ASKEB NIFAS
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
DI SUSUN OLEH :
ANITA RAHAYU
PO.71.3.211.14.1.007
TINGKAT II.A
(Gambar 0.1 anatomi payudara (mammae))
1. Korpus
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma,
sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi
15-20 lobus pada tiap payudara. Tiap lobulus mempunyai saluran
keluar yang disebut duktus laktiferus yang bermuara ke papila
mammae. Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria
interna dan arteri torakalis lateralis dan vena supervisisalis.
b. Refleks Prolaktin
Dalam fisiologi laktasi prolaktin merupakan suatu hormon
yang disekresi oelh glandula pituitaria anterior, yang penting untuk
memproduksi air susu ibu (ASI).
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta
meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karea masih dihambat
oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
perasalinan, kadar estrogen dan progestero berangsur-angsur
turun hingga kadar tingkat terendah. Diaktifkannya prolaktin akan
menaikan pasokan darah yang beredar lewat payudara. Ini dapat
menyekresi bahan penting untuk pembentukan air susu, globulin,
lemak dan molekul-molekul protein yang akan membengkakkan
acini dan mendorong menuju kubuli laktiferus, sehingga sekresi ASI
lebih lancar. Kenaikan kadar protein akan menghambat ovulasi,
sehingga mempunyai fungsi kontrasepsi dan kadar prolaktin paling
tinggi pada waktu malam hari.
c. Refleks Oksitosin
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke
hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin (pengeluaran air susu). Pengeluaran air susu melibatkan
dua hormon dari sel-sel sekretorik ke papila mammae.
a. Tekanan dari belakang: tekanan globuli yang terbentuk di
dalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam
lobulus laktiferus dan isapan bayi akan memacu sekresi
air susu lebih banyak.
b. Refleks neurohormonal: gerakan menghisap bayi akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapt di dalam
glandula pituitaria posterior. Di sekitar alveoli akan
berkontraksi mendorong air susu masuk ke dalam
ampula. Refleks ini dapat dihambat dengan adanya rasa
sakit, misalnya jahitan pada perineum. Sekresi oksitosin
juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan
membantu involusi uterus selama peurperium (nifas).
Posisi:
1. Ibu mencari posisi menyusui yang paling nyaman;
2. Ibu mendekap/menggendong bayi sehingga muka bayi menghadap
ke payudara ibu, hidung bayi sejajar dengan puting ibu;
3. Badan bayi juga menghadap ke badan ibu (perut bayi menempel ke
perut itu), sehingga kepala dan badan bayi berada dalam 1 garis lurus
(kepala bayi tidak menengok ke kiri atau ke kanan);
4. Kepada bayi lebih rendah daripada payudara ibu, sehingga kepala
bayi mendongak keatas dan tidak menunduk kebawah, dalam posisi
seperti ini, dagu bayi dan bukan hidungnya yang akan menempel ke
payudara ibu;
5. Leher dan bahu bayi ditopang serta badan didekap erat ke badan
ibu.
g. Reflex Pada Bayi
Bayi adalah mahluk yang sangat pintar, dengan
perkembangan pesat dari hari ke hari terutama dalam usia awal
hingga 3 tahun usia kehidupannya, yang kita sebut sebagai Golden
Age. Terdapat reflex-reflex utama yang dibawa bayi sejak lahir
yang membantunya untuk tetap survive dan akan menghilang
seiring dengan pertambahan usia bayi.
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme isapan bayi, yaitu:
1. Refleks menangkap/mencari (rooting refleks)
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan
menoleh kearah sentuhan, bila bibirnya dirangsang dengan
papilla mammae, maka bayi akan membuka mulut dan
berusaha untuk menagkap putting susu.
2. Refleks menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit bayi tersentuh
biasanya oleh putting susu. Supaya putting mencapai bagian
belakang palatum maka sebagian besar areola harus
tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka sinus
laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan gusi,
lidah, dan palatum sehingga ASI terperas keluar.
3. Refleks menelan
Bayi terlihat rileks dan puas setelah menyusu dan akan melepas
sendiri mulutnya dari payudara ibu.
Setelah berumur beberapa hari, bayi akan buang besar (BAB)
setidaknya dua kali sehari dengan tinja berwarna kuning atau gelap
dan mulai berwarna lebih cerah setelah hari kelima belas.
Buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urin yang tidak
pekat dan bau menyengat.
ASI akan dihasilkan dalam jumlah yang cukup banyak 2-4 hari
setelah bayi lahir. Bila ASI tidak kunjung keluar dalam empat hari
setelah melahirkan, atau bayi tampak masih lapar setelah menyusu,
segera konsultasikan dengan tenaga medis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lusa.web.id/komposisi-gizi-dalam-asi/
http://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/tanda-tanda-bayi-cukup-
asi