Anda di halaman 1dari 14

Nike Vs Reebok, Pertempuran Bisnis Olahraga Lebih dari 30 Tahun

Pertempuran bisnis antara Reebok dan Nike telah berlangsung selama lebih dari tiga puluh tahun dan
tak kunjung usai. Pertarungan dua merek perlengkapan dan paralatan olahraga itu mulai terjadi sejak
awal 1980-an.

Nike merupakan perusahaan sepatu lari yang didirikan Phil Knight, seorang mantan akuntan yang
memilih terjun ke dunia bisnis. Sementara itu, Reebook merupakan merek sepatu asal Inggris yang
didirikan pada 1895 dengan nama J.W Foster & Sons.

Salah satu perbedaan yang paling kentara antara dua merek tersebut terletak pada pelanggan dan
peminatnya. Nike fokus pada para pecinta olahraga pria, sementara Reebok fokus pada pelanggan
wanita dan pria.

Perang mulai terasa semakin memanas pada 1987 saat Reebok berhasil mengungguli Nike. Sejak
itu, kedua perusahaan semakin gencar mempromosikan produknya termasuk menyewa atlet ternama
seperti Michael Jordan.

Bagaimana perang merek antar keduanya berlangsung dan mana yang lebih unggul? Berikut
ulasannya seperti dikutip dari The Richest, Fortune, dan StudyMode, Rabu (11/6/2014):

Pangsa pasar Reebok vs Nike

Reebok, yang kemudian menjadi anak usaha Adidas, tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan
dengan Nike mengenai berbagai produknya. Reebook tercatat selalu dilibatkan dalam proses desain
hingga pemasaran sepati atletik dan non atletik.

Meski demikian, hingga 2008, pangsa pasar Reebok masih tertinggal di bawah Nike. Reebook
menguasai 11,2 persen industri perlengkapan olahraga sementara Nike mencatatkan pangsa pasar
yang lebih besar, 15,5 persen.

Kedudukan finansial Reebok juga tercatat terus merosot setiap tahun sejak akhir 1980-an. Bahkan
dalam empat tahun sejak 2004, dividen Reebok merosot hingga 80 persen.

Penjualan bersih Reebok juga menurun 9 persen selama tiga kuartal pertama pada 1999. Di saat
yang sama pendapatan bersihnya juga menurun 17 persen. Sementara di waktu yang sama produk-
produk Nike justru semakin terkenal.

Target konsumen Reebok vs Nike

Sejak berdiri, Nike secara agresif menggaet para pelanggan pria untuk membeli sepatu larinya.
Kekosongan perlengkapan olahraga untuk wanita itu lantas diisi Reebok yang melihatnya sebagai
peluang besar.
Nike akhirnya lengah dan meluputkan pentingnya memburu pria dan wanita je dalam bisnisnya.
Reebok akhirnya berhasil menyalip Nike pada 1987 dengan jumlah pendapatan dan konsumen yang
lebih tinggi.

Namun Nike tak tinggal diam melihat usaha keras dari Reebok. Pihak manajemen Nike lantas
menajamkan aksi promosi dan pemasaran produknya demi menusuk bisnis Reebok.

Aksi promosi Reebok vs Nike

Setelah sempat kalah dari Reebok, Nike lantas membayar atlik basket ternama sepanjang sejarah,
Michael Jordan. Kala itu, Jordan diminta untuk menjadi maskot berbagai perlengkapan olahraga,
khususnya sepatu yang diluncurkan Nike.

Tak hanya itu, Nike juga membayar juru bicara untuk menghubungkan perusahaan dengan
konsumen. Di balut dengan popularitas yang tinggi, bisnis Nike kembali menguat.

Reebok merespons serangan promosi Nike dengan menggaet atlet lain, Shaquille O'Neal.Dia pernah
menggegerkan Nike saat datang ke perusahaannya dengan mengenakan jaket dengan logo besar
Reebok.

Tak berhenti, Nike terus merekrut banyak atlet populer termasuk Andre Agassi, Pete Sampras, dan
Tiger Woods. Pada 2005, Adidas membeli Reebok. Tapi kombinasi Adidas dan Reebok tetap
menempatkan keduanya di posisi kedua setelah Nike. (Sis/Ndw)
STUDI KASUS PERUSAHAAN NIKE, LTD

Tahun 2003 merupakan sebuah tahun “serba pertama” bagi Nike. Perusahaan tersebut memperoleh
pendapatan tertinggi dalam sejarahnya dan juga menghasilkan lebih banyak pendapatan di luar
Amerika Serikat untuk pertama kalinya. Meskipun demikian, perusahaan terus menghadapi
kontroversi dalam sejumlah bidang, seperti etika produksi, tuntutan hukum, dan kritik terhadap
bayaran tinggi untuk para atlet. CEO Phil Knight tampaknya menyadari bahwa pandangannya
mengenai Nike dan pandangan publik mungkin tidak selalu sejalan

Visi dan misi perusahaan Nike

Visi : membawa inspirasi dan inovasi bagi semua atlet di dunia

Misi : Menjadi penjual terbesar sepatu dan pakaian atletik di dunia. 

Kinerja dan keandalan sepatu, pakaian, dan perlengkapan, pengembangan produk baru, harga,
identitas produk melalui pemasaran dan promosi, serta dukungan dan pelayanan konsumen adalah
aspek penting persaingan dalam industri sepatu, pakaian, dan perlengkapan atletik. Kami yakin, kami
kompetitif dalam semua bidang itu.

Perusahaan bertujuan memimpin kewarganegaraan perusahaan melalui program proaktif yang


mencerminkan kepedulian terhadap keluarga Nike di seluruh dunia, rekan tim, konsumen, dan
mereka yang memberikan pelayanan kepada nike.

Sejarah

Philip Knight, seorang pelari jarak jauh yang berdedikasi, menyusun rencana untuk membuat sepatu
lari berharga murah di Jepang dan menjualnya di AS sebagai bagian dari tugasnya untuk meraih
gelar MBA di Stanford Univercity setelah lulus. Knight bekerja sama dengan Bill Bowerman, mantan
pelatih larinya di Univercity of Oregon, untuk mewujudkan rencananya dengan mendirikan Blue
Ribbon Sports pada tahun 1964. Sepatu Blue Ribbon Sports memperoleh sambuta baik di antara
para pelari profesional karena Knight mendistribusikan sepatu, yang disebut Tigers, di pertadingan
lari. Pada tahun 1971, Blue Ribbon Sports menerima sebuah merek dagang pada logo “Swoosh” dan
merek Nike juga diperkenalkan. Blue Ribbon Sports secara resmi mengubah namanya menjadi Nike
pada tahun 1978. Selama akhir tahun 1970an dan awal 1980an para peneliti Nike menggunakan
keahlian teknologi mereka untuk mengembangkan beberapa tipe sepatu atletik yang merevolusi
industri. Perusahaan ini menjadi kian sukses setiap tahun degan laba yang terus meningkat selama
masa tersebut. Pada tahun 1988, Nike membeli Cole Haan yang berbasis di New Hampshire, dengan
harga sebesar $64 juta. Cabang tersebut saat ini memliki beberapa merek dagang, seperti CH,
Gseries ileh Cole Haan, Bragano, dan Cole Haan. Bisnis sepatu kasual Nike tumbuh sebesar 16
persen pada tahun berikutnya. Nike juga membeli Cole Haan Accesories Company pada tahun 1990,
sebuah distributor ikat pinggang, penjepit, dan produk kulit kecil berkualitas tinggi premium. Pada
tahun yang sama, Nike membuka toko ritel pertamanya, NikeTown, di Portland. Oregon, Nike
membeli sebuah perusahaan pembuat topi bernama Sports Specialties (kini disebut Nike
TeamSports, Inc) pada tahun 1993, dan pada tahun 1994, divisi Outdoor menambah sebuah sepatu
baru yang dinamakan “Air Mada” dan sandal olahraga Nike menduduki penjualan teratas di pasaran.
Pada tahun 1995, Nike membeli Canstar Sports Inc. (produse peralatan hoki terbesar di dunia),
seniali $409 juta. Canstar, kini bernama Bauer Nike Hockey, Inc, memproduksi sepatu luncur, sepatu
luncur es, dan bermata pisau (blades), perlengkapan pelindung, stik hoki, dan kaos hoki. Koleksi
pakaia basket Michael Jordan diluncurkan pada tahun 1998. Pakaian yang didesain untuk pria muda
yag ingin “tampil modern” ditambahkan ke koleksi Michael Jordan, dan bintang olahraga Randy Moss
dan Derek Jeter disewa untuk mempromosika merek Jordan pada tahun 1999. Merek baru yang
disebut CG (All Conditions Gear) yang menjual perlengkapan untuk berseluncur es, berselancar,
menyelam, dan bersepeda gunung diluncurkan pada tahun 1999.

Kondisi Saat Ini

Dalam beberapa tahun terakhir ini perusahaan membuat beberapa perubahan sebagai upaya
memperoleh pangsa pasar serta menawarkan beragam produk sepatu dan pakaian olahraga. Dua
toko Nike Goddess, yang menjual pakaian dan sepatu wanita, di buka di Los Angeles pada tahun
2001 Nike membeli Impact Golf Technologies pada tahun 2002 sehingga perusahaan dapat
memproduksi stik golf. Nike mulai menjual 3 merek pakaian pada musim semi tahun 2002 guna
menyediakan merek yang berbeda untuk jenis konsumen yang berbeda. Nike Performance (untuk
atlet) , Nike Active (perlengkapan “gimnasium dan jalan”) dan Nike Fusion (pakaian gaya yang dibuat
dari kain berkualitas tinggi). Pada bulan September 2003 Nike membeli Converse seharga $350 juta
untuk meningkatkan penawarannya dalam pasar sepatu retro populer dan klasik saat ini. Merek
Hurley perusahaan, yang dibeli pada tahun 2002, menjual sepatu dan pakaian anak muda untuk
menyelam, berselancar, dan berseluncur es. Pada tahun yang sama. Foot Locker mengumumkan
akan membeli sekitar separuh produk Nike di masa mendatang, karena keputusan perusahaan yang
menetapkan bahwa Foot Locker akan menjual sepatu lebih murah dan tidak semahal sepatu Nike.
Hal tersebut merupakan sebuah persoalan besar karena 10,9 persen pendapatan Nike berasal dari
Foot Locker, pada tahun 2002 ($800 juta dalam harga grosir).

Persaingan

Industri sepatu atletik telah berubah secara dahsyat sejak “sepatu karet” ditemukan. Pada tahun
1873, “sepatu karet” dibuat dari bahan karet dan kampas India. Dunlop menjadi penjual sepatu karet
dominan pada tahun 1938. Keds dan PF Fliers mendominasi pasar anak-anak pada tahun 1960-an.
Merek standar dewasa seperti Adidas dan Converse disambut baik oleh para penggemar olahraga
selama bertahun-tahun. Ketika Nike memasuki pasar tersebut pada akhir 1960-an, industri berubah
untuk seterusnya. Selain persaingan baru, gaya hidup mulai berubah dan perusahaan mengontrak
produsen dan bukan berinvestasi dalam pabrik dan peralatan untuk memproduksi produk mereka
sendiri.Pesaing utama dalam industri sepatu atletik adalah Nike dan Reebok, yang masing-masing
menguasai 39 persen dan 11 persen pangsa pasar. Reebok International Ltd Reebok mendesain dan
membuat sepatu dan pakaian olahraga untuk dijual di seluruh dunia. Perusahaan tersebut menjual
sepatu atletik dalam kombinasi warna yang berbeda untuk aerobik, bersepeda, voli, fitnes, lari,
basket, sepakbola, joging, dan sepatu anak-anak, dan belum lama ini mendiversifikasi penawarannya
ke lebih banyak jenis sepatu kasual, pakaian olahraga, dan jenis sepatu atletik lainnya, serta
peralatan terkait olahraga. Persaingan Internasional Persaingan meningkat di Eropa. Adidas-Salomon
AG, sebuah perusahaan Jerman merupakan penjual sepatu atletik nomor satu di Eropa dan nomor
dua di dunia. Para analis yakin bahwa bisnis yang baik di pasar Eropa adalah penting demi
berlanjutnya kesuksesan perusahaan dalam industri sepatu atletik. Penjualan Nike di Eropa, Asia,
Kanada, dan Amerika Latin naik menjadi hampir 4,4$ miliar pada tahun 2002 dan menjadi $5.127
miliar pada tahun 2003. Adidas, pesaing utama asal Eropa, berjuang untuk mempertahankan 15%
pangsa pasar kompetitifnya untuk sepatu atletik seluruh dunia. Adidias didirikan tahun 1948 dan
memilki bintang olahraga seperti Al Oerter dan Kareem Abdul-Jabbar (NBA) yang, mengiklankan
produknya.

Kondisi Ekonomi

Total penjualan sepatu atletik AS pada tahun 2002 menjadi $15,69 miliar, mewakili kenaikan 2,5
persen dibandingkan tahun 2000. Sejak musim gugur kepercayaan konsumen menurun dan
perlambatan pertumbuhan ekonomi secara umum berlanjut hingga 2003. Setelah seranga teroris 11
September 2001, ekonomi AS terus terhuyung dan terjadi penurunan tajam dalam permintaan sepatu
atletik. Produsen sepatu atletik juga mengalami krisis ekonomi di sejumlah pasar internasional. Selain
itu, pengaruh fluktuasi mata uang asing dan perubahan tingkat bunga berpotensi menimbulkan
persoalan keuangan untuk produsen sepatu atletik. Peralihan mata uang ke Euro juga menimbulkan
sejumlah tekanan di negara-negara Uni Eropa yang belum lama ini harus mengubah mata uang
mereka. Sebagian besar perusahaan sepatu atletik melakukan kontrak dengan perusahaan produsen
di Tempat Jauh untuk memproduksi sepatu mereka. Beberapa negara yang memproduksi sepetu
untuk Nike, Reebok, dan perusahaan lain adalah Korea Selatan, Taiwan, Cina, Thailand, Malaysia,
dan Indoensia. Keuntungan pertama dari kontrak produksi asing adalah bahwa tidak ada investasi
modal yang diperlukan dan perusahaan sepau atletik dapat beroprasi dengan sangatr sedikit utang
jangka panjang. Ada pula beberapa kerugian untuk kontrak produksi. Sejumlah negara, seperti Korea,
yang memproduksi sepatu atletik dalam jumlah besar di masa lalu telah membangun keahlian dan
hubungan untuk mulai memproduksi produk elektronik yang lebih canggih dan tidak memiliki
kapasitas tersedia untuk terus memproduksi sepatu atletik. Beberapa kerugian lain produksi di luar
negeri meliputi kerusuhan buruh, ketidaktentraman politik, keterlambatan karena pengiriman, dan
ketidakpastian sistem kuota (embargo).

Faktor Sosial

Dalam beberapa tahun terakhir, konsumen telah mengubah pandangan mereka mengenai
sepatu/pakaian atletik sebagai aksesoris fesyen. Perusahaan sepatu atletik mulai menghadapi
kesulitan menjual produk mereka ke pasar orang muda pada tahun 1997, terkait pergeseran
permintaan kaum muda ke sepatu bot untuk panjat tebing dan sepatu kulit kasual. Paling baru, fesyen
untuk sepatu atletik adalah sepatu atletik yang tampak klasik atau bergaya retro. Usia konsumen
potensial menimbulkan sejumlah tantangan unik bagi perusahaan sepatu/pakaian ateltik. Anak-anak
generasi Y menyaingi ukuran generasi baby-boom ; sebanyak 60 juta dan akan menjadi sebuah
pasar yang signifikan di masa mendatang. Konsumen generasi Y lebih menyukai pakaian olahraga
yang berorientasi fesyen dibanding pakaian merek atletik. Popolasi generasi Y merespon secara
berbeda terhadap iklan dibanding generasi lainnya. Saat ini popularitas olahraga sebagai pengisi
waktu bagi baby-boomer tidak lagi sebesar pada tahun 1990-an, tetapi permintaan akan
sepatu/pakaian untuk kegiatan santai terus meningkat untuk kelompok ini. Perubahan gaya hidup
kaum wanita bmuda tampaknya akan memengaruhi indistri. Sejak pertengahan 1990-an, wanita
membeli lebih banyak sepatu atletik dibanding pria. Selain itu saat ini lebih banyak wanita muda yang
tertarik dan menggemari olahraga dibanding generasi wanita muda sebelumnya.

Persoalan Hukum/Peraturan

Pasar global memiliki banyak pembatasan hukum yang produsen septu atletik harus pertimbangkan.
Baik perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara maupun perjanjian bersama tentang tarif dan
perdagangan memberikan akses yang lebih baik ke perdagangan dunia.

Faktor Internal Nike

Lama faktor internal utama Nike adalah upaya penelitian dan pengembangan superior untuk produk
perusahaan, keahlian pemasaran/distribusi, tanggung jawab sosial, gaya/budaya manajemen, dan
hasil keuangan.

Penelitian dan Pengembangan Nike

Nike mampu mengikuti kemajuan teknologi karena sebagian besar penelitian dan pengembangan
dalam industri sepatu atletik merupakan inovasi desain dan tidak membutuhkan investasi besar
dalam peralatan. Perusahaan membentuk laboratorium penelitian olahraga Nike yang menggunakan
kamera video dan peralatan penguji daya tarik serta meneliti beberapa jenis persoalan. Perusahaan
juga menggunakan pengetahuan teknologinya untuk menyempurnakan pakaian olahraga. Selain
pekerjaan laboratorium, para designer Nike juga mengunjungi para atlet untuk mempelajari lebih
banyak mengenai teknologi septu. Nike terus bergantung pada pengembangan teknologi superior
untuk mendiferensiasikan produknya dari pesaing.

Pemasaran

Karena Nike sebenarnya tidak memproduksi sepatu, fokus utama perusahaannya adalah
menciptakan dan menawarkan produknya. Nike menjual produknya secara online
melaluiwww.nike.com dan Phil Knight setiap hari bertemu dengan tim Internet. Toko online menjual
beragam produk termasuk sepatu, perlengkapan, dan pakaian. Nike memosisikan produknya sebagai
sepatu berkinerja tinggi yang didesian dengan fitur teknologi canggih. Pasar sasaran umum sepatu
atletik Nike adalah pria dan wanita antara usia 18 dan 34. Saat ini, strategi Nike adalah memilih
wanita sebagai target secara agresif. Perusahaan mendirikan toko Nike Goddess dan mulai lebih
melakukan pemasaran kepada wanita yang memiliki “gaya hidup aktif”. Nike mengiklankan produknya
dengan berbagai cara dan menargetkan iklannya pada kelompok atau jenis orang yang spesifik.
Pengeluaran untuk iklan adalah sebesar $1,0279 miliar pada tahun 2002 dan $1,168 miliar pada
tahun 2003. Perusahaan terus melakukan pengeluaran untuk iklan TV selama acara olahraga
profesional dan kampus, program jam tayang utama, dan program tengah malam. Iklan jam tayang
utama dimaksudkan untuk meraih cakupan luas orang dewasa dan iklan TV tengah malam ditujukan
bagi kalangan dewasa muda. Media cetak juga sangat penting dalam mengiklankan produk Nike.
Bintang-bintang iklan Nike meliputi Michael Jordan, Andre Agassi, Mia Hamm, Marion Jones, Brandi
Chastain, Vince Carter, David Duval, Kobe Bryant, dan Tiger Woods. Upaya pemasaran internasional
berlanjut. Nike mempunyai operasi di 200 negara di 6 benua.

Distribusi

Nike membuka sebuah pusat distribusi pakaian seluas 63.000 square feet di Memphis pada tahun
1992 yang dinamakan Nike Next Day. Sepatu didistribusikan dari pusat di Greenland, New
Hampshire; Wilsonville, Oregon; dan Memphis, Tennessee. Pakaian Nike dikirim dari pusat
didistribusikan dari Costa Mesa, California. Knight khawatir bahwa Nike akan kehilangan citranya
sebagai sepatu olahraga yang unggul secara teknis jika pemasaran internasional tidak dipantau
secara teliti. Nike telah membeli operasi distribusi banyak distributornya di seluruh dunia untuk
mengontrol pemasaran produknya.

Iklan Nike

TEMA GAMBARAN VISUAL

“Hangtime” Promosi sepatu basket Air Jordan yang


menampilkan Michael Jordan dan Spike Lee.

“Revolution Lagu Beatles “Revolution” dimainkan dan gambar


” bintang-bintang olahraga ditampilkan.

“Bo Knows” Mengilustrasikan beragam sepatu Nike (20


kategori olahraga berbeda).

“Just Do It” Menunjukkan orang-orang dari berbagai sisi


kehidupan yang berlatih dengan sepatu Nike.

“Multiple Bo Jackson bertemu Sonny Bono dan empat


Bo’s” belas Bo Jackson lainnya yang mewakili olahraga
berbeda.

“Rock and Andre Agassi menunjukkan keterampilan


Roll Tennis” tenisnya dalam format video rock.

“I’m not a Charles Barkley mengatakan bintang olahraga


roll model” bukanlah teladan, tetapi orang tua seharusnya
menjadi teladan.
“Aerospace Karakter kartun Bugs Bunny, Looney Tunes,
Jordan” penjaga pantai Marvin Martin, dan Michael
Jordan bepergian ke Mars. (Super Bowl XXVII)

“Air Iklan dengan bintang Sherly Swoopers yang


Swoopes” memeperkenalkan sepatu basket Air Swoopes
dam menggunakan sponsorship Nike dalam tim
basket wanita AS untuk Olimpiade.

“Broad- Iklan yang dibintangi oleh Tiger Woods, dengan


Minded” pernyataan, “ Kami bukan sekadar sepatu
kampas dan kulit. Kami besar dan berpikiran
luas”

“Date” Tim sepakbola wanita AS mengatakan “kami


akan menghadapi dunia sebagai satu tim” dan
semua anggota tim ini berkencan dengan satu
orang.

“Two Semua Tim Sepakbola Wanita AS menginginkan


Fillings” pengganti ketika Brando Chastain mengatakan
dia memiliki dua pengganti. Tiap wanita berdiri
dan berkata, “Saya akan memiliki dua pengganti”.

“Chicks Dig Pitcher Tom Glavine dan Greg Maddox berusaha


the Long memperoleh perhatian Heather Locklear dari
Ball” Mark McGwire.

Tanggung Jawab Sosial

Nike telah dikritik dalam beberapa tahun terakhir karena praktik pekerjaan di tempat produksi
internationalnya. Sejumlah konsumen mempersoalkan praktik eksploitatif para manajer di beberapa
negera Asia. Misalnya, pada tahun 2001, manajer pabrik yang membuat produk Nike di Indonesia
dituduh melaksanakan pelecehan seksual, penyiksaan fisik dan verbal, pembatasan layanan
kesehatan, dan pemaksaan lembur. Selain itu, beberapa dari manajer tersebut diduga menyuruh
karyawan yang berlaku tidak pantas atau terlambat masuk kerja untuk berlari keliling atau
membersihkan toilet. Nike berjanji untuk menyelidiki dan memperbaiki kapan pun kondisi yang tidak
pantas terjadi. Pertama kali, perusahaan membentuk sebuah departemen buruh sosial tahun 1996
dan pada tahun 1998 posisi Wakil Direktur Tanggung Jawab Sosial pun dibuat. Pada tahun 1998,
Nike bergabung dngan Asosiasi Keadilan Buruh (Fair Labour Association – FLA), sebuah organisasi
pemantau tempat kerja buruh yang didirikan oleh unit kerja presidensial bentukan produsen pakaian
dan organisasi hak asasi manusia. Perusahaan juga bergabung dalam Aliansi Global untuk Tenaga
Kerja dan Komunitas (Global Alliance for Workforce Communities – GAWC), sebuah kelompok bisnis
yang bertujuan meningkatkan kehidupan kerja buruh pabrik. Selain keanggotaannya dalam FLA dan
GAWC. Nike mengembangkan suatu proses untuk memastikan bahwa pabriknya mematuhi kode etik
perusahaan.

Gaya/Budaya Manajemen

Phil Knight telah menciptakan budaya yang kuat di Nike berdasarkan loyalitas perusahaan dan
kebersamaan di ruang loker. Kebanyakan karyawan perusahaan adalah orang muda yang sadar
kesehatan dan Knight mempercayai karyawan tersebut untuk “Lakukan Saja” (“Just Do It”).
Filosofinya adalah “Main sesuai aturan, tetapi jadilah garang… Tidak mengapa menjadi Goliat, tetapi
selalulah bertindak seperti Daud” (“Play by the rules, but be ferocious… It’s all right to be Goliath, but
always always aet like David”). Kampus perusahaan Nike yang seluas 74 aker (acre) memberikan
perasaan berbudaya memiliki daerah hutan, jalur lari, sebuah danau, dan sebuah pusat kebugaran.
Knight percaya bahwa orang harus menemukan suatu “perasaan damai di tempat kerja”.

Keuangan / Akuntansi

Selama masa pertumbuhan pesatnya, para manajer Nike diberi kebebasan pengeluaran untuk
mengembangkan dan memasarkan produk perusahaan. Setelah pemberhentian pemangkasan biaya
dan pencarian efisiensi yang dimulai pada tahun 1998, para wakil direktur mulai menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menyadarkan karyawan mengenai perlunya akuntabilitas keuangan. Pada tahun
1998, setiap manajer daerah geografis memberikan laporan laba rugi, dan kini sebagian kompensasi
bergantung pada kinerja. Tinjauan Masa Depan Bahkan, dengan keterbatasan pertumbuhan AS dan
ketatnya persaingan global dasar pasar sepatu/ pakaian atletik, para manajer Nike memperkirakan
bahwa perusahaan akan berkinerja baik di masa mendatang. Nike berusaha keras agar tingkat
penjualan produk wanitanya saat ini dapat naik menjadi dua kali lipat pada tahun 2005 ($ 1,5 miliar).

Persaingan Nike dan Adidas dengan menggunakan teknologi

Adidas dan Nike

Adidas adalah sepatu buatan Jerman. Perusahaan ini didirikan oleh Adolf Dassler. Nama Adidas
berasal dari nama pendirinya, yaitu “Adi” dari kata Adolf dan “Das” dari kata Dassler, sehingga bila
digabung akan menjadi nama Adidas. Adidas mulai memroduksi sepatu pada tahun 1920-an di
Herzogenaurach, dekat Nuremberg, Jerman. Adik dari Adolf, yaitu Rudolf Dassler, mendirikan
perusahaan serupa yang diberi nama Puma, yang saat ini menjadi salah satu kompetitor Adidas.
Pada Agustus 2005, Adidas mengakuisisi salah satu rivalnya, yaitu Reebok, dalam upaya untuk
memperketat persaingan dengan kompetitor terbesarnya, Nike. Saat ini, Adidas telah mengglobalisasi
dan menguasai di bidang industri produk olahraga dan menawarkan portofolio yang begitu luas di
seluruh dunia. Strategi yang dimiliki oleh Adidas sangat simple, yaitu memperkuat brand secara terus
menerus dan melakukan improvisasi posisi kompetitif.

Sedangkan Nike didirikan oleh Phil Knight, seorang pelari jarak menengah dan mahasiswa akuntansi
di Universitas Oregon, bersama pelatih Bill Bowerman Phil. Cinta mereka pada olahraga membuat
mereka selalu bersama, dan mereka juga memiliki cinta kepada teknologi sepatu olahraga dan
pakaian. Nike, Inc. adalah salah satu perusahaan sepatu, pakaian dan alat-alat olahraga Amerika
Serikat yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Mereka terkenal karena mensponsori
beberapa olahragawan terkenal di dunia seperti Tiger Woods, Imam Teguh Islamy, Ronaldo dan
Michael Jordan. Produk sepatu dan pakaian olahraga Nike dengan mudah diidentifikasi oleh khas
logo perusahaan, para “swoosh” tik, dan slogan “Just Do It”.

Strategi bersaing  Nike vs Adidas dengan mengunakan Teknologi

Dunia perlengkapan olahraga (Apparel) sepertinya tak bisa terlepas dari dua brand besar yang sudah
lama mendunia yaitu Nike dan Adidas, hampir semua lini produk kedua brand tersebut mengusai
pasar domestik, ini bisa di liat dari outlet yang tersebar di berbagai kota. Tak ketinggalan juga barang
‘KW’ yang beredar hampir disetiap pedagang kaki lima.
Karena Brandminded nya yang keterlaluan, orang Indonesia khususnya anak muda, lebih suka
memakai produk dengan merk Nike atau Adidas ‘KW’ dari pada merk lokal asli seperti League
maupun Specs. Tak bisa dipungkiri, promosi yang efektif dan terus menerus menjadi kunci kedua
brand tersebut merebut hati konsumen. Bisa kita buktikan saat ada pertandingan sepak bola atau
futsal, hampir semua ada brand Nike atau Adidas.
Tapi, menurut saya yang cenderung lebih suka produk Nike, terdapat nilai lebih dan kurang dalam
dua produk ini. Bahasan dalam tulisan ini berkaitan dengan teknologi produk dan juga model model
terbaru plus endorse pemain siapa yang menang.

Teknologi Nike vs Adidas

Saya akan membahas lebih ke teknologi terbaru yang dimiliki kedua produk ini, Karena jika dirunut
mulai awal sejarah munculnya produk ini, akan sangat panjang pembahasannya.
Terbaru, Nike mempunyai teknologi ACC, ini adalah teknologi yang dipersiapkan produsen apparel
asal amerika serikat ini untuk menyambut musim semi dan musim hujan. Sementara, adidas belum
mengeluarkan teknologi sejenis untuk mengimbangi inovasi ini.

Dalam menyambut isu global warming Nike juga berinovasi dengan mengeluarkan teknologi
terbarunya yang bernama Green Speed. Teknologi ramah lingkungan ini dikaitkan dengan produk
sepatu yang diproduksi terbatas, sehingga selain melestarikan lingkungan, produk ini terasa eksklusif.
Adidas, lagi-lagi, belum punya produk pembanding untuk dipilih konsumen.
Teknologi terakhir yang didengar pada sepatu bola Adidas adalah teknologi Chip Micoach, yang pada
awalnya hanya di gunakan untuk seri sepatu yang digunakan oleh megabintang lapangan hijau, 
Lionel Messi yaitu Adidas F50, yang pada akhirnya digunakan pada hampir seluruh sepatu bola
Adidas.

Penjualan Nike vs Adidas


Biasanya yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu inovasi dua produk tersebut adalah even-even
sepak bola besar di dunia. Sejak perhelatan Euro 2012 penjualan sepatu bola Adidas terjadi
penurunan, jauh dari yang di harapkan, kondisi berbeda ditunjukkan Nike, yang mengeluarkan seri
spesial euro lewat seri Clash-nya, penjualan sepatu Nike lewat sepatu futsal nike victory clash nya,
bisa dikatakan sukses selama euro 2012 berlangsung.
Ini sangat berbanding terbalik dengan seri Adidas LZ yang merupakan edisi khusus euro 2012.
Launching dilakukan saat euro 2012 berlangsung, tapi penjualan masih lebih dari yang di harapkan,
penyebabnya bisa karena kurangnya biaya iklan adidas lewat endorse pemain. Hal yang terjadi juga  
kebanyakan pemain sepak bola yang di endorse justru malah duduk di bangku cadangan.
Keunggulan yang dimiliki Adidas mungkin adalah di tingkat harga, di mana harga sepatu Adidas lebih
murah dengan kualitas lebih baik dan lebih nyaman (menurut survey yang saya lakukan kepada
beberapa pemakai Adidas). Ini yang biasanya di sukai para pemakai Adidas, perbandingan produk
Adidas dan Nike dengan harga yang sama, produk adidas biasanya lebih enak dipakai.

Sangat menarik mencermati pesaingan sepatu bola kedua merk di atas terutama munculnya
teknologi maupun desain terbaru yang sebelumnya gak pernah terlintas dibenak kita. Saran saya,
sebagai konsumen yang tidak punya penghasilan dari sepak bola cukuplah menyimak dan membeli
seri turunan aja, karena kondisi lapangan di Indonesia yang tidak bisa mengakomodasi sepatu,
membuat sepatu jadi cepat rusak.

Berikut ini adalah persaingan-persaingan yang telah terjadi antara Nike dan Adidas :

1.    Persaingan Sponsor Kostum Klub

Persaingan pertama dapat dilihat dari kostum klub besar Eropa yang disponsori oleh Nike dan
Adidas. Keduanya sama – sama mensponsori 4 klub besar Eropa, dan uniknya lagi, 4 klub yang
disponsori oleh Nike semuanya musuh bebuyutan 4 klub yang disponsori oleh Adidas. Itu
menggambarkan betapa sengitnya pertempuran dingin antara Nike dan Adidas.Seperti yang kita
ketahui, Nike mensponsori Arsenal, MU, Barcelona, dan Intermilan. Bandingkan dengan Adidas yang
mensponsori Liverpool, Chelsea, Madrid, dan AC Milan. Dari tiap liga besar di Eropa Nike dan Adidas
saling menancapkan kukunya di masing – masing tim seakan ingin saling mengobarkan bendera
perang.

2.    Persaingan Sponsor Pemain

Persaingan kedua dapat dilihat dari pemain sepakbola yang menjadi brand Ambbasador dari Nike
maupun Adidas. Setiap pemain yang disponsori oleh Nike maupun Adidas adalah bukan
sembarangan pemain. Nike maupun Adidas hanya akan mensponsori pemain – pemain muda
pontensial yang berpotensi untuk menjadi yang terbaik di dunia. Tujuannya apa ? Tentunya jika sang
pemain akhirnya memperoleh penghargaan pribadi semisalnya Ballon d’Or ( Pemain Terbaik Eropa ),
atau misalnya World Player of The Year, tentunya Adidas dan Nike akan semakin terkenal dan akan
merasa bangga karena pemainnya menggunakan sepatu yang mereka rancang.Siapa yang tahu
persaingan ketat antara Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo ? Yang satu disponsori oleh Nike dan
satu disponsori oleh Adidas. Messi digandeng Adidas, Ronaldo digandeng Nike.

3.    Persaingan sepatu andalan masing – masing

Masing – masing brand berusaha yang terdepan untuk mengeluarkan produk yang memiliki kelebihan
dan kelemahan masing – masing. Produk Nike yang diandalkan adalah T90, Mercurial, Tiempo,
sedangkan Adidas bersaing dengan Predator, F50, dan Adipure.

4.    Persaingan Kostum Timnas


Disini persaingan sama seperti persaingan kostum klub, Nike maupun Adidas sama – sama
menggaet tim – tim besar Eropa yang satu sama lain dapat dikatakan saling bermusuhan. Ketika
Argentina digaet Adidas. Brazil digaet oleh Nike. Di Eropa Adidas menggaet Jerman, Spanyol,
Perancis, sedangkan Nike menggaet Portugal dan Belanda.

Strategi bersaing nike dan adidas kedepannya

Nike secara resmi baru saja meluncurkan sepatu barunya, Magista, yang didukung teknologi Flyknit
milik mereka di mana bagian atas sepatu dibuat dari bahan sintetis yang dijahit khusus.
Teknologi ini sudah digunakan pada sepatu-sepatu basket dan jogging milik Nike, dengan tujuan
untuk menciptakan produk yang ringan namun juga tahan lama. Di sepakbola, pemain Spanyol
Andres Iniesta dan penyerang Jerman Mario Goetze, termasuk yang dilibatkan dalam pengembangan
sepatu ini.

Edwards mengatakan, para pemain mengaku menginginkan sepatu yang bisa terasa seolah telanjang
kaki tapi kuat di ujungnya. Bagi pencinta sepakbola yang ingin mengikuti idolanya mengenakan
sepatu ini, sayangnya, mungkin perlu merogoh kocek cukup dalam, karena harganya saat ini
dibanderol 275 dolar AS (Rp3,1 juta) per pasang.

Sedangkan Adidas, sementara itu, sudah lebih dulu meluncurkan versi sepatu Samba warna-
warninya sebagai bagian dari empat produk terbaru. Tapi mereka juga berencana memperkenalkan
sepatu “jahitan” pada pertengahan Maret ini. Menurut Hainer pula, teknologi ini punya potensi
dikembangkan sesuai ke arah mana dan bagaimana produk sepatu-sepatu Adidas dibuat. Di sisi lain,
teknologi ikut berbicara dalam hal desain kaus. Menurut pihak Adidas, kaus-kaus mereka di PD ini
lebih ringan 50 persen ketimbang produk sebelumnya. Diketahui, sebanyak delapan tim akan
menggunakan Adidas di PD mendatang, termasuk di antaranya juara bertahan Spanyol, juga Jerman
dan Argentina.

Kesimpulan

Teknologi informasi memiliki banyak peranan dalam membantu perusahaan dan memecahkan
masalah. Membantu perusahaan dalam : meningkatkan produktivitas, meningkatkan efektivitas,
meningkatkan efisiensi, meningkatkan mutu, meningkatkan kreativitas, Problem solving (pemecahan
masalah). Kegunaan utama teknologi infrormasi  adalah membantu dalam pemecahan masalah
dengan  kreativitas tinggi dan membuat manusia semakin efektif dalam memanfaakannya.

Salah satu contoh Persaingan antara perusahaan adidas dan nike adalah persaingan global pada
masa sekarang ini telah, yang telah  menciptakan peluang dan tantangan bagi perusahaan yang ingin
berperan dengan  posisi kuat. Arena persaingan global telah menjadikan lingkungan bisnis telah
berubah secara radikal dalam waktu yang relatif singkat (turbulence) serta persaingan antar
perusahaan semakin ketat.  Salah satu faktor kunci untuk menentukan keberhasilan  dalam
persaingan tersebut adalah melalui upaya peningkatan keunggulan bersaing perusahaan.
Pendekatan yang  mungkin dapat diterapkan bagi perusahaan pada kondisi seperti sekarang ini
adalah melalui aliansi strategis.

Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat. Ketatnya
persaingan pasar dan perubahan – perubahan  yang terjadi di pasar membuat para pemasar harus
menerapkan sebuah strategi yang tepat untuk dapat bertahan dan mengikuti perubahan pasar serta
bahkan tampil sebagai pemimpin pasar.
Adidas vs Nike, Perang Brand Terkenal di Dunia. Kalian Lebih Pilih yang Mana?
Kini, olahraga nggak cuma menjadi aktivitas untuk menyehatkan tubuh, tapi juga udah menjadi gaya
hidup masyarakat modern. Coba lihat berbagai produk olahraga yang dijual oleh
para brand internasional, model dan warnanya yang beraneka ragam membuat mereka juga sering
digunakan untuk aktivitas non olahraga! Dari banyaknya brand yang ada,
nama Adidas dan Nike  selalu kejar-kejaran untuk menjadi brand  olahraga nomor satu di dunia.  

Adidas Lebih Dulu Menguasai Pasar


Apabila dibandingkan dari segi usia, Adidas lebih dulu hadir pada tahun 1949. Sedangkan, Nike baru
muncul ke pasaran kurang-lebih lima belas tahun kemudian. Pada tahun 1970-an,  Adidas  mulai
berhasil menguasai produk peralatan sepak bola. Mengambil momen yang ada, ia pun meluaskan
sayap ke cabang olahraga yang lain. Saat itu, Nike masih menjadi brand kecil yang lebih banyak
dibeli oleh masyarakat kelas menengah ke bawah di Amerika.

 Hingga tahun 1990-an, Adidas masih berjaya dengan produk peralatan sepak bola mereka yang laris
manis di pasaran. Namun, pada awal abad ke-21, Nike  mulai unjuk gigi d engan menguasai
cabang olahraga basket di Amerika. Bertekad untuk mengalahkan Adidas, Nike pun memutuskan
untuk melebarkan sayap bisnisnya ke Eropa. Namun, khusus untuk sepak bola,
sepertinya Adidas  lebih unggul karena ia berhasil menjadi apparel  utama untuk ajang
pertandingan FIFA.

Teknologi Go Green Milik Nike


Kesuksesan Adidas  dan Nike nggak terlepas dari tingginya kualitas produk yang mereka tawarkan,
Loopers. Salah satu kuncinya terletak pada teknologi canggih yang mereka gunakan saat melakukan
produksi. Salah satu teknologi terbaru yang dimiliki oleh Nike adalah ACC,  dipersiapkan khusus
untuk menyambut musim semi dan hujan. Dalam hal ini, Nike sedikit lebih unggul
karena Adidas  belum mengeluarkan teknologi sejenis untuk mengimbangi inovasi yang ada.

Nggak cuma itu, Nike  juga memiliki teknologi bernama Green Speed  untuk mendukung isu go
green akibat terjadinya global warming. Katanya, sih, sepatu dengan teknologi Green
Speed  diproduksi dengan jumlah terbatas sehingga pemakainya bakal ngerasa eksklusif. Sedangkan,
salah satu teknologi cangih yang digunakan oleh Adidas  adalah Chip Micoach.
Adidas memasangnya khusus pada produk sepatu bola mereka. Salah satunya adalah Adidas
F50 yang dikenakan oleh Lionel Messi.

Nggak Cuma Punya Produk Sepatu

Kamu tentu tahu, dong, bahwa Adidas  dan Nike nggak cuma menjual sepatu? Salah satu produk lain
mereka yang laris di pasaran adalah jersey.  Itu, lho, kaus yang digunakan sebagai seragam tim para
pemain sepak bola. Dalam memproduksi jersey untuk atlet, Adidas  menerapkan teknologi Techfit
Powerweb  yang konon bisa meningkatkan speed, stamina, power,  dan lain sebagainya.
Untuk jersey  pendukung, Adidas menggunakan tekonologi Climacool dengan bahan yang adem di
kulit.

Nike  juga punya produk jersey, lho, tapi ia nggak terlalu ngebedain jersey untuk pemain dan
pendukung. Tenang aja, Nike  masih menggunakan teknologi dri-fit  yang dapat mengeluarkan
keringat dengan baik dan memiliki sirkulasi udara yang oke. Banyak penggemar sepak bola bilang
bahwa Nike memiliki jersey untuk penggemar yang lebih bagus daripada Adidas.  Namun, mereka
mengakui bahwa Adidas memiliki produk jersey atlet yang lebih oke.

Anda mungkin juga menyukai