PITIRIASIS VERSIKOLOR
Oleh :
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074
Pembimbing :
dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK, FINSDV
Disusun Oleh
Okta Isviyanti, S.Ked
71 2018 074
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS Umum Daerah
Palembang Bari, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
periode Maret 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Pitiriasis Versikolor”, sebagai salah satu tugas individu di Bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih terutama kepada:
1. dr. Lucille Anisa Suardin, Sp.KK,FINSDV selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak ilmu, saran, dan bimbingan selama penyusunan
Laporan Kasus ini.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis berharap semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT. Aamiin.
Palembang, Maret 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 2
BAB III. LAPORAN KASUS..................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit
kronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan
ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela
paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea
versikolor atau panu.1
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini
bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis
versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan
lipatan paha.2
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai
dengan adanya makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal. 2
2.2 Epidemiologi
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan
mempunyai kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada
orang berkulit gelap, namun angka kejadian pityriasis versikolor sama di
semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan
wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini
banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar
minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah
usia 65 tahun jarang ditemukan.2,3
Pitiriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah
tropis dan daerah subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak
40%, sedangkan pada daerah yang lebih dingin angka insiden lebih rendah,
2
sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan
sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor
kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun
pada pria dan 20-25 pada wanita.2,3
Penyakit ini menyerang semua ras, tidak terdapat perbedaan frekuensi
pada laki-laki dan perempuan, namun beberapa pendapat mengatakan bahwa
rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2, menyerang semua umur
terutama dewasa muda, sedangkan umur kurang dari 1 tahun sangat jarang di
temukan M. furfur, hal ini disebabkan pada anak-anak terdapat produksi
sebum yang rendah.3
3
Patogenesis
Sebagian kecil dari jumlah jamur yang biasanya ada pada kulit semua
orang tapi selama bulan musim panas dan kelembaban yang tinggi, jamur
dapat meningkat. Jamur yang berlebih di kulit dapat mencegah proses
pigmentasi normal, sehingga menghasilkan warna yang lebih terang dan
gelap.2
Tinea versicolor disebabkan oleh organisme dimorfik lipofilik, dalam
genus Malassezia, sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum. Sebelas spesies
diakui dalam klasifikas jamur ini, Malassezia globosa dan Malassezia furfur
adalah spesies dominan terisolasi di tinea versicolor. Malassezia sangat sulit
untuk dilakukan kultur di laboratorium dan hanya dapat dikultur dalam
media diperkaya denganu asam lemak asam C12 dan C14. Malassezia secara
alami ditemukan banyak pada permukaan kulit binatang, termasuk manusia.
Memang, dapat dipisahkan dalam 18% bayi dan 9-10% dari orang dewasa.2
Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang sehat dan pada daerah
kulit yang menunjukkan penyakit kulit. Pada pasien dengan penyakit klinis,
organisme ditemukan di kedua tahap yaitu jamur (spora) dan bentuk
berserabut (hyphal). Faktor-faktor yang mengarah pada konversi jamur
saprophytic ke bentuk, morfologi parasit miselium termasuk kecenderungan
genetik; hangat, lingkungan lembab; imunosupresi, malnutrisi, dan penyakit
Cushing. Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit
terhadap organisme ini. Meskipun Malassezia adalah komponen flora normal,
juga bisa menjadi patogen oportunistik.2
Organisme ini dianggap sebagai faktor dalam penyakit kulit lainnya,
termasuk Pityrosporum folikulitis , anak sungai dan retikular papillomatosis
dermatitis seboroik , dan beberapa bentuk dermatitis atopik.2
Kulit penderita tinea versicolor dapat mengalami hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase [hasil dari
aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui
oksidasi] beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak
di permukaan kulit secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan
4
dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus panu dengan makula
hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat
oleh melanosit di lapisan basal epidermis.2
Dalam kondisi yang belum sepenuhnya dijelaskan, jamur mengalami
konversi ke bentuk miselium, yang kemudian dapat menyerang stratum
korneum, penetrasi baik melalui corneocytes. Bagaimanapun, telah
ditemukan bahwa tidak semua isolat Malassezia dapat mengalami
transformasi yeastmycelium ini.2
Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium
dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang
dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit,
menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan demikian
memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme (Malassezia).4
Penyakit ini sering kambuh. Menimbulkan bekas berwarna putih pada
kulit yang terkena jamur setelah pengobatan. Kadang sulit dibedakan dengan
alergi. Padahal jika jamur ini diberi obat anti inflamasi golongan steroid,
awalnya seolah membaik, tapi sebenarnya akan bertambah luas karena anti
alergi anti-inflamasi golongan steroid tidak boleh diberikan (kontra indikasi)
pada penyakit jamur.1,2
5
Gambar Pitiriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi
Kaukasia (kanan) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kiri).
2.5 Diagnosis
Dugaan diagnosa PV jika ditemukan gambaran klinis adanya lesi di
daerah predileksi berupa makula berbatas tegas berwarna putih,
kemerahan, sampai dengan hitam, yang berskuama halus, pemeriksaan
dengan lampu Wood untuk melihat fluoresensi kuning keemasan akan
membantu diagnosis klinis. Konfirmasi diagnosis dengan didapatkannya
hasil positif pada pemeriksaan mikologis kerokan kulit.1
6
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Wood lamp yang menghasilkan cahaya dapat digunakan untuk
menunjukkan fluoresensi tembaga-jingga atau juga keemasan
(coppery-orange) pada tinea versicolor. Namun, dalam beberapa
kasus, lesi tampak lebih gelap dari kulit yang tidak terpengaruh di
bawah lampu Wood, tetapi mereka tidak berpendar.2
Diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan pemeriksaan kerokan kulit
dengan kalium hidroksida (KOH), yang menunjukkan karakteristik
pendek, hifa cerutu-but. Hasil pemeriksaan dengan KOH tampak
spora dengan miselium pendek telah disebut sebagai spaghetti and
meatballs. Untuk visualisasi yang lebih baik dapat ditambahkan tinta
biru, tinta Parker, methylene blue, atau cat Swartz-Medrik dengan
persiapan KOH 20%.2
Karena biasanya diagnosis klinis dicurigai dan dapat dikonfirmasi
dengan persiapan KOH, kultur jarang diperoleh.
Dengan pemeriksaan darah, tidak ada penurunun antibodi pada pasien
dengan tinea versicolor
7
2.8 Penatalaksanaan
Pasien harus diberitahu bahwa tinea versikolor disebabkan oleh jamur
yang biasanya hadir di permukaan kulit dan tidak menular. Kekambuhan
adalah umum, dan terapi profilaksis dapat membantu mengurangi
kekambuhan.2
I. Non Medikamentosa
1. Edukasi
Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya
pitiriasis versicolor. Pasien dinasehatkan supaya tidak berada di lingkungan
yang panas dan lembab supaya tidak kambuh setelah pengobatan.2
II. Medikamentosa
Sistemik
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan
gagal dengan terapi topikal, antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari
selama 5-10 hari atau itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari. Pengobatan
rumatan (maintanance) dipertimbangkan untuk menghindari kambuhan
pada pasien yang sulit menghindari faktor predisposisi, antara lain dengan
sampo selenium sulfide secara periodis atau dengan obat sistemik
ketokonazol 400 mg sekali setiap bulan atau 200 mg sehari selama 3 hari
tiap bulan.1
Topikal
Selenium sulfide bentuk shampo 1,8% atau bentuk losio 2,5% yang
dioleskan tiap hari selama 15-30 menit kemudian dibilas. Aplikasi yang
dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi 2 kali seminggu juga
digunakan , dengan perhatian akan kemungkinan reaksi iritasi. Pengolesan
dianjurkan di seluruh badan selain kepala dan genitalia.1
Ketokonazol 2% bentuk sampo juga dapat digunakan serupa
dengan sampo selenium sulfide.1
8
Alternatif lain adalah solusio natrium hiposulfit 20%, solusio
propilen glikol 50%.1
Untuk lesi terbatas, berbagai krim derivat azol misalnya
mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol dapat digunakan. Demikian
juga krim tolsiklat, tolnaftat, siklopiroksolamin, dan haloprogin.1
Obat topikal sebaiknya diteruskan 2 minggu setelah hasil
pemeriksaan dengan lampu Wood dan pemeriksaan mikologis langsung
kerokan kulit negatif.1
2.9 Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten,
serta faktor predidposisi dapat dihindari. Lesi hipopigmentasi dapat bertahan
sampai beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu dijelaskan pada
pasien.1
9
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. S
Usia : 36 tahun
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 3 Februari 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Plaju
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Bangunan
Suku Bangsa : Betawi
3.2. Anamnesis
(Alloanamnesis pada pasien, 27 Maret 2020)
a) Keluhan Utama
Bercak berwarna putih di lengan kanan sejak 3 bulan yang lalu.
b) Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan adanya rasa gatal jika berkeringat.
c) Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 3 bulan SMRS timbul bercak berwarna putih di lengan
sebelah kanan sebesar biji jagung, dan semakin lama bercak bertambah
banyak hingga kedua lengan. Keluhan lain disertai adanya rasa gatal.
Rasa gatal timbul saat pasien berada diluar ruangan dan saat berkeringat.
Namun gatal tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien
mandi 2 kali dalam sehari. Pasien tidak suka menggunakan pakaian
berlapis-lapis dan tidak menyerap keringat. Pasien rutin mengganti baju.
10
Pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang berasa pada bercak-
bercak tersebut. Pasien belum pernah mengobati penyakitnya.
f) Riwayat Pekerjaan/Sosioekonomi
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta.
a) Status Generalis
11
b) Keadaan Spesifik
Kepala
- Mata : Tidak diperiksa
- Hidung : Tidak diperiksa
- Telinga : Tidak diperiksa
- Mulut : Tidak diperiksa
- Tenggorokan : Tidak diperiksa
Leher : Tidak diperiksa
Thorax : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Tidak diperiksa
12
3.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat memperlihatkan fluoresensi
kekuningan akibat metabolit asam karboksilat, yang digunakan pebagai
petunjuk PV dan mendeteksi sebaran lokasi lesi.
2. Pemeriksaan mikologis langsung sediaan kerokan kulit akan
menunjukkan kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang oval.
Pemeriksaan dengan menggunakan larutan KOH 20% dan dapa
ditambahkan sedikit tinta niru-hitam untuk memperjelas gambaran
elemen jamur.
Farmakologi:
Itraconazol 2 x 100mg selama 5-7 hari
Losio selenium sulfide 2,5% dioles setiap hari 15-30 menit
kemudian dibilas. Seminggu 2 kali.
13
3.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad kosmetika : bonam
14
DAFTAR PUSTAKA
15