Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Nabi


Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara lisan & berangsur-angsur antara
tahun 610 & 632 atau selama kira-kira 22 tahun, dimana pada masa itu umat
manusia khususnya penduduk Mekkah & Madinah masih dalam kegelapan & buta
huruf, telah membuktikan kebenaran wahyunya melalui konsistensinya &
kesesuainnya dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) yang
ditemukan manusia pada masa yang jauh setelah kematian Muhammad SAW.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam Al Qur’an & As sunnah sangat ideal & agung.

Anugerah terbesar yang sangat berharga bagi umat Islam adalah Al Qur’an.
Keluarbiasaan Al Qur’an itu terletak pada aspek-aspek di dalamnya antara lain
bahasa dan gaya bahasanya, substansinya, jangkauannya yang tiada terbatas, dan
multifungsinya bagi umat manusia. Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari Al
Qur’an. Ayat 27 surat Al Fath, misalnya memberi kabar gembira kpd kaum
muslimin bahwa mereka akan menaklukan Mekkah, yang saat itu dikuasai kaum
penyembah berhala.

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran


mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan
memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur
rambut kepala & mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah
mengetahui apa yang tiada kamu ketahui & Dia memberikan sebelum itu
kemenangan yang dekat.”

1
1

Al Qur’an Q.S. Al- Fath (48: 27).

Ketika kita lebih dekat lagi, ayat tersebut mengumumkan adanya kemenangan lain
yang akan terjadi sebelum kemenangan di Mekkah. Sebagaimana dikemukakan
ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan bentang Khaibar, yang
berada di bawah kekuasaan Yahudi, dan kemudian memasuki Mekkah dengan
aman. Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi masa depan
hanyalah salah satu diantara sekian banyak hikmah yang terkandung dalam al-
Qur’an. Al Qur’an mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan umat
Islam di dunia, baik pada peradaban Islam dahulu maupun peradaban modern
seperti sekarang ini.

Dewasa ini, ilmu pengetahuan & teknologi (IPTEK) sudah semakin berkembang.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, manusia memang perlu mengenbangkan
IPTEK dalam kehidupan yang semakin modern. Perkembangan IPTEK dapat
memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai saran modern industi, komunikasi
& transportasi, misalnya terbukti sangat bermanfaat. Namun, di sisi lain IPTEKS
tidak jarang berdampak negatif karena merugikan & membahayakan kehidupan
dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu orang
di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II tahun 1945. Selain itu tidak
sedikit yang memanfatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan
kejahatan dunia maya (cyber crime), pornografi, kekerasan, & perjudian.

1
Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti Prima Yasa,
Yogyakarta, 1997. hlm. 17.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Interrelasi Kebenaran Al’Quran dan IPTEKS?


2. Apa bukti-bukti ilmiah kebenaran Al Qur’an dalam bidang Keperawatan

C. TUJUAN

1. Mendeskripsikan interrelasi Kebenaran Al Qur’an dan IPTEKS


2. Mendeskripsikan bukti-bukti ilmiah kebenaran Al Qur’an dalam bidang
Keperawatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an dan IPTEKS

Interrelasi berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk
terikat diantara dua sedangkan relasi adalah hubungan atau berhubungan. Jadi
interrelasi merupakan hubungan antara dua masalah yang saling terikat. Dalam
pembahasan ini berkenaan dengan “hubungan kebenaran Al-Qur’an dan ipteks.

Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari
mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan penegasan Al-
Quran: Petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah
antara yang hak dan batil. (QS 2:185).

 Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan

Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan Penghormatan


Yang tidak ditemukan bandingannya dalam Kitab-kitab Suci yang lain sebagai
bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di
dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan

4
pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan
ketinggian derajat ilmu.

Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada


manusia, Allah berfirman:

"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS Al
Alaq 96:5)

"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai


ilmu." (QS Al Mujadilah 58:11)

"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak


mengetahui?" (QS Az Zumar 39:9)

Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan ilmu.
Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait yang kedudukannya
mengiringi Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya tentang
anjuran untuk mencari ilmu, arti penting dan kemuliaannya. Ayat-ayat Al-

5
Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat namun
juga untuk kebaikan kehidupan di dunia.

Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk menuju
kehidupan di dunia lebih baik.Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput
memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan
manusia.

Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat
yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja
Alam dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an
memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya.
Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali maupun diakhiri dengan
sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu tidak memperhatikan?", "Apakah kamu
tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak mendengar?", "Apakah kamu tidak
melihat?".Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti "Sebagai tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh Ulul Albaab".Demikianlah
Mukjizat terakhir Rasul, yang selalu mengingatkan manusia untuk mendengar,
melihat, berpikir, merenung, serta memperhatikan segala hal yang diciptakan
Allah di dunia ini.

Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di


Timur Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang
berlandaskan pada riset (dengan cara mendengar, melihat, memperhatikan,
merenungkan, dan memikirkan) dan mengimplementasikannya dalam bentuk alat-
alat maupun metode yang berguna bagi kehidupan manusia.

Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan mendapati
begitu banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada masa itu, dunia di luar Islam diselubungi kegelapan
Ilmu.Perdukunan, mantra dan jampi-jampi menjadi jalan untuk pengobatan.
Namun berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah mengembangkan berbagai
metode pembedahan manusia, dialah sang bapak kedokteran modern. Karya

6
monumentalnya,Alqanun fi At Tib (yang diterjemahkan ke Eropa menjadi
CANON), menjadi rujukan utama dunia kedoktekan sampai abad ke 19.

Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah


mengembangkan metode Al-goritma. Kenapa disebut Al-goritma? Al-goritma
merupakan aksen eropa dari nama al-khawrizmi. Seperti ilmuwan lainnya, Ibnu
Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusyd menjadi Averoes. Dan masih banyak lagi
penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa itu seperti, metode fotografi
paling awal yang disebut ruang gelap, jam air, piston.

Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali mengapresiasi
kandungan Al-Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak paham bahasa Al-
Qur’an (Bahasa Arab), meskipun hanya sebatas pemahaman tingkat dasar. Akibat
tidak paham bahasa Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an hanya sebatas ritual saja
(meskipun begitu dasyatnya Al-Qur’an, sehingga orang yang tidak paham
maksudnya pun dapat menjadi tenang hatinya). Bahkan banyak generasi muda
yang enggan untuk sekedar menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini
tidak lain disebabkan oleh minimnya pengetahuan generasi muda Islam tehadap
bahasa Al-Qur’an.

Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari
banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi
yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya
menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu
pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada
masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga
pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga
mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan.

Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya


tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat
dimana ia hidup. Mereka memberikan tantangan kepadanya atas dasar

7
kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban
penemuannya sendiri.

Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknyayang


terulang sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang
menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya,
sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan kemajuan
ilmu pengetahuan, antara lain :

1 Subjektivitas (a) suka dan tidak suka baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79;
(b) taqlid atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
2 Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3 Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara
lain QS 21:37).
4 Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca
antara lain QS 7:146).

Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :

1. Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam
arti tidak menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu
persoalan (baca antara lain QS 36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan
(baca antara lain, QS 10:39).

2. Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam
pribadi tokoh yang paling diagungkan.Ayat- ayat semacam inilah yang
mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan pemikir-pemikir
dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik
dituntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran
untuk berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi
umatnya untuk menggunakan akalnya atau membatasinya menambah
pengetahuan selama dan dimana saja ia kehendaki. Dan inilah korelasi pertama
dan utama antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Korelasi kedua
dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak
ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat

8
tersebut sebagian nya telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa
yang mereka ketahui itu masih sangat terbatas dalam perinciannya

B. Bukti-bukti Ilmiah kebenaran Al-Qur’an dalam bidang Keperawatan

Pertama, penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam


teori keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia
hendaklah memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang yang
mengharap pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya khairun min
yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang memberikan pertolongan lebih
baik dari tangan yang di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan
Islam seseorang sebaiknya menjadi pribadi yang mandiri yaitu yang dapat
menolong orang lain karena perbuatan itu pada hakikatnya adalah menolong
dirinya sendiri. Kedua, tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori
keperawatan sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah
SWT. Seluruh perangkat tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang
mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien. Ketiga, seorang yang
berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman yang kuat adalah
selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya karena Rasul bersabda yang
artinya sebagian dari tanda keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan
perbuatan yang tidak berguna kepadanya (min husni islam al mar-I tarku ma la
ya’nihi). Keempat, seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu
berlaku adil baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga
memperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya.

Bukti-bukti ilmiah kebenaran Al Qur’an dan IPTEKS

1. Fakta tentang menyusui bayi selama 2 tahun

Air susu ibu atau ASI sangat bermanfaat bagi bayi. ASI adalah sumber makanan
terbaik bagi bayi dan mengandung zat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Tidak ada susu buatan manusia yang mampu menandingi kualitas ASI.

9
Alquran surat Luqman ayat 14 menganjurkan manusia untuk berbuat baik kepada
ibu bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Surat ini menjelaskan bahwa waktu yang terbaik untuk memberikan ASI bagi
seorang bayi adalah 2 tahun karena memberikan banyak manfaat.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

2. Fakta tentang penciptaan manusia dalam 3 tahap

Dalam Alquran surat Az Zumar ayat 6 dijelaskan, manusia diciptakan dalam


tubuh ibunya dalam tiga tahapan.

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya
isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari
binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu,
Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”

10
Perkembangan ilmu Biologi modern telah berhasil mengungkap petunjuk dari
ayat itu. Pertumbuhan bayi di dalam rahim melewati tiga tahap (tiga kegelapan).
Alquran menggunakan istilah ‘kegelapan’ karena memang proses penciptaan
manusia dalam perut ibu terjadi di dalam rahim yang gelap.

Tahap-tahap itu, pertama, tahap Pre-embrionik, zigot tumbuh membesar melalui


pembelahan sel kemudian menjadi segumpalan sel yang membenamkan diri pada
dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot, sel-sel penyusunnya mengatur diri
mereka sendiri untuk membentuk tiga lapisan. Kedua, tahap Embrionik yang
berlangsung lima setengah minggu. Bayi pada tahap ini disebut “embrio”. Organ
dan sistem tubuh bayi juga mulai terbentuk. Ketiga tahap fetus yang dimulai sejak
kehamilan bulan 8 hingga lahir. Pada tahap ini bayi telah menyerupai manusia
dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.

3. Fakta tentang jenis kelamin bayi

Hasil penemuan ilmu genetika abad 20 menjelaskan bahwa jenis kelamin seorang
bayi ditentukan oleh air mani dari pria. Dalam air mani pria terdapat kromosom x
yang berisi sifat-sifat kewanitaan dan kromosom y berisi sifat kelaki-lakian.
Sedangkan dalam sel telur wanita hanya mengandung kromosom x yang
mengandung sifat-sifat kewanitaan. Jenis kelamin seorang bayi tergantung pada
sperma yang membuahi, apakah mengandung kromosom x atau y.

Alquran telah menjelaskan fakta itu dalam surat An Najm ayat 45-46,

“Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani,
apabila dipancarkan.”

Sebelum penemuan itu diperoleh, masyarakat menganggap bahwa penentu jenis


kelamin berasal dari wanita.

11
Obat dalam Al Qur’an dan Al hadist

1. “rasulullah saw berbuka puasa dengan beberapa biji buah kurma sebelum
salat. Sekiranya tidak terdapat kurma, maka Rasulullah saw akan berbuka dengan
beberapa anggur. Sekiranya tiada anggur, maka Baginda meminum beberapa
teguk air”(H.R Ahmad)

2. Habbatus saudah

Rasulullah bersabda:”hendaklah kamu menggunakan habbatussaudah karena


sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali
mati” (H.R Salamah dari Abu Hurairah)

3. Madu

Allah berfirman:

“dari perut lebah ini keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benr terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang berfikir” (QS. An Nahl:69)

4. Zaitun

Rasulullah bersabda : “makanlah minyak zaitun dan lumurilah minyaknya karena


ia berasal dari pohon yang penuh berkah” (H.R. At Tirmizi dan Ibnu Majah)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan penghormatan


yang tidak ditemukan bandingannya dalam Kitab-kitab Suci yang lain sebagai
bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di
dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan
pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan
ketinggian derajat ilmu. Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul
Bait yang kedudukannya mengiringi Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak
terhitung banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti penting dan
kemuliaannya. Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja
untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia.

B. Saran

Alhamdulillah, dengan puji dan rahmat Allah makalh ini telah dapat diselesaikan
dengan semaksimal mungkin. Mungkin di dalam penulisan dan pembahasan
dalam makalah yang kurang sempurna ini terdapat kata atau kalimat yangkurang
berkenan di hati para pembaca, kami atas nama kelompok meminta dengansangat
kritik dan sarannya. Agar kami bisa lebih meningkatkan cara penulisan kamidan
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang masih dalam tahap pembelajaran ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti
Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. h. 17.

Al Qur’anul Karim

Arifin, M, H, 1993, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara

Deedat, Ahmad, 2003, Al Qur’an Mu’jizat Yang Tak Tertandingi, Jakarta :


Pustaka

DEPAG, Sains Menurut Perespektif Al-qur’an, PT. Dwi Rama, 2000. h. 3.

H.G. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994. h.
125.

14

Anda mungkin juga menyukai