Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................................

B. Tujuan .................................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

A. Macam-macam Pemeriksaan Diabetes Melitus ..................................................................

B. Prosedur Pemeriksaan Diabetes Melitus ............................................................................

a. Tes hemoglobin Terglikasi (HbA1C) ............................................................................

b. Tes Gula darah Sewaktu (GDS) .....................................................................................

c. Tes Gula darah Puasa ( GDP) ........................................................................................

d. Tes Gula darah 2 Jam Setelah Makan (Post Prandial) ....................................................

e. Tes Toleransi Gula darah Orah (TTGO) ...........................................................................

C. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan .................................................................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................................................

B. Saran ...................................................................................................................................

C. Dokumentasi Alat Pemeriksaan ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemeriksaan Diabetes
Melitus” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
kuliah Kimia Klinik II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pemeriksaan Diabetes bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ramdhani M.Natsir, M.Si., Apt selaku
Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
baik secara moral maupun moril. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Ambon, 19 Februari 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit
yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam
urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit
kardiovaskuler, serebro vaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001).

WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang
(Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum,
lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes
mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM
(Anonim,2005).

Diabetes Melitus mencakup 3 sub kelompok diagnostik, yaitu :


a) Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent) : DM jenis ini paling sering terdapat pada
anak-anak dan dewasa muda, namun demikian dapat juga ditemukan pada setiap umur.
Destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik menyebabkan
hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Pemberian insulin eksogen terutama tidak
hanya untuk menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga untuk menghindari
ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan kehidupan.
b) Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) : DM jenis ini biasanya timbul pada
umur lebih 40 tahun. Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi
terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Produksi insulin biasanya
memadai untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat.
Insulin eksogen dapat digunakan untuk mengobati hiperglikemia yang membandel
pada para pasien jenis ini.
c) Diabetes Mellitus lain (sekunder) : Pada DM jenis ini hiperglikemia berkaitan dengan
penyebab lain yang jelas, meliputi penyakit-penyakit pankreas, pankreatektomi,
sindroma cushing, acromegaly dan sejumlah kelainan genetik yang tak lazim.
d) Toleransi Glukosa yang terganggu merupakan klasifikasi yang cocok untuk para penderita
yang mempunyai kadar glukosa plasma yang abnormal namun tidak memenuhi kriteria
diagnostik.
e) Diabetes Mellitus Gestasional : istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita
hiperglikemia selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat
penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan
benar (Suyono, 2006). Pada pasien-pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal
setelah persalinan (Anonim, 1995).

Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama
malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan
jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan
bayi dengan berat badan diatas 4 kg (Anonim, 2000). Diabetes dapat pula bermanifestasi
sebagai satu atau lebih penyulit yang bertalian. Diabetes mellitus terutama NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus), bisa tanpa gejala, sehingga sering didiagnosis
berdasarkan ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin atau uji glukosa dalam urin.
Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai
terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas
dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi. Faktor resiko yang berubah
secara epidemiologi diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih
lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan
hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang
berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Gustaviani, 2006).
Komplikasi Diabetes Melitus meliputi Komplikasi Akut dan Komplikasi Kronik.
Komplikasi Akuat antara lain :
1. Komplikasi Akut
a) Hipoglikemia. Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi
apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi
akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan
yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
b) Diabetes Ketoasidosis KAD timbul sebagai akibat insufisiensi insulin yang berat
(biasanya dengan bertambah buruknya kebutuhan dasar) dank arena adanya
kelebihan hormone yang pengaruhnya berlawanan dengan insulin (misalnya
glucagon). Predisposisi KAD merupakan ciri khas pada DM tipe 1 dan dapat
merupakan gejala yang mendorong pasien konsultasi ke dokter. Meskipun demikian
KAD dapat terjadi pada setiap pasien DM yang mengalami stress cukup berat
c) Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK). Sindrom ini timbul
terutama pada pasien dengan DM tipe 2 atau jenis lain. Pada pasien dengan
sindroma ini maka hiperglikemia berat dan dehidrasi dapat timbul tanpa disertai
ketoasidosis. SHHNK dapat terjadi sebagai gejala sisa terhadap stress berat dan
dapat terjadi setelah “stroke” atau pemasukan hidrat arang yang berlebihan.
Patogenesis SHHNK biasanya meliputi gangguan ekskresi glukosa oleh ginjal jadi
pada umumnya didahulukan oleh insufisiensi ginjal azotemia prerenal. Karena
kebutuhan insulin dasar tidak terganggu maka tidak terjadi produksi keton yang
berlebihan (Anonim, 1995).
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik dari diabetes melitus dapat menyerang semua sistem organ tubuh.
Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit
makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis.
a) Komplikasi Makrovaskuler. Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar
sering terjadi pada diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa degan pasien-
pasien non diabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi
pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien
diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung
Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, maka akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan aterosklerotik yang terjadi pada
pembuluh darah serebral, akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA
(Transient Ischemic Attack). Selain itu aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh
darah besar ekstremitas bawah, akan menyebabkan penyakit okluisif arteri perifer
atau penyakit vaskuler perifer.
b) Komplikasi Mikrovaskeler
1) Retinopati Diabetik. Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh
darah kecil pada retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh
darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol,
venula dan kapiler.
2) Nefropati Diabetik Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein darah ke
dalam urin. Sebagai akibatnya tekanan dalam pembuluh darah ginjal
meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus
untuk terjadinya nefropati.
3) Neuropati Diabetikum. Neuropati adalah komplikasi kronik yang paling umum
pada diabetes mellitus lanjut usia. Mekanisme yang mendasari perkembangan
neuropati adalah hiperglikemia yang disebabkan metabolik yang jalur polyol
dari saraf tepi (Prabhu, 2009)
Diabetes melitus adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun, bukan
berarti Anda jadi merasa putus asa. Penyakit gula ini masih bisa diatasi dan dikendalikan.
Salah satunya, dengan minum obat diabetes melitus. Tergantung jenis kencing manis
yang dialami, berikut beberapa pilihan obat penyakit gula.

 Diabetes Tipe I
Ketika Anda mengalami diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel
yang memproduksi insulin sehingga kadar insulin yang dihasilkan tubuh berkurang.
Maka dari itu, dokter biasanya akan diberikan obat diabetes berupa insulin yang akan
disuntikkan pada tubuh pasien setiap hari. Beberapa jenis insulin tersebut antara lain:
- Insulin dengan aksi cepat. Insulin ini biasanya akan diberikan saat Anda hanya
memiliki sedikit waktu untuk menyuntikkan insulin, seperti saat kadar gula
melebihi target.
- Insulin dengan aksi lambat. Kebalikan dari insulin dengan aksi cepat, insulin
dengan aksi lambat biasa digunakan saat Anda memiliki waktu yang lebih lama
dalam menyuntikkan insulin. Tapi dibandingkan dengan insulin aksi cepat, insulin
aksi lambat lebih jarang digunakan.
- Insulin dengan aksi intermediate. Meskipun lama waktu penyuntikkan insulin jenis
ini relatif panjang, namun insulin aksi intermediate biasanya dikombinasikan
dengan aksi yang lebih cepat, sehingga mampu memaksimalkan manfaat dari
penyuntikkan.
 Diabetes Tipe II
Orang yang mengalami penyakit kencing manis umumnya tidak mampu menggunakan
insulin yang ada sebagaimana mestinya. Tak semua orang dengan penyakit gula
memerlukan obat. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin hanya meminta pasien
untuk mengubah gaya hidupnya agar menjadi lebih sehat, seperti rutin olahraga dan
menjalani diet khusus. 
Nah, ketika kedua cara tersebut tidak cukup, barulah dokter akan meresepkan sejumlah
obat diabetes melitus untuk membantu menurunkan gula darah. Beberapa obat
diabetes melitus yang sering diresepkan dokter
adalah metformin, pioglitazone, sulfonilurea, agonis, repaglinide, acarbose,  gliptin,
dan nateglinide.
Namun, Anda harus waspada dalam menggunakannya. Pasalnya, obat diabetes melitus
dapat menyebabkan sejumlah efek samping seperti kembung dan diare. Kabar
baiknya, efek samping ini tidak selalu muncul pada setiap orang. Diskusikan dengan
dokter Anda bila Anda mengalami efek samping obat tersebut.
Perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk mengatasi penyakit gula
1. Menjaga Pola Makan Dan Asupan Gizi
Makanan untuk orang dengan penyakit gula hampir sama dengan orang yang sehat-
sehat. Bedanya, makanan Anda lebih diatur dari mereka. Jika pasien diabetes
menerapkan pola makan yang sehat, maka berat badan tetap ideal, kadar gula darah
stabil, dan terhindar dari risiko penyakit jantung. 
2. Olahraga
Manfaat olahraga teratur untuk penderita kencing manis adalah membantu menjaga
berat badan turun. Selain itu,  insulin jadi lebih mudah menurunkan gula darah,
membantu jantung dan paru-paru bekerja lebih baik dan memberi Anda lebih banyak
energi. Cobalah berolahraga minimal tiga kali seminggu selama sekitar 30 sampai 45
menit. Jika Anda adalah tipe orang yang jarang olahraga, cobalah 5 sampai 10 menit
pada awal olahraga, dari sini nanti Anda bisa meningkatkan waktunya.
3. Cek Gula Darah
Kadar gula darah pasien diabetes melitus harus dipantau secara rutin. Ini adalah cara
penting guna mengatasi serta menjaga kadar gula darah Anda tetap normal. Cek gula
darah juga bisa memberikan informasi mengenai kadar glukosa darah Anda pada saat
itu juga. Anda bisa menggunakan alat tes gula darah yang disebut glucometer
4. Pastikan Minum Obat atau Menyuntikan Insulin
Keseimbangan kadar gula darah pada pasien diabetes terkadang tidak bisa terjaga
dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda
juga mungkin membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya. Ada beberapa jenis
obat hipoglikemik oral (biasanya dalam bentuk tablet). Anda juga mungkin diberikan
kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah Anda. 

B. Tujuan
Untuk mengetahui pemeriksaan Diabetes Melitus (DM) dan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kimia Klinik II
BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam Pemeriksaan Diabetes Melitus

Untuk menentukan apakah sesorang mengalami Diabetes Melitus adalah dengan


melakukan serangkaian pemeriksaan Laboratorium diantaranya :

1. Tes Hemoglobin Terglikasi (HbA1C)


Tes Hemoglobin Terglikasi (HbA1C) adalah pengukuran gula darah jangka panjang
atau dalam 2 – 3 bulan terakhir. Tes diagnosis diabetes melitus ini memungkinkan
dokter tahu berapa rata-rata nilai gula darah Anda dalam beberapa bulan terakhir. Tes
diagnosis diabetes melitus ini mengukur persentase gula darah yang terikat dengan
hemoglobin. Hemoglobin adalah oksigen pembawa protein dalam sel darah merah.
Semakin tinggi hemoglobin A1C, semakin tinggi pula tingkat gula darah. hasil
pemeriksaan HbA1c dikutip pada laman American Diabetes Association adalah :
- HbA1c Normal : < 6,0 %
- HbA1c Pradiabetes : 6,0 – 6,4 %
- HbA1c Diabetes : ≥ 6,5 %
Hasil pemeriksaan HbA1c di atas batas normal, menandakan Anda perlu mengubah
gaya hidup. Sementara pada pasien diabetes, pengobatan yang sebelumnya dijalani
harus diubah sesuai dengan kondisi. Kemungkinan besar, perubahan pengobatan
meliputi jenis pilihan obat dan dosisnya. Pemeriksaan hemoglobin terglikolisasi bukan
tes utama untuk mendeteksi diabetes, baik itu diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2.
Biasanya, tes ini dilakukan bersamaan dengan tes lain, seperti Tes gula darah puasa
(GDS). 

2. Tes Gula Darah Sewaktu (GDS)


Tes gula darah ini dapat dilakukan kapan saja tanpa perlu berpuasa dan tanpa
memerhatikan kapan terakhir Anda makan. Tes ini dapat dilakukan untuk memantau
kadar gula darah penderita diabetes, atau untuk menilai tinggi-rendahnya kadar gula
darah orang yang lemas atau pingsan. Nilai gula darah dalam tes diagnosis diabetes
melitus ini akan ditampilkan dalam bentuk miligram per desiliter (mg/dL) atau
milimole per liter (mmol/L). Jika hasil tes diagnosis diabetes melitus ini menunjukkan
200 mg/dL (11.1 mmol/L) atau lebih, artinya gula darah Anda tinggi dan Anda punya
diabetes. Sementara jika hasil tes diagnosis diabetes melitus ini menunjukkan angka di
bawah 200 mg/dL, artinya kadar gula darah masih di angka normal.
3. Tes Gula Darah Puasa (GDP)
Ini merupakan tes gula darah yang mengharuskan Anda untuk berpuasa (biasanya 8
jam) sebelum melakukan tes, agar hasilnya tidak dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi. Tes gula darah puasa ini umumnya digunakan sebagai tes pertama untuk
mendiagnosa penyakit diabetes. Berikut kategori kadar gula darah menurut tes gula
darah puasa untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus :
- Normal : ≤ 100 mg/dL (5.6 mmol/L)
- Pradiabetes : antara 100 - 125 mg/dL (5.6 - 6.9 mmol/L).
- Diabetes : 126 mg/dL (7 mmol/L) atau lebih.
Sejauh ini, tes gula darah puasa dianggap sebagai metode diagnosis diabetes melitus
yang cukup efektif.

4. Tes Gula Darah 2 Jam Setelah Makan (Post Prandial)


10 menit setelah makan, kadar gula darah akan mulai mengalami kenaikan dan
mencapai puncaknya setelah 2 jam. Setelah 2-3 jam, gula darah akan turun kembali ke
kondisi normal. Tes gula darah post prandial dilakukan 2 jam setelah pasien makan,
dan biasanya dikerjakan setelah tes gula darah puasa. Tes ini dapat menggambarkan
kemampuan tubuh dalam mengontrol kadar gula dalam darah, yang terkait dengan
jumlah serta sensitivitas insulin di dalam tubuh.

5. Tes Toleransi Gula darah Oral (TTGO)


Ketimbang ketiga tes sebelumnya, metode diagnosis diabetes melitus ini terbilang
kurang umum kecuali jika Anda sedang hamil. Tes diagnosis diabetes melitus ini
membutuhkan puasa semalam sebelumnya. Jadi, Anda harus puasa dulu selama
kurang lebih 8 jam dan setelahnya akan diminta untuk makan seperti biasa. Dokter
juga mungkin akan memberikan cairan gula. Selang 2 jam setelah makan, kadar gula
darah Anda akan diperiksa. Pada orang yang sehat, kadar gula darah mereka biasanya
akan kembali normal setelah 2 jam makan. Sementara jika Anda punya diabetes, kadar
gula darah akan tetap tinggi setelah 2 jam makan. Berikut kategori kadar gula darah
dari pemeriksaan toleransi gula darah oral untuk menegakkan diagnosis diabetes
melitus.
- Puasa : 70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
- ½ jam : 110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
- 1 jam : 120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
- 1½ jam : 100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
- 2 jam : 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)
B. Prosedur Pemeriksaan

Untuk menentukan apakah seseorang mengidap penyakit Diabetes Melitus (DM)


harus disertai dengan adanya pemeriksaan Laboratorium, dilihat darai Macam-macam
pemeriksaan Diabetes Melitus (DM) berikut ini adalah Prosesdur Pemeriksaan Diabetes
Melitus (DM) :
a. Tes Hemoglobin Terglikasi (HbA1C)
Terdapat beberapa metode yang sering digunakan dalam pemeriksaan kadar
HbA1c antara lain:
a. Metode Kromatografi Pertukaran Ion (Ion Exchange Chromatography)
Prinsip dari metode ini adalah titik isoelektrik HbA1c lebih rendah dan lebih
cepat bermigrasi dibandingkan komponen Hb lainnya. Apabila menggunakan
metode ini harus dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion dan
pH dari buffer (Widijanti dan Ratulangi, 2011). Kelemahan dari metode ini
adalah adanya interferensi variabel dari hemoglobinopati, HbF dan
carbamylated Hb (HbC) yang bisa memberikan hasil negatif palsu. Keuntungan
metode ini adalah dapat memeriksa kromatogram Hb varian dengan tingkat
presisi yang tinggi (Harefa, 2011)
b. Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
Metode ini memiliki prinsip yang sama dengan Ion Exchange
Chromatography, bisa diotomatisasi serta memiliki akurasi dan presisi yang
baik sekali. Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode referensi untuk
pemeriksaan kadar HbA1c (Widijanti dan Ratulangi, 2011).
c. Metode Agar Gel Elektroforesis
Metode ini memiliki hasil yang berkorelasi dengan baik dengan HPLC tetapi
presisinya kurang dibandingkan HPLC. HbF memberikan hasil positif palsu
tetapi kekuatan ion, pH, suhu, HbS dan HbC tidak banyak berpengaruh pada
metode ini (Widijanti dan Ratulangi, 2011).
d. Metode Immunoassay (EIA)
Prinsip dari metode ini adalah ikatan yang terjadi antara antibodi dengan
glukosa dan antara asam amino-4 dengan 10 N-terminal rantai β. Kelemahan
dari metode ini adalah dipengaruhi oleh gangguan hemoglobinopati dengan
asam amino lengkap pada sisi yang berikatan dan beberapa gangguan yang
berasal dari HbF (Harefa, 2011) sehingga metode ini hanya mampu mengukur
HbA1c dan tidak dapat mengukur HbA1c yang labil maupun HbA1A dan
HbA1B (Widijanti dan Ratulangi, 2011). Keuntungan dari metode ini adalah
tidak dipengaruhi oleh HbE dan HbD maupun carbamylated Hb, relatif lebih
mudah diimplementasikan pada berbagai format yang berbeda dan memiliki
presisi yang baik (Harefa, 2011).
e. Metode Affinity Chromatography
Prinsip dari metode ini adalah glukosa yang terikat pada asam amino
fenilboronat. Kelemahan dari metode ini adalah bukan hanya mengukur glikasi
valin pada N-terminal rantai β tetapi juha glikasi rantai β pada bagian lain dan
glikasi rantai α sehingga hasil pengukuran dengan metode ini lebih tinggi
daripada dengan metode HPLC (Harefa, 2011). Keuntungan metode ini adalah
non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dari HbA1c tidak mengganggu
penetuan hemoglobin glikasi, tidak dipengaruhi suhu, presisi baik, HbF, HbS
dan HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini (Widijanti dan Ratulangi,
2011).
f. Metode Analisis Kimiawi dengan Kolorimetri
Metode ini memerlukan waktu inkubasi yang lama yaitu sekitar 2 jam tetapi
keuntungannya lebih spesifik karena tidak dipengaruhi oleh -glycosylated
ataupun glycosylated labil. Kerugiannya adalah waktu lama, sampel besar dan
satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi yaitu mmol/L (Widijanti
dan Ratulangi, 2011).
g. Metode Spektrofotometri
Prinsip dari metode ini adalah penghilangan fraksi labil dari hemoglobin
dengan cara haemolysate kemudian ditambahkan agen penukar ion kationik
kemudian dibaca dengan instrument spektrofotometer pada panjang gelombang
415 nm (Fortress, 2000).

b. Pemeriksaan Gula darah Puasa


 Metode enzimatik :glucose oxidase / hexokinase

1. Pra-Analitik
a) Persiapan Pasien:
 GDP :
1) Pasien dipuasakan 8 – 12 jam sebelum tes
2) Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis
pada formulir permintaan tes.
 GD2PP :
Pengambilan sampel darah dilakukan 2 jam sesudah makan setelah
pengambilan darah GDP
 GDS :
Tidak ada persiapan khusus
b) Persiapan Sampel
Tidak ada persiapan khusus. Pengambilan sampel sebaiknya pagi hari
karena adanya variasi diurnal. Pada sore hari glukosa darah lebih rendah
sehingga banyak kasus DM yang tidak terdiagnosis.
c) Prinsip Tes
Darah kapiler diserap ke dalam strip tes, kemudian mengalir ke area tes dan
bercampur dengan reagen untuk memulai proses pengukuran. Enzim
Glucose dehydrogenase dan koenzim dalam strip tes mengkonversi glukosa
dalam sampel darah menjadi glukonolakton. Reaksi tersebut menghasilkan
listrik DC yang tidak berbahaya sehingga Meter mampu mengukur gula
darah.
d) Alat dan Bahan
 Alat:
1. Lancet
2. Alat glukosameter
 Bahan:
1. Sampel whole blood (darah kapiler)
2. Jarum
3. Strip
4. Kapas alkohol
5. Handschoen
6. Wadah limbah infeksius

2. Analitik
Cara Kerja:
1) Alat glukosameter disiapkan
2) Jarum dimasukkan dalam lancet dan dipilih nomor pada lancet sesuai
ketebalan kulit pasien
3) Chip khusus untuk pemeriksaan glukosa dimasukkan pada alat
glukosameter pada tempatnya (sesuai alat glukosameter)
4) Strip dimasukkan pada tempatnya (sesuai alat glukosameter)
5) Jari kedua/ketiga/keempat pasien dibersihkan dengan menggunakan kapas
alkohol lalu dibiarkan mengering
6) Darah kapiler diambil dengan menggunakan lancet yang ditusuk pada jari
kedua/ketiga/keempat pasien
7) Sampel darah kapiler dimasukkan ke dalam strip dengan cara ditempelkan
pada bagian khusus pada strip yang meyreap darah
8) Catat hasil pemgukuran kadar glukosa akan ditampilkan pada layar
9) Strip dicabut dari alat Glukosa meter
10) Jarum dibuang pada wadah limbah infeksius
Beriku ini adalah contoh demonstrasi melakukan pemeriksaan DM
Nilai Rujukan

Tes Sampel (mg/dL) (mmol/L)

Plasma vena < 110 < 6,1


GDS
Darah kapiler < 90 < 5,0
Plasma vena < 110 < 6,1
GDP
Darah kapiler < 90 < 5,0
Plasma vena < 140 < 7,8
GD2PP
Darah kapiler < 120 < 6,7

 Metode : GDO-PAP
1. Pra-Analitik :
a) Persiapan pasien
 GDP  : Puasa 8-12 jam sebelum tes, semua obat dihentikan jika
harus minum obat (catat di form tes)
 GD2PP : tes dilakuakan 2 jam setelah tes GDP, pasien dianjurkan
makan (100 gr karbohidrat) sebelum tes dilakukan
 TTGO : selama tiga hari sebelum tes,pasien dianjurkan makan
makanan berkarbohidarat ( Sperti bias) tidak merokok, tidak minum
kopi/alkohol, puasa 10-16 jam sebelum test dilakukan, tidak ada
aktifitas fisik (olahraga) dan tidak minum obat sebelum dan selama
tes (tidak ada kegiatan yang menimbulkan emosi), pasien diawasi
kondisi ( lemah, gelisah, keringantan, haus, dan lapar ) hipoglikemia.
b) Persiapan Sampel
- Sampling lebih bagus pagi hari (variasi diurnal ) sore hari glukosa
darah lebih rendah.
- Tes saring atau kontrol DM, sampel plasma vena, serum dan darah
kapiler. Tes diagnostik sebaiknya plasma vena (molaritas glukosa
darah hampir sama pada whole blood). Kadar glukosa plasma lebih
tinggi 11% dibandingkan dengan whole blood (pada hematokrit
normal ).
- Stabilitas sampel (plasma < dari 1 jam, jika> 1 jam kadar  glukosa
turun (glikolisis).
- Sampel tunda ( tambahkan anti glikolisis ) Naf 2,5 mg/ml darah.
Stabil suhu 15-25 0 C selama 24 jam dan 40C stabil 10 hari.
- Serum stabil < dari 2 jam
c) Sampel : Serum
d) Prinsip Tes :
Glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi secara enzimatis
menggunakan enzim GOD atau glukosa oksidase. Peroksida (H2O2)
yang terbentuk kemudian bereaksi dengan fenol dan 4 – aminokuinon
dengan katalis enzim peroksidase (POD) yang membentuk kuinonimin.
Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa dalam
sampel
e) Alat :
- Mikropipet
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Photometer 5010
- Tips yellow/blue
- Centrifuge
f) Reagen
- Reagen Glukosa KIT (GOD-PAP )
- Standar Glukosa
- Bahan control

2. Analitik
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi

Tabung Reaksi Blanko Standar Test


Standar - 10µl -
Serum - 10 µl
Reagens 1000 µl 1000 µl 1000 µl

2. Homogenkan dan ingkubasi 10 menit pada 20-25 ºC


3. Baca pada photometer 5010 (semi otometik) dengan panjang
gelombang 546 nm
3. Pasca-Analitik
Interpretasi

Belum Pasti
Bukan DM DM
Tes Sampel DM
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
Plasma vena < 110 110–199 > 200
GDS
Darah kapiler < 90 90–199 > 200
Plasma vena < 110 110–125 > 126
GDP
Darah kapiler < 90 90–109 > 110

Plasma vena < 140 140–200 > 200


GD2PP
Darah Kapiler < 120 120 - 200 < 200

C. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah


a. Obat-obatan, dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
b. Trauma atau stress, dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
c. Merokok, dapat meningkatan kadar glukosa darah
d. Hemolisis spesimen dapat menyebabkan hasil uji yang tidak akurat
e. Kenaikan kadar HbF pada talasemia dapat menyulitkan interpretasi. HbF dapat
menaikkan pembacaan tes HbA1c.
f. Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium, dapat menurunkan kadar Glukosa garah
g. Penundaan pemeriksaan Penundaan pemeriksaan akan menurunkan kadar glukosa
darah dalam sampel, hal ini dikarenakan adanya aktifitas yang dilakukan sel darah.
Penyimpanan sampel pada suhu kamar akan menyebabkan penurunanan kadar glukosa
darah kurang lebih 1-2 % per jam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. WHO membuat perkiraan bahwa pada
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan
dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak
menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes
yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I.
Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita
DM (Anonim,2005).
Untuk menentukan apakah sesorang mengalami Diabetes Melitus adalah dengan
melakukan serangkaian pemeriksaan Laboratorium diantaranya Tes hemoglobin
Terglikasi (HbA1C), Tes Gula darah Sewaktu (GDS), Tes Gula darah Puasa ( GDP), Tes
Gula darah 2 Jam Setelah Makan (Post Prandial), Tes Toleransi Gula darah Orah (TTGO).

B. Saran
Diharapkan kepada setiap anggota kelompok untu lebih aktif lagi serta mengingat dan
mengerti setiap tuga dan tanggung jawab yang diberikan agar pengerjaannya pun cepat
selesai
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, A.Md. AK.,S.SI,M.Kes 2015, Buku penuntun praktik klinik laboratorium


kesehatan, Makassar.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-kencing-manis/cara-diagnosis-diabetes-melitus/
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/hemoglobin-a1c-hba1c.html
https://www.prosehat.com/artikel/tag/cegah-diabetes

Jurusan Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2018, Buku Panduan
Kerja Keterampilan Pemeriksaan Glukosa Darah Metode Poct
TUGAS KIMIA KLINIK II
“ PEMERIKSAAN DIABETES MELITUS (DM) ”

Disusun Oleh : Kelompok I


1. Asma Ul H Marasabessy
2. Fany Latul
3. Sultia Wati Kaimuddin
4. Juwahir Silaratubun
5. Tasya I F Siahaya
6. Yuliana dE Fretes
7. Nilam Sari Sasole
8. Kholida Haupea
9. Tuti Suitri Siaode
10. Yaya Wakang

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALUKU
PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2020

Anda mungkin juga menyukai