkemihan yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml Untuk meningkatkan aliran cairan,
sehari dalam toleransi jantung. meningkatkan perfusi ginjal serta
membersihkan ginjal, vesika urinari
dari pertumbuhan bakteri.
5. Berikan obat sesuai indikasi Untuk mengurangi spasme vesika
(antispamodik) urinari dan mempercepat
penyembuhan

2. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi


kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
 Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
 Kriteria Hasil :
 Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
 Ekspresi wajah rileks
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi dan Untuk menentukan intervensi
intensitas nyeri (1-10). selanjutnya
2. Berikan tindakan kenyamanan Untuk menurunkan tegangan otot,
(sentuhan terapeutik, pengubahan memfokusksn kembali perhatian
posisi, pijatan punggung ) dan dan dapat meningkatkan
aktivitas terapeutik. kemampuan koping.
3. Pertahankan tirah baring jika Diperlukan selama fase awal dan
diindikasikan fase akut
4. Pertahankan patensi kateter dan Mempertahankan fungsi kateter
sistem drainase. Pertahankan dan drainase sistem, menurunkan
selang bebas dari lekukan dan resiko distensi / spasme buli -
bekuan buli.
5. Kolaborasi dalam pemberian Untuk Menghilangkan spasme
antispasmodik

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau


menghadapi prosedur bedah.
 Tujuan : Cemas berkurang/hilang
 Kriteria hasil:
 Klien tidak cemas lagi
 Klien sudah bisa menerima keadaannya sekarang
 Klien sudah memahami tujuan dari pembedahan

N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Dampingi klien dan bina hubungan Menunjukka perhatian dan
saling percaya. keinginan untuk membantu.

2. Memberikan informasi tentang Membantu klien dalam memahami


prosedur tindakan yang akan tujuan dari suatu tindakan.
dilakukan.
3. Dorong klien atau orang terdekat Memberikan kesempatan pada
untuk menyatakan masalah atau klien dan konsep solusi pemecahan
perasaan. masalah.
2) Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder
pada TUR-P.
 Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
 Kriteria hasil:
 Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang.
 Ekspresi wajah klien tenang.
 Klien menunjukkan ketrampilan relaksasi
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan pada klien tentang gejala dini Kien dapat mendeteksi gajala
spasmus kandung kemih. dini spasmus kandung kemih.
2. Pemantauan klien pada interval yang Menentukan terdapatnya
teratur selama 48 jam, untuk spasmus sehingga obat – obatan
mengenal gejala – gejala dini dari bisa diberikan.
spasmus kandung kemih.
3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas Memberitahu klien bahwa
nyeri dan frekuensinya akan ketidaknyamanan hanya
berkurang dalam 24 sampai 48 jam. temporer.
4. Beri penyuluhan pada klien agar tidak Mengurang kemungkinan
berkemih ke seputar kateter. spasmus.
5. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, Menurunkan tegangan otot,
termasuk latihan nafas dalam dan memfokuskan kembali perhatian
imajinasi. dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
6. Menjaga selang drainase urine tetap Sumbatan pada selang kateter
aman dipaha untuk mencegah oleh bekuan darah dapat
peningkatan tekanan pada kandung menyebabkan distensi kandung
kemih. Irigasi kateter jika terlihat kemih dengan peningkatan
bekuan pada selang. spasme.
7. Anjurkan pada klien untuk tidak Mengurangi tekanan pada luka
duduk dalam waktu yang lama insisi.
sesudah tindakan TUR-P.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk Menghilangkan nyeri dan
memberi obat – obatan (analgesik mencegah spasmus kandung
atau anti spasmodik ) kemih.

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama


pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
 Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
 Kriteria hasil:
 Klien tidak mengalami infeksi
 TTV normal dan tidak menunjukkan tanda-tanda shock
 Waktu penyembuhan sesuai dengan yang direncanakan
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Pertahankan sistem kateter steril, Mencegah masuknya bakteri dan
berikan perawatan kateter dengan virus yang menyebabkan infeksi.
steril.
2. Anjurkan intake cairan yang cukup ( Meningkatkan output urine sehingga
2500 – 3000 ) sehingga dapat resiko terjadi ISK dikurangi dan
menurunkan potensial infeksi. mempertahankan fungsi ginjal.
3. Pertahankan posisi urin bag Menghindari refleks balik urine
dibawah. yang dapat memasukkan bakteri ke
kandung kemih.
4. Observasi tanda – tanda vital, Mencegah sebelum terjadi shock.
laporkan tanda – tanda shock dan
demam.
5. Observasi urine: warna, jumlah, bau. Mengidentifikasi adanya infeksi.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk Untuk mencegah infeksi dan


memberi obat antibiotik. membantu proses penyembuhan.

3. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan


pembedahan .
 Tujuan : Tidak terjadi pendarahan.
 Kriteria hasil:
 Klien tidak menunjukkan tanda-tanda pendarahan.
 TTV dalam batas normal.
 Urin lancar lewat kateter
N INTERVENSI RASIONAL
O
1. Jelaskan pada klien tentang sebab Menurunkan kecemasan klien dan
terjadi perdarahan setelah mengetahui tanda – tanda
pembedahan dan tanda – tanda perdarahan
perdarahan
2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi Gumpalan dapat menyumbat
gumpalan dalm saluran kateter kateter, menyebabkan peregangan
dan perdarahan kandung kemih
3. Sediakan diet makanan tinggi serat Dengan peningkatan tekanan pada
dan memberi obat untuk fosa prostatik yang akan
memudahkan defekasi . mengendapkan perdarahan .
4. Mencegah pemakaian termometer Dapat menimbulkan perdarahan
rektal, pemeriksaan rektal atau prostat .
huknah, untuk sekurang – kurangnya
satu minggu .
5. Pantau traksi kateter: catat waktu Traksi kateter menyebabkan
traksi di pasang dan kapan traksi pengembangan balon ke sisi fosa
dilepas . prostatik, menurunkan perdarahan.
Umumnya dilepas 3 – 6 jam setelah
pembedahan .
6. Observasi: Tanda – tanda vital tiap 4 Deteksi awal terhadap komplikasi,
jam, pemasukan dan pengeluaran dengan intervensi yang tepat
dan warna urin. mencegah kerusakan jaringan yang
permanen .

Anda mungkin juga menyukai