70
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
71
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi
terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakleri. Gejalagejala
mencakup:
o Demam dan menggigil akibat proses peradangan
o Batuk yang sering produktif dan purulen
o Sputum berwarna merah karat (untuk Streptococcus pneumoniae), merah
muda (untuk Staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas
(untuk Pseudomonas aeruginosa).
o Kreke) (bunyi paru tambahan)
o Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius
o Nyeri pleura akibat peradangan dan edema
o Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah perasaan
sesak atau kesulitan bernapas, yang dapat disebabkan oleh penurunan
pertukaran gas-gas.
o Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
o Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mulcus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi
o Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler, atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan
kapiler.
Perangkat Diagnostik
o Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila
pasien mengalami imunodefisiensi. Hal ini terutama berlaku pada
pneumonia bakterialis
o Edema ruang interstisium sering tampak pada pemeriksaan
72
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
sinar-X toraks.
Penatataksanaan
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencakup:
o Antibiotik, terutarna untuk pneumonia bakterialis. Pneumonia lain
dapat diobati dengan antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi bakteri
sekunder
o Istirahat
o Hidrasi untuk membantu mengencerkm sekresi
o Teknik-teknik bernapas dalam untuk meningkatkan
venwasi alveolus
o dan mengurangi risiko atelektasis
o Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-
organisme
o yang diidentifikasi dari biakan sputum.
73
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat atau adanya faktor resiko:
1) penyakit paru obstruktif menahun (PPOM).
2) Perokok berat.
3) Imobilisasi fisik lama.
4) Pemberian makanan melalui selang secara terus-menerus.
5) Obat-obatan imunosupresif (kemoterapi,kortikosteroid), mengisap.
6) Penyakit yang melemahkan (AIDS, kanker).
7) Menghirup atau aspirasi zat iritasn.
8) Terpapar polusi udara terus-menerus.
9) Terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi.
10) Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).
b. Pemeriksaan fisik, tergantung agen penyebab:
1) Demam tinggi dan menggigil (awitan mungkin tiba-
tiba dan berbahaya).
2) Nyeri dada pleuritik.
3) Takipnea dan takikardia.
4) Rales.
5) Pada awalnya batuk tidak produktif tapi selanjutnya
akan berkembnag menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan
dan seirngakli berbau busuk.Dispnea
6) Kelemahan danmalaise.
7) Kulit berwarna keabu-abuan atau sianosis
8) Keringat hilang timbul sesuai penurunan atau
74
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
peningaktan demam
9) Periode sakit kepala selama 24-48 jam, mialgia,
malaise, diikuti dengan demam, disosiasi nadi dan suhu (nadi
relatif lambat pada demam tinggi. Normalnya nadi meningkat jika
suhu mengingkat). Hal tersebut merupakan tanda klasik pada
pneumonia legionella, viral dan mikoplasma.
c. Cari sumber infeksi saluran pernafasan atas (ISPA: luka
tenggorok, kongesti nasal, bersin, demam ringan).
d. Pemeriksaan diagnostik:
1) JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih,
pada pneumonia karena pneumokokus, legionella, klebsiella,
stafilokokus dan hemophylus influenza dan akan normal pada
pasien dengan pneumonia viral dan pneumonia mikoplasma.
2) Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada psien
dnegan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan
pneumonia hemophylus influenza. Pada pneumonia mikoplasma,
viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.
3) Kultur spuutm menunjukkan adanya bakteri tapi
pada pneumonia viral negatif.
4) Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat
dari penularan hematogen (staphylokokus aureus).
5) Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh
bakteri gram negatif atau gram positif.
6) Aglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan
untuk pemeriksaan viral.
7) Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia
(PaO2 kurang dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia
(PaCO2 kurang dari 35 mmHg).
8) Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan
penurunan kapasitas vital kuat (KVK).
9) Bronkoskopi.
e. Kaji respons emosional terhadap kondisinya.
75
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam, diaforesis
dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik dan demam
b/d pneumonia.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder
terhadap demam.
3. RENCANA INTERVENSI
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: batuk produktif menetap,nafas cepat, sesak
nafas, rales, analisa gas darah menunjukkan hasil tidak normal,
warna kulit sianosis atau keabua-abuan, bunyi nafas tidak
normal, pemeriksaan fungsi paru, volume tidal rendah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemostrasikan perbaikan ventilasi.
Kriteria evaluasi: bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-
batas normal, frekuensi nafas 12-24 per menit, frekuensi nadi
60-100 kali/menit, tidak ada batuk, meningkatnya volume
inspirasi pada spirometer insentif.
Intervensi Rasional
Men
jam, tanda vital tiap 4 jam, hasil gidentifikasi kemajuan atau
analisa gas darah, foto rontgen, penyimpangan dari hasil yang
pemeriksaan fungsi paru-paru. diharapkan.
dnegan anjuran dan evaluasi Eks
keefektifannya. pektoran membantu mengencerkan
sekresi sehingga sekresi dapat keluar
76
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
77
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
adekuat, jika pasien secara
verbal menyatakan sakit pada
pleura (nyeri pleuritik)
khususnya sebelum latihan tarik
nafas dalam. Pasi
en cenderung melakukan ekspnasi
nafas dalam tiap 2 jam seklai toraks terbatas untuk mengontrol nyeri
dengan menggunakan pleuritik. Ekspansi toraks yang
spirometer insentif dan catat terbatas dapat menunjang terjadinya
perkembangannya. hipoventilasi dan atelektasis.
Naf
as dalam dapat mengembangkan
alveolus dan mencegah atelektasis.
Spirometer insentif dapat membantu
meningkatkan nafa sdalam dan
memungkinkan ukuran yang objektif
terhadap kemajuan pasien.
78
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
Intervensi Rasional
Men
setiap 8 jam, timbang BB tiap gidentifikasi kemajuan atau
hari, hasil pemeriksaan analisa penyimpangan dari sasaran yang
urine dan elektrolit serum, diharapkan.
kondisi kulit dan mukosa
membran tiap hari.
dnegna anjuran dan berikan Sela
dosis pemeliharaan dan ma fase akut, paisen sering terlalu
tindakan-tindakan pencegahan. lemah dan sesak, unutk meminum
cairan per oral secara adekuat dan
untuk mempertahankan hidrasi yang
adekuat. Jika ada demam maka
kebuuthna cairan akan meningkat,
karena jika demam kehilangan cairan
akan meningkat, sebab: keringat yang
berlebihan, yang terjadi jika demam
membaik; meningkatnya penguapan
yang terjadi karena vasodilatasi
perifer, hal tersebut terjadi sebagai
mekanisme kompensasi yang
digunakan oleh tubuh untuk
kurangnya tiap 2 jam sekali. mengeluarkan panas.
Dorong pasien untuk minum Cair
cairan yang bening dan an membantu distribusi obat-obatan
mengandung kalori. dalam tubuh, serta membantu
menurunkan demam. Cairan bening
membnatu mencairkan mukus, kalori
tanda kekurangan cairan mambantu mennaggulangi kehilangan
menetap atau bertambah berat. BB.
Ini
79
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
80
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
81
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
82
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
dianjurkan serta
memberikan pelembab pada
kulit dan bibir.
untuk mengurangi demam
seperti: mandi air dingin,
selimut yang tidak terlalu Mandi
tebal (mempertahankan dnegan air dingin dan selimut yang tidak
selimut cukup untuk terlalu tebal memungkinkan terjadinya
mencegah pelepasan panas secara konduksi dan
kedinginan/menggigil), beri evaporasi (penguapan). Antipiretika
antipiretik yang diresepkan, dapat megontrol demam dengan
tingkatkan masukan cairan. mempengaruhi pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Cairan dapat membantu
mencegah dehidrasi karena
demam tetap ada atau mneingkatnya metabolisme. Menggigil
makin memburuk. menandakan tubuh memerlukan panas
lebih banyak.
Hal
etrsebut merupakan tanda
berkembangnya komplikasi.
83
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
DAFTAR PUSTAKA
84
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta
85
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia
BUKU RUJUKAN
86
Departemen Medikal bedah