Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN

TATA CARA PELAPORAN DAN

PASCA PELAPORAN

OLEH :

ELISABETH OKTOVIA SUSANTI

18 510 003

AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA

( STIE-I / STIKI )

MAKASSAR

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kelimpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelasikan Makalah yang berjudul
“Tata Cara Pelaporan dan Pasca Pelaporan” ini dengan baik.
Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ketentuan Umum
Perpajakan. Makalah ini bertujuan untuk mengasah keterampilan pembaca, selain
itu juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa Makalah ini sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami
menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Demikian, dan apabila Terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima
kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat.

Makassar, 11 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................6

C. Tujuan.................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6

1. Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak..................................................................6

2. Fungsi SPT.......................................................................................................10

3. Isi dan Jenis SPT...............................................................................................12

4. Penyampaian Lampiran SPT Masa PPN Menggunakan Media Elektronik.....16

5. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan Pajak...............................................18

6. Sanksi Atas Keterlambatan Pembayaran dan Pelaporan Pajak........................23

BAB III PENUTUP...................................................................................................28

KESIMPULAN........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang digunakan untuk

pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

sebagai alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan

penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari

masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional.

Alokasi pajak tidak hanya diberikan kepada rakyat yang membayar pajak

tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang tidak membayar pajak (Ita Salsalina

Lingga, 2012).

Sesuai dengan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Alat yang sering digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak

adalah ketepatan waktu pelaporan SPT. Surat Pemberitahuan (SPT)

merupakan dokumen yang menjadi alat kerjasama antara Wajib Pajak dan

administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan

secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian SPT dalam pasal 1 butir

4
10 UU KUP adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan

perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. Sesuai dengan prinsip self

assesment system, Wajib Pajak harus melaporkan pajak bulanan dan pajak

tahunannya. Dalam SPT tahunan, terdapat informasi mengenai jumlah PPh

terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui besarnya peningkatan

penerimaan pajak tiap tahunnya. Semakin patuh Wajib melaporkan SPT

tahunannya, maka peningkatan penerimaan pajak akan dapat direalisasikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembayaran dan pelaporan pajak

2. Apa fungsi SPT

3. Apa saja isi dan jenis dari SPT

4. Apa ketentuan penyampaian lampiran SPT masa PPN dengan media

elektronik

5. Berapa lama batas waktu pembayaran dan pelaporan pajak

6. Apa sanksi yang diberikan jika Wajib Pajak belum melakukan

pembayaran dan pelaporan pajak

C. Tujuan

Untuk mengetahui tata cara pembayaran dan pelaporan pajak.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak

Pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan

menggunakan fasilitas sisiem pembayaran online, dilaksanakan melalui

Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi online atau menggunakan fasilitas

alat transaksi yang disediakan oleh Bank Persepsi/ Devisa Persepsi online.

Cara pembayaran Melalui Teller Bank:

1. Wajib Pajak (WP) mendatangi teller Bank dengan membawa:

Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi secara lengkap dan benar

atau data yang lengkap dan benar tentang :

 Nomor Pokok Wajib Pajak.

 Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) sesuai dengan jenis

pajak yang akan dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku

Petunjuk Pengisian SSP.

 Kode Jenis Setoran (KJS) sesuai dengan jenis setoran pajak

yang akan dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk

6
Pengisian SSP (pada kolom pertama tabel MAP yang

bersangkutan).

 Nomor ketetapan sebagaimana tercantum dalam SKPKB,

SKPKBT, atau STP yang akan dibayar ( hanya diisi apabila

pembayaran dilakukan untuk melunasi SKPKB, SKPKBT,

atau STP).

 Masa Pajak, yang menunjukkan periode kewajiban pajak yang

akan dibayar, misalnya masa Agustus tahun 2002 diisi dengan

08-2002. Apabila membayar PPh Pasal 29 tahunan, setelah

kode jenis setoran diisi dengan 200 maka bulan dalam masa

pajak akan terisi 00 sehingga WP hanya tinggal mengisi empat

digit tahun pajak.

2. WP menyampaikan SSP yang telah diisi secara lengkap dan benar

atau Data yang lengkap dan benar serta alat pembayaran sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 huruf a dan b diatas kepada Teller Bank

Persepsi/Devisa Persepsi Online.

3. WP menjawab kebenaran identitas WP tentang Nama WP dan Alamat

WP.

4. WP menerima Kembali SSP yang telah disahkan dengan tanda tangan

petugas teller dan cap Bank serta diberi Nomor Transaksi Pembayaran

Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB), dan atau SSP

7
yang dicetak oleh Bank yang telah diberi NTPP dan atau NTB dari

Teller. 

5. WP memeriksa kebenaran SSP yang diterima dari Teller.

6.   WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Cara Pembayaran Pajak Menggunakan Fasilitas Alat Transaksi

Bank (misalnya ATM dan Internet Banking) :

1. WP mendatangi alat transaksi bank dengan membawa data yang

lengkap dan benar tentang:

 Nomor Pokok Wajib Pajak.

 Kode Mata Anggaran Penerimaan sesuai dengan jenis pajak

yang akan dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk

Pengisian SSP (pada keterangan diatas setiap tabel).

 Kode Jenis Setoran sesuai dengan jenis setoran pajak yang

dibayar, sebagaimana diatur dalam Buku Petunjuk Pengisian

SSP (pada kolom pertama tabel MAP yang bersangkutan)

 Nomor ketetapan sebagaimana tercantum dalam SKPKB,

SKPKBT, atau STP yang akan dibayar (hanya diisi apabila

pembayaran digunakan untuk melunasi SKPKB, SKPKBT,

atau STP).

 Masa Pajak, yang menunjukkan periode kewajiban pajak yang

akan dibayar, misalnya masa Agustus tahun 2002 diisi dengan

8
08-2002. Apabila membayar PPh Pasal 29 tahunan, setelah

kode jenis setoran diisi dengan 200 maka bulan dalam masa

pajak akan terisi 00 sehingga WP hanya tinggal mengisi empat

digit tahun pajak.

2. WP membuka menu Pembayaran Pajak.

3. WP mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 diatas secara tepat, lengkap dan benar.

4. WP meneliti Identitas WP yang terdiri dari nama dan Alamat WP yang

muncul pada tampilan. Apabila Identitas WP yang terdiri dari nama

dan Alamat WP pada tampilan tidak sesuai dengan keadaan

sebenarnya, maka proses berikutnya harus dibatalkan dan kembali

kepada menu sebelumnya untuk mengulang pemasukan data yang

diperlukan.

5. WP mengisi elemen data lainnya yang diperlukan dalam tampilan

berikutnya secara tepat.

6. WP mengambil SSP hasil keluaran fasilitas alat transaksi Bank.

7. WP memeriksa kebenaran SSP yang diperoleh.

8. WP melaporkan SSP ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Fungsi SPT

9
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang KUP mendefinisikan SPT adalah

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan

dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,

dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakn. Pasal 1 angka 12 UU KUP membagi jenis

SPT terdiri dari dua yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa adalah

SPT untuk suatu Masa Pajak. Pasal 1 angka 13 UU KUP mendefinisikan

SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun

Pajak.

Batang tubuh UU KUP tidak mengatur apa fungsi SPT, fungsi SPT

terdapat dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU KUP, sebagai berikut.

1 Bagi WP Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan

dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang

sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam

satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek

pajak;

c. Harta dan kewajiban; dan/atau

10
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan

atau pemungutan pajak prang pribadi atau badan lain dalam satu

Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

2 Bagi PKP, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM

yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan

b. Pembayaran atau pelunasanpajak yang telah dilaksanakan sendiri

oleh PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

3 Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai

sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang

dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

3. Isi dan Jenis SPT

 Jenis SPT

Ada dua jenis SPT:

a. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) adalah

SPT untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

11
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender kecuali bila

wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan

tahun kalender. Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka

waktu 1 tahun pajak.

b. surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) adalah SPT untuk

suatu masa pajak. Masa pajak adalah jangka waktu yang

menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor

dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu

tertentu. Masa pajak sama dengan 1 bulan kalender atau jangka

waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

paling lama 3 bulan kalender.

 Isi SPT

SPT Paling sedikit memuat tiga hal yaitu:

a. Nama Wajib Pajak, NPWP, dan alamat Wajib Pajak;

b. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang

Bersangkutan; dan

c. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.

Seperti kita ketahui SPT terdiri dari SPT Tahunan dan SPT

masa, masing-masing SPT isinya selain tiga hal diatas juga

harus memuat data lain sebagai berikut.

12
1) SPT Tahunan Pajak Penghasilan juga memuat data

mengenai.

a. Jumlah peredaran usaha;

b. Jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang

bukan merupakan objek pajak;

c. Jumlah Penghasilan Kena Pajak;

d. Jumlah pajak yang terutang;

e. Jumlah kredit pajak;

f. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;

g. Jumlah harta dan kewajiban;

h. Tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29;

dan

i. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha

Wajib Pajak.

2) SPT Masa Pajak Penghasilan juga memuat data

mengenai.

a. Jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang,

dan/atau jumlah pajak dibayar;

b. Tanggal pembayaran atau penyetoran; dan

c. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha

WP.

13
3) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai, juga memuat data

mengenai.

a. Jumlah penyerahan;

b. Jumlah Dasar Pengenaan Pajak;

c. Jumlah Pajak Keluaran;

d. Jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;

e. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;

f. Tanggal penyetoran; dan

g. Data lainnya yang terkait denga kegiatan usaha WP.

4) SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN, juga memuat data

mengenai.

a. Jumlah Dsar Pengenaan Pajak;

b. Jumlah Pajak yang dipungut;

c. Jumlah pajak yang disetor;

d. Tanggal pemungutan;

e. Tanggal penyetoran; dan

f. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha

WP.

Suatu SPT terdiri dari SPT Induk dan Lampiran yang merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan, kecuali untuk SPT bagi WP tertentu.

Selain lampiran SPT harus dilampiri dengan keterangan dan/atau

14
dokumen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yag wajib

menyelenggarakan pembukuam harus dilampiri dengan laporan keuangan

berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan

untuk menghitung besarnya Penghasilam Kena Pajak. Laporan Keuangan

adalah laporan keuangan dari masing-masing Wajib Pajak. Maksudnya

adalah laporan keuangan hasil kegiatan usaha masing-masing Wajib

Pajak.

Contoh:

PT.A memiliki saham pada PT.B dan PT.C. Dalam contoh tersebut, PT.A

mempunyai kewajiban melampirkan Laporan keuangan konsolidasi PT A

dan anak perusahaan, juga melampirkan laporan keuangan atas usaha PT

A (sebelum dikonsolidasi), sedangka PT B dan PT C wajib melampirkan

laporan keuangan masing-masing, bukan laporan keuangan konsolidasi.

Laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak

dilampirkan pada SPT maka SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas,

sehingga SPT dianggap tidak disampaikan. Tata cara penerimaan dan

pengolahan SPT diatur dengan atau berdasarkan PMK. Tata cara

15
penerimaan dan pengolahan SPT memuat hal-hal mengenai, antara lain,

penlitian kelengkapan, pemberian tanda terima, pengelompokkan SPT

Lebih Bayar, Kurang Bayar, dan Nihil, prosedur perekaman dan tindak

lanjut pengelolaannya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

4. Penyampaian Lampiran SPT Masa PPN Menggunakan Media

Elektronik

Telah ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-

756/PJ/2001 tanggal 26 Desember 2001 yang kemudian diubah dengan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-327/PJ/2002 tanggal 27

juni 2002. Berdasarkan keputusan ini ditetapkan antara lain sebagai

beikut:

a. PKP yang dalam satu Masa Pajak melaporkan 500 Faktur Pajak

Standar atau lebih wajib menyampaikan Lapmiran SPT Masa PPN

dalam bentuk media elektronik yang elemen datanya sudah ditentukan

dalam keputusan ini.

b. Pengusaha selain disebut dalam butir a, dapat menyampaikan lampiran

SPT masa PPN dalam bentuk media elektronik yang elemen datanya

sudah ditentukan dalam keputusan ini.

16
c. Lampiran SPT Masa PPN 1195 A1, 1195 A2, 1195 A3, 1195 B1, 1195

B2, 1195 B3, dan 1195 B4 yang disampaikan dalam bentuk media

eletronik sebagaimana dimaksud diatas, merupakan bagiam tak

terpisahkan dengan SPT Masa PPN.

d. Dokumen lainnya yang disyaratkan sebagai kelengkapan penyampaian

SPT Masa PPN selain lampiran tersebut dalam huruf c, tetap

disampaikan menggunakan formulir yang ditentukan.

e. Ketentuan ini mulai berlaku untuk pelaporan SPT Masa PPN Masa

Pajak Juni 2002.

f. PKP yang dalam satu Masa Pajak melaporkan kurang dari 500 Faktur

Pajak Standar, namun hendak menyampaikan lampiran SPT Masa

PPN dalam bentuk media elektronik, harus memberitahu secara tertulis

berupa ``Surat Pernyataan`` yang bentuk dan isinya dilampirkan dalam

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-756/PJ/2001.

g. Lampiran SPT Masa PPN yang disampaikan menggunakan media

elektronik sah dan berlaku efektif setelah melalui penelitian dan

pengujian data oleh Kantor Pelayanan Pajak yang hasilnya

diberitahukan kepada PKP yang bersangkutan. Pemberitahuan hasil

penelitian ini berfungsin sebagai bukti penerimaan lampiran SPT Masa

PPN.

17
5. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan Pajak

Pembayaran Pajak, diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU KUP, juga

dengan keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 541/KMK 04/2000

tanggal 22 Desember 2000, ringkasannya sebgaia berikut:

 Sarana untuk membayar pajak ialah Surat Setoran Pajak (SSP)

 Tempat pembayaran yang ada pada saat ini ialah Kantor Pos dan

Giro serta Bank-bank yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal

Anggaran.

 Jangka waktu pembayaran dan pelaporan:

1. Untuk PPh Pasal 21 harus disetor paling lambat tanggal 10

bulan berikutnya.

2. Untuk PPh Pasal 22 harus disetor paling lambat tanggal 7

bulan berikutnya (bukan Bea Cukai).

3. Untuk PPh Pasal 22 impor yang dipungut Bea Cukai harus

disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari setelah pemungutan.

4. Untuk PPh pasal 25 harus disetor paling lambat tanggal 15

bulan berikutnya.

5. Untuk PPh pasak 23 dan 26 harus disetor paling lambat tanggal

10 bulan berikutnya, setelah bulan saat terutangnya pajak.

18
6. PPh Pasak 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak

Penghasilan disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya

setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh MK.

7. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendirin oleh Wajib

Pajak disetor paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah

Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh MK.

8. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh disetor paling

lama tanggal 10 bulan berikutnya.

9. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri disetor paling lama

tanggal 15 bulan berikutnya.

10. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara paling lama

disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran

atas penyerahan barang yang dibiayai dari APBN/D, dengan

menggunakan SSP atas nama rekaman dan ditandatangani oleh

bendahara.

11. PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan

pelumas kepada penyalur/agen atau industry yang dipungut

oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produkasi

bahan bakar minyak, gas, dan pelumas disetor paling lama

tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

19
12. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak

badan tertentu sebagai pemungut pajak distor paling lama

tanggal 10 bulan berikutnya.

13. PPN atau PPn dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa

Pajak disetor paling lama tanggal 15 bulan berikutnya.

13a PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak

berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean

harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang

memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau

Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean disetor paling lama

tanggal 15 bulan berikutnya.

14. PPN atau PPN dari PPnBM yang pemungutannya dilakukan

oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang

ditunjuk disetor paling lama tanggal 7 bulan berikutnya.

14a PPN atau PPN dari PPnBM yang pemungutannya dilakukan

oleh Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai

Pemungut PPN, harus disetor paling lama pada hari yang

sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada PKP Rekanan

Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara.

15. PPN atau PPN dari PPnBM yang pemungutannya dilakukan

olej Pemungut PPN selain Bendaara Pemerintah atau instansi

20
Pemerintah yang ditunjuk disetor paling lama tanggal 15 bulan

berikutnya.

16. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP yang

melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa disetor

paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir.

17. Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak

dengan kriterian tertentu sebgaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (3b) UU KUP yang melaporkan beberapa masa pajak

dalam satu SPT Masa disetor paling lama sesuai dengan batas

waktu untuk masing-masing jenis pajak.

Pasal 2A PMK-80/PMK.03/2010 sebagai perubahan PMK-

184/PMK.03/2007 menetapkan yanggal jatuh tempo pembayaran atau

penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu asa

Pajak harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Hal ini untuk

mengakomodasi ketentuan Pasal 15A UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang

Perubahan Ketigas atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang

dan Jasa dan PPnBM yang diundangkan setelah UU KUP. Sehingga

dalam UU PPN yang merupakan hukum material terdapat ketentuan

hukum formal

21
BATAS WAKTU PEMBAYARAN STP, KETETAPAN DAN

KEPUTUSAN

Pasal 9 ayat (3) UU KUP mengatur bahwa STP, SKPKB, serta

SKPKBT, dan SK keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, serta

Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan

sejak tanggal diterbitkan.

Pasal 9 ayat (3a) UU KUP mengatur bahwa bagi Wajib Pajak usaha

kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasannya

dapat diperpanjang paling lama menjadi dua bulan yang ketentuannya

diatur dengan berdasarkan PMK.

Wajib Pajak usaha kecil terdiri dari Wajib Pajak orang pribadi dan

Waib Pajak badan, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Wajib Pajak orang pribadi usaha kecil:

a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri; dan

b. Menerima atau memperoleh peredaran usaha dari kegiatan usaha

atau meneriman penerimaan bruto dari pekerjaan bebas dalam

Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp.600.000.000,00.

2. Wajib Pajak badan usaha kecil:

a. Modal Wajib Pajak badan 100% dimiliki oleh Warga Negara

Indonesia;

22
b. Menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam Tahun Pajak

sebelumnya tidak lenih dari Rp.900.000.000,00.

Sedangkan Wajib Pajak di daerah tertentu adalah Wajib Pajak yang

tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usahanya

berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

BENTUK DAN TATA CARA PENGISIAN SSP

Bentuk da nisi formulir SSP adalah sebagaimana ditetapkan dalam

lampiran I Peraturan Dirjen Pajak Nomor : PER-38/PJ/2009. Formulir

SSP tersebut di atas dibuat dalam rangkap empat, dengan peruntukan

sebagai berikut:

 Lembar ke-1 untuk arsip Wajib Pajak;

 Lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;

 Lembar ke-3 untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor

Pelayanan Pajak;

 Lembar ke-4 untuk arsip Kantor Peneriman Pembayaran;

 Lembar ke-5 untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai

dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, dalam hal

diperlukan.

6. Sanksi Atas Keterlambatan Pembayaran dan Pelaporan Pajak

23
Pasal 9 ayat (2) UU KUP mengatur bahwa pembayaran atau

penyetoran pajak untuk masa pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh

tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi

berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo

pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan

dihitung penuh satu bulan.

Untuk jelasnya cara penghitungan bunga tersebut diberikan contoh

sebagai berikut:

Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 PT A tahun 2008 sejumlah

Rp.10.000.000,00 per bulan. Angsuran masa Mei 2008 dibayar tanggal 18

juni 2008 dan dilaporkan tanggal 19 juni 2008. Apabila pada tanggal 15

juli 2008 diterbitkan STP, sanksi bunga dalam STP dihitung satu bulan

sebagai berikut:

1 x 2% x Rp.10.000.000,00 = Rp.200.000,00

Pasal 9 ayat (2b) UU KUP mengatur bahwa atas pembayaran atau

penyetoran pajak untuk Pajak Penghasilan Setahun yang dilakukan setelah

tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan, dikenai sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung mulai dari

berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan

tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan penuh satu bulan.

24
Sanksi Denda atau Pidan atas SPT yang Tidak Benar atau Tidak

Lengkap. Setiap orang yang karena kealpaannya:

 Tidak menyampaikan SPT atau

 Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,

atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara

dan perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan yang pertama

kali, didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yang tidak

atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan

paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun. Kelapaa yang

dimaksud dalam ketentuan ini berarti tidak sengaja, lalai, tidak

hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga

perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan

Negara.

PENGECUALIAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN BAGI

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI YANG AKAN

BERTOLAK KE LUAR NEGERI

25
1. Orang asing yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,

dengan menunjukkan visa kunjungan atau visa singgah.

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-

pejabat lain dari Negara asing, termasuk anggota keluarganya dan

orang-orang yang diperbantukan kepada mereka, yang bekerja dan

bertempat tinggal bersama-sama mereka, sepanjang bukan warga

Negara Indonesia dan di indonesai tidak meneriman atau memperoleh

penghasilan di luar jabatan atau pekerjaanya tersebut serta Negara

bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik, dengan

menunjukkan paspor Diplomatik.

3. Pejabat-pejabat dari perwakilan organisasi internasional yang tidak

termasuk Subjek Pajak Penghasilan berdasarkan Keputusan MK,

termasuk anggota keluarganya, sepanjang bukan warga Negara

Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain

untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia, dengan menunjukkan

paspor Diplomatik.

4. Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal tetap di luar negeri

yang memilii dokumen resmi sebagai penduduk negeri tersbut, dengan

menunjukkan salah satu dari tanda pengenal resmi yang masih berlaku

sebagai penduduk luar negeri berikut ini.

26
5. Jemaah haji yang penyelenggaraannya dilakukan oleh instansi yang

berwenang, dengan menunjukkan daftar nama para Jemaah haji oleh

pimpinan rombongan dan petugas pelaksana pemberangkatan haji

yamg pembiayaannya dibebankan pada Biaya Perjalanan Ibadah Haji

(BPIH) dengan menyerahkan surat dari Departemen Agama.

Pengecualia tersebut tidak berlaku bagi Jemaah Haji khusus yang

penyelenggaraannya dibebankan pada BPIH Khusus.

6. Orang pribadi yang melaukan perjalanan lintas batas wilayah Republik

Indonesia melalui darat.

7. Para pekerja warga Negara Indonesia yang akan berkerja di luar negeri

dalam rangka program pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

dengan menunjukkan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) atau

menyerahkan persetujuan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

8. Mahasiswa dari Negara asing yang berada di Indonesia dalam rangka

belajar dengan rekomendasi dari perguruan tinggi tempat mereka

27
belajar dan tidak meneriman atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia, dengan menyerahkan surat pernyataan tidak menerima atau

emperoleh penghasilan dari Indonesia dan surat rekomendasi sebagai

mahasiwa atau pelajar dari pimpinan perguruan tinggi sekolah yang

bersangkutan. Pembebsan tersebut tidak berlaku bagi istri dan anak-

anaknya maupun anggota keluarga lainnya.

28
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pembayaran dan pelaporan Pajak dapat dilakukan dengan

menggunakan fasilitas sisiem pembayaran online, dilaksanakan melalui

Teller Bank Persepsi/Devisa Persepsi online atau menggunakan fasilitas

alat transaksi yang disediakan oleh Bank Persepsi/ Devisa Persepsi online.

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai

semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat

dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja

pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan.

Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah

sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang

berasal dari pajak.

29
DAFTAR PUSTAKA

Diana Anastasia.2014.Perpajakan Panduan Pembelajaran dan

Penerapan.Yogyakarta(ID):ANDI

Rusdi, Muhammad.2007.PPh Pajak Penghasilan.Klaten:PT INDEKS

Sukarji, Untung,2002. Pajak Pertambahan Nilai.Jakarta:PT RAJA

GRAFINDO PERSADA

Resmi, Siti.2019.Perpajakan Teori & Kasus.Jakarta:Salemba Empat

Suharsono, Agus.2015.Ketentuan Umum Perpajakan.Yogyakarta:Graha Ilmu

Hutomo, Sigit.2018.Terampil Pajak Penghasilan.Yogyakarta:ANDI

Sihaloho, Cyrus.2002.Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan.Jakarta:PT

RAJA GRAFINDO PERSADA

Halim, Abdul,dkk.2015.Perpajakan Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi

Kasus.Ed II.Jakarta:Salemba Empat

P, Handayanto T.2013.Bahan Ajar Ketentuan Umum Perpajakan Prodip I

Keuangan Spesialisasi Pajak.Jakarta

  Soemitro, Rochmat.1991.Asas dan Dasar Perpajakan.Bandung: Eresco

30

Anda mungkin juga menyukai