BAB I : PENDAHULUAN
B. Tujuan .................................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .........................................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemeriksaan Diabetes
Melitus” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
kuliah Kimia Klinik II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pemeriksaan Diabetes bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ramdhani M.Natsir, M.Si., Apt selaku
Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
baik secara moral maupun moril. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit
yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam
urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit
kardiovaskuler, serebro vaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001).
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang
(Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum,
lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes
mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM
(Anonim,2005).
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama
malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan
jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan
bayi dengan berat badan diatas 4 kg (Anonim, 2000). Diabetes dapat pula bermanifestasi
sebagai satu atau lebih penyulit yang bertalian. Diabetes mellitus terutama NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus), bisa tanpa gejala, sehingga sering didiagnosis
berdasarkan ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin atau uji glukosa dalam urin.
Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai
terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas
dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi. Faktor resiko yang berubah
secara epidemiologi diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih
lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan
hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang
berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Gustaviani, 2006).
Komplikasi Diabetes Melitus meliputi Komplikasi Akut dan Komplikasi Kronik.
Komplikasi Akuat antara lain :
1. Komplikasi Akut
a) Hipoglikemia. Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi
apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi
akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan
yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
b) Diabetes Ketoasidosis KAD timbul sebagai akibat insufisiensi insulin yang berat
(biasanya dengan bertambah buruknya kebutuhan dasar) dank arena adanya
kelebihan hormone yang pengaruhnya berlawanan dengan insulin (misalnya
glucagon). Predisposisi KAD merupakan ciri khas pada DM tipe 1 dan dapat
merupakan gejala yang mendorong pasien konsultasi ke dokter. Meskipun demikian
KAD dapat terjadi pada setiap pasien DM yang mengalami stress cukup berat
c) Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK). Sindrom ini timbul
terutama pada pasien dengan DM tipe 2 atau jenis lain. Pada pasien dengan
sindroma ini maka hiperglikemia berat dan dehidrasi dapat timbul tanpa disertai
ketoasidosis. SHHNK dapat terjadi sebagai gejala sisa terhadap stress berat dan
dapat terjadi setelah “stroke” atau pemasukan hidrat arang yang berlebihan.
Patogenesis SHHNK biasanya meliputi gangguan ekskresi glukosa oleh ginjal jadi
pada umumnya didahulukan oleh insufisiensi ginjal azotemia prerenal. Karena
kebutuhan insulin dasar tidak terganggu maka tidak terjadi produksi keton yang
berlebihan (Anonim, 1995).
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik dari diabetes melitus dapat menyerang semua sistem organ tubuh.
Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit
makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis.
a) Komplikasi Makrovaskuler. Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar
sering terjadi pada diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa degan pasien-
pasien non diabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi
pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien
diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung
Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, maka akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan aterosklerotik yang terjadi pada
pembuluh darah serebral, akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA
(Transient Ischemic Attack). Selain itu aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh
darah besar ekstremitas bawah, akan menyebabkan penyakit okluisif arteri perifer
atau penyakit vaskuler perifer.
b) Komplikasi Mikrovaskeler
1) Retinopati Diabetik. Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh
darah kecil pada retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh
darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol,
venula dan kapiler.
2) Nefropati Diabetik Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein darah ke
dalam urin. Sebagai akibatnya tekanan dalam pembuluh darah ginjal
meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus
untuk terjadinya nefropati.
3) Neuropati Diabetikum. Neuropati adalah komplikasi kronik yang paling umum
pada diabetes mellitus lanjut usia. Mekanisme yang mendasari perkembangan
neuropati adalah hiperglikemia yang disebabkan metabolik yang jalur polyol
dari saraf tepi (Prabhu, 2009)
Diabetes melitus adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun, bukan
berarti Anda jadi merasa putus asa. Penyakit gula ini masih bisa diatasi dan dikendalikan.
Salah satunya, dengan minum obat diabetes melitus. Tergantung jenis kencing manis
yang dialami, berikut beberapa pilihan obat penyakit gula.
Diabetes Tipe I
Ketika Anda mengalami diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel
yang memproduksi insulin sehingga kadar insulin yang dihasilkan tubuh berkurang.
Maka dari itu, dokter biasanya akan diberikan obat diabetes berupa insulin yang akan
disuntikkan pada tubuh pasien setiap hari. Beberapa jenis insulin tersebut antara lain:
- Insulin dengan aksi cepat. Insulin ini biasanya akan diberikan saat Anda hanya
memiliki sedikit waktu untuk menyuntikkan insulin, seperti saat kadar gula
melebihi target.
- Insulin dengan aksi lambat. Kebalikan dari insulin dengan aksi cepat, insulin
dengan aksi lambat biasa digunakan saat Anda memiliki waktu yang lebih lama
dalam menyuntikkan insulin. Tapi dibandingkan dengan insulin aksi cepat, insulin
aksi lambat lebih jarang digunakan.
- Insulin dengan aksi intermediate. Meskipun lama waktu penyuntikkan insulin jenis
ini relatif panjang, namun insulin aksi intermediate biasanya dikombinasikan
dengan aksi yang lebih cepat, sehingga mampu memaksimalkan manfaat dari
penyuntikkan.
Diabetes Tipe II
Orang yang mengalami penyakit kencing manis umumnya tidak mampu menggunakan
insulin yang ada sebagaimana mestinya. Tak semua orang dengan penyakit gula
memerlukan obat. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin hanya meminta pasien
untuk mengubah gaya hidupnya agar menjadi lebih sehat, seperti rutin olahraga dan
menjalani diet khusus.
Nah, ketika kedua cara tersebut tidak cukup, barulah dokter akan meresepkan sejumlah
obat diabetes melitus untuk membantu menurunkan gula darah. Beberapa obat
diabetes melitus yang sering diresepkan dokter
adalah metformin, pioglitazone, sulfonilurea, agonis, repaglinide, acarbose, gliptin,
dan nateglinide.
Namun, Anda harus waspada dalam menggunakannya. Pasalnya, obat diabetes melitus
dapat menyebabkan sejumlah efek samping seperti kembung dan diare. Kabar
baiknya, efek samping ini tidak selalu muncul pada setiap orang. Diskusikan dengan
dokter Anda bila Anda mengalami efek samping obat tersebut.
Perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk mengatasi penyakit gula
1. Menjaga Pola Makan Dan Asupan Gizi
Makanan untuk orang dengan penyakit gula hampir sama dengan orang yang sehat-
sehat. Bedanya, makanan Anda lebih diatur dari mereka. Jika pasien diabetes
menerapkan pola makan yang sehat, maka berat badan tetap ideal, kadar gula darah
stabil, dan terhindar dari risiko penyakit jantung.
2. Olahraga
Manfaat olahraga teratur untuk penderita kencing manis adalah membantu menjaga
berat badan turun. Selain itu, insulin jadi lebih mudah menurunkan gula darah,
membantu jantung dan paru-paru bekerja lebih baik dan memberi Anda lebih banyak
energi. Cobalah berolahraga minimal tiga kali seminggu selama sekitar 30 sampai 45
menit. Jika Anda adalah tipe orang yang jarang olahraga, cobalah 5 sampai 10 menit
pada awal olahraga, dari sini nanti Anda bisa meningkatkan waktunya.
3. Cek Gula Darah
Kadar gula darah pasien diabetes melitus harus dipantau secara rutin. Ini adalah cara
penting guna mengatasi serta menjaga kadar gula darah Anda tetap normal. Cek gula
darah juga bisa memberikan informasi mengenai kadar glukosa darah Anda pada saat
itu juga. Anda bisa menggunakan alat tes gula darah yang disebut glucometer
4. Pastikan Minum Obat atau Menyuntikan Insulin
Keseimbangan kadar gula darah pada pasien diabetes terkadang tidak bisa terjaga
dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda
juga mungkin membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya. Ada beberapa jenis
obat hipoglikemik oral (biasanya dalam bentuk tablet). Anda juga mungkin diberikan
kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah Anda.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pemeriksaan Diabetes Melitus (DM) dan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kimia Klinik II
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pra-Analitik
a) Persiapan Pasien:
GDP :
1) Pasien dipuasakan 8 – 12 jam sebelum tes
2) Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis
pada formulir permintaan tes.
GD2PP :
Pengambilan sampel darah dilakukan 2 jam sesudah makan setelah
pengambilan darah GDP
GDS :
Tidak ada persiapan khusus
b) Persiapan Sampel
Tidak ada persiapan khusus. Pengambilan sampel sebaiknya pagi hari
karena adanya variasi diurnal. Pada sore hari glukosa darah lebih rendah
sehingga banyak kasus DM yang tidak terdiagnosis.
c) Prinsip Tes
Darah kapiler diserap ke dalam strip tes, kemudian mengalir ke area tes dan
bercampur dengan reagen untuk memulai proses pengukuran. Enzim
Glucose dehydrogenase dan koenzim dalam strip tes mengkonversi glukosa
dalam sampel darah menjadi glukonolakton. Reaksi tersebut menghasilkan
listrik DC yang tidak berbahaya sehingga Meter mampu mengukur gula
darah.
d) Alat dan Bahan
Alat:
1. Lancet
2. Alat glukosameter
Bahan:
1. Sampel whole blood (darah kapiler)
2. Jarum
3. Strip
4. Kapas alkohol
5. Handschoen
6. Wadah limbah infeksius
2. Analitik
Cara Kerja:
1) Alat glukosameter disiapkan
2) Jarum dimasukkan dalam lancet dan dipilih nomor pada lancet sesuai
ketebalan kulit pasien
3) Chip khusus untuk pemeriksaan glukosa dimasukkan pada alat
glukosameter pada tempatnya (sesuai alat glukosameter)
4) Strip dimasukkan pada tempatnya (sesuai alat glukosameter)
5) Jari kedua/ketiga/keempat pasien dibersihkan dengan menggunakan kapas
alkohol lalu dibiarkan mengering
6) Darah kapiler diambil dengan menggunakan lancet yang ditusuk pada jari
kedua/ketiga/keempat pasien
7) Sampel darah kapiler dimasukkan ke dalam strip dengan cara ditempelkan
pada bagian khusus pada strip yang meyreap darah
8) Catat hasil pemgukuran kadar glukosa akan ditampilkan pada layar
9) Strip dicabut dari alat Glukosa meter
10) Jarum dibuang pada wadah limbah infeksius
Beriku ini adalah contoh demonstrasi melakukan pemeriksaan DM
Nilai Rujukan
Metode : GDO-PAP
1. Pra-Analitik :
a) Persiapan pasien
GDP : Puasa 8-12 jam sebelum tes, semua obat dihentikan jika
harus minum obat (catat di form tes)
GD2PP : tes dilakuakan 2 jam setelah tes GDP, pasien dianjurkan
makan (100 gr karbohidrat) sebelum tes dilakukan
TTGO : selama tiga hari sebelum tes,pasien dianjurkan makan
makanan berkarbohidarat ( Sperti bias) tidak merokok, tidak minum
kopi/alkohol, puasa 10-16 jam sebelum test dilakukan, tidak ada
aktifitas fisik (olahraga) dan tidak minum obat sebelum dan selama
tes (tidak ada kegiatan yang menimbulkan emosi), pasien diawasi
kondisi ( lemah, gelisah, keringantan, haus, dan lapar ) hipoglikemia.
b) Persiapan Sampel
- Sampling lebih bagus pagi hari (variasi diurnal ) sore hari glukosa
darah lebih rendah.
- Tes saring atau kontrol DM, sampel plasma vena, serum dan darah
kapiler. Tes diagnostik sebaiknya plasma vena (molaritas glukosa
darah hampir sama pada whole blood). Kadar glukosa plasma lebih
tinggi 11% dibandingkan dengan whole blood (pada hematokrit
normal ).
- Stabilitas sampel (plasma < dari 1 jam, jika> 1 jam kadar glukosa
turun (glikolisis).
- Sampel tunda ( tambahkan anti glikolisis ) Naf 2,5 mg/ml darah.
Stabil suhu 15-25 0 C selama 24 jam dan 40C stabil 10 hari.
- Serum stabil < dari 2 jam
c) Sampel : Serum
d) Prinsip Tes :
Glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi secara enzimatis
menggunakan enzim GOD atau glukosa oksidase. Peroksida (H2O2)
yang terbentuk kemudian bereaksi dengan fenol dan 4 – aminokuinon
dengan katalis enzim peroksidase (POD) yang membentuk kuinonimin.
Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa dalam
sampel
e) Alat :
- Mikropipet
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Photometer 5010
- Tips yellow/blue
- Centrifuge
f) Reagen
- Reagen Glukosa KIT (GOD-PAP )
- Standar Glukosa
- Bahan control
2. Analitik
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi
Belum Pasti
Bukan DM DM
Tes Sampel DM
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
Plasma vena < 110 110–199 > 200
GDS
Darah kapiler < 90 90–199 > 200
Plasma vena < 110 110–125 > 126
GDP
Darah kapiler < 90 90–109 > 110
B. Saran
Diharapkan kepada setiap anggota kelompok untu lebih aktif lagi serta mengingat dan
mengerti setiap tuga dan tanggung jawab yang diberikan agar pengerjaannya pun cepat
selesai
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2018, Buku Panduan
Kerja Keterampilan Pemeriksaan Glukosa Darah Metode Poct
TUGAS KIMIA KLINIK II
“ PEMERIKSAAN DIABETES MELITUS (DM) ”
2020