Anda di halaman 1dari 2

Patogenesis Malaria

Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada umumnya
melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu
sama lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat ,yaitu
malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang
paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.10 Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi
tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis
plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan
menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi.
Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid
atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite
Incidence –nya rendah

Patogenesis adalah istilah kedokteran yang berasal dari bahasa Yunani pathos, penyakit, dan


genesis, penciptaan. Patogenesis merupakan keseluruhan proses
perkembangan penyakit atau patogen, termasuk setiap tahap perkembangan, rantai kejadian yang
menuju kepada terjadinya patogen tersebut dan serangkaian perubahan struktur dan fungsi setiap
komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel, jaringan tubuh, organ,

Patogenesis

Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen dan seksual (sporogomi) dalam badan
nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.

a. Fase aseksual Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit
masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung
ribuan merozoit. Proses ini di sebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada
akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P.vivax
dan P.ovale, sebagai sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps
jangka panjang dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses
berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setela 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit
berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam
darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya
sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
b. Fase seksual Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. bentuk ini mengalami pematangan
menjadi mikro dan mikrogametosit dan terjadilah pembuahan yang 10 disebut zigot (ookinet). Ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan
sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.

Patogenesis malaria ada 2 cara: a) Alami, melalui gigitan nyamuk ketubuh manusia. b) Induksi, jika
stadium aseksual dalam eritrosit masuk kedalam darah manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada
bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi
 Patogenesis

Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu(host). Yang
termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit danvirulensi parasit.
Sedangkan yang masuk dalam faktor penjamu adalah tingkat endemisitasdaerah tempat tinggal, genetic,
usia, status nutrisi dan status imunologi. Parasit dalam eritrosit(EP) secara garis besar mengalami 2
stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadiummatur pada 24 jam ke II. Permukaan EP stadium
cincin akan menampilkan antigen RESA(Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah
parasit masuk stadium matur.Permukaan membrane EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan
membentuk knobdengan Histidin Rich-protein-I (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila
EPtersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI yaitu
glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF-α dan interleukin-1 (IL-1) darimakrofag.

Anda mungkin juga menyukai