XI MIA 2
Tugas Fikih
1. Istihsan Qiyasi
Istihsan qiyasi ialah suatu bentuk pengalihan hukum dari ketentuan hukum yang
didasarkan kepada qiyas jalli kepada ketentuan hukum yang didasarkan kepada khiyas
khafi, karena adanya alasan yang kuat untuk mengalihkan ketentuan hukum tersebut.
Alasan yang kuatdimaksudkan disini adalah kemaslahatan.
Contoh : Menurut Hanafiyah burung buas dipandang najis dan haram dimakan
dagingnya karena diqiyaskan dengan binatang buas. Karena itu pula air sisa minumannya
termasuk najis. Akan tetapi, penetapan istihsan tidak menjadikannya sebagai najis,
meskipun air sisa minuman binatang buas tetap najis karena air tersebut dipandang
bercampur dengan air liur binatang buas. Ini karena binatang buas minum dengan cara
lidahnya yang menjilat air, sedangkan burung buas hanya paruhnya yang menyedot air,
sehingga air liurnya tidak tersisa pada air tersebut.
2. Istihsan Istitsna’i
Istihsan istitsna’ ialah qiyas dalam bentuk pengecualian dari ketentuan hukum
yang berdasarkan prinsip-prinsip umum, kepada ketentuan hukum yang bersifat khusus.
Dalam jenis ini dibagi beberapa macam bagian lagi:
a. Menurut Mazhab Hanafi
Dalam Mazhab Hanafi istihsan dibagi kepada lima macam yaitu:
Istihsan dengan Nashsh ( )اإلستحسان بالنص
Ialah penyimpangan suatu ketentuan hokum berdasarkan ketetapan qiyas
kepada ketentuan hukum yang berlawanan dengan yang ditetapkan berdasarkan nash
al-Kitab dan Sunnah (ketentuan hukum umum kekhusus).
2. Maslahah Hajjiyah
Maslahah hajjiyah adalah semua bentuk perbuatan dan tindakan yang tidak terkait
dengan dasar yang lain (yang ada pada maslahah dharuriyah) yang dibutuhkan oleh
masyarakat tetap juga terwujud, tetapi dapat menghindarkan kesulitan dan
menghilangkan kesempitan.
Hajjiyah ini tidak rusak dan terancam, tetapi hanya menimbulkan kepicikan dan
kesempitan, dan hajjiyah ini berlaku dalam lapangan ibadah, adat, muamalah dan bidang
jinayat.
3. Maslahah Tahsiniyah
Maslahah tahsiniyah ialah mempergunakan semua yang layak dan pantas yang
dibenarkan oleh adat kebiasaan yang baik dan dicakup oleh bagian mahasinul akhlak.
Tahsiniyah ini juga masuk dalam lapangan ibadah, adat, muamalah, dan bidang uqubat.
Imam Abu Zahrah menambahkan bahwa termasuk lapangan tahsiniyah, yaitu
melarang wanita-wanita muslimat keluar ke jalan-jalan umum memakai pakaian-pakaian
yang seronok atau perhiasan-perhiasan yang mencolok mata. Sebab hal ini bisa
menimbulkan fitnah dikalangan masyarakat banyak pada gilirannya akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan oleh keluarga dan terutama oleh agama.