Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Oleh :
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074

Pembimbing :
dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK, FINSDV

DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan Laporan Kasus dengan Judul


PITIRIASIS VERSIKOLOR

Disusun Oleh
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS Umum Daerah
Palembang Bari, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
periode Maret 2020

Palembang, Maret 2020


Pembimbing,

dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK, FINSDV

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Pitiriasis Versikolor”, sebagai salah satu tugas individu di Bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih terutama kepada:
1. dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK,FINSDV selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak ilmu, saran, dan bimbingan selama penyusunan
Laporan Kasus ini.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis berharap semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT. Aamiin.
Palembang, Maret 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 2
BAB III. LAPORAN KASUS..................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pitiriasis versikolor furfur merupakan penyakit jamur superfisial yang
kronik, Pitriasis versikolor disebabkan oleh Malessezia furfur yaitu jamur
yang bersifat lipofilik dimorfik dan merupakan flora normal pada kulit
manusia biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak
berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi
badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai
atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.1
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai
kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit
gelap, namun angka kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa
penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah
yang seimbang.2
Diagnosis pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan adanya makula
hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau kemerahan yang tertutup skuama
halus.Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan yaitu dengan lampu Wood
akan menunjukkan adanya pendara (fluoresensi) berwarna kuning keemasan
pada lesi yang bersisik dan pemeriksaan mikroskopis sediaan skuama dengan
KOH.2
Untuk mengobati penyakit ini yang harus dilakukan pertama kali adalah
menghilangkan faktor predisposisi, kemudian di lakukan pengobatan topikal
dan sistemik. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.1,2
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai penyakit Pitiriasis
Versikolor untuk dijadikan bahan pembelajaran pada proses kepaniteraan
klinik.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit
kronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan
ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela
paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea
versikolor atau panu.1
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini
bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis
versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan
lipatan paha.2
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai
dengan adanya makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal. 2

2.2 Epidemiologi
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan
mempunyai kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada
orang berkulit gelap, namun angka kejadian pityriasis versikolor sama di
semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan
wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini
banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar
minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah
usia 65 tahun jarang ditemukan.2,3
Pitiriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah
tropis dan daerah subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak
40%, sedangkan pada daerah yang lebih dingin angka insiden lebih rendah,

2
sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan
sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor
kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun
pada pria dan 20-25 pada wanita.2,3
Penyakit ini menyerang semua ras, tidak terdapat perbedaan frekuensi
pada laki-laki dan perempuan, namun beberapa pendapat mengatakan bahwa
rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2, menyerang semua umur
terutama dewasa muda, sedangkan umur kurang dari 1 tahun sangat jarang di
temukan M. furfur, hal ini disebabkan pada anak-anak terdapat produksi
sebum yang rendah.3

2.3 Etiologi dan Patogenesis


Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur (Pityrosporum
orbiculare) yang merupakan “lipophilic yeast”, dimana dalam keadaan biasa
adalah flora normal yang terdapat pada permukaan kulit. Malassezia furfur
yang berbentuk ragi / spora dapat berubah menjadi patogen dalam bentuk
filamen / hifa oleh faktor predisposisi sebagai berikut
 Endogen: Defisiensi immun (immunodeffisiensi), kulit berminyak,
hiperhidrosis, genetika, dan malnutrisi.
 Eksogen: Suhu tinggi, kelembapan udara, keringat, higiene, oklusi pakaian
dan penggunaan emolient yang berminyak.2

Gambar : malassezia furfur

3
Patogenesis
Sebagian kecil dari jumlah jamur yang biasanya ada pada kulit semua
orang tapi selama bulan musim panas dan kelembaban yang tinggi, jamur
dapat meningkat. Jamur yang berlebih di kulit dapat mencegah proses
pigmentasi normal, sehingga menghasilkan warna yang lebih terang dan
gelap.2
Tinea versicolor disebabkan oleh organisme dimorfik lipofilik, dalam
genus Malassezia, sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum. Sebelas spesies
diakui dalam klasifikas jamur ini, Malassezia globosa dan Malassezia furfur
adalah spesies dominan terisolasi di tinea versicolor. Malassezia sangat sulit
untuk dilakukan kultur di laboratorium dan hanya dapat dikultur dalam
media diperkaya denganu asam lemak asam C12 dan C14. Malassezia secara
alami ditemukan banyak pada permukaan kulit binatang, termasuk manusia.
Memang, dapat dipisahkan dalam 18% bayi dan 9-10% dari orang dewasa.2
Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang sehat dan pada daerah
kulit yang menunjukkan penyakit kulit. Pada pasien dengan penyakit klinis,
organisme ditemukan di kedua tahap yaitu jamur (spora) dan bentuk
berserabut (hyphal). Faktor-faktor yang mengarah pada konversi jamur
saprophytic ke bentuk, morfologi parasit miselium termasuk kecenderungan
genetik; hangat, lingkungan lembab; imunosupresi, malnutrisi, dan penyakit
Cushing. Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit
terhadap organisme ini. Meskipun Malassezia adalah komponen flora normal,
juga bisa menjadi patogen oportunistik.2
Organisme ini dianggap sebagai faktor dalam penyakit kulit lainnya,
termasuk Pityrosporum folikulitis , anak sungai dan retikular papillomatosis
dermatitis seboroik , dan beberapa bentuk dermatitis atopik.2
Kulit penderita tinea versicolor dapat mengalami hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase [hasil dari
aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui
oksidasi] beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak
di permukaan kulit secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan

4
dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus panu dengan makula
hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat
oleh melanosit di lapisan basal epidermis.2
Dalam kondisi yang belum sepenuhnya dijelaskan, jamur mengalami
konversi ke bentuk miselium, yang kemudian dapat menyerang stratum
korneum, penetrasi baik melalui corneocytes. Bagaimanapun, telah
ditemukan bahwa tidak semua isolat Malassezia dapat mengalami
transformasi yeastmycelium ini.2
Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium
dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang
dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit,
menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan demikian
memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme (Malassezia).4
Penyakit ini sering kambuh. Menimbulkan bekas berwarna putih pada
kulit yang terkena jamur setelah pengobatan. Kadang sulit dibedakan dengan
alergi. Padahal jika jamur ini diberi obat anti inflamasi golongan steroid,
awalnya seolah membaik, tapi sebenarnya akan bertambah luas karena anti
alergi anti-inflamasi golongan steroid tidak boleh diberikan (kontra indikasi)
pada penyakit jamur.1,2

2.4 Manifestasi Klinis


Lesi pitiriasis versikolor terutama terdapat pada badan bagian atas,
leher,dan perut, ekstremitas sisi proksimal. Kadang ditemukan pada wajah
dan scalp, dapat juga ditemuakan pada axila, lipat paha, genitalia. Lesi
berupa makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi,
kadang-kadang eritematosa terdiri dari berbagai ukuran, dan berskuama
halus (pitiriasiformis). Umumnya tidak disertai gejala subjektif, hanya
berupa keluhan kosmetika, meskipun ada pruritus ringan.2

5
Gambar Pitiriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi
Kaukasia (kanan) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kiri).

2.5 Diagnosis
Dugaan diagnosa PV jika ditemukan gambaran klinis adanya lesi di
daerah predileksi berupa makula berbatas tegas berwarna putih,
kemerahan, sampai dengan hitam, yang berskuama halus, pemeriksaan
dengan lampu Wood untuk melihat fluoresensi kuning keemasan akan
membantu diagnosis klinis. Konfirmasi diagnosis dengan didapatkannya
hasil positif pada pemeriksaan mikologis kerokan kulit.1

2.6 Diagnosis Banding


Beberapa kelainan dengan klinis yang mirip dan perlu dibedakan
dari PV, antara lain pitiriasis alba, eritrasma, vitiligo, dermatitis seboroik,
pitiriasis rosea, morbus hansen tipe tuborlukoid, dan tinea. Perbedaan
karakteristik klinis perlu dicermati dan pemeriksaan penunjang yang sesuai
dapat membantu untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis.1

6
2.7 Pemeriksaan Penunjang
 Wood lamp yang menghasilkan cahaya dapat digunakan untuk
menunjukkan fluoresensi tembaga-jingga atau juga keemasan
(coppery-orange) pada tinea versicolor. Namun, dalam beberapa
kasus, lesi tampak lebih gelap dari kulit yang tidak terpengaruh di
bawah lampu Wood, tetapi mereka tidak berpendar.2
 Diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan pemeriksaan kerokan kulit
dengan kalium hidroksida (KOH), yang menunjukkan karakteristik
pendek, hifa cerutu-but. Hasil pemeriksaan dengan KOH tampak
spora dengan miselium pendek telah disebut sebagai spaghetti and
meatballs. Untuk visualisasi yang lebih baik dapat ditambahkan tinta
biru, tinta Parker, methylene blue, atau cat Swartz-Medrik dengan
persiapan KOH 20%.2
 Karena biasanya diagnosis klinis dicurigai dan dapat dikonfirmasi
dengan persiapan KOH, kultur jarang diperoleh.
 Dengan pemeriksaan darah, tidak ada penurunun antibodi pada pasien
dengan tinea versicolor

Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong


pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media
buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar
dekstrosa Sabouraud.4

Gambar . meatball and spaghetti appearance

7
2.8 Penatalaksanaan
Pasien harus diberitahu bahwa tinea versikolor disebabkan oleh jamur
yang biasanya hadir di permukaan kulit dan tidak menular. Kekambuhan
adalah umum, dan terapi profilaksis dapat membantu mengurangi
kekambuhan.2
I. Non Medikamentosa
1. Edukasi
Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya
pitiriasis versicolor. Pasien dinasehatkan supaya tidak berada di lingkungan
yang panas dan lembab supaya tidak kambuh setelah pengobatan.2

II. Medikamentosa
 Sistemik
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan
gagal dengan terapi topikal, antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari
selama 5-10 hari atau itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari. Pengobatan
rumatan (maintanance) dipertimbangkan untuk menghindari kambuhan
pada pasien yang sulit menghindari faktor predisposisi, antara lain dengan
sampo selenium sulfide secara periodis atau dengan obat sistemik
ketokonazol 400 mg sekali setiap bulan atau 200 mg sehari selama 3 hari
tiap bulan.1
  
 Topikal
Selenium sulfide bentuk shampo 1,8% atau bentuk losio 2,5% yang
dioleskan tiap hari selama 15-30 menit kemudian dibilas. Aplikasi yang
dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi 2 kali seminggu juga
digunakan , dengan perhatian akan kemungkinan reaksi iritasi. Pengolesan
dianjurkan di seluruh badan selain kepala dan genitalia.1
Ketokonazol 2% bentuk sampo juga dapat digunakan serupa
dengan sampo selenium sulfide.1

8
Alternatif lain adalah solusio natrium hiposulfit 20%, solusio
propilen glikol 50%.1
Untuk lesi terbatas, berbagai krim derivat azol misalnya
mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol dapat digunakan. Demikian
juga krim tolsiklat, tolnaftat, siklopiroksolamin, dan haloprogin.1
Obat topikal sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil
pemeriksaan dengan lampu Wood dan pemeriksaan mikologis langsung
kerokan kulit negatif.1

2.9 Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten,
serta faktor predidposisi dapat dihindari. Lesi hipopigmentasi dapat bertahan
sampai beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu dijelaskan pada
pasien.1

9
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. S
Usia : 36 tahun
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 3 Februari 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Plaju
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Bangunan
Suku Bangsa : Betawi

3.2. Anamnesis
(Alloanamnesis pada pasien, 27 Maret 2020)
a) Keluhan Utama
Bercak berwarna putih di lengan kanan sejak 3 bulan yang lalu.
b) Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan adanya rasa gatal jika berkeringat.
c) Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 3 bulan SMRS timbul bercak berwarna putih di lengan
sebelah kanan sebesar biji jagung, dan semakin lama bercak bertambah
banyak hingga kedua lengan. Keluhan lain disertai adanya rasa gatal.
Rasa gatal timbul saat pasien berada diluar ruangan dan saat berkeringat.
Namun gatal tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien
mandi 2 kali dalam sehari. Pasien tidak suka menggunakan pakaian
berlapis-lapis dan tidak menyerap keringat. Pasien rutin mengganti baju.

10
Pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang berasa pada bercak-
bercak tersebut. Pasien belum pernah mengobati penyakitnya.

d) Riwayat Penyakit Dahulu


Belum pernah mengalami keluhan yang serupa.

e) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa didalam keluarga tidak ada.

f) Riwayat Pekerjaan/Sosioekonomi
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta.

g) Riwayat Personal Higiene


Pasien selalu mengganti pakaian, tidak suka mengenakan pakaian
berlapis-lapis dan mandi 2 kali sehari.

3.3. Pemeriksaan Fisik

a) Status Generalis

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 88x/menit
Pernapasan :23x/menit
Suhu : 36,60C
BB : Tidak dilakukan pemeriksaan
TB : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gizi : Tidak dilakukan pemeriksaan

11
b) Keadaan Spesifik
Kepala
- Mata : Tidak diperiksa
- Hidung : Tidak diperiksa
- Telinga : Tidak diperiksa
- Mulut : Tidak diperiksa
- Tenggorokan : Tidak diperiksa
Leher : Tidak diperiksa
Thorax : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Tidak diperiksa

3.4. Status Dermatologikus


— Pada regio brachii dan antebrachii dextra et sinistra terdapat makula
hipopigmentasi dilapisi skuama halus, multiple, sirkumskrip, ukuran
0,1cm-3cm x 1cm-3cm, diskret dan sebagian konfluen.

Gambar 3.1 Regio Brachii & Antebrachii Dextra

3.5. Diagnosis Banding


1. Pitiriasis Versikolor
2. Pitiriasis Alba
3. Vitiligo

12
3.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat memperlihatkan fluoresensi
kekuningan akibat metabolit asam karboksilat, yang digunakan pebagai
petunjuk PV dan mendeteksi sebaran lokasi lesi.
2. Pemeriksaan mikologis langsung sediaan kerokan kulit akan
menunjukkan kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang oval.
Pemeriksaan dengan menggunakan larutan KOH 20% dan dapa
ditambahkan sedikit tinta niru-hitam untuk memperjelas gambaran
elemen jamur.

3.7. Diagnosis Kerja


Pitiriasis Versikolor

3.8. Tata Laksana


Non Farmakologi:
1. Memberikan informasi kepada pasien bahwa penyebab penyakitnya
adalah jamur dan pengobatannya memerlukan waktu yang cukup lama,
sekitar 4-6 minggu.
2. Edukasi tentang menjaga kebersihan badan dan menghindari
pemakaian handuk yang bersamaan dengan orang lain.
3. Menganjurkan apabila berkeringat dan lembab untuk segera mengganti
pakaian dan menggunakan pakaian yang longgar, terutama pakaian
dalam yang menyerap keringat.
4. Menganjurkan untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan tidak
menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.

Farmakologi:
 Itraconazol 2 x 100mg selama 5-7 hari
 Losio selenium sulfide 2,5% dioles setiap hari 15-30 menit
kemudian dibilas. Seminggu 2 kali.

13
3.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad kosmetika : bonam

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Bramono K. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Menaldi SL,


Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2015. hal. 103-105.
2. Partogi, Donna, dr, Sp.KK, 2008. Pitriasis Versikolor dan Diagnosis
Bandingya (Ruam-Ruam Bercak Putih Pada Kulit). Medan : Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU/RSUD H Adam Malik/ RS Dr
Pirngadi.
http://medicineline.wordpress.com/2011/08/08/pitiriasis-versikolor/
3. Janik MP, Hefferman MP, Yeast infection: candidiasis and tinea (pytriasis)
versicolor, and malassezia (pityrosporum) folliculitis. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Level D editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill Co;2012.p2298-311
4. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2 .Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2013
5. Gupta, A., Lyons D. Pityriasis versicolor: an update on pharmalogical
treatment options. Expert Opin Pharmacother. 2017. Des 28 (12):1707-13.
(Medline)

15

Anda mungkin juga menyukai