Dosen Pengampu:
H. Muhniansyah, M.Pd.
Disusun Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah penulis bisa menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul
Pergerakan Nasional Indonesia dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis sangat berharap agar karya ilmiah ini memberi banyak manfaat bagi para
pembaca terutama pada para generasi muda pada zaman sekarang ini agar dapat
mengambil hikmah dari pelajaran tersebut.
Salamah
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika sejarah Indonesia pada 1900-an dicirikan oleh adanya
perubahan kebijakan politik kolonial Belanda di tanah jajahannya. Hal ini
dapat dilihat ketika ditundukkan penguasa-penguasa pribumi dan semakin
meluasnya ekspansi teritorial ke Nusantara pada permulaan abad XX.
Peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu ini merupakan fase yang
menentukan karena pusat perhatian eksploitasi penguasa kolonial Belanda
menjadi berubah, yang pada awalnya hanya terkonsentrasi di Jawa kemudian
berkembang semakin meluas ke pulau-pulau di luar Jawa.
Ini adalah sebuah fenomena yang menggambarkan bagaimana terjadinya
persaingan di kalangan kekuatan kolonial Eropa di tanah jajahannya. Untuk
membedakan ciri kekuasaan kolonial Belanda dari kekuasaan Eropa lainnya,
dilaksanakan tindakan politik yang diharapkan mampu mengangkat kehidupan
masyarakat pribumi. Upaya untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk
pribumi yang menjadi titik tolak kebijakan kemakmuran, yang dikenal dengan
Politik Etis.
Sebagai akibat dari semakin intensifnya keinginan penguasa kolonial
untuk mengontrol daerah jajahannya, maka muncullah berbagai respons untuk
mengimbangi kekuasaan kolonial itu yang terwujud dalam pergerakan
nasional. Kemunculan pergerakan nasional seperti ini disebabkan oleh
beberapa hal. Satu diantaranya ialah kesadaran bahwa tantangan asing tidak
hanya dapat dihadapi dengan cara dan pandangan lama, yang bersifat
tradisional, sebagaimana telah berkembang di era sebelumnya. Respons
terhadap kolonialisme dengan gaya modern itu muncul dalam bentuk
organisasi modern seperti organisasi social, pendidikan dan partai politik.
Sistem partai politik dibentuk itu menandai lahirnya pengakuan terhadap
akuntabilitas publik. Pemikiran optimistis dikalangan elite yang berharap agar
politik etis dapat meraih puncaknya. Kebijakan pemerintah kolonial yang baru
1
ini berdampak pada dinamika di tanah jajahan yang dicirikan oleh munculnya
kesadaran nasional.
Kemunculan pergerakan nasional pada dekade pertama abad XX adalah
fenomena baru. Pada dekade-dekade sebelumnya berbagai gerakan
perlawanan terhadap penguasa kolonial. Perang Jawa (Java Oorlog) pada 1825
atau pergolakan di Sumatera Barat pada 1820-an-1830-an, yang dikenal
sebagai Perang Padri, merefleksikan bagaimana antipenjajahan berbagai
secara intensif. Namun demikian, pergerakan sebelumnya kemunculan
naisonalisme ini (prenationalist movement) dapat dikatakan masih bersifat
parsial serta spordis dalam karakternya, dan merefleksikan adanya pepecahan
masyarakat. Hal ini seiring dengan munculnya rasa permusuhan yang semakin
menyebar di kalangan kekuasaan kolonial Belanda di berbagai wilayah
kepulauan di Nusantara. Munculnya kesadaran berbangsa, sebagaimana
terkandung dalam makna nasionalisme, merepresentasikan suatu pergerakan
yang bersifat positif dalam arti bahwa terdapat pelaksanaan sebuah kekuatan
ideologi baru yang tidak hanya menentang dominasi kekuasaan pemerintah
kolonial, tetapi sebagai penempatan entitas nasional yang baru.
Blumberger (1931) menjelaskan bahwa timbulnya kesadaran berbangsa
yang berkembang ini sebenarnya merupakan perwujudan penentuan nasib
sendiri dari penduduk di daerah koloni. Hal yang sama terjadi sebelumnya di
Eropa, namun dalam tujuan gerakannya masih terdapat perbedaan
kepentingan. Contohnya, munculnya rasa kenegaraan (staatsgevoel). Selama
periode kebijakan politik, pemerintah kolonial memunculkan perubahan yang
fundamental dalam lingkungan kekuasaan kolonial. Ini berarti pula bahwa
secara komprehensif dinamika sejarah Indonesia abad XX tidak dapat
dimengerti dan dipahami tanpa mengacu pada proses perkembangan itu.
Pada dekade pertama pada abad XX tampak sejumlah aliran ideologi dan
kepentingan telah berkembang. Adanya perkembangan ini merupakan akibat
dari kontak-kontak dengan dunia luar yang semakin intensif yang mulai
mempengaruhi perkembangan pemikiran yang telah ada sebelumnya. Taufik
Abdullah (1994) menyebutkan bahwa periode 1920-an hingga 1930-an dapat
2
dianggab sebagai dekade ideologi. Dalam kurun waktu itu kelompok Islam
yang modernis tidak hanya berperan sebagai peserta aktif dalam
perkembangan wacana di masyarakat, akan tetapi telah muncul pula sebagai
pesaing dalam berbagai kekuatan politik yang berkembang.
Di satu sisi, muncul dinamika masyarakat yang telah dipengaruhi
marxisme dan sosialisme. Di sisi lain, adanya hubungan dengan Timur Tengah
telah mampu membangkitkan semangat reformis dan modernis, khususnya di
kalangan masyarakat Islam. Pada saat yang bersamaan itu tampak ide-ide
Barat tentang demokrasi dan emansipasi menjadi semakin berkembang dan
dipahami secara meningkat. Hal ini terjadi karena adanya bacaan-bacaan yang
semakin meluas, terutama melalui distribusi buku-buku bacaan Barat, surat
kabar, dan berbagai majalah. Selain itu, tampak adanya pengaruh yang
memungkinkan sekelompok mayarakat untuk mengikuti pendidikan Eropa
dan berbagai jenis pendidikan di Negara-negara Barat.
Ideologi-ideologi itu menawarkan kemungkinan untuk memperoleh
perspektif dan nuansa baru dalam upaya memahami diri mereka dalam
kerangka masyarakat kolonial. Dalam hal ini tampak jelas bagaimana
ideologi-ideologi itu telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam
proses kelahiran pemikiran ide-ide nasionalisme modern. Perkembangan ini
berdampak langsung pada kebangkitan kesadaran di kalangan elite dan para
intelektual dalam upaya mereka untuk mengadakan perubahan struktur sosial
dan politik. Berikut akan dibahas bagaimana dialektika berbagai ideologi
berkembang dan memberi kontribusi penting bagi proses pembentukan
bangsa.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
organisasi sosial, keagamaan, maupun aliran politik yang dipresentasikan
dengan munculnya partai-partai politik. Adapun organisasi-organisasi
modern yang pertama lahir adalah Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische
Partij, Muhammadiyah, dan Partai Nasional Indonesia. 2
1. Boedi Oetomo
2
Ibid, h. 379.
3
M.C. Ricklefs,Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Palgrave, cet I, 2001. h. 396
6
2. Paguyuban Pasundan
7
Boedi Oetomo dan Paguyuban Pasundan merupakan contoh yang jelas dari
kondisi ini. 4
3. Kaoem Betawi
4
Ibid, h. 386
8
Pada kongres Sarekat Madura yang diadakan pada februari 1925 di
Bangkalan, hadir sekitar 250 orang yang ditambah para simpatisan PKI dan
Sarekat Rakyat, Sarekat Ambon dan Ina Toeni, serta Indonesische Studie Club.
Pada Kongres ini dibicarakan upaya-upaya yang perlu dilakukan berkenaan
dengan terjadinya bencana kelaparan. Saat terjadi gerakan pemogokan di
Surabaya pada 1925, aktivitas Sarekat Madoera masih tetap berlanjut. 5
5. Perkumpulan Sumatra
5
Ibid, h. 387
6
M.C. Ricklefs,Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Palgrave, cet I, 2001. h. 389
9
6. Perkumpulan Ambon ( Vereenigingen Amboneezen )
7
Ibid, h.. 388
10
7. Perkumpulan Minahasa ( Vereenigingen Van Minahassers )
11
Tomohon (Minahasa) dengan tujuan meningkatkan kepentingan para
anggotanya, perbaikan pendidikan Kristen di Manado, dan penguatan ikatan
antara Minahasa dan Belanda. Perkumpulan tersebut berusaha mencapai tujuan
dengan mengadakan pertemuan pendirian yayasan beasiswa.
8
M.C. Ricklefs,Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Palgrave, cet I, 2001. h. 389
9
Nana Nurilana Soeyono, Sudarini suhartono,Sejarah.2006,Grasindo. h. 58.
12
Sarekat Islam mengalami perkembangan yang pesat setelah dipimpin
oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Dalam sebuah pidatonya, H.O.S
Tjokroaminoto juga menegaskan bahwa tujuan SI adalah memperkuat dasar
ekonomi kaum pribumi agar mampu bersaing dan membebaskan
ketergantungan pada bangsa asing.
13
revolusioner nasional itu ialah Indische Partij yang didirikan pada tanggal 25
Desember 1912. Organisasi ini juga ingin menggantikan Indische Bond sebagai
organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan tahun 1898.
Perumusan gagasan itu ialah E.F.E. Douwes Dekker kemudian terkenal dengan
nama Danudirdja Setyabuddhu. Douwes Dekker meluaskan pandangannya
terhadap masyarakat Indonesia umumnya, yang masih tetap hidup di dalam
situasi kolonial. Nasib para Indo ini tidak ditentukan oleh pemerintah kolonial
tetapi terletak di dalam bentuk kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya.
Bahkan menurut Suwardi Suryaningrat ia tidak mengenal supremasi Indo atas
penduduk bumiputra, malahan ia menghendaki hilangnya golongan Indo
dengan jalan peleburan ke dalam masyarakat bumiputra. Melalui karangan-
karangan di dalam Het Tijdshrift kemudian dilanjutkan di dalam De Express,
maka propogandanya meliputi: pelaksanaan suatu program Hindi untuk setiap
gerakan politik yang sehat dengan tujuan menghapuskan perhubungan kolonial
menyadarkan golongan Indo dan penduduk bumiputra, bahwa masa depan
mereka terancam oleh bahaya yang sama, yaitu bahaya exploitasi kolonial. Alat
untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan-perlawanan ialah dengan membentuk
suatu Partij yaitu Indische Partij.10
10
Marwati Djoened Poesponegoto, Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia V,
Balai Pustaka, 1984. h. 185-186.
14
suku dan inter-suku yang masih hidup berdampingan pada masa ini
menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan kepada diri-sendiri.
1. Muhammadiyah
11
Ibid, h. 187-188
15
Muhammadiyah didirikan oleh K.H Akhmad Dahlan di Yogyakarta pada
tanggal 18 Nopember 1912, organisasi ini bertumpu pada cita-cita agama
sebagai aliran modernis Islam, organisasi ini ingin memperbaiki agama dan
sebagian umat Islam Indonesia. Agama islam sudah tidak utuh dan murni
karena pemeluknya terkungkung dalam kebiasaan yang menyimpang dari
asalnya yaitu Kitab Suci Al Qur’an. Keadaan seperti ini menumbuhkan simpati
para pemeluknya, lebih-lebih di kalangan muda yang sudah mendapatkan
pendidikan Barat, bahkan sebaliknya agama dan umat Islam dianggap sebagai
penghambat kemajuan bangsa. Agama Islam harus dibersihkan dari campuran
yang bukan keislaman, seperti perbuatan musrik,bid’ah, dan lain-lainnya.
Dorongan dari luar yang melahirkn organisasi modernis Islam itu ialah politik
kolonial sendiri terhadap pengembangan agama Islam yang menginginkan agar
agama islam tetap tidak murni dan utuh. Karena itu kembalinya ke agama yang
murni dan utuh mengkhawatirkan pemerintah karena pemerintah tidak dapat
mencampuri dan mengawasi perkembangan organisasi sesuai dengan
kepentingan pemerintah.
Berbeda dengan BU yang menekankan perjuangan sosio-kultural,
Muhammadiyah menekankan perjuangan sosio-religius. Segi-segi
pengembangan masyarakat pada organisasi yang terakhir itu menjadi perhatian
utama karena pada dasarnya kehidupan sosio masyarakat masih sangat
terbelakang. Untuk memajukannya diperlukan perbaikan yang mencakup
bidang keagamaan, pendidikan dan kemasyarakatan.
Di atas sudah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pembaharuan di
bidang keagamaan adalah memurnikan dan mengembalikan sesuai dengan
aslinya sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam Al- Qur’an dan
diturunkan oleh Nabi Muhammad saw lewat Sunnah-sunnahnya. Bidang
pendidikan ditempuhnya melali cara baru yang lebih nyata. Pendidikan
mempunyai fungsi penting karena dengan pendidikan pemahaman tentang
Islam mudah diwariskan kepada generasi berikutnya.
Perbaikan pendidikan mencangkup perbaikan dan pembentukan manusia
Muslin yang berbudi, alim, luas pengetahuannya dan faham masalah ilmu
16
keduniaan dan kemasyarkatan. Sistem pendidikan dibangunnya dengan cara
sendiri, menggambungkan cara tradisional dan cara modern. Model sekolah
Barat ditambah pelajarab agama yang dilakukan secara kelas akan lebih banyak
mendapatkan hasil dalam proses belajar mengajar. Bidang kemasyarakatan
yang ditempuhnya ialah dengan mendirikan rumah sakit, poliklinik, rumah
yatim piatu yang dikelola oleh lembaga-lembaga. Usaha di bidang sosial ini
ditandai dengan berdirinya Pertolongan Kesengsaraan Umum ( PKU) pada
tahun 1923 dan ini merupakan bentuk kepedulian sosial dan tolong menolong
sesama Muslim. 12
2. Nahdlatul Ulama
12
Suhartono. Sejarah Pergerakan Nasional, Pustaka Pelajar (anggota IKAPI) 2001. h. 44-
45
17
NU adalah organisasi sosial keagamaan atau Jam’iyyah diniyah Islamiyah yang
didirikan oleh para ulama, pemegang teguh salah satu dari empat mahzab
berhaluan Ahlusunnah wal Jama’ah yang bertujuan tidak saja mengembangkan
dan mengamalkan ajaran Islam tetapi juga memperhatikan masalah sosial
ekonomi, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya NU tidak mencampuri urusan politik dan dlam kongres ada
bulan Oktober 1928 di Surabaya diambil keputusan untuk menentang reformasi
kaum modernis dan perubahan-perubahan yang dilakukan Wahani Hijaz.
Kaum Islam reformis dalam beberapa hal bersikap seperti kaum nasional yang
tidak mengkaitkan agama, misalnya tentang masalah perkawinan,
kekeluargaan, kedudukan wanita, dan lain sebagainya.
Selama sepuluh tahun setelah berdirinya NU menunjukkan kegiatan sendiri
terutama dalam menghadapi aliran Wahabi yang dianggapnya akan
merapuhkan faham ahlusunna wal jama’ah. Namun karena terdesak kebutuhan
untuk mengadakan persatuan ummat Islam maka pada tahun 1937 NU
bergabung dalam MIAI. Hal ini dapat dimengerti bahwa kerjasama kolektif
akan lenih menguntungkan dalam menghadapi tantangan dari luar khususnya
ancaman Jepang yang mulai bergerak ke selatan. Nahdlatul Ulama atau
kebangkitan ulama ternyata bukan saja gabungan ulama ortodoks tetapi juga
ulama modern. 13
13
Ibid, h. 49-51.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Kemerdekaan yang dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan
para tokoh ataupun organisasi-organisasi yang meluangkan semua pikiran dan
tenaganya demi sebuah kemerdekaan Indonesia.
B. Saran
Bangsa Indonesia harus bersyukur atas kemerdekaan Indonesia yang
dicapau dari proses yang panjang . oleh karena itu sebagai penerus bangsa
hendaknya kita melanjutkan perjuangan atau cita-cita para pejuang dalam
pergerakan nasional demi sebuah kemerdekaan yang sebenarnya. Dan
menjadikan sebagai pembuktian lahirnya pemuda-pemuda Pergerakan Nasional
demi sebuah kemerdekaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Lapian dkk. Indonesia dalam Arus Sejarah. PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
20