Anda di halaman 1dari 17

Askep Pneumonia

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


PNEUMONIA

Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini


adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar
pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder
setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri
positif-gram, Streptococcus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia
streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus
grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas
aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misaInya influenza.
Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai,
disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapa aspeknya,
berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired
immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada
orang normal sangat jarang terjadi yaitu Pneumocystis carinii. Individu yang
terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin
ruangan (AQ atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia
Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air
akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia aspirasi. Bagi indvidu tersebut,
bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan
mikroorganisme, dengan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
Risiko untuk mengidap pneumonia seperti dijelaskan di atas lebih besar
pada para bayi, orang berusia lanjut, atau mereka yang mengalami gangguan
kekebalan atau menderita penyakit atau kondisi kelemahan lain.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikro-organisme di paru
banyak disebabkan oleh reaksi itaun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu.
Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Pneumonia
bakterialis menixnbulkan respons inum dan peradangan yang paling mencolok,
yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus.

70
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

STADIUM PNEUMONIA BAKTERIALIS


Untuk pneumonia pneumokokus, terdapat empat stadium penyakit. Apa
yang terjadi pada keempat stadium ini serupa dengan jenis pneumonia lain yang
diterangkan di atas.

STADIUM I disebut hiperemia


mengacu kepada respons peradangan permulaan yang berlangsung di
daerah paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai oleh peningkatan aliran darah dan
pemeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktivan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekeda sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan
otot polos vaskular paru dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Hal ini
menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakkan dan edema antara kapiler dan alveolus. Penimbunan
cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh
oleh oksigen dan karbon dioksida untuk berdifusi, sehingga terjadi penurunan
kecepatan difusi gas-gas. Karena oksigen kurang larut dibandingkan dengan
karbon dioksida, maka perpindahan gas ini ke dalam darah paling terpengaruh,
yang sering menyebabkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Dalam
stadium pertama pneumonia ini, infeksi menyebar ke jaringan di sekitarnya akibat
peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus dan membran kapiler di sekitar
tempat infeksi seiring dengan berlanjutnya proses peradangan.

STADIUM 2 yang disebut hepatisasi merah


terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel-sel darah merah, eksudat, dan
fibrin, yang dihasilkan oleh pejamu, sebagai bagian dari reaksi peradangan.

STADIUM 3, yang disebut bepatisasi kelabu


terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi bagian paru yang
terinfeksi. Pada saat ini, endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

71
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

STADIUM 4, yang disebut stadium resolusi


terjadi sewiktu respons imun dan peradangan mereda; sisa-sisa sel, fibrin,
dan bakteri telah dicerna; dan makrofag, sel pembersih pada reaksi peradangan,
mendominasi.

Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi
terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakleri. Gejalagejala
mencakup:
o Demam dan menggigil akibat proses peradangan
o Batuk yang sering produktif dan purulen
o Sputum berwarna merah karat (untuk Streptococcus pneumoniae), merah
muda (untuk Staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas
(untuk Pseudomonas aeruginosa).
o Kreke) (bunyi paru tambahan)
o Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius
o Nyeri pleura akibat peradangan dan edema
o Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah perasaan
sesak atau kesulitan bernapas, yang dapat disebabkan oleh penurunan
pertukaran gas-gas.
o Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
o Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mulcus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi
o Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler, atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan
kapiler.

Perangkat Diagnostik
o Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila
pasien mengalami imunodefisiensi. Hal ini terutama berlaku pada
pneumonia bakterialis
o Edema ruang interstisium sering tampak pada pemeriksaan

72
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

sinar-X toraks.

Penatataksanaan
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencakup:
o Antibiotik, terutarna untuk pneumonia bakterialis. Pneumonia lain
dapat diobati dengan antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi bakteri
sekunder
o Istirahat
o Hidrasi untuk membantu mengencerkm sekresi
o Teknik-teknik bernapas dalam untuk meningkatkan
venwasi alveolus
o dan mengurangi risiko atelektasis
o Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-
organisme
o yang diidentifikasi dari biakan sputum.

73
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Riwayat atau adanya faktor resiko:
1) penyakit paru obstruktif menahun (PPOM).
2) Perokok berat.
3) Imobilisasi fisik lama.
4) Pemberian makanan melalui selang secara terus-menerus.
5) Obat-obatan imunosupresif (kemoterapi,kortikosteroid), mengisap.
6) Penyakit yang melemahkan (AIDS, kanker).
7) Menghirup atau aspirasi zat iritasn.
8) Terpapar polusi udara terus-menerus.
9) Terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi.
10) Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).
b. Pemeriksaan fisik, tergantung agen penyebab:
1) Demam tinggi dan menggigil (awitan mungkin tiba-
tiba dan berbahaya).
2) Nyeri dada pleuritik.
3) Takipnea dan takikardia.
4) Rales.
5) Pada awalnya batuk tidak produktif tapi selanjutnya
akan berkembnag menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan
dan seirngakli berbau busuk.Dispnea
6) Kelemahan danmalaise.
7) Kulit berwarna keabu-abuan atau sianosis
8) Keringat hilang timbul sesuai penurunan atau

74
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

peningaktan demam
9) Periode sakit kepala selama 24-48 jam, mialgia,
malaise, diikuti dengan demam, disosiasi nadi dan suhu (nadi
relatif lambat pada demam tinggi. Normalnya nadi meningkat jika
suhu mengingkat). Hal tersebut merupakan tanda klasik pada
pneumonia legionella, viral dan mikoplasma.
c. Cari sumber infeksi saluran pernafasan atas (ISPA: luka
tenggorok, kongesti nasal, bersin, demam ringan).
d. Pemeriksaan diagnostik:
1) JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih,
pada pneumonia karena pneumokokus, legionella, klebsiella,
stafilokokus dan hemophylus influenza dan akan normal pada
pasien dengan pneumonia viral dan pneumonia mikoplasma.
2) Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada psien
dnegan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan
pneumonia hemophylus influenza. Pada pneumonia mikoplasma,
viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.
3) Kultur spuutm menunjukkan adanya bakteri tapi
pada pneumonia viral negatif.
4) Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat
dari penularan hematogen (staphylokokus aureus).
5) Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh
bakteri gram negatif atau gram positif.
6) Aglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan
untuk pemeriksaan viral.
7) Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia
(PaO2 kurang dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia
(PaCO2 kurang dari 35 mmHg).
8) Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan
penurunan kapasitas vital kuat (KVK).
9) Bronkoskopi.
e. Kaji respons emosional terhadap kondisinya.

75
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam, diaforesis
dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik dan demam
b/d pneumonia.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder
terhadap demam.

3. RENCANA INTERVENSI
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: batuk produktif menetap,nafas cepat, sesak
nafas, rales, analisa gas darah menunjukkan hasil tidak normal,
warna kulit sianosis atau keabua-abuan, bunyi nafas tidak
normal, pemeriksaan fungsi paru, volume tidal rendah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemostrasikan perbaikan ventilasi.
Kriteria evaluasi: bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-
batas normal, frekuensi nafas 12-24 per menit, frekuensi nadi
60-100 kali/menit, tidak ada batuk, meningkatnya volume
inspirasi pada spirometer insentif.
Intervensi Rasional
  Men
jam, tanda vital tiap 4 jam, hasil gidentifikasi kemajuan atau
analisa gas darah, foto rontgen, penyimpangan dari hasil yang
pemeriksaan fungsi paru-paru. diharapkan.

dnegan anjuran dan evaluasi  Eks
keefektifannya. pektoran membantu mengencerkan
 sekresi sehingga sekresi dapat keluar

76
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

minimal 2-3 liter cairan per pada sat batuk.


hari.  Me
mbantu mengeluarkan sekresi. Cairan
 juga untuk membnatu mengalirkan
pasien menderita kongesti paru obat-obatan di dalam tubuh.
tetapi refleks batuk tidak baik  Pen
atau terjadi penurunan ghisapan membersihkan jalan nafas.
kesadaran.

merokok.
  Niko
semi fowler. tin dapat menyebabkan penyempitan.
 Posi
si tegak lurus memungkinkan ekspansi
 paru lebih penuh dengan cara
sesuai dnegna anjuran, menurunkan tekanan abdomen pada
sesuaikan kecepatan aliran diagfragma.
dengan hasil analisa gas darah.  Pem
berian oksigen tambhan dapat
menurunkan kerja pernafasan dengan
menyediakan lebih bnayak oksigen
untuk dikirim ke sel, walaupun
konsentrasi oksigen yang lebih tinggi
dapat dilairkan mellaui masker
 oksigen, namun hal tersebut seringkali
secara umum atau pencegahan mencetuskan perasaan terancam bagi
khusus (menggunakan masker pasien, khususnya pada pasien dnegan
untuk penceghaan penularan distres pernafasan.
melalui pernafasan,  Men
menggunakna sarung tangan cegah penyebaran penyakit.
bila menangani sekresi
tubuh/darah).

77
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia


adekuat, jika pasien secara
verbal menyatakan sakit pada
pleura (nyeri pleuritik)
khususnya sebelum latihan tarik
nafas dalam.  Pasi
 en cenderung melakukan ekspnasi
nafas dalam tiap 2 jam seklai toraks terbatas untuk mengontrol nyeri
dengan menggunakan pleuritik. Ekspansi toraks yang
spirometer insentif dan catat terbatas dapat menunjang terjadinya
perkembangannya. hipoventilasi dan atelektasis.

 Naf
as dalam dapat mengembangkan
alveolus dan mencegah atelektasis.
Spirometer insentif dapat membantu
meningkatkan nafa sdalam dan
memungkinkan ukuran yang objektif
terhadap kemajuan pasien.

b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam,


diaforesis dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
Batasan karakteristik: menyatakan haus, hipernatremia, mukosa
membran kering, urine kental, turgor buruk, berta badan
berkurang tiap hari, frekuensi nadi lemah, tekanan darah
menurun.
Hasil pasien: mendemonstarsikan perbaikan status cairan dan
elektrolit.
Kriteria evaluasi: haluaran urine lebih besar dari 30 ml/jam, berta jenis
urine 1,005-1,025, natrium serum dalam batas normal, mukosa
membran lembab, turgor kulit baik, tidak ada penurunan berta
badan, tidak mengeluh kehausan.

78
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

Intervensi Rasional
  Men
setiap 8 jam, timbang BB tiap gidentifikasi kemajuan atau
hari, hasil pemeriksaan analisa penyimpangan dari sasaran yang
urine dan elektrolit serum, diharapkan.
kondisi kulit dan mukosa
membran tiap hari.

dnegna anjuran dan berikan  Sela
dosis pemeliharaan dan ma fase akut, paisen sering terlalu
tindakan-tindakan pencegahan. lemah dan sesak, unutk meminum
cairan per oral secara adekuat dan
untuk mempertahankan hidrasi yang
adekuat. Jika ada demam maka
kebuuthna cairan akan meningkat,
karena jika demam kehilangan cairan
akan meningkat, sebab: keringat yang
berlebihan, yang terjadi jika demam
membaik; meningkatnya penguapan
yang terjadi karena vasodilatasi
perifer, hal tersebut terjadi sebagai
mekanisme kompensasi yang
 digunakan oleh tubuh untuk
kurangnya tiap 2 jam sekali. mengeluarkan panas.
Dorong pasien untuk minum  Cair
cairan yang bening dan an membantu distribusi obat-obatan
mengandung kalori. dalam tubuh, serta membantu
menurunkan demam. Cairan bening
 membnatu mencairkan mukus, kalori
tanda kekurangan cairan mambantu mennaggulangi kehilangan
menetap atau bertambah berat. BB.
 Ini

79
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

merupakan tanda-tanda kebuuthan


cairan yang meningkat atau mulai
timbulnya komplikasi.

c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas


sekunder terhadap pneumonia.
Batasan karakteristik: menyatakan sesak nafas dan lelah dengan
aktifitas minimal, diafoersis, takipnea dan takikardia pada
katifitas minimal.
Hasil pasien: mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap
aktifitas.
Kriteria evaluasi: pasien dapat melakukan AKS, dapat berjalan lenih
jauh tanpa mengalami nafas cepat, sesak nafas dan kelelahan.
Intervensi Rasional
 M M
onitor frekuensi nadi dan frekuensi enidentifikasi kemajuan atau
nafas sebelum dan sesudah penyimpangan dari sasarn yang
aktifitas. diharapkan.
 T  Ge
unda aktifitas jika frekuensi nadi jala-gejala tersebut merupakan tanda
dan frekuensi nafas meningkat adanya intoleransi aktifitas. Komsumsi
secara cepat dan apsien mengeluh oksigen meningkat jika aktifitas
sesak nafas dan kelelahan, meningkat, daya tahan dapat lebih
tingkatkan katifitas secara bertahap lama, jika ada waktu istirahat
untuk meningkatkan toleransi. diantara aktifitas.
 B  M
antu paisen dalam melaksanakan enyimpan energi.
AKS sesuai dnegan kebutuhannya.
Beri pasien istirahat tanpa diganggu
diantara berbagai aktfiitas.
 P  Ak
ertahankan terapi oksigen selama tifitas fisik meningkatkan kebuuthan
aktifitas, lakukan tindakan oksigen dan sistem tubnuh akan

80
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

pencegahan terhadap komplikasi berusaha menyesuaikannya.


akibat imobilisasi, jika paisen Keseluruhan sistem berlangsung
dianjurkan tirah baring lama. dalam tempo yang lebih lambat saat
tidak ada aktifitas fisik (tirah baring).
Tindakan perawatan yang spesifik
dapat memininmalkan komplikasi dari
imobilisasi.
 K H
onsul dokter jika sesak nafas tetap al tersebut dapat merupakan tanda
ada atau bertambah berat saat awal dari komplikasi khususnya gagal
istirahat. nafas.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik dan
demam b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: mengatakan nyeri dada pada saat bernafas atau
batuk, auskultasi pleural rub, foto rontgen dada menunjukkan
adanya pleuritis, suhu di atas 37C, diaforesis intermitten,
leukosit di atas 10.000/mm3, kultur sputum positif.
Haisl pasien: mendemonstrasikan bebas dari ketdaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri dada pleuritik, ekspresi wajah
rilkes, suhu tubuh 37C, kultur sputum negatif, dan kadar
leukosit antara 5.000-10.000/mm3.
Intervensi Rasional
  Mengi
pemeriksaan SDP, hasil dentifikasi kemajuan atau penyimpanagn
kultur sputum. dari sasaran yang diharapkan.
  Analg
dengan anjuran untuk etik membantu mengontrol nyeri dengan
mengatasi nyeri pleuritik memblok jalan rangsnag nyeri. Nyeri
jika perlu dan evaluasi dada pleuritik yang berat seringkali
keefektifannya. Konsul memerlukan anlgetik narkotik utnuk
dokter jika analgesik tidak dapat mengontrol nyeri dengan efektif.
efektif dalam mnegontrol Nyeri yang tidak dapat diatasi dnegan
nyeri. analgesik memerlukan penyelidikan

81
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

lebih lanjut dan merupakan tanda awal


 adanya komplikasi.
dnegan anjuran dan  Antibi
evaluasi keefektifannya. otika diperlukan untuk mengatasi infeksi,
Tinjau kembali semua obat- efek terapeutik maksimum yang efektif
obatan yang diberikan. dapat dicapai jika kadar obta yang ada
Untuk menghindari efek dalam darah konsisten dan dapat
merugikan akibat interaksi dipertahankan. Resiko akibat interaksi
obat, jadwalkan pemberian obat-obatan yang diberikan menongkat
obat dalam kadar darah dnegan adanya farmakoterapi multiple.
yang konsisiten. Efek samping akibat interaksi satu obat
dengan yang lainnya dapat mengurangi
keefektifan pengobatan salah satu obat
 atau kedua-duanya.
dan reaksi yang tidak  Tanda
diinginkan -tanda tersebut merupakan gejala
(kemerahan,gangguan keracunan antibiotika dan pengobatan
saluran pencernaan, tersebut harus dihentikan.
menurunnya jumlah urine,
menurunnya fungsi
pendengaran, meningkatnya
kelelahan).

memberikan rasa nyaman
seperti mengelap bagian  Tinda
punggung pasien, kan tersebut akan meningkatkan
mengganti alat tenun yang relaksasi. Pelembab membantu
kering setelah diaforesis, mencegah kekeringan dan pecah-pecah
memberi minum hangat, di mulut dan bibir.
lingkungan yang tenang
dnegan cahaya yang redup
dan sedatif ringan jika

82
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

dianjurkan serta
memberikan pelembab pada
kulit dan bibir.

untuk mengurangi demam
seperti: mandi air dingin,
selimut yang tidak terlalu  Mandi
tebal (mempertahankan dnegan air dingin dan selimut yang tidak
selimut cukup untuk terlalu tebal memungkinkan terjadinya
mencegah pelepasan panas secara konduksi dan
kedinginan/menggigil), beri evaporasi (penguapan). Antipiretika
antipiretik yang diresepkan, dapat megontrol demam dengan
tingkatkan masukan cairan. mempengaruhi pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Cairan dapat membantu
 mencegah dehidrasi karena
demam tetap ada atau mneingkatnya metabolisme. Menggigil
makin memburuk. menandakan tubuh memerlukan panas
lebih banyak.
 Hal
etrsebut merupakan tanda
berkembangnya komplikasi.

e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d


peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan
sekunder terhadap demam.
Batasan karakteristik: mengatakan anoreksia, makan kurang 40% dari
yang seharusnya, penurunan BB dan mengeluh lemah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemonstrasikan masukan makanan
yang adekuat untuk memnuhi kebuuthan dan metabolisme
tubuh.

83
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

Kriteria evaluasi: peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan


BB lebih lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.
Intervensi Rasional
  Mengi
makanan yang dikomsumsi dentifikasi kemajuan atau penyimpanagn
setiap kali makan, timbang dari sasaran yang diharapkan.
BB tipa hari, hasil
pemeriksaan protein total,
albumin dan osmolalitas.
  Bau
4 jam jika spuutm berbau yang tidak menyenangkan dapat
busuk. Pertahankan mempengaruhi nafsu makan.
kesegaran ruangan.

membantu memilih makanan  Ahli
yang dapat memenuhi diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi
kebutuhan nutrisi selama yang dapat membantu paisen memilih
sakit panas. makanan yang memenuhi kebutuhan
kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai
 dnegna keadaan sakitnya, usia, tinggi
mengkomsumsi makanan dan Bbnya.
tinggi kalori tinggi protein.  Penin
gkatan suhu tubuh meningkatkan
metabolisme, masukan protein yang
 adekuat, vitamin, mineral dan kalori
porsi sedikit tapi sering yang untuk aktifitas anabolik dan sintesis
mudah dikunyah jika ada antibodi.
sesak nafas berat.  Maka
nan porsi sedikit tapi sering memerlukan
lebih sedikit energi.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I,


Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.

84
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

Corwin, WJ, 1997, Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I,


Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.

Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit
Buku Kedoketran EGC, Jakarta.

Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi


4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta

Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta

85
Departemen Medikal bedah
Askep Pneumonia

BUKU RUJUKAN

Brunner & Suddart, Keperawatan medikal Bedah


Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,
EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Guyton, Fisiologi Manusia

Luckman And Sorenson, Medical Surgical Nursing

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,


EGC, Jakarta

Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab.


Ilmu Penyakit Paru FK UnaiRasional :RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

86
Departemen Medikal bedah

Anda mungkin juga menyukai