Anda di halaman 1dari 22

1

RPP INSPIRATIF
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. (Lampiran Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses). Tujuan Penyusunan RPP Untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD) (Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses). Dilakukan penyusunan RPP agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. (Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses)
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor14
Tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP menjadi tiga komponen,yaitu
tujuan,langkah-langkah kegiatan, dan asesmen. Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
membuat model RPP inspiratif. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini
dimaksudkan untuk memberikan guru kebebasan berekspresi dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya guru dapat menyesuaikan RPP dengan
kondisi kelas dan peserta didik.
Tujuan pembelajaran diturunkan dan diekstrak dari kompetensi dasar dan
diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi yang akan dicapai peserta didik. Kegiatan
pembelajaran diisi dengan aktivitas-aktivitas sesuai sintaks model pembelajaran
untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Untuk kegiatan pembelajaran
memuat 3 komponen pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Kegiatan pembelajaran perlu dilengkapi dengan dokumen pendukung, contohnya
pada kegiatan percobaan perlu dilengkapi dengan langkah-langkah percobaan.
Langkah-langkah percobaan tersebut dapat dituliskan dalam buku panduan
praktikum.

1
2

2
3

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN


Membaca merupakan keterampilan dasar yang sangat penting dan tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan manusia. Keterampilan membaca disebut dengan
keterampilan berbahasa reseptif, dikarenakan dengan membaca kita memperoleh
informasi, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman baru yang dapat mempertinggi daya
pikir dan memperluas wawasan. Keterampilan membaca diawali dnegan tahap
Keterampilan Membaca Permulaan dan Keterampilan Membaca Lanjut.
Keterampilan membaca permulaan merupakan keterampilan membaca yang
diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan. Kemampuan ini lebih
diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni melek huruf. Melek
huruf adalah kemampuan dalam mengubah dan melafalkan lambing-lambang yang
tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Kemampuan ini nantinya ditingkatkan
menuju kemampuan membaca tingkat lanjut (melek wacana). Melek wacana adalah
kemampuan lambing-lambang tulis menjadi bunyi yang bermaknayang diikuti
dengan pemahaman terhadap lambang-lambang tersebut.
Pada dasarnya, tujuan pembelajaran membaca permulaan ialah memberi
pengetahuan danketerampilan pada siswa tentang teknik-teknik membaca permulaan
danmenangkap isi bacaan dengan baik. Terdapat 5 tahap perkembangan kemampuan
membaca, yaitu:
1. Tahap fantasi (magical stage), pada tahap ini anak mulai menunjukkan bahwa
ia tertarik kepada buku. Anak juga akan membolak-balikkan buku dan
membawa buku kesukaannya.
2. Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage), pada tahap ini anak
sudah mulai pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar, dan
menggunakan Bahasa buku meskipun tidak sesuai dengan tulisan.
3. Tahap membaca gambar (bridging reading stage), pada tahap ini anak dapat
menemukan kata yang telah ia kenal yang sesuai dengan gambar, dapat
mengulang kata yang bermakna tentang dirinya, dan dapat mengulang
kembali isi gambar.
4

4. Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage), pada tahap ini anak mulai
menyukai membaca segala sesuatu yang ada di sekitarnya, misalnya membaca
tulisan di kotak susu, pasta gigi, ataupun papan iklan.
5. Tahap membaca lancer (independent reader stage), pada tahap ini anak dapat
membacaberbagai jenis buku yang berbeda, terlebih jika buku-buku tersebut
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman anak.
Hernowo (2003) dalam bukunya Quantum Reading: Cara Cepat nan
Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca mengemukakan 6
langkah membaca sebagai berikut.
 Menunjukkan buku berwarna cerah yang dapat menarik perhatian ank.
 Hubungkan membaca dengan semua indera
 Membantu menamai benda yang bisa dilihat anak
 Memberikan nama kepada apa saja yang dilakukan oleh anak
 Bermain permainan fonetik.
 Bermain dnegan kata kunci
Pada tahap pramembaca, terbagi menjadi beberapa yaitu: pengenalan buku
cerita, sikap tubuh saat membaca, membaca satuan Bahasa, dan membaca makna
satuan Bahasa.
1) Pengenalan buku cerita, terdapat berbagai macam cara untuk mengenalkan
buku kepada siswa. Yang perlu ditekankan di sini ialah cara mengenalkan
buku tanpa membuat siswa takut kepada buku tersebut. Sehingga siswa suka
membaca.
2) Sikap tubuh ketika membaca selain mempengaruhi kesehatan juga dapat
mempengaruhi kemampuan membaca pada siswa. Membaca dengan jarak
terlalu dekat dalam jangka panjang membuat mata rusak dan membuat proses
membaca tidak efektif.
3) Membaca satuan Bahasa disini termasuk mengenalkan huruf, membaca suku
kata, membaca kata, membaca kata sederhana, dan membaca teks pendek.
5

4) Membaca makna satuan Bahasa, hal ini dapat dimulai dengan hal sederhana
yang mereka gemari.
Untuk dapat membelajarkan membaca permulaan ada beberapa metode yang
dapat diterapkan, yaitu: metode eja, metode suku kata, metode kata lembaga, metode
global, dan metode SAS.
 Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode eja
ada dua pendekatan cara mengeja yaitu mengeja dengan cara melafalkan
huruf sesuai dengan bunyi huruf tersebut dalam urutan alfabet, seperti uraian
tersebut di atas, dan cara melafalkan huruf sesuai dengan bunyi huruf tersebut
 Proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode suku
kata diawali dengan memperkenalkan suku kata, kemudian dirangkaikan
menjadi kata-kata bermakna, dilanjutkan dengan proses perangkaian kata
menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana
 Proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode kata
lembaga diawali dengan memperkenalkan sebuah kata yang dianggap sebagai
lembaganya. Kata ini, ditulis di bawah gambar yang sesuai. Setelah siswa
dapat membaca beberapa kata, ambillah satu kata untuk diuraikan menjadi
suku kata, suku kata diuraikan menjadi huruf sampai siswa dapat membaca
hurufhuruf tersebut.
 Proses pembelajaran membaca permulaan diawali dengan memperkenalkan
beberapa kalimat secara global. Setelah anak dapat membaca beberapa
kalimat, diambillah sebuah kalimat untuk diuraikan menjadi kata, kemudian
kata diuraikan menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf.
Media pembelajaran yang dapat membantu dalam proses membaca dan
menulis adalah
1. Media gambar
2. Kartu: kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, kartu huruf.
3. Buku bergaris mendatar dan bergaris kotak, contoh tulisan/huruf tegak
bersambung
6

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN


Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dari bahasa lisan ke dalam suatu
bentuk goresan/coretan. Keterampilan ini disebut sebagai keterampilan berbahasa
produktif. Disebut produktif karena dengan menulis seseorang akan merekam atau
mengungkapkan informasi, ilmu, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru.
Menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada
kemampuan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai
memasuki bangku sekolah. Pada tingkat dasar/permulaan, menulis permulaan lebih
diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk
dapat menuliskan (mirip dengan melukis atau menggambar) lambanglambang tulis
yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi
bermakna.
Tujuan pembelajaran menulis permulaan pada dasarnya ialah memberi bekal
pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan tentang teknik-
teknik menulis permulaan dan menuliskannya. Ada beberapa tahapan perkembangan
menulis pada anak. Beberapa tahapan menulis itu digambarkan pada bagian berikut.
1. Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scrible Stage)
2. Tahap Pengulangan secara Linear (Linear Repetitive Stage)
3. Tahap Menulis secara Random/Acak (Random Letter Stage)
4. Tahap Berlatih Huruf (Menyebutkan Huruf-huruf)
5. Tahap Menulis Tulisan Nama (Latter Name Writting or Phonetic Writting)
6. Tahap Menyalin Kata-kata yang Ada di Lingkungan
7. Tahap Menemukan Ejaan
8. Tahap Ejaan sesuai Ucapan
Metode pembelajaran menulis permulaan ada beberapa macam, yaitu: metode
eja, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS.
 Metode eja artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf
yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari
7

pengenalan hurufhuruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai


dari huruf lepas,
 Metode kata lembaga, diajarkan dengan langkah Mengenalkan kata,
Merangkaikan kata antar suku kata, Menguraikan suku kata atas huruf-
hurufnya, dan Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)
 Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan
membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan
kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.
Pada tahap pramenulis, terbagi menjadi beberapa yaitu penguatan motoric
(memegang pensil, jarak mata), menulis fantasi (di udara), membuat coretan (garis
lurus dan lengkung), menulis satuan Bahasa (menulis huruf, menjiplak huruf,
menebalkan huruf, mencontoh huruf, melengkapi huruf, menyalin huruf, menulis
huruf capital, menulis huruf tegak bersambung), menulis kata, dan menulis kalimat
sederhana.
Menulis memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang
diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan
mengungkapkan pikiran secara jelas, menggunakan bahasa yang efektif, dan
kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis secara baik. Apabila dasar itu baik dan
kuat, diharapkan pengembangnnya pun dapat baik dan apabila dasar itu kurang baik
atau lemah, maka diperkirakan hasil pengembangnnya akan kurang baik juga.
Pembelajaran menulis permulaan diawali dengan pramenulis (memegang
pinsil, gerakan tangan dalam menulis), mengeblat:menggunakan karbon, kertas tipis,
menebalkan tulisan, menghubungkan titik-titik membentuk huruf, dan menatap
(koordinasi mata, ingatan, dan ujung jari). Kegiatan belajar dilanjutkan pada kegiatan
menyalin tulisan, menulis halus, dikte, melengkapi tulisan (dengan huruf, suku kata,
dan kata), dan menulis nama.
Metode yang dapat digunakan antara lain (1) metode ebjad, (2) metode kupas
rangkai suku kata, (3) metode kata lembaga, dan (4) metode struktural analitik
8

sintetik (SAS). Dalam pembelajaran menulis, metode metode yang dipandang paling
cocok dengan jiwa anak adalah metode SAS.

BERHITUNG
Konsep-konsep Operasi Hitung Dasar adalah konsep yang mendasari operasi
hitung dasar yang meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian, dan
pembagian (Ruseffendi, dalam Romi, 2010:17). Pengetahuan prosedur tentang
matematika adalah pengetahuan tentang aturan atau cara yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas-tugas matematika.
Pengetahuan prosedur mencakup pengetahuan tentang langkah demi langkah
melakukan tugas seperti 3 + 5, 6 − 1, 4 × 7, 10 : 2. Pengetahuan tentang simbol
seperti ×,=,+,−,∶, dan penggunaannya dalam suatu operasi matematika juga
merupakan bagian dari pengetahuan prosedur tentang matematika. Pengetahuan
prosedur tentang matematika mempunyai peran yang sangat penting baik dalam
belajar maupun pengerjaan matematika.
Pada umumnya bahwa aturan bersifat prosedural sebaiknya jangan diajarkan
tanpa disertai konsep, meskipun pada kenyataannya sangat sering dilakukan.
Prosedur-prosedur tahap dasar konsep ini hanyalah merupakan aturan tanpa alasan
yang akan membawa kepada kesalahan dan ketidaksukaan terhadap matematika.
Semua prosedur matematika dapat dan harus dikaitkan dengan ide-ide konseptual
yang menjelaskan mengapa prosedur tersebut berlaku.
Operasi hitung dasar dalam matematika dapat dibedakan menjadi empat
operasi hitung dasar yaitu:
(1) Penjumlahan, merupakan operasi hitung untuk memperoleh jumlahan dari dua
bilangan atau lebih
(2) Pengurangan, merupakan operasi hitung untuk memperoleh selisih dari dua
bilangan atau lebih
(3) Perkalian, yaitu penjumlahan berulang dari bilangan-bilangan yang sama; dan
9

(4) Pembagian, yaitu pengurangan berulang dengan bilangan-bilangan yang sama.


Setelah konsep penjumlahan bilangan asli dikuasai siswa dengan baik,
kemudian dilanjutkan dengan penanaman konsep pengurangan. Operasi hitung
berikutnya adalah perkalian. Perkalian sebagai penjumlahan berulang, memerlukan
tahap berpikir yang lebih kompleks pada siswa. Setelah operasi perkalian dapat
dikuasai dengan baik, selanjutnya adalah operasi pembagian. Operasi pembagian
merupakan kebalikan dari operasi perkalian.
1. Operasi bilangan penjumlahan
Operasi penjumlahan (tambah) adalah dasar dari operasi hitung pada sistem
bilangan. Lambang “+” adalah lambang untuk operasi penjumlahan atau
pertambahan, sehingga kalimat matematika seperti jumlah lima dan tujuh
sama dengan 12, dapat ditulis secara simbol atau model matematika sebagai 5
+ 7 = 12.
2. Operasi bilangan pengurangan
Menurut Van De Walle (2006:155), jika salah satu bagiannya dan totalnya
sudah diketahui, maka pengurangan akan menghasilkan bagian yang satunya.
Pengertian ini sesuai dengan istilah “mengambil” yang sudah sering
digunakan
3. Operasi bilangan perkalian
Perkalian adalah penjumlahan berulang (Van De Welle, 2003: 35) yang
maksudnya adalah 3× 5 sama artinya dengan 5+ 5+5 atau ditulis 3× 5 = 5+
5+ 5 = 15.
4. Operasi bilangan pembagian
Pembagian dilambangkan dengan tanda “:”. Selanjutnya, a : b = c artinya
adalah ada sekumpulan benda sebanyak a dibagi rata (sama banyak) dalam b
kelompok. Maka cara membaginya dilakukan dengan pengambilan berulang
sebanyak b sampai habis dengan setiap kali pengambilan dibagi rata ke semua
kelompok. Banyaknya pengambilan ditunjukkan dengan hasil yang didapat
oleh masing-masing kelompok yaitu c.
10

Pengajaran berhitung di tingkat dasar seyogyanya dilakukan melalui tiga


tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika, yaitu:
1. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan
menggunakan benda dan peristiwa konkret, seperti pengenalan bilangan,
menulis bilangan, dan menghitung.
2. Masa transisi Proses berpikir yang merupakan masa peralihan/transisi dari
pemahaman konkret menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana
benda konkret itu masih ada dan dimulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal
ini harus dilakukan guru secara bertahap dengan laju dan kecepatan yang
menyesuaikan dengan kemampuan anak yang memang berbeda secara
individu.
3. Lambang Lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya
lambang “7” untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, dan sebagainya.
Menurut J. Piaget, perkembangan kognitif anak yang duduk di bangku SD,
mereka masih berada pada tahap operasional konkret. Berdasarkan teori Piaget
tersebut, maka pembelajaran matematika/ berhitung untuk siswa SD perlu melalui
hal-hal yang konkret atau benda-benda nyata, dalam arti dapat diamati dengan
menggunakan panca indera. Untuk memahami konsep matematika yang bersifat
abstrak, siswa SD memerlukan benda-benda konkret. Selain itu, Bruner membagi
proses belajar siswa menjadi tiga tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
 Tahap Enaktif, Pada tahap ini, siswa akan cepat mempelajari pengetahuan jika
dimulai dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi
nyata bagi para siswa.
 Tahap Ikonik, siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar
atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda
konkret atau nyata.
 Tahap simbolik, siswa mewujudkan pengetahuannya dalam bentuk simbol-
simbol abstrak. Dengan kata lain siswa mulai mengalami proses berabstraksi
11

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CALISTUNG


DI SEKOLAH DASAR
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam
berbagai tema (Permendikbud 81A Tahun 2013). Pembelajaran bersifat tematik
artinya pembelajaran itu dikembangkan dari tema. Temalah yang menjadi pemicu
siswa mempelajari materi mata pelajaran, bukan sebaliknya.
Pembelajaran yang bersifat terpadu ini biasanya diwujudkan dalam bentuk
pembelajaran yang berbasis kegiatan. Sambil melaksanakan kegiatan, berbagai aspek
dan materi dalam mata pelajaran secara tidak langsung ikut dipelajari, walau tanpa
ada nama mata pelajarannya secara eksplisit. Idealnya, untuk menjalankan
Pembelajaran Tematik Terpadu, guru seharusnya memulai pembelajaran dengan
melakukan hal-hal berikut:
1. Bernegosiasi dengan siswa tentang tema yang akan dikaji,
2. Megkaji KD-KD dan indikator yang bisa dicapai melalui pengkajian tema yang
telah disepakati
3. Menyusun silabus pembelajaran
4. Menyusun rencana pembelajaran, terutama rencana kegiatan belajar yang layak
dilalui siswa (tentu dengan melihat kaitan tema tersenut dengan KD yang bisa
dikembangkan),
5. Menawarkan dan meminta siswa menyepakati kontrak belajar yang harus
dialami siswa,
6. Memotivasi siswa melaksanakan kontrak belajarnya,
7. Memantau kemajuan belajar siswa dan memberikan bantuan yang diperlukan,
8. Mendorong siswa untuk membuat rekaman hasil belajarna dan melakukan
refleksi, serta
12

9. menilai keberhasilan belajar siswanya.


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan secara
rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal
tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap
awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru
secara individu maupun berkelompok dalam kelompok kerja guru (KKG) di gugus
sekolah, di bawah koordinasi dan supervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.
Calistung bukan merupakan mata pelajaran tetapi Calistung merupakan
kemampuan dasar yang diajarkan di semua jenjang pendidikan. Dalam perencanaan
pembelajaran, guru tidak perlu menyiapkan RPP secara khusus untuk mengajarkan
Calistung, tetapi guru memberikan penguatan pada pembelajaran Calistung pada
setiap kegiatan pembelajaran.
13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SD N .....


Kelas / Semester : VI / 2
Tema : Bumiku (Tema 8)
Sub Tema : Perbedaan Waktu dan Pengaruhnya (Sub Tema 1)
Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia, IPA
Pembelajaran ke : 1
Alokasi waktu : 6 x 35 (6JP)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan melakukan percobaan tentang perputaran Bumi, siswa mampu
mengetahui dan memahami konsep perbedaan waktu siang dan malam.
2. Dengan membuat laporan pengamatan, siswa mampu melaporkan hasil
pengamatan tentang perputaran Bumi dan akibatnya.
3. Dengan mencari informasi penting dan menuliskan kata-kata kunci yang
ditemukan dalam tiap paragraf, siswa mampu membuat kesimpulan dari suatu
bacaan.
4. Dengan membuat peta pikiran yang berisikan persamaan dan perbedaan
tentang terjadinya siang dan malam, siswa mampu menceritakan kembali
peristiwa rotasi Bumi dan akibatnya.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan  Melakukan Pembukaan dengan Salam dan 10 menit
14

Membaca Doa dan pemberian semangat


seperti tepuk semnagta dan nyanyian
(Orientasi)
 Mengaitkan Materi Sebelumnya dengan
Materi yang akan dipelajari yang berkaitan
dengan pengalaman siswa (Apersepsi)
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
(Motivasi)
 Menanyakan kehadiran siswa.
Inti (Sintak Model Discovery Learning) 150 menit
Ayo Mengamati
 Siswa mengamati gambar yang telah
tersedia di buku siswa, dan menuliskan
informasi yang didapat dengan melihat
gambar tersebut. Kegiatan ini digunakan
sebagai kegiatan untuk memahamkan
kepada siswa tentang memperkirakan
informasi dengan melihat sampul buku
(Bahasa Indonesia KD 3.7 dan 4.7)
Ayo membaca
 Siswa membaca teks yang berisi
informasi mengenai siang dan malam.
(Communication)
Ayo Mencoba
 Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, A
dan B.

 Siswa kelompok A mempraktekkan


15

simulasi tentang gerak semu matahari


dengan teman sebangkunya secara
bergantian

 Siswa kelompok B mempraktekkan


tentang peristiwa siang malam akibat
rotasi bulan.

Ayo Berdiskusi
 Siswa bersama teman sebangku
mengerjakan soal mengenai simulasi
yang telah mereka lakukan (hal.7 BS)

 Bentuklah kelompok terdiri atas 3-4


siswa. Dengan bimbingan guru, siswa
lalu mendiskusikan bagaimana bisa
terjadi perbedaan waktu (siang dan
malam).

 Siswa perwakilan kelompok maju ke


depan kelas untuk membaca kan hasil
diskusi kelompoknya.
Penutup A. Ayo Renungkan 15 menit
 Apa yang terjadi jika matahari berputar
tetapi bumi tidak?
 Hikmah apa yang dapat diambil dari
pembelajaran kali ini?
 Sikap apakah yang perlu ditunjukkan
untuk memelihara hewan peliharaan?
Peserta Didik :
 Membuat resume (Creativity) dengan
16

bimbingan guru tentang apa itu rotasi bumi


dan apa akibat rotasi bumi
Guru :
 Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai
langsung diperiksa.
 Peserta didik yang selesai mengerjakan
tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
dengan benar diberi hadiah/ pujian

C. PENILAIAN
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari
pengamatan sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil
karya/projek dengan rubric penilaian.

Mengetahui …………………, ...............


Kepala Sekolah, Guru Kelas 4

……………………………… ………………………………
NIP. ………………………… NIP………………………….

D. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan
sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan sikap, tes pengetahuan dan
17

presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek dengan rubric penilaian sebagai
berikut.
1. Menuliskan informasi yang didapat dari mengamati gambar sampul buku.
Bentuk Penilaian: Nontes
Instrumen Penilaian: Rubrik
KD Bahasa Indonesia 3.7 dan 4.7
Aspek Sangat baik Baik Cukup Perlu
pendampinga
n
4 3 2 1
Mengidentifi Mengidentifi Mengidentifi Mengidentifi Mengidentifi
kasi kasi lebih kasi tiga kasi dua kasi satu
informasi dari tiga informasi informasi informasi
yang informasi berdasarkan berdasarkan berdasarkan
didapatkan berdasarkan gambar gambar gambar
gambar
Keterampilan Pengucapan Pengucapan Pengucapan Pengucapan
berbicara kata- kata kata- kata di kata- kata kata- kata
secara beberapa tidak begitu secara
keseluruhan bagian jelas jelas tapi keseluruhan
jelas, tidak dan dapat di masih dapat tidak jelas,
menggumam mengerti di pahami menggumam
dan dapat di maksudnya dan tidak
mengerti oleh dapat di
pendengar mengerti
Keterampilan Menyusun Menyusun Menyusun Menyusun
menyusun pokok pokok pokok pokok
pokok pikiran pikiran pikiran pikiran
pikiran dalam setiap dalam setiap dalam setiap dalam setaiap
dalam setiap paragraph paragraph paragraph paragraph
18

paragraph dengan dengan dengan ejaan tidak runtut


dengan runtut dn runtut tetapi tepat tetapi dan dengan
runtut dan ejaan tepat. masih ada tidak runtut. ejaan tidak
ejaan tepat ejaan tidak tepat.
tepat.

2. Melakukan pengamatan dan berdiskusi tentang terjadinya perbedaan waktu


dan pengaruhnya
Bentuk Penilaian: Kinerja
Instrumen Penilaian: Rubrik
KD IPA 3.8 dan 4.8.
Aspek Sangat baik Baik Cukup Perlu
pendampinga
n
4 3 2 1
Pengetahuan Dapat Dapat Dapat Dapat
tentang menentukan 4 menentuka menentuka menentukan 1
penyebab penyebab n 3 n 2 penyebab
terjadi terjadinya penyebab penyebab terjadinya
perbedaan perbedaan terjadinya terjadinya perbedaan
waktu waktu perbedaan perbedaan waktu
waktu waktu
Keterampila Pengucapan Pengucapa Pengucapa Pengucapan
n berbicara kata- kata n kat- kat di n kata- kata kata- kata
saat secara beberapa tidak begitu secara
berdiskusi keseluruhan bagian jelas jelas tapi keseluruhan
jelas, tidak dan dapat masih dapat tidak jelas,
mengumumka dimengerti. dipahami menggumam
n dan dapat maksudnya dan tidak
dimengerti. oleh dapat di
19

pendengar. mengerti.

E. Remedial dan Pengayaan


1. Remedial
Dari hasil evaluasi kegiatan penilaian harian, bagi siswa yang belum
memahami materi secara baik diberikan proses ulasan dan pengulangan
sehingga memiliki keterampilan dan pemahaman yang sesuai.
2. Pengayaan
Apabila masih tersisa waktu, guru membahas kembali materi hari untuk
memambah wawasan dan pemahaman siswa.

F. SUMBER DAN MEDIA


1. Buku Pedoman Guru Tema 8 Kelas 6 dan Buku Siswa Tema 8 Kelas 6 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018).
2. Media pembelajaran SD/MI untuk kelas 6 dari SCI Media.
3. Video/slide dari media ajar guru Indonesia SCI Media.
4. Buku bacaan tentang suku bangsa di Indonesia.
5. Gambar-gambar yang berhubungan dengan rotasi.

Refleksi Guru:

Catatan Guru
1. Masalah :……….
2. Ide Baru :………..
20

3. Momen Spesial :………….

Mengetahui …………………, ...............


Kepala Sekolah, Guru Kelas 4

……………………………… ………………………………
NIP. ………………………… NIP………………………….
21

TES PILIHAN GANDA


1. Terjadinya siang dan malam disebabkan karena ….
a. Matahari yang berubah tempat
b. Matahari yang terbit
c. Bumi yang berputar
d. Bulan yang berputar
2. Bagian bumi yang paling banyak mendapatkan sinar matahari adalah ….
a. Daerah katulistiwa
b. Daerah kutub
c. Daerah pegunungan
d. Daerah pantai
3. Perputaran bumi mengelilingi matahari disebut ….
a. Jalan bumi
b. Orbit bumi
c. Rotasi bumi
d. Revolusi bumi
4. Bumi berputar pada porosnya siang dan malam terjadi selama ….
a.      12 jam
b.      30 hari
c.       365 ¼ hari
d.      24 jam
5. Berikut ini adalah peristiwa yang disebabkan oleh perputaran bumi pada
porosnya….
a. Terjadinya angin topan
b. Terjadinya siang malam
c. Terjadinya musim hujan dan musim kemarau
d. Terjadinya gerhana matahari
22

DAFTAR RUJUKAN

Kuntarto, E., (2017). Buku Pembelajaran Calistung. Repository Unja, with the URL
https://repository.unja.ac.id/634/

(2019).Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inspiratif.

Buku saku Tanya Jawab

Nama : Hasna Nurjilan

NIM : A1D117008

Kelas : R 001

Anda mungkin juga menyukai