Anda di halaman 1dari 3

ARTIKEL TEORI PORTOFOLIO

TOPIK : KONDISI PASAR MODAL SAAT INI

JUDUL : Harga Saham Gugur! Pasar modal terguncang di awal 2020, Bursa Efek
Indonesia lakukan Trading Halt

OLEH :

AYU SWANDEWI

1802622010512

AKUNTANSI 2018 A GIANYAR

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Harga Saham Gugur! Pasar modal terguncang di awal 2020, Bursa Efek Indonesia
lakukan Trading Halt

Ayu Swandewi

“ Prodi Akuntansi FEB Unmas Denpasar ”

Telah beroperasi selama 42 tahun, tepatnya mulai diaktifkan oleh pemerintah pada 10
Agustus 1977, pasar modal Indonesia yang dikenal dengan Bursa Efek Indonesia (BEI)
kembali mengalami tekanan di awal tahun 2020 setelah sempat mengalami krisis parah pada
tahun 2008 silam.
Kini, pasar sedang mendapat guncangan imbas dari Covid-19 yang sudah menyebar di
berbagai negara di dunia. Pihak asing tercatat menguasai saham di pasar modal tanah air
sebesar 90% , sehingga begitu timbul kepanikan ekonomi dunia maka akan berimbas pula
terhadap perekonomian dalam negeri.
Sejak awal tahun 2020 sampai saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus
mengalami penurunan bahkan sudah mencapai angka lebih dari 30%. Harga saham-saham
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia telah terjun bebas, parahnnya terdapat 10
saham yang merosot lebih dari 70%, diantaranya :
1. PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) anjlok 90%
2. PT Acset Indonusa Tbk drop 82,37%
3. PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) terjun 81,48%
4. PT Minna Padi Investama Tbk (PADI) anjlok 81,2%
5. PT Pool Advista Finance Tbk (POOL) drop 80,92%
6. PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) turun 76,36%
7. PT Majapahit Inti Corpora Tbk turun 74,85%
8. PT Ayana Land International Tbk (NAS) turun 74,34%
9. PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU) turun 73,33%
10. PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) drop 73,11%.
Hingga saat ini BEI tercatat sudah 5 kali melakukan Trading Halt. Trading Halt atau
pembekuan perdagangan sementara waktu ini dilakukan agar IHSG tidak terjun bebas dan
pasar tidak menjadi panik.
IHSG merupakan indikator yang digunakan oleh investor untuk menilai pergerakan harga
saham, sebagai pertimbangan menanamkan modal mereka di emiten tertentu, dan menilai
kondisi pasar saham secara umum. Apabila IHSG bergerak naik, ini menunjukkan bahwa
sebagian besar harga saham-saham di pasar modal mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila
IHSG bergerak turun, ini menunjukkan bahwa sebagian besar saham-saham di pasar modal
mengalami penurunan.
Penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) di awal tahun 2020 ini dipicu oleh imbas
dari wabah virus corona (Covid-19) sejak desember 2019 lalu yang hingga saat ini sudah
dinyatakan sebagai pandemi global. Banyak investor yang menjual saham-saham mereka
sehingga BEI melakukan pembekuan perdagangan saham (Trading Halt) agar investor lebih
mempertimbangan keputusan mereka dan berpikir rasional tidak sekedar ikut-ikutan menjual
saham karena panik harga saham akan jatuh (panic selling).
Kebijakan Trading Halt ini dilakukan oleh BEI setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang berwenang mengawasi aktivitas di pasar saham Indonesia. Pembekuan
perdagangan saham dilakukan apabila indeks harga saham gabungan mengalami penurunan
sebesar 5%.
Kebijakan ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia
Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan
Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.
Trading halt ini dilakukan selama 30 menit dan diberlakukan pada waktu tertentu sehingga
tidak mengganggu jalannya perdagangan saham di BEI. Kebijakan ini diharapkan mampu
menghambat pergerakan IHSG agar tidak merosot terlalu jauh.
Para investor maupun emiten dihimbau agar tidak panik menghadapi kondisi pasar saat ini
seperti krisis yang pernah terjadi pada tahun 2008 lalu dimana selama 1 tahun IHSG
mengalami penurunan sekitar 50% dan perdagangan sempat diberhentikan selama 2 hari.
Tapi badai pasti berlalu, di tahun 2009 IHSG mengalami lonjakan yang tinggi yakni
mencapai lebih dari 80%. Ini menandakan bahwa ada kalanya pasar modal akan kembali
normal.

Anda mungkin juga menyukai