Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

DISUSUN OLEH
NURSAIDAH ( 050 STYC 15 )

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak Zaenal Arifin,
Ners,SpKMB. selaku Dosen pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan
masukan sehingga laporan pendahuluan “Asuhan Keperawatan Fraktur” ini dapat
tersusun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Semoga amal baik yang
beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 25 Maret 2020

Penulis,

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB IIKONSEP TEORI FRAKTUR
A. Definisi....................................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................4
C. Klasifikasi................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis....................................................................................8
E. Patofisiologi.............................................................................................9
F. Pathway.................................................................................................11
G. Komplikasi............................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................12
I. Penatalaksanan......................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR
A. Pengkajian Fokus..................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................19
C. Intervensi...............................................................................................20
BAB IV PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
A. Proses Penyembuhan pada Fraktur........................................................23
B. Prinsip Biomekanika alat fiksasi...........................................................24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................27
B. Saran......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO)mencatat di tahun 2011 terdapat lebih
dari5,6 juta orang meninggal dikarenakan insidenkecelakaan dan sekitar 1,3
juta orang mengalamikecacatan fisik. Kecelakaan memiliki prevalensicukup
tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitasbawah sekitar 40% (Depkes RI, 2011).
Fraktur diIndonesia menjadi penyebab kematian terbesarketiga di bawah
penyakit jantung koroner dantuberculosis. Menurut hasil data Riset
KesehatanDasar (Rikesdas) tahun 2011, di Indonesiaterjadi fraktur yang
disebabkan oleh cideraseperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dantrauma
tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar(2011) menemukan ada sebanyak
45.987peristiwa terjatuh yang mengalami fraktursebanyak 1.775 orang (3,8 %).
Kasus kecelakaanlalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yangmengalami
fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda
tajam/tumpul,yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). (Dikutip
dalam Andi, Yesi, dan Ganis, 2011). Oleh karena itu, kami tertarik untuk
membahas tentang konsep dasar, asuhan keperawatan, dan proses
penyembuhan fraktur.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari fraktur?
2. Bagaimanakah Etiologi dari fraktur?
3. Bagaimanakah Klasifikasi dari fraktur?
4. Bagaimanakah Manifestasi Klinis dari fraktur?
5. Bagaimanakah Patofisiologi dari fraktur?
6. Bagaimanakah Komplikasi dari fraktur?
7. Bagaimanakah Pathway dari fraktur?
8. Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang dari fraktur?
9. Bagaimanakah Penatalaksanan dari fraktur?

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 4


C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami tentang konsep penyakit, konsep asuhan
keperawatan, dan proses penyemuhan dari pasien fraktur.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang definisi fraktur.
2. Mengetahui tentang etiologi fraktur.
3. Mengetahui tentang klasifikasi fraktur.
4. Mengetahui tentang manifestasi klinis fraktur.
5. Mengetahui tentang patofisiologi fraktur.
6. Mengetahui tentang komplikasi fraktur.
7. Mengetahui tentang pathway fraktur.
8. Mengetahui tentang pemeriksaan Penunjang fraktur.
9. Mengetahui tentang penatalaksanan fraktur.

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 5


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan
yangdisebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat.
2005).
Jadi, fraktur adalah jaringan tulang atau tulang rawan yang mengalami
terputusnya kontinuitas akibat trauma benda tumpul maupun benda tajam.

B. Etiologi
1. Peristiwa Trauma (kekerasan)
a) Kekerasan langsung
Merupakan pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit di atasnya misalnya tulang kaki terbentur bumper
mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah
tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang
atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak
langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki
terlebih dahulu. Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patahtulang
pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulangbelakang.
Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga,dapat
menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.
c) Kekerasan akibat tarikan otot

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 6


Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang.
Patahtulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah
tulangakibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom,
karena otottriseps dan biseps mendadak berkontraksi.
2. Peristiwa Patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin
D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau
fosfat yang rendah.
3. Secara Sponta
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

C. Klasifikasi
Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan
jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.
1. Berdasarkan Hubungan Tulang dengan Jaringan diSekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi:
a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur
terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:
Derajat I:

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 7


- Luka <1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan dan
kontaminasi minimal
Derajat II:
- Laserasi >1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
- Fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang
Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur
terbuka derajat III terbagi atas:
IIIa: Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa
melihat besarnya ukuran luka.
IIIb: Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
atau kontaminasi masif.
IIIc: Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
2. Berdasarkan bentuk patahan tulang
a) Transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini
biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips.
b) Spiral
Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi
ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan
sedikit kerusakan jaringan lunak.
c) Oblik
Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 8


d) Segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang
retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral
dari suplai darah.
e) Kominuta
Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya
keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
f) Greenstick
Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana
korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur
jenis ini sering terjadi pada anak – anak.
g) Fraktur Impaksi
Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga
yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra
lainnya.
h) Fraktur Fissura
Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti,
fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.
4. Berdasarkan Lokasi pada Tulang Fisis
Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng
pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat
berakibat pemisahan fisis pada anak – anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat
jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena
kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang
paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi
fraktur menurut Salter – Harris :
a. Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.
b. Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui
tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.
c. Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis
dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 9


pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi
anatomi.
d. Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan
terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan
mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.
e. Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari
gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi.
Menurut Smeltzer (2005), jenis fraktur dapat dibagi menjadi:
1. Tipe fraktur ekstremitas atas
b. Fraktur collum humerus
c. Fraktur humerus
d. Fraktur suprakondiler humerus
e. Fraktur radius dan ulna (fraktur antebrachi)
f. Fraktur colles
g. Fraktur metacarpal
h. Fraktur phalang proksimal, medial, dan distal
2. Tipe fraktur ekstremitas bawah
a. Fraktur collum femur
b. Fraktur femur
c. Fraktur supra kondiler femur
d. Fraktur patella
e. Fraktur plateu tibia
f. Fraktur cruris
g. Fraktur ankle
h. Fraktur metatarsal
i. Fraktur phalang proksimal, medial dan distal

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidaialamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmentulang.

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 10


2. Hilangnya fungsi dan deformitas. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak
dapat digunakan dan cenderungbergerak tidak alamiah bukan seperti
normalnya, pergeseran frakturmenyebabkan deformitas, ekstrimitas yang
bias di ketahui denganmembandingkan dengan ekstrimitas yang normal.
Ekstrimitas tidakdapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung padaintegritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pemendekan ekstrimitas. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang
yang sebenarnya karenakontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur.
4. Krepitus. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulangyang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen
satudengan yang lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagaiakibat
dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda inibiasanya baru
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera(Smelzter dan Bare,
2002)

E. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunialuar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmentulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare, 2002). Sewaktu tulang patah
perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempatpatah ke dalam jaringan lunak
sekitar tulang tersebut, jaringan lunak jugabiasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebatsetelah fraktur. Sel-sel darah putih dan
sel anast berakumulasimenyebabkan peningkatan aliran darah ketempat
tersebut aktivitasosteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang
disebutcallus. Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru
mengalamiremodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh
darahatau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan
yangtidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas
danmengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 11


terkontrolpembengkakan akanmengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusidarah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut
syarafmaupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom
compartment(Brunner dan Suddarth, 2002 ).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak danketidak
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka danfraktur tertutup.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunakseperti tendon, otot,
ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare,2001). Pasien yang harus
imobilisasi setelah patah tulang akan menderitakomplikasi antara lain : nyeri,
iritasi kulit karena penekanan, hilangnyakekuatan otot. Kurang perawatan diri
dapat terjadi bila sebagian tubuh diimobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan
kemampuan prawatan diri(Carpenito, 2007).Reduksi terbuka dan fiksasi
interna (ORIF) fragmen- fragmentulang di pertahankan dengan pen, sekrup,
plat, paku. Namun pembedahanmeningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Pembedahan itu sendirimerupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur
yang seluruhnya tidakmengalami cedera mungkin akan terpotong atau
mengalami kerusakanselama tindakan operasi (Price dan Wilson, 2006).

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 12


F. Pathway
Fraktur

G. Komplikasi
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telahsembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuksudut atau miring.
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terustetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan tekananyang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkanperdarahan masif pada
suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnyapermeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnyaoksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 13


6. Fat embolism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluhdarah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkatpada laki-laki
usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadipada
individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena traumaatau ketidak
mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaanekstremitas bawah atau
trauma komplikasi paling fatal bila terjadipada bedah ortopedil.
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma padajaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit(superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasusfraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalampembedahan seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika ataunecrosis
iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktifsistem
saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyakdimengerti. Mungkin
karena nyeri, perubahan tropik danvasomotor instability.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar Rontgent : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang,CT Scan, MRI : memperlihatkan fraktur,
mengidentifikasikerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram ; Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Hitung darah lengkap : Ht ↑ / ↓, leukosit ↑
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirensginjal
6. Profil koagulasi : pada keadaan kehilangan darah banyak, transfusemultiple,
atau cedera hati

I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung
daripatah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga
agartulang tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan
memerlukanwaktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 14


memerlukan waktuyang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan
kembali berfungsi(Corwin, 2010).
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting
untukmelakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses
pernafasan(breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah terjadi syok atau
tidak. Bila sudahdinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan amnesis dan
pemeriksaan fisiksecara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting
ditanyakan untukmengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden
period 1-6 jam , bilalebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar.
Lakukan amnesis danpemeriksaan fisis secara cepat , singkat dan lengkap.
Kemudian, lakukan fotoradiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit danmencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat
pada jaringan lunak selainmemudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer,
2000).
Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad, 1998.
Sebelummenggambil keputusan untuk melakukan penatalaksanaan definitive.
Prinsippenatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu :
1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awalpengobatan perlu
diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur,menentukan tehnik yang sesuai
untuk pengobatan, komplikasi yangmungkin terjadi selama pengobatan.
2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan panjang &kesegarisan tulang.
Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksiterbuka progresi. Reduksi
tertutup terdiri dari penggunaantraksimoval untuk menarik fraktur kemudian
memanupulasi untukmengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi
mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup
gagal/tidakmemuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal
yangdigunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampaipenyembuhan
tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat.Reduction interna
fixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbukakan mengimobilisasi fraktur
yang berfungsi pembedahan untukmemasukkan skrup/pen kedalam fraktur

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 15


yang berfungsi untukmenfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara
bersamaan. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah
jaringanlunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema
danperdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi
semakinsulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan (Mansjoer,
2002)
3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk
mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah
dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara
menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol
dan tahanan beban keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan
mencegah reposisi deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi,
mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi
nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik
tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu: skin traksi dan skeletal traksi.
4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan,harus
segera dimulai melakukan latihan-latihan untukmempertahankan kekuatan
anggota tubuh dan mobilisasi (Mansjoer,2000).
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :
1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja
tanpareposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan
frakturtanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalamanestesi
umum atau lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial.Terapi ini dengan
reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal.Tindakan pada fraktur

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 16


terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaanwaktu dapat
mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindaksebelum
6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) / tetanus hama
globidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif
dengandosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman
dari dasar lukafraktur terbuka. (Smeltzer, 2001)
Pembedahan yang biasanya dilakukan pada klien fraktur dibagi
menjadiORIF dan OREF. Kedua tindakan terebut merupakan gabungan
antarareduksi dan retensi pada penatalaksanaan fraktur.
1. ORIF (open reduction and internal fixation): memperbaiki fungsi
denganmengembalikan gerakan dan stabilitas serta mengurangi nyeri
dandisabilitas. Alat yang digunakan untuk fiksasi interna adalah
dalambentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam. Alat-
alattersebut dipasang pada sisi tulang atau dipasang melalui fragmen
tulangatau langsung ke rongga sumsum tulang (Smeltzer & Bare, 2001).
2. OREF (open reduction and external fixation): fiksasi eksternal
digunakanuntuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak. Alatini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur
kominutifsementara jaringan lunak yang lunak dapat ditangani dengan
aktif. Carayang dilakukan pada OREF adalah dengan mereduksi garis
fraktur,kemudian disejajarkan dan diimobilisasi dengan sejumlah pin
yangdimasukkan ke dalam fragmen tulang. Pin yang telah terpsang,
dijagatetap dalam posisinya yang dikaitkan pada kerangkanya (Smeltzer
&Bare, 2001).

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 17


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma
harusdiperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan
trauma, arahtrauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan
(mekanismetrauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain
secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut (Mansjoer, 2000)
1. Identitas Pasien
Kejadian fraktur lebih sering terjadi pada laki-lakidari pada perempuan
dengan usia di bawah 45 tahun dansering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan ataukecelakaan, sedangkan pada usia lanjut (usila)
prevalensicenderung lebih banyak terjadi pada perempuanberhubungan
dengan adanya kejadian osteoporosis yangberhubungan dengan perubahan
hormone pada fasemenapouse (Lukman & Ningsih, 2009).
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasanyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanyaserangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentangrasa nyeri klien digunakan:
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yangmenjadi
faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan ataudigambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, ataumenusuk.
c. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakahrasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakitterjadi.
d. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yangdirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klienmenerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhikemampuan fungsinya.
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambahburuk
pada malam hari atau siang hari

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 18


Pada pengkajian fokus yang perlu di perhatikan pada pasien fraktur
merujukpada teori menurut Doenges (2002) dan Muttaqin (2008) ada
berbagaimacam meliputi:
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang
kruris,pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun
patahtulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan,perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lainya.
Adanya traumalutut berindikasi pada fraktur tibia proksimal. Adanya
trauma angulasiakan menimbulkan fraktur tipe konversal atau oblik
pendek, sedangkantrauma rotasi akan menimbulkan tipe spiral. Penyebab
utama frakturadalah kecelakaan lalu lintas darat.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patahtulang
sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit tertentuseperti kanker
tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehinggatulang sulit
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kakisangat
beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakitdiabetes
menghambat penyembuhan tulang.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang cruris
adalahsalah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
osteoporosisyang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker
tulang yangcenderung diturunkan secara genetik.
4. Pemeriksaan Fisik
Menurut Rusdijas (2007), pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk
frakturadalah:
- Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.
- Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur.
- Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.
a. Pengkajian Primer

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 19


1) Airways
a. Bagaimana jalan nafas, bisa berbicara secara bebas
b. Adakah sumabatan jalan nafas? (darah, lendir, makanan,sputum)
2) Breathing
a) Bagaimana frekuensi pernafasan, teratur atau tidak,kedalamannya
b) Adakah sesak nafas, bagaimana bunyi nafas?
c) Apakah menggunakan otot tambahan?
d) Apakah ada reflek batuk?
3) Circulation
a) Bagaimana nadi, frekuensi, teratur atau tidak, lemah atau kuat
b) Berapa tekanan darah?
c) Akral dingin atau hangat, capillary refill < 3 detik atau > 3detik,
warna kulit, produksi urin
b. Pengkajian Sekunder
Pola kesehatan fungsional
1) Aktifitas/ Istirahat
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi di bagian yang terkena(mungkin
segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder,
daripembengkakan jaringan, nyeri)
2) Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang – kadang terlihat sebagai respon nyeri
atauansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
b. Takikardia (respon stresss, hipovolemi)
c. Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yangcedera,
pengisian kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.
d. Pembangkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3) Neurosensori
a. Hilangnya gerakan / sensasi, spasme otot
b. Kebas/ kesemutan (parestesia)
c. Deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,krepitasi
(bunyi berderit) Spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
d. Angitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 20


4) Nyeri / kenyamanan
a. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
padaarea jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi ), tidak
adanyeri akibat kerusakan syaraf .
b. Spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5) Keamanan
a. Laserasi kulit, avulse jaringan, pendarahan, perubahan warna
b. Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
6) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakatkarena klien harus menjalani rawat inap.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan
dankecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitasnya secara normal
danpandangan terhadap dirinya yang salah.
8) Pola sensori dan kognitif
Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian
distalfraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitif tidak
mengalamigangguan. Selain itu juga timbul nyeri akibat fraktur.
9) Pola nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat beribadah dengan baik, terutama
frekuensidan konsentrasi dalam ibadah. Hal ini disebabkan oel nyeri
danketerbatasan gerak yang di alami klien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka post
operasi,trauma jaringan yang ditandai dengan keluhan nyeri, wajah
meringis,perilaku berhati-hati.

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 21


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilitas fisik,
bedrest,kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan keterbatasan
rentanggerak, membutuhkan bantuan untuk mobilitas.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi,penekanan
kulit saat bedrest yang ditandai dengan keluhan gatal, nyeri,tekanan pada
area sekitar.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandaidengan
terdapat luka post operasi baru

C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka post
operasi,trauma jaringan yang ditandai dengan keluhan nyeri, wajah
meringis,perilaku berhati-hati.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jamdiharapkan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat
dikontrol,ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a. Kaji nyeri dengan skala
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri dan menentukantindakan
selanjutnya.
b. Motivasi penggunaan tehnik distraksi, contoh napas dalam
Rasional : Meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkankemampuan
koping, mengurangi nyeri.
c. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan, perubahan posisi
Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, memberikan rasanyaman
d. Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional: mungkin dibutuhkan untuk penghilangannyeri/
ketidaknyamanan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilitas fisik, bedrest,
kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan keterbatasan rentang
gerak, membutuhkan bantuan untuk mobilitas

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 22


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jamdiharapkan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi
Kriteria Hasil : Klien mampu menunjukan peningkatan mobilitas fisiktidak
ada kontraktur, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.
Intervensi :
a. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan secara umum
b. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif padadaerah
yang cedera maupun yang tidak.
Rasional : Untuk mencegah kontraktur
c. Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan.
Rasional : memberikan rasa aman
d. Kolaborasi pemberian relaksan otot sesuai pesanan sepertidiazepam.
Rasional : Untuk membatasi dan mengurangi nyeri yangberhubungan
dengan spastisitas.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi,penekanan
kulit saat bedrest yang ditandai dengan keluhan gatal, nyeri,tekanan pada
area sekitar.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jamdiharapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan.
Kriteria Hasil : tidak ada dekibitus, kulit kering.
Intervensi :
a. Inspeksi seluruh lapisan kulit.
Rasional : kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer.
b. Lakukan perubahan posisi sesuai pesanan:
Rasional untuk mengurangi penekanan kulit
c. Bersihkan dan keringkan kulit.
Rasional: meningkatkan integritas kulit
d. Jagalah tenun tetap kering.
Rasional: mengurangi resiko kelembaban kulit
e. Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan :

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 23


Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer danmenurunkan
tekanan pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandaidengan
terdapat luka post operasi baru.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jamdiharapkan luka pasien sembuh dan kering.
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Kaji luka pasien.
Rasional : Untuk mengetahui kondisi luka pasien
b. Rawat luka pasien secara teratur dan steril.
Rasional : Untuk mencegah infeksi
c. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Untuk mencegah infeksi secara farmakologi

BAB IV
PROSES PENYEMBUHAN

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 24


A. Proses Penyembuhan pada Fraktur
Tulang dapat mengalami proses penyembuhan, yaitu (Smeltzer & Bare,2001):
1. Fase hematoma (24-72 jam): ketika terjadi fraktur, maka terjadi
prosesinflamasi pada daerah yang cedera. Pembentukan hematom terjadi
karenaadanya perdarahan. Makrofag akan menginvasi daerah yang luka
danmembersihkan daerah terebut.
2. Fase ploriferasi (3 hari-2 minggu): mulai terbentuk benang-benang fibrin
dalam jendalan darah, terjadi revaskularisasi, dan invasi fibroblast
danosteoblast. Fibroblast dan osteoblast akan menghasilkan matriks
kolagenpada patahan tulang.
3. Fase pembentukan kalus (3-6 minggu): pertumbuhan jaringan berlanjutdan
lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah
sudahterhubungkan. Kalus terutama terdiri dari kartilago, osteoblast,
kalsium,dan fosfor. Fragmen patahan tulang dihubungkan dengan jaringan
fibrus,tulang rawan, dan tulang serat imatur. Pembentukan kalus dapat
dilihatmelalui pemeriksaan sinar-x.
4. Fase osifikasi (3 minggu-6 bulan): pembentukan kalus mulai
mengalamipenulangan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang
benar-benartelah bersatu dengan keras.
5. Fase remodelling dan konsolidasi (6-8 bulan): konsolidasi
terjadidiindikasikan dengan kalus yang terus berkembang, jarak antara
fragmentulang makin memendek, dan kemudian menutup. Remodelling
terjadiketika jaringan tulang yang berlebihan direabsorbsi dan dikikis
olehosteoklast sampai akhirnya menyatu. Tulang akan kembali kepada
bentukdan kekuatan struktural sebelum terjadinya fraktur.
Fraktur kolum femur menyebabkan penyembuhan yang lebih sulit
jikadibandingkan dengan fraktur trokhanter. Hal ini diakibatkan oleh
karenasistem pembuluh darah yang memasok darah ke kaput dan kolum femur
dapatmengalami kerusakan akibat fraktur. Kerusakan pembuluh darah
tersebutmengakibatkan terhentinya nutrisi untuk tulang dan menyebabkan sel
menjadimati (Smeltzer & Bare, 2001).

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 25


Perkiraan penyembuhan tulang pada orang dewasamembutuhkan waktu 6-
16 minggu.
Perkiraan penyembuhan fraktur orangdewasa

Lokasi Waktupenyembuhan
Metacarpal/metatarsal/kosta/ falang 3-6 minggu
Distal radius 6 minggu
Diafisis ulna dan radius 12 minggu
Humerus 10- 12 minggu
Klavikula 6 minggu
Panggul 10-12 minggu
Femur 12-16 minggu
Kondilus femur/tibia 8-10 minggu
Tibia/fibula 12-16 minggu
Vertebra 12 minggu
Sumber : Rasjad (2007)

B. Prinsip Biomekanika Alat Fiksasi


1. GIPS
Gips adalah alat stess-sharing. Stess-sharing memungkinkan
pembentukan kalus sehingga terjadinya penyembuhan skunder yang lebih
cepat. Sendi di atas dan dibawah fraktur, dimobilisasi, dalam gips untuk
mencegah rontasi dan translasi, fagmen fraktur . penanggungan beban awal
di perbolehkan bila pola fraktur stabil, seperti pada fraktur mid-corpus
transversal tibia
2. Batang dan paku
Alat ini merupakan stress-sharing yang memungkinkan pembentukan
kalus dan penyembuhan tulang secara sekunder dengan dengan sangat cepat.
Batang dan paku intermedular memberikan fiksasi yang baik dan
memungkinkan sendi di atas dan bawah fraktur tetap bebas untuk mobilisasi
awal. Alat ini paling sering di gunakan pada fraktur corpus femoris dan
corpus tibiae serta kadang-kadang pada fraktur corpus humeri.

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 26


Paku yang di perluas memiliki diameter transversal besar sehingga sangat
kuat namun peluasan akan mengganggu asupan darah di dalam kanalis intra
medularis sehingga memperlambat penyembuhan tulang enendosteal paku
yang di perluas bis adi gunakan fraktur corpus tibiae dan femoris. Pada
pemasangan paku, dapat dilakukan penguncian statis dengan memasang dua
sekrup secara transversal pada kedua korteks dan pada batang atau paku,
masing-masing distal dan proksimal
3. Plat Komperesi
Plat komperesi adalah plat logam tipis, persegi, dengan pembentukan
lengkungan tulang dan diletakkan dengan skrup sedemikian rupa sehingga
menciptakan komperesi pada tempat fraktur. Hal tersebut memungkinkan
reduksi dan fiksasi anatomis. Alat stress- selding karena daerah fraktur di
daerah bawah plat akan terbebas dari pembedahan. Seiring waktu, korteks
tulang di bawah plat akan menipis karena terbebas dari pembebanan dan
suplai dqarah yang berkurang. Palat kompresi paling sering di gunakan pada
ekstermita satas, terutama radius dan ulna.
Penyembuhan tulang secara primer terjadi akibat rigiditas fiksasi,
kompresi pada tempat fraktur, dan reduksi anatomis. Karena penyembuhan
tullang secara primer merupakan suatu proses yang lambat makan fiksasi
plat kompresi memerlukan waktu tanpa penanggungan beban yang lebih
lama ( 3bulan ) untuk mencegah kegagalan fiksasi plat. Sebelum praktur
menyembu, seluh beban ditahan oleh plat yang tidak mampu merahan beban
siklis awal. Dukungan skunder pada tempat fraktur biasanya di perlukan,
seperti gips atau bidai.
4. PIN,Kawat dan Sekrup
Kawat krischner, pin dan sekrup adalah alat logam tipis untuk imobilisasi
parsial tempat fraktur: dapat berulir ( scerv ) atau tanpa ulir (k-wire dan pin)
semuanya merupakan alat tres cering yang mungkin gerakan mikri pada
tempat fraktur sehingga menghasilkan penyembuhan tulang secra sekunder.
Alat ini dapat digunakan secra sendiri atau bersamanaan dengan fiksasi tipe
lain. Seperti gips, agar menghasilkan imobilisasi yang lebih baik.
Penganggung beban biasanya di tunda pin, k-wire dan sekrup biasanya di

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 27


angkat setelah terjadinya penyembuhan tulang. Alat ini sering di gunakan
padafraktur pergelangan kaki, patella, metacarpal, dan olecranon.

BAB V
PENUTUP

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 28


A. Kesimpulan
Jadi, fraktur adalah jaringan tulang atau tulang rawan yang mengalami
terputusnya kontinuitas akibat trauma benda tumpul maupun benda tajam serta
dapat juga di sebabkan oleh, peristiwa trauma, kerusakan tulang akibat penakit,
dan secara spontan.

B. Saran
Makalah mengenai‘Asuhan Keperawatan Fraktur’ini dapat kami selesaikan
tanpa ada halangan suatu apapun. kami menadari dalam penyusunanmasih
banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan.Semoga penyusun makalah berikutnya dapat
melengkapi dan memberi referensi baru.

DAFTAR PUSTAKA

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 29


Andi Nurchairiah1, Yesi Hasneli, Ganis Indriati.2011. Efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Intensitas NyeriPada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang
Dahlia Rsud Arifin Achmad Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002.

Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah Brunner danSuddarth. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku AjarAsuhan Keperawatan KlienGangguan


SistemMuskulukeletal. Jakarta:EGC.

Nanda. 2006. Panduan DiagnosaKeperawatan (Terjemahan).Jakarta : Prima


Medika.

(Asuhan Keperawatan Fraktur) 30

Anda mungkin juga menyukai