Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KARYA ILMIAH TENTANG PERGAULAN BEBAS

DISUSUN OLEH :

Anis Cahayasih

Agus Setiawan

PROGRAM KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN

KELAS XII ADMINISTRASI PERKANTORAN 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AT-TAAJIR

TAJURHALANG, KABUPATEN BOGOR

Februari 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan atas kehendak-Nya semua proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat berjalan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada
teman-teman yang telah ikut memberikan motivasi dan doa sehinga kami terus berusaha pantang
menyerah dan terus bersemangat dalam menghadapi rintangan yang menghalangi penulisan
karya ilmiah  ini.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Dampak Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja"yang
berisi tentang pengertian Pergaulan bebas, Faktor-Faktor penyebab pergaulan bebas, serta
dampak pergaulan bebas dikalangan remaja.

Jika Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Dimohon untuk memberikan saran agar dapat
diperbaiki untuk kedepannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar

Belakang…………………………………………………………………………………

1.2. Rumusan

Masalah………………………………………………………………………………

1.3. Tujuan……………………………………………………………………………………

……..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pergaulan………………………………………………………………………….

2.2 Pengertian Remaja…………………………………………………………………………….

2.3 Pengertian Pergaulan Bebas…………………………………………………………………..

2.4 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis…………………………………………………………………

2.5 Faktor Penyebab Pergaulan Bebas……………………………………………………………

2.6 Ciri-ciri dari Pergaulan Bebas Dikalangan Remaja………………………………………….

2.7 Dampak yang Ditimbulkan dari Pergaulan Bebas……………………………………………

2.8 Solusi (Pencegahan) Pergaulan Bebas……………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan 


individu,dapat juga oleh individu dengan kelompok. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar
dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan
mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif.
Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan
hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas,
hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya.Pergaulan
ini kebanyakan terjadi pada seorang remaja.

   Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa aau sudah baligh. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Remaja diamana merupakan
calon penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun dan memajukan bangsa dengan
menerapkan nilai-nilai yang ada dalam Pendidikan. Namun, pada kenyataanya arus globalisasi
yang masuk ke Indonesia berdampak pada pola pikir dan gaya hidup remaja, yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pada remaja di Indonesia saat ini.Karena seorang individu
atau remaja sukanya bergaul maka muncullah yang namanya pergaulan bebaspada diri remaja.

Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia
adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar
manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). bebas diidentikan sebagai
bentuk dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar. Pergaulan bebas juga dapat
didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar , pergaulan
liar.

Cara mengatasi masalah pergaulan bebas :

1. Pentingnya kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam keadaan apapun
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan
berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik
dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya
sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak
diajarkan orang tuannya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun
baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman
yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya
yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Pengertian Pergaulan ?


2. Apa Pengertian Remaja?
3. Apa Pengertian Pergaulan bebas?
4. Apa Faktor Penyebab Pergaulan Bebas?
5. Apa Akibat yang di timbulkan?
6. Bagaimanakah Solusi mencegah Pergaulan Bebas?

1.3 TUJUAN

1. Agar siswa mengetahui pengertian pergaulan


2. Agar siswa mengetahui pengertian Remaja
3. Agar siswa mengetahui pengertian pergaulan bebas
4. Agar siswa mengetahui Faktor Penyebab Pergaulan bebas
5. Agar siswa mengetahui Akibat yang Ditimbulkan Dari Pergaulan bebas
6. Agar siswa mengetahui Solusi Mencegah Pergaulan Bebas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERGAULAN

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan 


individu,dapat juga oleh individu dengan kelompok.Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles
bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk
sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.Pergaulan mempunyai pengaruh
yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu
akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang
negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna
melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke
pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati
dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap
bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah
itu baik atau tidak. Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” yaitu dunia
yang gelap ( Dunia Gemerlap) yang sudah menjadi rahasia umum bahwa didalamnya marak
sekali dengan seks bebas yang akhirnya berujung HIV/AIDS dan pastinya setelah terkena virus
ini kehidupan remaja menjadi sangat timpang dari segala segi. Pergaulan adalah HAM setiap
individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh bibatasi dalam pergaulan,
apalagi melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi perhgaulan manusia
hendaknya bebas, tetapi tetap mematui norma, hukum,norma agama,Budaya,serta norma
bermasyarakat, jadi klo secara medis kalau pergaulan bebas namun tidak teratur terbatasi aturan
aturan dan norma norma hidup manusia tentunya tidak menimbulkan akses akses seperti saat ini.

2.2 PENGERTIAN REMAJA

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak,masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa sekarang remaja sangat
mengkhawatirkan terutama dari segi pergaulan dikarenakan perkembangan arus remaja saat ini
sangat mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik
buruknya bangsa ini sangat bergantung pada generasi muda.

 Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan
dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak
baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang
telah matang dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis,kognitif,dansosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja
awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  
Tetapi ada juga yang membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10
– 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa
remaja akhir 18–21 (Deswita,2006:192).

Jadi,menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan
masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik,maupun psikologis.Masa remaja merupakan masa yang
sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya
dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan
pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan
yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan
kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam
perjalanan hidupnya.Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki
tahapan kehidupan selanjutnya.

Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian ahli
psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan
antara usia 11-24 tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari
masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh
lingkungan keluarga dan masyarakat sebagian anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik,
perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menjukkan tanda-tanda dewasa. Pada
masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat fundamental dalam
kehidupan baik perubahan fisik dan psikis (kejiwaan dan mental). Kadang kita juga merasa
mengapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang kita.Kita merasa heran bagaimana semua
ini dimulai dan darimana.Semua ini terjadi pada masa remaja,saat yang penuh gejolak dan
keinginan,tetapi tidak jarang mengakibatkan begitu banyak persoalan jika tidak disikapi secara
arif dan bijak. Selain itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan nilai-nilai dan
norma-norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang selama ini kita kenal.Pada masa
remaja juga kita pada umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan kita dengan
orang tua dan teman-teman sebaya;kita ingin menunjukkan kemandirian kita di satu sisi,teapi di
sisi lain kita belum dapat melepaskan diri sepenuhnya dari pengawasan dan ketergantungan kita
dari orang tua.
2.3 PENGERTIAN PERGAULAN BEBAS

Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah
makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar
manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).Pergaulan juga adalah HAM
setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam
pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama,
norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas
namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan
menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini. Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang
cinta, tidak jarang kita terlibat dalam pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh
dilakukan, asal dilakukan atas dasar suka sama suka. Tidak ada lagi pertimbangan tentang sebab
dan akibat. Tidak ada lagi pertimbangan berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih
cinta, apa pun akan dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar ketika efek atau akibat dari
pergaulan bebas tersebut membawa dampak yg negative semisal kehamilan di luar nikah,
perasaan minder akibat kita merasa tidak seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.

Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan pasti akibat
belum adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi, dari pelbagai
berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian mengenai
kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut, menunjukan kecenderungan
bahwa kehamilan remaja di luar nikah cenderung selalu meningkat dari tahu ke tahun.

Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari
pergaulan yang benar , pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas atau
bisa juga disebut pergaulan liar.

2.4 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis

  Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap
perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua
dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut sebagai
masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada perhatian dan
bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai,
pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan
orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik yg
sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir. Usia
remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan tahun kedua setelah kita
melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari tantang kemandirian dan
bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum dari
pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

           Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap;
pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan
menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan
hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu, dan
penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.

 Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah berfungsi secara
lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir berkembang
secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa. Tekanan darah meningkat menjadi sedikit
lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal
cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan
dengan perkembangan mental belum sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun
kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah
berkembang secara maksimal.

           Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum
memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan
atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper
sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-
kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang
dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan
kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas
dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam
ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan
“budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan
kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri  kita.
Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara masa
kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan secara
lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk menghadapi masa remaja.
Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan
kewajiban-kewajiban dan kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan
baru yg lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki
sedikit peran dan pengaruh.

           Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah “puber”
kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan
menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan
fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-rambut kemaluan,
yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari
masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun.
Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses
kematangn jenis kelamin. Terlihat pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan
ber fungsinya kita dalam lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan
penuh kepada orangtua, pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yang baru.            

Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai
adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan pembahasan tentang
adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya. Jean
Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap penting dengan
memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan terjadinya perubahan-
perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek kognitif seseorang. Tokoh
lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses perkembangan yg
meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan
dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F. Neidhart juga melihat masa adolesensia
sebagai masa peralihan ditintau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke
kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.
Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas
dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan
penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami
perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.

           Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja”


dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12
sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa peralihan sampai
tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat
dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan
dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak
perempuan sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.

Konsepsi “ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan implikasi-implikasi social


dari pada sekedar sebuah penggambaran tentang perilaku manusia berkaitan dengan insting-
insting yg dimilikinya. Insting, berdasarkan definisinya, merupakan sebuah atribut bagi
seseorang individu. Kebutuhan mengisyaratkan kerjasama ( cooperation ) kelompok untuk dapat
memenuhinya. Ia mengarahkan perhatian dari individu kepada masyarakatnya dengan cara-cara
yg, jika diperlukan, mungkun digunakan oleh suatu kelompok untuk memodifikasi metodo-
metodenya dengan harapan mendapatkan pelbagai perubahan yg dihasilkan dalam reaksi seorang
individu.

Berbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di kompilasikan dari kebutuhan-
kebutuhan psikologis mendasar. Salah satu penjelasan paling awal mengenai kebutuhan-
kebutuhan remaja adalah bahwa pada mas remaja pada umumnya kita merindukan pengalaman
baru, rasa aman, resons, dan pengakuan. Di usia ini kita seringkali merasa bahwa rumah tempat
kita tinggal telah memberi kita monotomi [bukan otonomi], rasa tidak aman dan penolakan.
Penyimpangan yg kita lakukan kadang-kadang dapat digambarkan sebagai upaya yg salah arah
untuk menenukan kepuasan atau pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg paling
fundamental. Salah satu kebutuhan psikologis kita yg paling penting dan juga kebutuhan seluruh
manusi adalah peneromaan oleh kelompoksosial di sekitarnya. Kebutuhan ini mencakup
kebutuhan akan kasih saying dalam lingkungan dekat dalam rumah, penghormatan di antara
teman-teman kita sebaya dan apresiasi dari orangtua atau guru-guru yg mengajar kita. Kebutuhan
ini mengambil bentuk-bentuk yg berbeda pada tahap-tahap usia yg berbeda dan dalam
hubunganya dengan orang-orang berbeda. Tetapi kebutuhan ini tampaknya muncul dari watak
esensial manusia sebagai makhluk social sebagai anggota kelompok sosisal tertentu. Pengalaman
akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-kanak mengarahkan pada rasa aman yg
kemudian membentuk salah satu bahan penting untuk kesehatan mental semangat juang dari
warga sipil atau tentara yang karena diperkuat oleh perasaan ini, mampu menghadapi pelbagai
kesulitan dan kekecewaan tanpa kecemasan yg berlebihan. Hilanhnya perasaan ini pada
umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan yg kemudian dapat memeunculkan penyimpangan dan
disharmoni mental. Anak-anak yg ditolak atau tidak diinginkan pada masa balitanya lebih besar
kemungkinanya untuk menjadi nak-anak yg sulit diatur dan akan menyulitkan para gurunya pda
usia sekolah. Bersamaan dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga memiliki
kebutuhan untuk “memberi dan menerima” untuk menunjukan rasa kasih saying, merasakan
penghormatan, mengekspresikan penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn C.M. Fleming,
misalnya, menunjukan efek-efek yg merugikan akibat dihalanginya komplemen atas penerimaan
oleh kelompok sosial ini. Hilangnya rasa ini larangan atas kasih saying dalam bentuk ekstrem
mengarah pada penekana yg berlebihan atas nilai kepuasaan-kepuasaan pengganti semisal hasrat
yg besar akan kekuasaa ataau atas kesenangan.

Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru kebutuhan untuk
mengalami “petualangan-petualangan segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls organisme
manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya pada
pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan secara terus-menerus sebagai
atribut umat manusia dari kelahiran hingga kematiannya. Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini
ditunjukan sebagai eksplorasi atas ruangan, rumah, atau jalan. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan
ini kemudian meluas hingga mencakup pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan;
dan, pada masa remaja atau dewasa, kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-
batas pengetahuan mengenai suku, bangsa atau ras. Penaklukannya dari satu langkah menuju
langkah lainnya ditandai dengan pengalaman akan hasilan pengakuan yg diberikan olah
kelompok, atau individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah kemenangan baru telah diraih.
Yang sepadan dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pemahaman pencarian jawaban atas
pelbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yg sedang terjadi, dan, (dalam peradabanyg kita kenal
dengan baik), dari usia empat atau lima tahun dan seterusnya, pertanyaan berkaitan dengan
mengapa hal-hal itu terjadi seperti sekarang ini. Pertanyaan-pertanyaan metafisikal seseorang
anak kecil secara langsung sejalan dengan pemikiran keagamaan atau filosofis dari seorang
remaja atau dewasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tampaknya diasosiasikan dengan kebutuhan
yang selalu hadir dengan mendapatkan wawasan berkaitan dengan pengalaman yang terus
berubah dan kesalingterkaitan yg juga terus bergeser daru umat manusia sebagai makhluk sosial
dalam pelbagai kelompok sosial dimana anak itu merupakan salah seorang anggotanya. 

Kebutuhan lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan pemahaman ini adalah
kebutuhan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam jenis tertentu untuk memberi sumbangan
secara progresif melalui tindakan tertentu bagi kesejahteraan kelompok. Seorang anak kecil yg
berbahagia dalam kehidupan keluarganya pada umumnya dapat dilibatkan untuk melakukan
kerjasama aktif dalam kehidupan keluarga. Seorang anak kecil sebaiknya diizinkan untuk
berbagi “tugas-tugas ringan” dengan ibu atau ayahnya, maupun dengan saudara-saudaranya. Hal
ini dimaksudkan untuk memupuk rasa percaya diri dan tanggung jawab pada si anak agar si anak
merasa aman dan nyaman di rumahnya sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yg kita miliki sebagai
remaja mempunyai keterkaitan satu sama lain yg tidak dapat dipisahkan.

Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian yg menunjukkan


intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling remaja, Sahabat Remaja,
menemukan dari pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai ada 80 remaja usia
14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penalitian di Manado yg dilaporkan oleh Warouw
mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta induksi haid ditemukan sebanyak
472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami kehamilan yg tidak dikehendaki
(unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden (28,8%) berusia 14-19 tahun, 345
responden (52%) berusia 20-24 tahun.

Penelitian lain yg dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan Widyantoro pada tahun 1989
di Jakarta dan Bali. Widyantoro menemukan 405 kasus kehamilan tak dikehendaki yg terkumpul
di klinik WKBT di dua kota tersebut selama satu tahun. Dari data yg terkumpul terungkap bahwa
95 persen kehamialn adalah kehamilan pada remaja berusia 15-25 tahun. Dari segi pendidikan,
47 persen remaja tersebut duduk di tingkat SLTP dan SLTA. Selanjutnya Khisbiyah melaporkan
bahwa data dari klinik dan praktik dokter di sekitar kabupaten Magelang diduga ada sekitar 1456
kasus kehamilan remaja dalam setahun. Tentu saja kasus yg terjadi sebenarnya berbeda dari
laporan penelitian tersebut. Boleh jadi angkanya jauh lebih besar mengingat ada sebagian kasus
yg luput dari penelitian atau tidak terdektesi oleh klinik atau dokter setempat karena mereka
dating ke “tempat lain” untuk melakukan “pengobatan”.

Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan mencari penangan atas
masalah tersebut secara lebih serius dan komprehensif. Kehamilan remaja di luar nikah tidak
hanya membawa dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg di kandungnya.
Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan mengalami tekanan batin
tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja maupun keluarganya. Rasa malu pada tetangga
dan teman-teman merupakan penderitaan batin tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan
keluarganya. Meskipun ada sebagian orang yg tidak malu dengan kehamilannya di luar nikah.

Dalam islam, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena dampak buruk yg
diakibatkannya. Ayat-ayat yg melarang zina antara lain adalah,

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah Suatu perbuatan yang keji
dan jalan yang sangat buru (Al-Isra’:32).

Dan terhadap wanita-wanita yg mengerjakan perbuatan keji (zina), Hendaklah ada empat orang
saksi di antara kamu (yang menyaksi-Kannya). Kemudian apabila mereka telah memberikan
persaksian, Maka kurunglah wanita-wanita itu dalam rumah sampai menemui Ajalnya, atau
sampai Allah memberikan jalan yg lain kepada mereka (An-Nisa’:15).

Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih dapat diperdebatkan, tetapi
yg jelas zina zina memberikan dampak buruk dan perbuatan yg tidak layak dilakukan. Berikut ini
adalah beberapa dampak negatif yg dapat ditimbulkan dari kehamilan di usia remaja, utamanya
yg menyakut perkenbangan bayi yg akan dilahirkan sebagai manusia.

A. Perkembangan Kognitif 

Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan. Kecerdasan kita terdiri
atas beberapa aspek yg salah satunya adalah kemampuan berbahasa dan menalar. Perkembangan
kognitif kita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, anara lain perawatan kesehatan, keadaan gizi,
dan stimulasi mental yg diberikan oleh lingkungan, terutama kedua orangtua. Selain itu, kondisi
sosial dan eoknomi serta kematangan psikologis kedua orangtua kita pun ikut berperan besar
dalam mempengaruhi perkembangan kognitif kita.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu remaja
rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yg lebuh rendah dibandingkan dengan anak yg dilahirkan
oleh ibu-ibu yg usianya lebuh dewasa (lihat Baldwin & Cain, 1978). Perkembangan bahasa dan
penalaran anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remajaumumnya jauh lebuh terbelakang dibandingkan
dengan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu yg usianya lebih dewasa. 

Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan Suroso (1995), rendahnya
tingkat kecerdasan anak-anak tersebut disebabkan oleh si ibu yg belum mampu memberikan
stimulasi mental yg baik pada anak-anak mereka. Hal ini, antara lain disebabkan ibu-ibu yg
masih remaja ini belum memiliki kesiapan untuk menjadi seorang ibu. Perkembangan bahasa
seorang anak sangat banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara kedua orngtuanya berbicara
kepada si anak. Aspek-aspek kecerdasan lainnya akan berkembang jika kedua orangtua dan
lingkungannya dapat memberikan permainan atau stimulasi mental dengan baik. Orangtua yg
masih remaja pada umumnya kurang mampu memberikan stimulasi mental semacam ini.

Mengingat kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam keberhasilan di bidang akademik
maupun karier, maka rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remaja di
luar nikah ini boleh jadi akan mengakibatkan kesulitan hidup bagi si anak itu kelak.

 Perkembangan Sosial dan Emosinal 

Meskipun penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar nikah terhadap
perkembangan sosial dan emosinal anaknya belum menunjukan hasil-hasil yg konsisten; tetapi
cukup banyak penelitian yang menemukan dampak negatif dari kehamilan semacam ini. Baldwin
dan Cain (1981), misalnya, menemukan bahwa anak-anak yg lahir dari ibu remaja lebih banyak
memiliki sifat hiperaktif, rasa bermusuhan yg besar , kurang mampu mengontrol emosi dan lebih
impulsive jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa.
Sifat-sifat negatif seperti di atas sedikit banyak akan mempengaruhi proses penyesuaian diri kita
terhadap lingkungannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan kognitif kita (kecerdasan
kita) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Anak yg tingkat kecerdasannya rendah
biasanya memiliki prestasi kurang (atau bahkan tidak) baik di sekolah. Selain itu, kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekolah memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap
prestasi belajar anak. Anak yg agresif, suka menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi
yang kurang baik. Para guru biasanya tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan suka
mengganggu teman-temannya.

Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg bernama Ari, anak berusia
sembilan tahun, yg memiliki masalah yg berkaitan dengan sikap agresif Ari dan ketelengasannya
kepada anak lain. Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong lawannya keluar dari
jendeladan pernah menikam lawannya yg lain dengan gunting. Dua sekolahnya yg dahulu telah
menyatakan bahwa Aria tidak dapat dikendalikan dank arena itu dikeluarkan. Setiap orang yg
mengenalnya sependapat bahwa di luar biasa over aktif, tidak pernah mengasyiki suatui kegiatan
apa pun, dikucilkan oleh teman-teman sebayanya, dan mudah mengamuk bila merasa frustasi.
Pola perilaku seperti ini sudah tampak sejak Ari masih berusia satu tahun, tetapi bersamaan
dengan tambahnya usia, nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi pemurung. Sifat lekas marah
dan kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar agaknya terkait dengan suasana rumahnya yg
penyh “badai”, dimana perbantahan menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali tidak
terkendalikan dan meningkat menjadi percekcokansecara fisik.

Dalam kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan orangtua memiliki pengaru yg
besar terhadap perkembangan psikologis seorang anak. Ada sebuah ungkapan bijak yg
menyatakan,”Jika seorang anak dan pujian, dia akan belajar untuk menghormati orang lain. Jika
seorang anak dibesarkan dengan caci maki dan hinaan, dia akan belajar untuk membenci orang
lain”.

 Perkembangan Seksual 

Mungkin ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian kita: Apakah anak perempuan
yang dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah pada saat anak itu menginjak remaja nanti lebuh
memiliki kemungkinan untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan dengan anak-anak yg
dilahirkan oleh ibu-ibu dewasa dalam pernikahan yg sah? Pertanyaan ini cukup menarik untuk
dikaji lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya efek estafet dari kehamilan remaja di luar
nikah terhadap generasi penerusnya.

Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek estafet itu memang ada.
Anak-anak yg lahir dari ibu remaja memiliki kemungkinan lebih besar untuk hamil di luar nikah
pada usia remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa dan dalam
pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada umumnya belum siap untu
menerima kehadiran seorang anak sebagai bagian darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian
yg, antara lain, menyebabkan kurangnya kemampuan orangtua untuk mendidik dan mengasuh
anaknya dengan baik dan benar sehingga risiko untuk terjerumus kedalam hal-hal yg negatif
akan lebih besar.

2.5 FAKTOR PENYEBAB PERGAULAN BEBAS

Ada beberapa faktor – dan masih ada juga faktor yg lain – yang banyak mempengaruhi
terjadinya pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni:

1.  Faktor Orang Tua

Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media
masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi
anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih
remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat kita sebutkan
antara lain:

 Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang merasa
bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda
cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan
bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha
mengatasinya.
 Faktor kekurang pedulian Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi.
Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak
muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika
sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat
 Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang
menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya
dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang
mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa
yang harus merekaper buat.

2.  Faktor Agama Dan Iman.

Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup mereka
akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga dapat
membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik
dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak
mengetahu imana yang baik dan mana yang tidak.

3.   Perubahan Zaman

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering
dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang
berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat
yang lebih bebas.

4.  Faktor Dari Kaum Sendiri.

Orang Muda sebagai pelaku utama dalam pergaulan.tentunya harus yang pertama menyadari
akan kerawanan-kerawanan mereka dalam pergaulan 

Adapun beberapa faktor yang datang dari orang muda, yaitu:

1.  Faktor Kesadaran Atau Kedewasaan

Faktor ini bukan hanya umurnya yang kurang, tetapi orang muda pada umumnya memang
memiliki kecenderungan belum memiliki modal yang cukup dalam mempertimbangkan,
memutuskan dan melakukan segala sesuatu, misalnya pengalaman belum cukup, usia masih
sedikit, kedewasaan belum penuh, pertimbangan belum matang, kurang menyadari akan bahaya,
cenderung meremehkan hal-hal yang sebenarnya penting, belum dapat menghayati sakitnya
akibat dari tindakan yang salah, sehingga sering terjebak dalam langkah yang berbahaya.
Ditambah lagi kecenderungan orang muda ingin mencoba-coba sesuatu yang baru yang belum
pernah dirasakan atau dialaminya.

2.   Faktor Budaya

Orang muda cenderung menganggap bahwa pergaulan bebas adalah budaya orang muda jaman
sekarang. Mereka merasa pergaulan bebas adalah hak mereka. Mereka mengatakan sekaranglah
waktunya bergaul sebebas-bebasnya. Hal ini menimbulkan budaya iseng. Daripada dikatakan
tidak gaul, mereka akhirnya bergaul sebebas-bebasnya

3.      Faktor Keseimbangan Hidup

Orang muda memiliki potensi, tenaga, idealisme, semangat yang sedang bertumbuh dan sedang
mekar-mekarnya, termasuk nafsu seksualitanya, dll. Kondisi ini jika tidak didukung prinsip-
prinsip rohani yang kuat, penguasaan diri yang baik, dan pendampingan dari seorag senior yang
handal akan berakibat fatal. Maka banyak kehidupan orang muda cenderung menjadi liar.

4.      Faktor Keyakinan

Ini sebenarnya faktor terpenting dalam membekali orang muda menjalani hidup. Orang muda
yang imannya tidak handal, memiliki kecenderungan untuk tidak berjalan dalam jalan Tuhan,
termasuk tidak berdoa untuk pergaulan mereka. Sebaliknya yang imannya handal dan berjalan
dalam jalan Tuhan, jelas akan menuai dalam damai sejahtera.

2.6 CIRI - CIRI DARI PERGAULAN BEBAS DIKALANGAN REMAJA

1. Terjerat dalam pesta hura-hura


2. Mabuk-mabukan dan menggunakan obat terlarang (narkoba)
3. Perilaku yang tidak baik
4. Menggunakan pakaian terbuka

2.7 DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI PERGAULAN BEBAS

Secara umum akibat yang ditimbulkan dari pergaula nbebas ada tiga,antara lain:


A. Bagi Diri Remaja Itu Sendiri                         

Akibat dari kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya sendiri dan sangat
merugikan baik fisik dan  mental, walaupun perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan
akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya
bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup yang tidak
teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan
mengantarnya kepada memtal-mental yang lembek, berfikirnya tidak stabil dan keperibadiannya
akan terus menyimpang dari segi moral dan endingnya akan menyalahi aturan etika dan estetika.
Dan hal itu kan terus berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan.

A. Bagi Keluarga 

Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung keluarga
apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Dan oleh para orang tuanya apabila anaknya
berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi ketidak harmonisan didalam
kekuarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan terputus. Dan tentunya ini sangat tidak
baik,  Sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta
menghabiskan waktunya bersama teman-temannyauntuk bersenang-senang dengan jalan minum-
minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika.Dan menyebabkan keluarga merasa malu
serta kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Yang mana kesemuanya itu hanya untuk
melampiaskan rasa kekecewaannya saja terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.

B. Bagi Lingkungan Masyarakat

Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang dewasa atau para
orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang mana nantinya apapun yang
dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Dan
apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga.
Sehingga masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan
ataupun mengganggu ketentraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki moral
rusak. Dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek Dan untuk merubah
semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh
keikhlasan.
2.8 SOLUSI (PENCEGAHAN) PERGAULAN BEBAS

Pergaulan bebas memang sangat meresahkan, tidak hanya orang tua saja, tetapi masyarakat pun
juga dibuatnya resah. Hal ini dapat dikurangi bahkan dapat dicegah dengan cara – cara berikut :

1. Pentingnya kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan
apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak
akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan
bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan
menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat
melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orang tuannya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3
tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul
dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa
terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani 
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan
lain-lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan
membedakan manayang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6. Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah dan
mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.
7. Memperbaiki cara pandang
8. Jujur pada diri sendiri
9. Menanamkan nilai ketimuran
10. Menjaga keseimbangan pola hidup
11. Banyak beraktifitas secara positif
12. Berpikir tentang masa depan
13. Mengurangi menonton TV yang mengandung unsur seksual dan kekerasan
14. Selalu membaca buku dan memberikan motivasi baik
15. Berkomunkasi dengan baik
16. Mengadakan sosialisasi tentang bahaya pergaulan bebas
17. Menegakan aturan hukum

A. Dampak positif

       Dengan pergaulan remaja Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus


menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai. Dan Pergaul
remaja Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga mampu
meningkatka rasa percaya diri. Dengan pergaulan remaja Mampu membentuk kepribadian yang
baik yang bisa diterima di berbagai lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang
menjadi sosok individu yang pantas diteladan. Saya sangat mendukung adanya pergaulan bebas
remaja. karena melalui pergaulan bebas ini, remaja dapat mempelajari berbagai hal, dari mulai
cara berkomunikasi, cara menghormati, cara mengendalikan diri untuk berada di tengah-tengah
masyarakat. Dengan pergaulan bebas juga, remaja dapat berani berbicara di depan umum (dan
contohnya sangat banyak murid yang pinter berbicara di sekolah). Jika kamu melihat remaja
yang sedikit bergaul dan hanya bergaul dengan orang yang sama, kamu akan melihat remaja
yang selalu minder, selalu duduk di samping sudut kelas, dan tidak pandai berbicara sehingga
orang menganggapnya "Geek" atau "Nerd" Maaf! tapi selain itu yang berbeda agama pun bisa
saling membutuhkan tanpa rasa curgia atau membeni karena remaja tersebut berbeda agama dan
ajaran. Dengan pergaulan bebas pun si remaja dapat mencurahkan hatinya jika si remaja
mempunyai masalah di keluarga, sekolah, atau hidup. pergaulan bebas dapat menimbulkan
kepercayaan diri yang tinggi, dan dengan kepercayaan tersebut, si remaja akan sukses dalam
segala bidang yang membutuhkan percakapan yang baik dan benar

B. Dampak Negatif

       karena bergaul terlalu bebas dan melampaui batas orang-orang yang kurang mematuhi
norma-norma dan adat atau yang menyimpang dari norma-norma dan adat istiadat. Bahkan para
remaja sekarang bisa melakukan perbuatan kriminal apapun dan menjadi anak berandalan.

        Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang melanggar
norma social karena remaja sering kali terbuai dengan kesenangan yang seringkali membuat
remaja selalu ingin mencoba hingga terjebak dalam dunia yang semestinya tidak pantas mereka
dekati seperti sex bebas, narkoba, minum miniman keras,discotik dan masih banyak lagi.

   Saya tidak mendukung dikarenakan pergaulan bebas dapat berdampak negatif juga. Seperti,
karena bergaul terlalu bebas dan melampaui batas dia bergaul dengan orang-orang yang kurang
mematuhi norma-norma dan adat atau yang menyimpang dari norma-norma dan adat istiadat.
Bahkan para remaja sekarang bisa melakukan perbuatan kriminal apapun dan menjadi anak
berandalan. Di era Globalisasi ini segala cara dapat dilakukan untuk melakukan penyimpangan
norma-norma. Seperti vcd, handphone, televisi, dvd dan lain lain, semua itu termasuk media
untuk melakukan penyimpangan norma norma yang berlaku. Contoh penyimpangan pornografi,
kekerasan, dan lain lain. Walaupun sekarang sudah ada RUU tentang pornografi dan pornoaksi,
tetapi tetap saja banyak yang melakukan penyimpangan tersebut. dampak-dampak negatif
tersebut adalah resiko dari mereka yang tidak terdidik baik oleh orangtua maupun lingkungan.
karena mungkin sebagian mereka bisa mengambil pengetahuan dari media-media juga.  yang
kita tahu pasti semua remaja pasti ingin mengetahui apa yang dilakukan orang dewasa. Dan juga
di sekolahan tentunya kita diberi "Sex Education". perbuatan kriminal dan anak berandalan itu
hanyalah cerminan dari didikan orangtuanya masing-masing. Jika memang didikannya benar, si
remaja pun akan berperilaku sebaik orangtua mereka, dan sebaliknya. jangankan dari
Globalisasi, dari game pun untuk para "nerd" atau "geek" juga diberikan permainan yang penuh
kekerasan dan kekejaman "violence". apakah itu bukan salah satu sebab dari kriminalitas? karena
dampak buruk bisa saja dari mana-mana. seperti yang saya katakan tadi, hanya dibutuhkan
pengarahan, pendidikan, dan lingkungan teman yang baik dari kecil. Keluarga harmonis sedarah
ataupun tidak, tetap mempengaruhi karakteristik si remaja. Karena kalau kita lihat di sekolahan..
yang berandal hanyalah satu atau dua orang, dan sisanya hanya mengikuti saja. coba kalau si
berandalan tidak masuk sekolah atau tidak ada. si pengikut pun akan menjadi anak yang baik-
baik saja.

C. Upaya untuk menanggulangi dampak negatif

   Ada beberapa poin cara untuk menanggulangi dampak pergaulan bebas dikalangan
remaja,yaitu:
 Orang tua harus memberi perhatian yang lebih kepada anak untuk tidak bergaul dengan
lingkungn yang dapat menjerumuskan.
 Melakukan pengawasan sebagai control secara terus-menerus agar anak terhindar dari
perilaku yang menyimpang.

Sepatutnya kita mengajarkan anak kita untung memilih pergaulan yang sehat. Pergaulan sehat
Pergaulan sehat adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu atau
individu dengan kelompok secara normal, baik tubuh, jiwa dan kehidupan sosialnya. Tanda-
tanda pergaulan sehat, antara lain: Berakhlak mulia Memiliki prasangka baik Pemaaf Jauh dari
rasa iri dan dengki Memiliki sifat malu Berusaha menepati janji Sopan dalam bertutur kata
Selalu senyum dan mengucap salam saat bertemu Selalu mengingat pada kebaikan Mengunjungi
teman yang sedang terkena musibah Membantu teman yang kesusahan Memberi nasihat baik
Tidak membicarakan aib teman atau saudara. Bentuk dari pergaulan bebas adalah :

 Kelompok bermain teman sebaya Dalam hal ini adalah permainan yang mengarah kepada
pembentukan tubuh yang sehat yang berlangsung pada kanak-kanak. Bentuk permainan
sebagai sarana pergaulan yang sehat.
 Kelompok belajar Pembentukan kelompok belajar merupakan bentuk pergaulan yang
sehat mengarah pada pemupukan aspek kecerdasan. Melalui kegiatan kelompok belajar
inilah daya pikir anak lebih terasa bukan untuk dirinya sendiri, melainkan juga dalam
bentuk penyimpangan terhadap orang lain.
 Kegiatan pengembangan diri Dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan yang mengarah
kepada pengembangan bakat dan minat. Dengan menjadi anggota suatu perkumpulan
pengembangan diri inilah anak disamping dapat membentuk kecakapan sesuai bakatnya,
juga memperluas pergaulan dari berbagai latar belakang yang memiliki kesamaan minat.
 Kegiataan keagamaan Sesuai agama yang dianutnya pembinaan mental spiritual yang
berkaitan dengan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME secara intensif dapat
dilakukan dengan aktif terjun dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan agama yang
dianutnya.
 Kegiatan karang taruna Karang taruna merupakan organisasi kemasyarakatan yang
mewadahi kegiatan pemuda/pemudi atau remaja yang ada di lingkungan pemukiman di
bawah pemerintah desa. Melalui karang taruna inilah anak mengenal kemajemukan-
kemajemukan msyarakat di lingkungannya. Melalui karang taruna inilah anak dipupuk
untuk memiliki sifat social dalam bentuk kepedulian terhadap kemajuan daerah tempat
tinggalnya.
 Kegiatan social kemasyarakatan Dalam kehidupan masyarakat luas tehadap berbagai
macam kegiatan yang bergerak di bidang social kemasyarakatan. Melaui kegiatan social
kamasyarakatan tersebut anak dilatih untuk menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dalam
kehidupan sehari-hari.
 Kegiatan pecinta alam Kegiatan pecinta alam merupakan media yang tepat bagi remaja
yang senang berpetualang dan mencari tahu mengenai rahasia alam secara langsung.
Melakukan pergaulan yang sehat tidaklah mudah,maka dari itu ini cara dalam bergaul yang sehat.
1. Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam kenyataan,
maksudnya sebaiknya remaja dididik dari sejak dini agar tidak memiliki angan-angan yang
tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan
mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
2. Menjaga Keseimbangan Pola Hidup yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola
waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu
dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
3. Jujur Pada Diri Sendiri yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik
untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini
remaja tidak menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.
4. Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik dengan
masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat
kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekeliling kita.
5. Perlunya Remaja Berpikir untuk Masa Depan. Jarangnya remaja memikirkan masa depan.
Seandainya tiap remaja mampu menanamkan pertanyaan “Apa yang akan terjadi pada diri
saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang lebih baik?”
kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri para remaja.
Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang
dan akan berkurangnya jumlah remaja yang terkena HIV & AIDS nantinya.
6. Menanamkan Nilai Ketimuran. Kalangan remaja kita kebanyakan sudah tak mengindahkan
lagi akan pentingnya nilai-nilai ketimuran. Tentu saja nilai ketimuran ini selalu berkaitan
dengan nilai Keislaman yang juga membentuk akar budaya ketimuran. Nilai yang
bersumberkan pada ajaran spiritualitas agama ini perlu dipegang. Termasuk meningkatkan
derajat keimanan dan moralitas pemeluknya. Dengan dipegangnya nilai-nilai ini, harapannya
mereka khususnya kalangan muda akan berpikir seribu kali untuk terjun ke pergaulan bebas.
7. Banyak Beraktivitas Secara Positif. Cara ini menurut berbagai penelitian sangat efektif
dijalankan. Pergaulan bebas, biasanya dilakukan oleh kalangan muda yang banyak waktu
longgar, banyak waktu bermain, bermalam minggu. Nah, untuk mengantisipasi hal tersebut,
mengalihkan waktu untuk kegiatan lewat hal-hal positif perlu terus dikembangkan. Misalnya
dengan melibatkan anak muda dalam organisasi-organisasi sosial, menekuni hobinya dan
mengembangkannya menjadi lahan bisnis yang menghasilkan, maupun mengikuti acara-
acara kreatifitas anak-anak muda. Dengan demikian, waktu mudanya akan tercurahkan untuk
hal-hal positif dan sedikit waktu untuk memikirkan hal-hal negatif seperti pergaulan bebas
tersebut.
8. Sosialisasi tentang Pergaulan Bebas. Dikalangan muda, pergaulan bebas sering dilakukan
karena bisa jadi mereka tidak tahu akibat yang ditimbulkannya. Seperti misalnya penyakit
kelamin yang mematikan. Informasi yang mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat
pergaulan bebas ini perlu untuk terus disebarkan di kalangan muda. Harapannya, mereka juga
punya informasi sebagai bahan pertimbangan akal sehatnya. Jika informasi tersebut belum
didapatkan ada kemungkinan mereka akan terus melakukan pergaulan bebas semau mereka.
Tapi, kalau informasi sudah didapatkan tapi mereka tetap nekad melakukan itu persoalan lain
lagi. Sepertinya  perlu ada penanganan khusus, yang sudah terang-terangan bangga
melakukan pergaulan bebas.
9. Adanya kesadaran beragama bagi remaja. Bagi anak remaja sangat diperlukan adanya
pemahaman, pendalaman, serta ketaatanterhadap ajaran-ajaran agama. Dalam kenyataan
sehari-hari menunjukkan, bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar
kurang memahami norma-normaagama. Oleh karena itu, kita harus memiliki kesadaran
beragama agar tidak terjerumusdalam pergaulan yang tidak sehat.
10. Memiliki rasa setia kawan. Agar dapat terjalin hubungan sosial remaja yang baik, peranan
rasa setia kawan sangatdibutuhkan. Sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan
remaja masyarakatmenjadi tentram.
11. Memilih teman. Maksud dari memilih teman adalah untuk mengantisipasi agar kita tidak
terpengaruhdengan sifat yang tidak baik/sehat. Walaupun begitu, tapi teman yang
pegaulannya buruk tidak harus kita asingkan. Melainkan kita tetap berteman dengannya tapi
harus menjagajarak. Jangan terlalu dekat dengan dia.
12. Mengisi waktu dengan kegiatan positif. Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya
dengan bacaan yang buruk (misalnyanovel/komik seks), maka hal itu akan berbahaya, dan
dapat menghalang mereka untuk berbuat baik. Maka dari itu, jika ada waktu senggang kita
harus mengisinya dengan hal-hal yang positif. Misalnya menulis cerpen, menggambar, atau
lainnya.
13. Laki-laki dan perempuan memiliki batasan tertentu. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, sebaiknya remaja harus menjaga jarak dengan lawan jenisnya. Misalnya, jangan
duduk terlalu berdekatan karena dapatmenimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang
telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini

Oleh karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian remaja,karang
taruna,dan kegiatan lainnya.
Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah
maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang


individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan
yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama
antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang
negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi
remaja yang masih mencari jati dirinya.

Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap
bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah
itu baik atau tidak.

3.2 Saran

            Semoga dengan makalah ini anda dapat memahami makna materi yang saya
bahas.Setelah memahaminya janganlah berbuat menyimpang atau suka bergaul bebas karena itu
dapat merusak nama baik dirimu,keluarga,dan dilingkungan masyarakatmu sendiri. Perlu kiranya
remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di
lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua.

3.3 Kritik

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu kami sangat
membutuhkan kritikan yang membangun dari para pembaca
  

DAFTAR PUSTAKA

http://abygunlar.blogspot.com/2012/05/dampak-pergaulan-bebas-terhadap-remaja.html
http://lianlubis.wordpress.com/2010/03/18/“dampak-pergaulan-bebas-terhadap-remaja/
Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz publisher

Anda mungkin juga menyukai