Anda di halaman 1dari 14

2.

7 Sifat Fisika dan Kimia Reagen

2.7.1 CuSO4.5H2O
Bentuk : padat
Warna : biru
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : 3,5 - 4,5 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 147 °C
Titik didih/rentang didih : Tidak tersedia informasi.
Titik nyala : Tidak berlaku
Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) : Produk ini tidak mudah-menyala.
Terendah batas ledakan : Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan : Tidak berlaku
Tekanan uap : Tidak tersedia informasi.
Kerapatan (densitas) uap relatif : Tidak tersedia informasi.
Densitas : 2,284 g/cm3 pada 20 °C
Kerapatan (densitas) relatif : Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air : 317 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak tersedia informasi.
Suhu dapat membakar sendiri : Tidak tersedia informasi.
Suhu penguraian : Tidak tersedia informasi.
Viskositas, dinamis : Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak : Tidak mudah meledak.
Sifat oksidator : Tidak ada.
(Smartlab, 2019)

2.7.2 Na2S2O3.5H2O
Bentuk : Padat
Penampilan : Kristal padat
Warna : Tidak berwarna atau putih
Bau : Tidak berbau
Ambang bau : Tidak ada data
pH : Tidak ada data
Larutan pH : 6 - 8,4 larutan 5%
Titik lebur : 45 ° C
Titik beku : Tidak ada data
Titik didih : 100 ° C
Titik nyala : Tidak ada data
Kemudahan terbakar (padat, gas) : Tidak mudah terbakar.
Tekanan uap : Tidak ada data
Berat jenis uap relatif pada 20 ° C : Tidak ada data
Kerapatan relatif : Tidak ada data
Berat jenis / kerapatan : 1,73 g / cm³
Massa molekul : 248,18 g / mol
Kelarutan : Larut dalam air. Larut dalam amonia.
Tidak larut dalam pelarut organik.
Air : 79,4 g / 100ml
Viskositas, kinematik : Tidak ada data
Viskositas, dinamis : Tidak ada data
Batas ledakan : Tidak ada data
Sifat peledak : Tidak berlaku.
Sifat oksidator : Tidak ada.
(LabChem, 2018)

2.7.3 KI
Bentuk : Padat
Warna : keputih-putihan
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : kira-kira 6,9 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 685 °C pada kira-kira975 hPa
Titik didih/rentang didih : 1.325 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : tidak menyala
Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) : Produk ini tidak mudah-menyala.
Terendah batas ledakan : Tidak tersedia informasi.
Tertinggi batas ledakan : Tidak tersedia informasi.
Tekanan uap : kira-kira1 hPa pada 745 °C
Kerapatan (densitas) uap relatif : Tidak tersedia informasi.
Densitas : 3,23 g/cm3 pada 25 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air kira-kira : 1.430 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak berlaku untuk zat anorganik
Suhu penguraian : Tidak tersedia informasi.
Viskositas, dinamis : Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak : Tidak mudah meledak.
Sifat oksidator : Tidak ada
(Merck, 2017)

2.7.4 Amilum
Bentuk : Serbuk
Warna : putih
Bau : Tidak berbau
Ambang bau : Tidak ditentukan.
Nilai pH : Tidak berlaku.
Titik lebur / Rentang leleh : Tidak ditentukan.
Titik didih / rentang didih : Tidak ditentukan.
Titik nyala : Tidak berlaku.
Kemudahan terbakar (padat, gas) : Tidak mudah terbakar.
Suhu penguraian : Tidak ditentukan.
Penyalaan otomatis : Tidak ditentukan.
Bahaya ledakan : Tidak menimbulkan bahaya ledakan.
Batas ledakan : Bawah dan atas tidak ditentukan.
Tekanan uap : Tidak berlaku.
Kepadatan : Tidak ditentukan.
Kerapatan relatif : Tidak ditentukan.
Kepadatan uap : Tidak berlaku.
Tingkat penguapan : Tidak berlaku.
Kelarutan di / Miscibility dengan Air : Tidak Larut.
Viskositas Dinamis dan Kinematik : Tidak berlaku
(Fagron, 2019)

2.8 Aplikasi Elektrokimia Dalam Industri

 Penurunan COD dan TTS pada Limbah Cair Industri Tahu


Limbah cair industri tahu memiliki nilai COD (Chemical Oxygen Demand)
dan TSS (Total Suspended Solid) yang tinggi, apabila dibuang ke badan perairan
akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penurunan nilai COD dan TSS limbah cair industri tahu tersebut sebelum dibuang
ke badan perairan. Penurunan nilai COD dan TSS limbah cair industri tahu dapat
dilakukan menggunakan metode elektrokimia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh voltase, jarak elektroda, pH, dan waktu elektrolisis terhadap
penurunan nilai COD dan TSS limbah cair industri tahu. Eksperimen dilakukan
dengan mengelektrolisis limbah cair industri tahu menggunakan anoda PbO2 dan
katoda Pb (Suyata,dkk., 2015).

 Larutan Elektrolit Rendah Sianida Untuk Elektroplating Perak Dekoratif Ramah


Lingkungan
Industri pelapisan logam baik yang bertujuan untuk dekorasi maupun
ketahanan terhadap korosi berkembang cukup pesat di Indonesia. Logam –logam
yang digunakan dalam industri dan rumah tangga (besi, tembaga, kuningan)
memiliki sifat mudah teroksidasi oleh udara luar sehingga biasanya dilapisi dengan
logam lain (perak, nikel, chrome) untuk meningkatkan mutu permukaan dan
ketahanan terhadap korosi.
Salah satu contoh sentra industri kerajinan perhiasan perak terdapat di
kecamatan Kota gede, Yogyakarta yang memiliki 30 industri kecil pelapisan perak.
Proses pelapisan perak dalam industri tersebut menggunakan metode penyepuhan
atau elektroplating. Karena teknologi elektroplating yang digunakan masih bersifat
konvensional dan sederhana, proses biasanya dijalankan dalam larutan elektrolit
dengan konsentrasi tertentu (kadang tidak diketahui) dan dengan arus dan tegangan
listrik tertentu. Usaha-usaha penelitian untuk menentukan kondisi operasi yang
optimal bagi proses penyepuhan perak telah dilakukan, akan tetapi belum
mempertimbangkan teori fundamental elektrokimia yang menjadi dasar proses
penyepuhan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi operasi
penyepuhan logam perak yang optimun dan efisien serta mendapatkan produk yang
berkualitas. Hal tersebut bisa dicapai berdasarkan teori fundamental proses
penyepuhan yang meliputi sifat-sifat elektrokimia logam perak dalam larutan
elektrolit serta teori distribusi arus dalam proses electroplating (Widayatno, dkk.,
2015).
 Pemanfaatan Air Asam Tambang Batubara Sebagai Sumber Energi Listrik
Alternatif
Batubara sebagai sumber energi telah lama digunakan hingga saat ini dan
untuk bertahun-tahun mendatang. Kegiatan pertambangan batubara ini memiliki
sisi negatif, dimana dari kegiatan pertambangan ini banyak lahan-lahan yang
dieksekusi (ditambang) yang ditinggalkan begitu saja menyebabkan terbentuknya
lubang-lubang yang menampung air hujan sehingga terbentuk kolam dengan air
yang bersifat asam dan melarutkan logam dari tanah.
Salah satu bentuk energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah
energi listrik. Seperti yang telah diketahui bahwa air kolam bekas pertambangan
mengandung asam sulfat dan ion-ion logam yang terlarut, dimana larutan berair
dari sejumlah senyawa merupakan konduktor arus listrik yang baik karena
senyawa-senyawa ini memiliki ion positif dan negatif. Berdasarkan sel galvanik
atau sel volta yang dibuat oleh John Daniell dengan menggunakan batang seng
dalam larutan seng sulfat dan batang tembaga dalam larutan tembaga sulfat
dihasilkan arus listrik dengan reaksi redoks (Chang, 2010 dalam Islamunisa, dkk.,
2018). Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut air asam tambang dapat bertindak
sebagai elektrolit yang akan mengubah reaksi kimia menjadi energi listrik. Hal ini
dapat dimanfaatkan untuk menjawab kebutuhan akan energi listrik yang terus
meningkat setiap tahunnya (Islamunisa, dkk., 2018).

Anda mungkin juga menyukai