Anda di halaman 1dari 122

HALAMAN JUDUL

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL DI KABUPATEN LUWU

TAHUN 2017

FARADIBA ANGGRAENI

K 111 14 501

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
ii
iii
RINGKASAN

Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Makassar, 6 April 2018

Faradiba Anggraeni
“EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL DI KABUPATEN LUWU TAHUN 2017”
(vii, 91 Halaman,5 Tabel,2 Gambar, 3 lampiran)

Berdasarkan survey lapangan tentang Pelaksanaan Program Jaminan


Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu masih kurangnya ketersediaan fasilitas
kesehatan. Relevansi regulasi program UHC belum berjalan dengan baik..
Keterjangkauan Informasi masih belum merata keseluruh lapisan Masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Data atau informasinya berbentuk gejala yang sedang
berlangsung, serta standar ( tolak ukur) dengan menggunakan kebenarannya
dalam kondisi edealnya. Informan sebanyak 10 orang yang terdiri dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu, Kepala BPJS Kesehatan Cab Luwu, Kepala
Puskesmas, Kepala RSUD Batara Guru, juga dari PNS (Pengguna kartu Askes
Sosial), Peserta Jamkesmas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan primer
yaitu Puskesmas di Kabupaten Luwu untuk standar bangunan telah memenuhi
syarat, akan tetapi untuk standar tenaga kerja belum memenuhi syarat karena
kurangnya tenaga dokter umum. Sedangkan pada fasilitas pelayanan sekunder
yaitu RSUD Batara Guru sudah sangat siap karena Rumah Sakit ini merupakan
Rumah Sakit Induk di Kabupaten Luwu. Semua pelayanan kesehatan sesuai
dengan SOP yang ditetapkan di Permenkes. Pendidikan dan pelatihan sudah
pernah dilaksanakan tapi tidak secara rutin. Untuk tarif pelayanan sudah tidak ada
karena sudah menggunakan sistem kapitasi. sosialisasi mengenai BPJS dan JKN
kepada masyarakat sudah dilakukan oleh para stakeholder atau pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan program JKN di Kabupaten Luwu. Sosialisasi
juga dilakukan oleh BPJS Kesehatan dalam bentuk sosialisasi secara langsung ke
masyarakat dan melalui media massa seperti televisi, baliho, poster, serta radio.
Pihak Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit dan BPJS Kesehatan perlu
bekerjasama dalam melakukan sosialisasi terkait program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan memerhatikan penyyediaan fasilitas kesehatan serta tenaga
medis untuk memaksimalkan pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
di Kabupaten Luwu.
Daftar Pustaka : 20 (2007-2017)
Kata kunci : Evaluasi, Puskesmas,Rumah Sakit,JKN, BPJS Kesehatan

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu” guna memenuhi

syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak kendala,

rintangan dan tantangan yang dihadapi namun berkat bantuan,dukungan,dan

perhatian dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena

itu dengan penuh kerendahan hati penulis menghaturkan Penghargaan secara

khusus, Rasa hormat dan Ucapan Terima Kasih yang tak terhingga kepada

Ayahanda Tercinta Drs. Rudi R Dappi,M.Si dan Ibunda Tercinta A. Nirwana yang

dengan cinta dan kasih sayangnya membesarkan,mendidik serta tiada hentinya

mendoakan penulis dan juga Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Ibu Prof. DR. Dwia Aries Tina Palubuhu selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staff atas bantuannya

selama penulis mengikuti pendidikan.

v
3. Bapak Drs. H. Muh. Alwy Arifin, M.Kes selaku ketua jurusan Administrasi

Kebijakan Kesehatan dan seluruh dosen dan staff di jurusan AKK yang telah

memberikan bantuan dan dukungan.

4. Rini Anggraini, SKM, M.Kes selaku penasehat akademik yang telah

membimbing penulis selama mengikuti pendidikan di FKM UNHAS..

5. Prof.Dr. H. Indar, SH, MPH selaku pembimbing I dan Bapak Dr.

Darmawansyah,SE,MS selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk yang sangat bermanfaat

sehingga tersusunlah skripsi ini.

6. Bapak Muh. Yusri Abadi,SKM, M.Kes, Bapak Indra Dwinata,SKM,MPH dan

Ibu Nur Arifah,SKM, MA selaku tim penguji yang telah memberikan kritikan

yang membangun serta masukan-masukan yang bermanfaat.

7. Bapak Bupati Luwu beserta jajarannya atas disposisi perizinan yang diberikan

kepada penulis dalam penelitian ini.

8. dr.Suharkimin,M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu, dr. Hj.

Fajriawati Rifai selaku Direktur RSUD Batara Guru Belopa, dr. Hj. Ernawati

Abdullah, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Belopa, Bapak H.M. Iqbal

Djamaluddin, SKM, M.kes selaku Kepala Puskesmas Lamasi, dan Ibu Namira

Malik selaku Pimpinan BPJS Kesehatan Cab.Luwu yang telah meluangkan

waktu dan bantuannya pada penulis dalam penelitian.

9. Saudaraku Flora Kusumawati, Syafii Junaid dan Fuad Mubarak Dappi, kedua

keponakanku tersayang Raziq Hanan dan Rif‟an Syauqi yang telah membantu

serta memberikan dukungan semangat dan doa kepada penulis.

vi
10. Teruntuk Pratama Nugraha Putra yang selalu setia membantu serta

memberikan dukungan penuh kepada penulis.

11. Genk dari maba sampai SKM bareng Ghea Ananda,Tria Fardela.Alfiah

Ramadhani, Riska Zulfiah yang selalu memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis.

12. Teman seperjuangan yang selalu membantu dengan sepenuh hati M. Furqan

Ramadhan.

13. Sahabat 9 Tahun ACP yang tidak bisa disebutkan satu persatu

14. Keluarga Besar HAPSC dan teman-teman “VAMPIR‟‟ atas bantuan dan

kerjasamanya selama menjalin proses perkuliahan di FKM UNHAS .

15. Teman-teman di Posko PBL , lurah dan masyarakat. atas segala kenangan

indah, pengalaman serta pengertiannya.

16. Teman-teman KKN D‟Jams

17. Teman magang puskesmas Kassi-Kassi Mongo‟2 SQUAD

18. Semua pihak yang tidak sempat sebutkan namanya yang telah banyak

memberikan bantuannya baik moril maupun materil dalam rangka penyelesaian

skripsi ini.

vii
Penulis memahami sepenuhnya bahwa skripsi ini tak luput dari kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi

bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga hasil

penelitian ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Makassar, Mei 2018


Penulis,

Faradiba Anggraeni
DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
RINGKASAN ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1. Tujuan umum ........................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 10
A. TINJAUAN UMUM TENTANG EVALUASI ........................................... 10
1. Pengertian Evaluasi ................................................................................ 10
2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi ............................................................ 11
3. Jenis Evaluasi ......................................................................................... 12
B. Tinjauan Umum Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ............ 14
1. Pengertian SJSN ..................................................................................... 14
2. Prinsip SJSN ........................................................................................... 15
C. Tinjauan Umum Tentang JKN..................................................................... 17
1. Pengertian JKN....................................................................................... 17
2. Prinsip JKN ............................................................................................ 18
3. Peserta JKN ............................................................................................ 20
D. Tinjauan Umum Tentang BPJS Kesehatan.................................................. 22
1. Pengertian BPJS ..................................................................................... 22

ii
2. Tujuan BPJS ........................................................................................... 23
3. Peserta BPJS Kesehatan ......................................................................... 24
4. Tahap Kepesertaan BPJS Kesehatan ...................................................... 25
5. Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin oleh BPJS Kesehatan ................... 25
E. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian ............................................. 27
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................................... 33
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ........................................................... 33
B. Kerangka teori penelitian ............................................................................. 35
C. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 36
D. Definisi Konseptual ..................................................................................... 37
E. Sintesa Penelitian ......................................................................................... 39
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 56
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 56
C. Informan Penelitian ..................................................................................... 57
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 57
E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 58
F. Teknik Keabsahan Data ............................................................................... 59
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 60
B. Hasil Penelitian ............................................................................................ 61
C. Pembahasan ................................................................................................. 74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 83
A. Kesimpulan .................................................................................................. 83
B. Saran ............................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN .......................................................................................................... 88

iii
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Tabel Sintesa ............................................................................................. 39


Tabel 2. Karakteristik Informan Penelitian di Kabupaten Luwu ............................ 62
Tabel 3. Hasil Observasi Bangunan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Belopa 65
Tabel 4. Hasil Observasi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Belopa dan Lamasi..... 65
Tabel 5. Hasil Observasi Jenis Pelayanan di Puskesmas Belopa dan Lamasi ........ 66
Tabel 6. Hasil Observasi Obat dan Bahan Habis Pakai di Puskesmas Belopa ....... 66
Tabel 7. Hasil Observasi Bangunan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Lamasi 67
Tabel 8. Hasil Observasi Obat dan Bahan Habis Pakai di Puskesmas Lamasi ....... 67
Tabel 9. Hasil Observasi Bangunan Pelayanan Rawat Jalan di RSUD Batara Guru
Kabupaten Luwu ....................................................................................... 69
Tabel 10. Hasil Observasi Bangunan Ruang Perawatan di RSUD Batara Guru
Kabupaten Luwu ....................................................................................... 69
Tabel 11. Hasil Observasi Jenis Tenaga di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu ... 70
Tabel 12. Hasil Observasi Jenis Alat di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu ....... 71

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori Berdasarkan Teori Edi Suharto. (2015) .................... 35


Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................... 36

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Matriks Wawancara

Lampiran 3. Dokumentasi

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem kesehatan berdasarkan undang-undang merupkan salah satu cara

bagi pemenuhan hak-hak masyarakat oleh Negara. Namun, dalam

penyelenggaraan sistem kesehatan, ternyata faktor lingkungan eksternal sangat

berpengaruh terutama kepentingan politik dan kemampuan ekonomi Negara

(Adisasmito, 2010).

Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesehjatraan

dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap

bangsa-bangsa di dunia, termasuk indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam

Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia.

Pasal 25 ayat (1) menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang

memadai untuk kesehatan dan kesehjatraan dirinya dan keluarganya termasuk

hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan

sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,

menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan

lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar

kekuasaannya. Berdasarkan deklarasi tersebut,beberapa negara mengambil

inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan kesehatan

bagi semua penduduk (Universal Health Coverage) (Kemenkes RI, 2012).

1
Di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

kesehatan adalah merupakan Hak Asasi Manusia. Pada pasal 28 H ayat 1

dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3

dinyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit

dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan UU

Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian

kesehatan selain sebagai Hak Asasi Manusia, kesehatan juga meupakan suatu

investasi.

Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi tersebut,

pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat

melalui jaminan kesehatan nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.

Disahkannya Undang-undang nomor 40 tahun 2004 pada tanggal 19

oktober 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional memberikan landasan

hukum terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia, khususnya mengenai jaminan sosial. Jaminan Sosial yang

dimaksud dalam UU SJSN adalah perlindungan sosial untuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak dan

2
meningkatkan martabat hidupnya. Berdasarkan UU tersebut maka Negara juga

berkewajiban memberikan jaminan kesehatan kepada setiap penduduk agar

mendapatkan akses pelayanan kesehatan dengan mutu yang terjamin dan

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Selanjutnya, sebagai penyempurna dari

UU SJSN 2004 ditetapkan UU nomor 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang resmi beroperasi pada tanggal 1

Januari 2014.

Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip

pengelolaan, atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan

budaya organisasi. Selanjutnya, semua peserta jaminan kesehatan PT Askes

akan dialihkan menjadi peserta jaminan kesehatan BPJS Kesehatan. Dengan

sifat kepesertaan bersifat wajib maka pada tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia

diharapkan telah memiliki jaminan kesehatan yang berada dalam naungan

BPJS Kesehatan. Kepesertan BPJS meliputi peserta Penerima Bantuan Iuran

(PBI), yang meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak

mampu. Dan peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan,yaitu orang yang tidak

tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:Pekerja

Penerima Upah dan anggota keluarganya,Pekerja Bukan Penerima Upah dan

anggota keluarganya;dan Bukan Pekerja dan anggota keluarganya. Salah

kategori kepesartaan BPJS bukan pbi adalah pekerja bukan penerima upah

yang dimana Untuk warga sebagai pekerja bukan penerima upah (PBPU) harus

menjadi peserta BPJS Mandiri, dengan cara mendaftarkan diri beserta anggota

keluarganya ke kantor BPJS sebagai peserta BPJS mandiri, atau perorangan.

3
Kurangnya pengetahuan masyrakat dan sosialisasi dari pihak BPJS terkait

kepesertaan BPJS mandiri mempengaruhi masyrakat untuk mendaftarkan diri

sebagai peserta BPJS sehingga untuk target pencapaian universal coveragepada

1 Januari 2019 akan sulit tercapai berbagai aspek mempengaruhi masyarakat

baik dari segi persepsi masyrakat terhadap kepesertaan BPJS terutama yang

belum terdaftar sebagai peserta BPJS mandiri.

Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat yang

penyediannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah

diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.

Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak

dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen

dengan kariawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi

pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen

atau pelanggan.

Adapun proses pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan

dengan ketersediaan sarana kesehatan yang terdiri dari pelayanan kesehatan

dasar (puskesmas, balai pengobatan), pelayanan rujukan (rumah sakit),

ketersediaan tenaga kesehatan, peralatan dan obat-obatan. Kinerja pelayanan

menyangkut hasil pekerjaan, kecepatan kerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai

dengan harapan pelanggan, dan ketetapan waktu dalam menyelesaikan

4
pekerjaan. Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan

pelayanan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit dan PUSKESMAS di

seluruh wilayah Indonesia demi meningkatkan kesehatan masyarakat.

Namun demikian, ketersediaan layanan kesehatan tersebut terkendala

oleh penyebarannya yang jauh lebih banyak di kota-kota besar. Pada

pelaksanaan cakupan kesehatan semesta diberbagai negara lainnya hal serupa

umum terjadi. Hal itu dapat diselesaikan antara lain jika pembayaran BPJS ke

fasilitas kesehatan diperbaiki dengan mempertimbangkan harga yang mudah

dijangkau agar terjadi redistribusi dokter ke daerah-daerah yang membutuhkan

dan semakin banyak pihak swasta yang akan membangun fasilitas kesehatan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nizar Shihab(2012)

tentang hadirnya Negara ditengah rakyatnya pasca lahirnya UU no 24 tahun

2011 tentang BPJS menyimpulkan bahwa Jaminan sosial merupakan hak setiap

individu. Masyarakat merupakan pemilik kepentingan yang paling utama, dan

selayaknya memiliki kesadaran untuk mengikuti prosedur sistem yang hendak

dibentuk dan dilaksanakan. Demikian pula, instansi penyelenggara sebagai

pihak yang mendapat amanat, memiliki tanggung jawab untukmelaksanakan

tugas dan tanggung jawab hingga terwujud sistem jaminan sosial nasional yang

memberikan jaminan sosial secara menyeluruh bagi seluruh masyarakat

Indonesia.

Menurut Razak (2010) bahwa untuk mencapai Jaminan Kesehatan

Sosial Nasional (JKSN/AKN) bagi seluruh penduduk diperlukan pemetaan

komprehensif mencakup aspek regulasi, kepesertaan, pelayanan kesehatan,

5
paket manfaat, jaringan pelayanan, pendanaan, manajemen, dan sumber daya

lainnya. Dalam pelaksanaan BPJS kesehatan nantinya, maka di perlukan

penyiapan oleh semua pihak khususnya stakeholder yaitu penyiapan fasilitas

kesehatan, regulasi dan sosialisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapatkan informasi tentang kesiapan stakeholder dalam pelaksanaan

jaminan kesehatan nasional di Kota Makassar

Penelitian yang dilakukan Asih Eka Putri (2012) tentang transformasi

BPJS menyimpulkan bahwa kebehasilan transformasi bergantung pada

ketersediaan peraturan pelaksanaan yang harmonis, konsisten dan dilaksanakan

secara efektif. Publik hendaknya dapat melihat dan merasakan bahwa

transformasi badan penyelenggara bermanfaat bagi peningkatan efesiensi dan

efektifitas penyelenggaraan SJSN, sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan

kesehjatraan sosial.

Dalam rangka proses transformasi menjadi BPJS Kesehatan, PT Askes

dan koordinasi dengan berbagai kementrian terkait lainnya, DJSN serta asosiasi

profesi/organisasi fasilitas kesehatan serta pemangku kepentingan di berbagai

daerah di seluruh Indonesia perlu melakukan sosialisasi intensif kepada publik.

Sosialisasi merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan JKN mengingat tingkat

kepersetaan jaminan kesehatan saat ini relative rendah. Dengan pemasaran

yang memadai. Sosialisasi diperlukan tidak hanya dari kepesertaan, namun

juga untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait untuk

peningkatan kualitas layanan kesehatan baik di pusat, daerah, swasta, maupun

unsur masyarakat lainnya.

6
Penerapan SJSN antar wilayah di Indonesia memiliki fokus

permasalahan yang berbeda-beda, seperti di wilayah kabupaten Luwu. Dari 21

wilayah kecamatan di Kabupaten Luwu, ada dua kecamatan yang sangat

terpencil dan memiliki masalah hambatan geografis sehingga aksebilitas dan

afordabilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat primer seringkali

absen keberadaannya. Minimnya aksebilitas di tingkat layanan kesehatan dasar

ini tidak diimbangi dengan responsivitas pelaksanaan kebijakan di daerah

setempat. Begitupun kordinasi tidak terjadi secara intensif dan kebijakan

seringkali disharmonis antara pusat dan daerah. Tidak sinkronnya pemahaman

pusat dan daerah akan mempersulit pelaksanaan di lapangan.

Oleh karena itu kinerja BPJS kedepan yang bertujuan untuk kemajuan

JKN sangat bergantung pada dukungan dan kepercayaan publik. Dewan

pengawas dan DJSN akan terus memantau dan mengawasi segala aspek

penyelenggaraan JKN oleh BPJS Kesehatan.

Demi terselenggaranya program Jaminan Kesehatan Nasional yang

merata di seluruh indonesia maka diperlukan kesiapan oleh pemerintah daerah

dan seluruh pemangku kepentingan yang terkait seperti PT Askes, Dinas

Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas, PNS( Pengguna Askes

Sosial) juga pengguna Jamkesmas dan jamkesda. Berdasarkan hal tersebut

maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu

7
B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka

rumusan pada penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Nasional di kabupaten Luwu?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dalam

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu

berdasarkan syarat kredinsialing BPJS Kesehatan.

b. Untuk mengetahui relevansi regulasi dalam Pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu

c. Untuk mengetahui efesiensi SDM dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Nasional di Kabupaten Luwu

d. Untuk mengetahui keterjangkauan Informasi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di

Kabupaten Luwu

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah

Manfaat ilmiah adalah sebagai bahan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat

8
b. Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk

menunjang ilmu pengetahuan, maupun sebagai bahan masukan bagi yang

tertarik mengkaji masalah JKN dan kebijakan kesehatan di kabupaten

luwu.

c. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-

pihak terkait khususnya pemerintah yang berperan langsung dalam

pelaksanaan program JKN di Kabupaten Luwu.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG EVALUASI

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi

utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang

berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan

diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Menurut Pius A dan M Dahlan Evaluasi secara etimologi dalam

kamus ilmiah populer adalah penafsiran, penilaian, perkiraan keadaan dan

penentu nilai. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi diartikan

dengan Penilaian.

Menurut Edi suharto, evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan

atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal

dua tipe evaluasi, yaitu evaluasi terus-menerus dan evaluasi akhir.

Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektivan

kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya.

Sejauh mana tujuan dicapai serta untuk melihat sejauh mana kesenjangan

antara harapan dengan kenyataan. Secara umum, evaluasi kebijakan dapat

dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian

10
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak pelaksanaan

kebijakan tersebut.

2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini,

Fourstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu

dilakukan.(Adi,2001)

a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif

program.

c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat

program itu sendiri.

e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat

perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.

f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup

masuk akal.

g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan

program secara lebih baik.

h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam

kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut

melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah

berhasil dengan baik.

11
i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih

luas.

j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan

kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas

fungsional, dan komunitas lokal.

3. Jenis Evaluasi

a. Menurut Edi Suharto

Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur

untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal

yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut suatu

fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan

kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat

yang menunjukkan suatu keadaan.(Edi suharto,2010)

Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi

suatu kegiatan yaitu:

a. Indikator ketersediaan.

b. Indikator relevansi.

c. Indikator efesiensi

d. Indikator keterjangkauan

b. Menurut Azrul Azwar

1. Evaluasi formatif yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan

padatahap pengembangan program dan sebelum program dimulai.

Evaluasiyang dilakukan disini adalah pada saat merencanakan suatu

12
program.Tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan bahwa rencana

yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang

ditemukan, dalamarti dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Penilaian yang bermaksudmengukur kesesuaian program dengan

masalah dan atau kebutuhanmasyarakat ini dering disebut dengan

studi penjajakan kebutuhan (needassesment study)

2. Evaluasi proses atau evaluasi promotif yaitu suatu proses evaluasi

yangmemberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung

dalam suatuprogram dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen-

elemen fisik danstructural dari pada program. Evaluasi yang

dilakukan di sini adalah padasaat program sedang dilaksanakan.

Tujuan utamanya adalah untukmengukur apakah program yang

sedang dilaksanakan tersebut telah sesuaidengan rencana atau tidak,

atau apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat

merugikan pencapaian tujuan dari programtersebut. Pada umumnya

ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini yaitu

monitoring dan penilaian berkala.

3. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang memberikan pernyataan

efektifitassuatu program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi

ini menilaisesudah program tersebut berjalan. Penilaian yang

dilakukan disini adalahpada saat program telah selesai dilaksanakan.

Tujuan utamanya dapatdibedakan menjadi dua yaitu mengukur

keluaran (output) serta mengukurdampak (impact) yang dihasilkan.

13
4. Evaluasi dampak yaitu suatu evaluasi yang menilai keseluruhan

efektifitasprogram dalam menghasilkan target sasaran.

5. Evaluasi hasil adalah evaluasi yang menilai perubahan-peerubahan

atauperbaikan dalam morbiditas, mortalitas atau indicator status

kesehatanlainnya untuk sekelompok penduduk tertentu.

B. Tinjauan Umum Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

1. Pengertian SJSN

SJSN adalah program Negara yang bertujuan untuk memberi

perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan hidup dasar yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat

mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan, karena menderita

sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut,

atau pensiun.( Buku Saku Paham SJSN)

Sistem jaminan sosial nasional pada dasarnya merupakan program

negara yang mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan dasar hidup yang

layak dan memperoleh jaminan apabila mengalami kecelakaan dan

memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia. UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial (selanjutnya disebut dengan UU No. 40 Tahun 2004 tentang

SJSN) merupakan upaya nyata, kesungguhan dan komitmen pemerintah

untuk memberikan jaminan kepada seluruh rakyatnya.

14
Undang-undang sistem jaminan sosial nasional menetapkan 5 (lima)

program jaminan sosial, yaitu jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, dan jaminan pensiun. Jaminan pensiun merupakan salah

satu program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan

tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat

peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena

memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 3 menetapkan bahwa setiap

orang berhak atas Jaminan Sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat sedangkan pasal 34

ayat 3 menetapkan bahwa Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

2. Prinsip SJSN

Menurut UU RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN mengenai Asas,

Tujuan, dan Prinsip Penyelenggaraannya. Sistem Jaminan Sosial Nasional

diselenggarakan berdasarkan:

a. Asas Kemanusiaan

b. Asas manfaat

c. Dan Asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan

atau anggota keluarganya

15
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:

1. Kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam

menanggung beban biaya jaminan sosial yang diwujudkan dengan kewajiban

setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingakat gaji, upah atau tingkat

penghasilannya.

2. Nirlaba adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan

hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya dari

seluruh peserta.

3. Keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap,

benar, dan jelas bagi setiap peserta.

4. Kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan

tertib.

5. Akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan

yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Portabilitas adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun

peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

7. Kepersertaan bersifat Wajib adalah prinsip mengharuskan seluruh penduduk

menjadi peserta jaminan sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.

8. Dana Amanat adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan

dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan

peserta jaminan sosial.

16
9. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk

pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan

peserta adalah hasil berupa deviden dan pemegang saham yang dikembalikan

untuk kepentingan peserta jaminan sosial.

C. Tinjauan Umum Tentang JKN

1. Pengertian JKN

Di dalam naskah akademik UU SJSN tahun 2004 disebutkan bahwa

Program Jaminan Kesehatan Nasional, disingkat Program JKN adalah suatu

program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian

jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar

penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(UU SJSN) tidak menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah satu

ayat atau pasalnya. Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang

mengatur tentang program jaminan sosial, manfaat, tujuan dan

tatalaksananya, dapat dirumuskan pengertian Program Jaminan Kesehatan

Nasional sebagai berikut:

“ Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan

serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan

nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia

dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh Pemerintah

kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba – BPJS

Kesehatan”

17
Dua Peraturan Pelaksanaan UU SJSN, yaitu Peraturan Pemerintah

No 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

dan Peraturan Presiden No 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

menetapkan bahwa yang dimaksud dengan:

“ Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar Peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan

kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh Pemerintah”

Manfaat yang dijamin oleh Program JKN berupa pelayanan

kesehatan perseorangan yang kompherensif, mencakup pelayanan

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif),

pengobatan(kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan

bahan medis. Pemberian manfaat tersebut menggunakan teknik layanan

terkendali mutu dan biaya.

2. Prinsip JKN

Jaminan kesehatan yang dirumuskan oleh UU SJSN adalah jaminan

kesehatan yang diselenggarakan secara Nasional berdasarkan prinsip

asuransi sosial dan prinsip ekuitas. (UU SJSN pasal 19 ayat 1)

Jaminan kesehatan nasional (JKN) memacu pada prinsip-prinsip sistem

jaminan sosial nasional sebagai berikut:

18
a. Kegotong-royongan

Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam

hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam

kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta

yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang

sehat membantu yang sakit atau beresiko tinggi. Hal ini terwujud

karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk tanpa

pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong- royong

jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

b. Prinsip Nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba ( for profit oriented).

Sebaliknya, tujuan utama adalah memenuhi sebesar-besarnya

kepentingan peserta . dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah

dana amanat, sehingga hasil pengembangannya akan di manfaatkan

untuk kepentingan masyarakat.

c. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efesiensi, dan

efektivitas. Prinsip ini mendasari selutuh kegiatan pengelolaan data

yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

d. Prinsip Portabilitas

Prinsip Portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah

19
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

e. Prinsip kepersertaan bersifat wajib

Kepesertaan diwajibkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga

dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh

rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi

rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.

Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan

dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri,

sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat

mencakup seluruh rakyat.

f. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada

badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam

rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesehjatraan peserta.

g. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan

program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

3. Peserta JKN

Peserta JKN adalah setiap orang, termasuk orang asing yang

bekerja di Indonesia paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia, yang telah

membayar iuran. Peserta berhak atas manfaat JKN. Untuk tetap

20
memperoleh jaminan pelayanan kesehatan, peserta wajib membayar iuran

JKN secara teratur dan terus-menerus hingga akhir hayat.

Menurut Pepres No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, peserta

jaminan kesehatan meliputi

a. PBI Jaminan Kesehatan

Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud meliputi orang

yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

Penetapan peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan merupakan peserta yang tidak

tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya

Pekerja Penerima Upah Terdiri atas:

a) Pegawai Negeri Sipil

b) Anggota TNI

c) Anggota Polri

d) Pejabat Negara

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya

a) Pekerja diluar hubugan kerja atau pekerja mandiri,

b) Pekerja yang tidak termasuk diatas yang bukan penerima upah

21
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya

a) Investor

b) Pemberi Kerja

c) Penerima Pensiun

d) Veteran

e) Perintis Kemerdekaan

f) Bukan pekerja yang termasuk huruf a sampai dengan huruf e

yang mampu membayar iuran.

D. Tinjauan Umum Tentang BPJS Kesehatan

1. Pengertian BPJS

Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat

bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa

tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-

peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya

sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis atau

jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa

tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak

Dalam undang-undang No 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial bab I pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS

adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program

Jaminan Sosial. BPJS dibagi dua macam antara lain:

a. BPJS Kesehatan – Jaminan Kesehatan

22
b. BPJS Ketenagakerjaan:

1) Jaminan Kecelakaan Kerja

2) Jaminan Hari Tua

3) Jaminan Pensiun

4) Jaminan Kematian

BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. BPJS Kesehatan mulai

operasional pada tanggal 1 januari 2014.

2. Tujuan BPJS

Undang-undang No.4 tahun 2011 tentang badan penyelenggara

jaminan sosial bab I pasal 3 menyebutkan bahwa BPJS bertujuan untuk

mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan

dasar hidup yang layak bagi setiap peserta atau anggota keluarganya.UU

BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan

program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN

diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan

prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

dasar kesehatan.

BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi

menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

23
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja

diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan

tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan

dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan

kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan

untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa

pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk

mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan

atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau

mengalami cacat total tetap.

Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara

nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk

memberikan santuan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta

yang meninggal dunia

3. Peserta BPJS Kesehatan

Semua penduduk wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang

dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat

enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran.

24
4. Tahap Kepesertaan BPJS Kesehatan

Tahapan kepesertaan BPJS Kesehatan sebagai berikut:

a. Tahap pertama mulai tanggal 1 januari 2014, paling sedikit meliputi:

1) PBI Jaminan Kesehatan

2) Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementrian

Pertahanan dan anggota keluarganya

3) Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota

keluarganya

4) Peserta asuransi kesehatan perusahaan Persero (Persero) Asuransi

Kesehatan Indonesia ( ASKES ) dan anggota keluarganya

5) Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero

(Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota

keluarganya

6) Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai

peserta BPJS kesehatan paling lambat pada tanggal 1 januari 2019

5. Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin oleh BPJS Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan meliputi:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (RJTP dan RITP)

Meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:

1) Administrasi Pelayanan

2) Pelayanan promotif dan preventif

3) Pemeriksaan,pengobatan,dan konsultasi medis

Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

25
4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

5) Tranfusi darah

6) dengan kebutuhan medis

7) Pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pertama

8) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan (PKRTL)

Meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:

1) Rawat jalan yang meliputi

a) Administrasi pelayanan

b) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter

spesialis dan subspesialis

c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis

d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

e) Pelayanan alat kesehatan implant

f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi

medis

g) Rehabilitasi medis

h) Pelayanan darah

i) Pelayanan kedokteran forensic

j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

2) Rawat inap meliputi:

a) Perawatan inap non insentif

b) Perawatan inap di ruang insentif

26
c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan.

E. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Indikator Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, dan / atau masyarakat. Fasilitas kesehatan terbagi

menjadi 2 yaitu Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas.

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan

kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat

pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan

pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan

berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang

(private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public

goods). Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya

kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung

memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam

satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.

Jenis pelayan kesehatan disesuaikan dengan

kemampuan Puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang

harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan

27
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta

kemampuan Puskesmas.

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut yaitu Rumah Sakit. Sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit, dengan itu diketahui bahwa adanya pengertian yaitu :

“Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat,

Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah:

“Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat”

Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis

pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,

pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan

peningkatan kesehatan.

2. Indikator Relevansi Regulasi

Relevansi adalah sesuatu yang mempunyai kecocokan atau saling

berhubungan. Regulasi adalah peraturan yang diundangkan oleh

pemerintah yang mempengaruhi suatu kegiatan.

28
Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat

dengan aturan atau pembatasan. Regulasi dapat dilakukan dengan

berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh

pemerintah.

Regulasi diamanatkan oleh upaya negara untuk menghasilkan hasil

yang tidak mungkin sebaliknya terjadi, memproduksi atau mencegah

hasil di tempat yang berbeda dengan apa yang dinyatakan mungkin

terjadi, atau memproduksi atau mencegah hasil dalam rentang waktu

yang berbeda daripada yang akan terjadi. Dengan cara ini, Regulasi

dapat dilihat sebagai artefak laporan pelaksanaan kebijakan. Contoh

umum regulasi mencakup kontrol di masukan pasar, harga, upah,

persetujuan Pembangunan, efek polusi, pekerjaan bagi orang-orang

tertentu dalam industri tertentu, standar produksi untuk barang-barang

tertentu, pasukan militer dan jasa

Relevansi regulasi adalah kesesuaian antara aturan yang ditetapkan

oleh pemerintah sesuai dengan bagaimana pelaksanaan dan

keberlangsungannya.

3. Indikator Efesiensi SDM

Efisiensi adalah perbandingan atau rasio dari keluaran (output)

dengan masukan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana baiknya

sumber daya digunkan untuk menghasilkan output (Erny, 2012).

Efisiensi dapat dikatakan sebagai penghematan penggunaan

sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada „daya

29
guna‟. Dengan efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang

lebih sedikit untuk mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan

„ukuran‟ yang membandingkan rencana penggunaan masukan (input)

dengan realisasi penggunaannya. Efisiensi 100% sangat sulit dicapai,

tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat diharapkan dan konsep

ini lebih berorientasi pada input daripada output (Erny, 2012).

Sumber daya manusia merupakan suatu proses untuk

menumbuhkan atau meningkatkan suatu potensi fisik dan psikis

manusia untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi (lembaga) yang

dilakukan dengan cara mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja

atau yang melakukan pekerjaan (Sudayat, 2009). Dari segi bisnis,

sumber daya manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja dalam

suatu organisasi. Dalam hal ini disebut juga dengan karyawan. Jika

tidak ada manusia yang menjadi sumber daya di perusahaan, maka

perusahaan tersebut tidak dapat berjalan dan menghasilkan laba

sehingga sumber daya manusia merupakan hal yang paling dibutuhkan

oleh sebuah perusahaan (Silfianti, 2011).

Di dalam Sudayat(2009) juga disebutkan bahwa sumber daya

manusia adalah ujung tombak pelayanan, sangat diandalkan untuk

memenuhi standar mutu yang diinginkan oleh wajib pajak dan wajib

retribusi. Untuk mencapai standar mutu tersebut, maka harus

diciptakan situasi yang mendukung pelayanan yang memuaskan wajib

pajak dan wajib retribusi. Upaya-upaya manusia itu bukan sesuatu

30
yang statis, tetapi terus berkembang dan berubah, seirama dengan

dinamika kehidupan manusia, yang berlangsung dalam kebersamaan

sebagai suatu masyarakat. Oleh karena itu salah satu situasi yang

mendukung adalah seluruh peraturan pengelolaan sumber daya

manusia yang berdampak pada perlakuan yang sama kepada pegawai.

Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh

Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu

dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara itu, SDM kesehatan

menurut PP No. 32/1996 yang juga dikutip oleh Adisasmito (2007)

adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan,

baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melaksanakan

upaya kesehatan.

4. Indikator Keterjangkauan Informasi

Keterjangkauan berhubungan dengan keterjangkauan pelayanan

kesehatan dilihat dari faktor sosial ekonomi seseorang. Jarak dengan

fasilitas kesehatan juga berkontribusi terhadap terciptanya suatu

perilaku kesehatan pada masyarakat. Pengetahuan dan sikap yang baik

belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan faktor

lain yaitu jauh dekatnya dengan fasilitas kesehatan. Jarak fasilitas

kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk akan mengurangi

31
pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan sebaliknya jarak yang relatif

lebih dekat akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan

(Juliantari, 2016).

Keterjangkauan mencapai tempat layanan tersebut, sangat

mendukung seseorang untuk melakukan tindakan. Keterjangkauan

pelayanan kesehatan puskesmas dan jaringannya terkait dengan

sumberdaya, letak geografis serta sosial budaya masyarakat (Juliantari,

2016).

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-

faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya

itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada,

perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup

yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan,

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping

faktor-faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah

tersendiri bila dilihat dari segi individu, kelompok, maupun

masyarakat secara keseluruhan (Sihol, 2010).

32
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan

program Jaminan Sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial (

UU RI Nomor 40 Tahun 2004). Dalam undang-undang No. 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bab I pasal 1 ayat 1 menyebutkan

bahwa badan penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS

adalah badan hukum yang deibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan

Sosial. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

Terbentuknya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, maka berbagai jenis

jaminan kesehatan akan melebur ke dalam badan penyelenggara jaminan sosial

(BPJS) Kesehatan. Untuk maksud tersebut dilakukan evaluasi oleh semua pihak

meliputi beberapa indikator yaitu:

a. Indikator ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu

proses itu benar-benar ada, misalnya dalam suatu program pembangunan

sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang

terlatih untuk menangani 10 rumah tangga. Maka perlu di cek (dilihat),

apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.

33
b. Indikator Relevansi Regulasi

Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang

teknologi atau layanan yang ditawarkan. Pada tanggal 17 Agustus 2017

lalu, pemerintah kabupaten luwu menandatangani Memorandum of

Understanding (MoU) program Universal Health Coverage (UHC) JKN-

KIS. Pemkab Luwu mendaftarkan sisa masyarakat yang belum memiliki

JKN. Hal ini merupakan hasil inisiasi yang intens oleh Pemerintah

Kabupaten Luwu dalam memerdekakan Jaminan Kesehatan Nasional di

Kabupaten Luwu.

c. Indikator Efesiensi SDM

Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas yang

dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna

(efesien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya

mencapai tujuan, misalnya suatu layanan yang dijalankan dengan baik

hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk

mempekerjakan 10 tenga lapangan dengan alasan untuk menghindari

terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan

terjadi adalah under employement ( pengangguran terselubung).

d. Indikator keterjangkauan Informasi

Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam

jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya apakah fasyankes

primer dan sekunder yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat

34
berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian masyarakat mudah

datang ke fasyankes yang disediakan.

B. Kerangka teori penelitian

Berdasarkan variabel yang telah dikemukakan tentang evaluasi program

Jaminan Kesehatan Nasional, maka digambarkan suatu model kerangka teori

sebagai berikut:

INDIKATOR
KETERSEDIAAN
FASILITAS
KESEHATAN

EVALUASI
PELAKSANAAN INDIKATOR
INDIKATOR
PROGRAM JAMINAN RELEVANSI
EFESIENSI SDM
KESEHATAN REGULASI
NASIONAL

INDIKATOR
KETERJANGKAUAN
INFORMASI

Gambar 1. Kerangka Teori Berdasarkan Teori Edi Suharto. (2015)

35
C. Kerangka Pikir Penelitian

EVALUASI PELAKSANAAN

PROGRAM JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL

KETERSEDIAAN
FASYANKES

-
RELEVANSI
REGULASI

EFESIENSI SDM

KETERJANGKAUAN
INFORMASI

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

36
D. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Indikator ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Indikator ini melihat fasilitas pelayanan kesehatan primer yaitu pelayanan

kesehatan dasar atau tingkat pertama di Puskesmas dan fasilitas pelayanan

kesehatan sekunder yaitu pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit

yang bertujuan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

masyarakat sesuai dengan standar kredinsialing BPJS Kesehatan. Mulai

dari sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan.

2. Indikator relevansi regulasi

Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya suatu

layanan yang ditawarkan untuk mengetahui regulasi yang sudah berjalan

di Kabupaten Luwu. Hal ini meliputi kordinasi,proses berjalan, dan

realisasi dari kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Kabupaten

Luwu.

3. Indikator efesiensi SDM

Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas yang

dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna

(efesien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya

mencapai tujuan yaitu sumber dan anggaran dana, tarif pelayanan

kesehatan serta SDM yang sesuai dengan Standar Operasional Pelayanan

(SOP) dan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).

37
4. Indikator keterjangkauan informasi

Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam

jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan. Melalui Sosialisasi yaitu

memberikan informasi kepada seluruh masyarakat (peserta) mengenai

SJSN, BPJS Kesehatan dan JKN yang dilakukan oleh para pemangku

kebijakan (stakeholder) sehingga kelak masyarakat paham serta dapat

memnfaatkan Jaminan Kesehatan dengan baik. Selain itu, masyarakat

harus mengetahui sosialisasi dan kemudahan dalam menjangkau

fasyankes.

38
E. Sintesa Penelitian
Tabel 1.
Tabel Sintesa

No. Penulis/Tahun Judul Tujuan Metode Variabel Hasil


1. Mohammad Evaluasi kajian ini Metode qualitatif. Masyarakat yang Bahwa pada dasarnya Standar
khozin/2010 implementasi bertujuan agar merasakan Pelayanan Minimal bidang
kebijakan standar dapat menjawab implementasi SPM, kesehatan Pemerintah
pelayanan pertanyaan yang dan wawancara Kabupaten Gunungkidul dapat
minimal bidang selama ini ditujukan kepada tercapai dengan baik. Hal ini
kesehatan di berkembang pada Kepala Dinas, Kepala bisa dilihat dari perbandingan
Kabupaten sebagian Bidang, Kepala Seksi, data capaian indikator dari
Gunung Kidul masyarakat tentang staf di Dinas tahun ketahun yang telah
apakah standar kesehatan Kabupaten dikompilasikan. Namun dari
pelayanan minimal Gunungkidul sekian banyak indikator
bidang pelayanan capaian kinerja pelayanan yang
kesehatan dasar di telah ditetapkan, tetap saja ada
lingkungan beberapa indikator yang tidak
Pemerintah jelas angka capaiannya : antara
Kabupaten lain penerbitan perijinan sarana
Guningkidul dapat kesehatan, penerbitan perijinan
tercapai. apotek dan toko obat,

39
pelayanan operasi pada
penderita katarak keluarga
miskin dan pengawasan
kualitas lingkungan Rumah
Tangga, Pada pelayanan-
pelayanan tersebut tidak
didapatkan data yang akurat,
sehingga menjadikan tanda
tanya terhadap capaian
indikator kinerja pelayanannya.
Hasil penelusuran
ketidaklengkapan data ini
diakibatkan karena masih
rendahnya kesadaran pihak-
pihak yang berkaitan pada
bidang tersebut diatas dalam
hal pengumpulan dan
pelaporan data. Khusus untuk
pelayanan kesehatan dasar
yang ditangani oleh

40
Puskesmas, kelemahan utama
dari tidak terukurnya capaian
kinerja
ini disebabkan karena egoisme
Puskesmas yang hanya
menganggap pekerjaan catat
mencatat bukanlah pekerjaan
mereka, karena tugas mereka
adalah memberikan pelayanan
medis. Kebijakan Standar
Pelayanan Minimal diyakini
dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, meskipun baru
mengcover
secara umum saja dan dapat
dilihat hasilnya dari capaian
indikator pelayanan yang
makin tahun makin meningkat
dan hampir sebagian besar

41
melampaui angka yang telah
ditetapkan. Sedangkan
kesimpulan dari analisa data
yang kami peroleh dari Pihak
Puskesmas dapat disimpulkan
bahwa standar pelayanan
minimal ini sebetulnya
memang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kepada
masyarakat, hal ini terbukti
dapat dengan mudahnya angka
- angka target kinerja
pelayanan yang ditentukan
dapat dicapai dengan baik.
2. Herman, The evaluation of Untuk mengetahui kualitatif Jumlah tenaga Kebijakan penempatan tenaga
Mubasysyir health force kebijakan kesehatan di dokter, bidan dan perawat di
Hasanbasri /2008 deployment penempatan tenaga puskesmas sangat puskesmas sangat terpencil
policy in the very kesehatan di terpencil di kabupaten didukung oleh sarana
remote puskesmas sangat buton penunjang
community health terpencil yakni rumah dinas dan

42
center in buton Kabupaten Buton kendaraan dinas. Kebijakan
regency penempatan terkendala faktor
geografis dan intervensi
stakeholders
didaerah. Tenaga dokter, bidan
dan perawat yang ditempatkan
tidak retensi tinggal dan
bekerja di puskesmas sangat
terpencil.
Kecilnya penghasilan karena
tidak tersedia insentif, pola
pengembangan karir yang tidak
jelas dan tidak adanya
penghargaan bagi mereka yang
bekerja di puskesmas sangat
terpencil merupakan alasan
penting untuk pindah.
Perpindahan dilakukan baik
antar puskesmas maupun lintas
wilayah. Kebijakan penyediaan

43
sarana penunjang belum
mampu membuat tenaga
retensi tinggal dan bekerja di
puskesmas
sangat terpencil.
3. MUH. NAWAWI/ Pengaruh Penelitian ini kuantitatif kompetensi, kinerja, Hasil penelitian menunjukkan
2012 Motivasi dan bertujuan mengkaji puskesmas dan tenaga kesehatan berpengaruh
Kompetensi pengaruh motivasi pelayanan kesehatan positif dan kuat terhadap
Tenaga Kesehatan dan kompetensi kinerja pusat kesehatan
terhadap Kinerja tenaga kesehatan masyarakat dalam pelayanan
Pusat Kesehatan terhadap kinerja kesehatan di Kota Palu.
Masyarakat puskesmas dalam Artinya, perubahan positif
pelayanan yang terjadi pada motivasi
kesehatan di Kota tenaga kesehatan, berdampak
Palu Sulawesi kuat terhadap peningkatan
Tengah kinerja puskesmas dalam
pelayanan kesehatan.
Selanjutnya, kompetensi tenaga
kesehatan berpengaruh positif
dan sedang terhadap kinerja

44
pusat kesehatan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan di
Kota Palu. Artinya, perubahan
positif yang terjadi pada
kompetensi tenaga kesehatan,
berdampak sedang terhadap
peningkatan kinerja puskesmas
dalam pelayanan kesehatan.
4. Andi Nur Fiqhi Evaluasi Program sebagai evaluasi mix method yaitu berupa JKN, BPJS Kesehatan, 1. BPJS Kesehatan Kabupaten
Utami, Dyah Jaminan pelayanan penelitian kuantitatif Model Pelayanan, dan Sleman perlu mengadakan
Mutiarin/ 2016 Kesehatan kesehatan pada dan kualitatif Kualitas Pelayanan sosialisasi secara intens, dan
Nasional Pada program JKN yang tidak hanya mengandalkan
Fasilitas dilaksanakan BPJS website dan pihak
Kesehatan Kesehatan di puskesmas. Sosialisasi secara
Tingkat I Kabupaten Sleman langsung akan membuat
Kabupaten informasi menyebar secara
Sleman Tahun merata keseluruh masyarakat di
2016 Kabupaten Sleman. Maka dari
itu, sosialisasi secara langsung
perlu dilakukan dengan

45
membuat program manajemen
help desk pada tingkat
kelurahan. Help desk pada
tingkat kelurahan dapat
dikatakan sebagai bagian
pelengkap dari suatu fungsi
pelayanan dan bertugas
sebagai pemecah masalah atau
problematika lainnya yang
akan bertugas memberikan
sosialisasi hingga ketingkat
kelurahan.
Untuk melaksanakan
pelayanan yang berkualitas
BPJS Kesehatan Kabupaten
Sleman perlu meningkatkan
standar sarana dan prasarana
yang dapat menunjang
keberlangsungan program
secara

46
teknis dapat berjalan dengan
baik, sehingga peserta dapat
memperoleh kenyamanan
dalam pelayanan. Maka dari
itu, standar
sarana dan prasarana yang
ditingkatkan mencakup
kelegkapan adminstrasi yang
dapat mengurangi jumlah
antrian seperti, alat
komunikasi untuk
memperlancar antria. Hal ini
juga didukung dengan
membuat tata ruangan yang
lebih baik dengan memberikan
tambahan pada meja petugas
administrasi.
3. BPJS Kesehatan Kabupaten
Sleman perlu melakukan
penambahan tenaga/ petugas

47
bagian administrasi agar
petugas medis tidak
merangkap sebagai petugas
administrasi.
4. Untuk hasil yang lebih baik
pada kualitas pelayanan, BPJS
Kesehatan faskes I perlu
memberikan pelayanan yang
adil tanpa
membedakan status
kepersertaan dengan
memberikan layanan yang
prima dan informasi secara
lengkap kepada masyarakat,
sehingga masyarakat
memahami standar pengobatan
yang diterapkan.
6. Alfi Febriana HEALTH Untuk menganalisis Cross-sectional ruang rawat inap, Berdasarkan hasil penelitian,
Rahmawati, SERVICE pentingnya dan NDR, kualitas semua variabel dimensi fisik,
Stefanus QUALITY kepuasan pelayanan reliabilitas, interaksi personal,

48
Supriyanto/ 2013 BASED ON Peringkat kualitas pemecahan masalah, serta
DABHOLKAR pelayanan kebijakan dinilai penting oleh
DIMENSION AT kesehatan pasien. sedangkan variabel
WARD ROOM berdasarkan yang dinilai tidak memuasakan
OF INTERNAL dimensi Dabholkar pasien sekaligus menjadi isu
DISEASE mutu pelayanan meliputi
dimensi fisik (kelengkapan
peralatan medis, kemenarikan
tatanan ruang rawat inap,
kebersihan ruang rawat inap
serta ketersediaan petunjuk
nama ruangan), dimensi
reliabilitas (kecepatan
pelayanan medis dan ketepatan
data rekam medis), dimensi
interaksi personal (keramahan
dokter kepada pasien,
kesopanan dokter kepada
pasien, perhatian dokter kepada
pasien, kemudahan dokter

49
ditemui serta kejelasan
informasi yang diberikan
dokter), dimensi pemecahan
masalah (kesediaan dokter
dalam membantu mengatasi
masalah pasien, kesabaran
dokter dalam menangani
masalah pasien serta kecepatan
dokter dalam mengatasi
masalah pasien), dimensi
kebijakan (ketersediaan ruang
tunggu keluarga pasien,
kenyamanan tempat parkir,
kejelasan prosedur
administrasi, serta ketepatan
jam berkunjung) sehingga
rekomendasi yang diberikan
meliputi dimensi fisik
(pemantauan kinerja petugas
kebersihan oleh pihak rumah

50
sakit setiap hari, advokasi dan
komunikasi kepada PEMDA
Bojonegoro termasuk DPR
untuk mengalokasikan dana
pengadaan CT Scan oleh pihak
rumah sakit, pihak rumah sakit
mengubah warna ruangan yang
semula cream menjadi hijau
agar terkesan sejuk, serta
membuat tulisan papan nama
ruangan menjadi lebih besar),
dimensi reliabilitas (pihak
manajemen rumah sakit
memperbaiki kebijakan dokter
jaga yang semula hanya satu
dokter menjadi semua dokter
yang berjaga setiap hari.

7. Ayu Firnawati Analisis Untuk memahami Kuantitatif dengan Pendapatan, harga Dari hasil penelitian
Arsyad/2015 Permintaan Jasa dan menjelaskan metode analisis regresi kunjungan, jarak, menunjukkan bahwa variabel
Pelayanan beberapa faktor linier berganda biaya harga obat biaya kunjungan,jarak, harga
Kesehatan yang mempengaruh alternatif, pendidikan, obat ,jenis penyakit dan

51
Khusus BPJS penggunaan jenis penyakit dan kualitas layanan berpengaruh
Rumah Sakit Pelayanan kualitas pelayanan. signifikan terhadap permintaan
Umum (Haji Kesehatan Khusus jasa pelayanan kesehatan
Padjonga Daeng BPJS Rumah Sakit khusus BPJS rumah sakit
Ngalle) di Umum (Haji umum di Kabupaten Takalar.
Kabupaten Padjonga Daeng Sedangkan pendapatan
Takalar Ngalle) Di keluarga, dan pendidikan tidak
Kabupaten Takalar berpengaruh signifikan
terhadap permintaan jasa
pelayanan kesehatan khusus
BPJS yang solid
8. Sukri Palutturi , DETERMINAN untuk menentukan Cross sectional seluruh bidan yang Pengetahuan, keterampilan dan
Nurhayani, KINERJA faktor-faktor yang bekerja di Puskesmas motivasi mempunyai hubungan
Nurhamsa BIDAN DI berhubungan Tual dan Un dengan kinerja bidan.
Mandak/2006 PUSKESMAS dengan kinerja Kecamatan Pulau Sementara jam kerja tidak
TAHUN 2006 bidan di Puskesmas Dullah Selatan, berhubungan dengan kinerja
Kecamatan Pulau Kabupaten Maluku bidan. Kinerja bidan yang baik
Dullah Selatan, Tenggara tahun 2006 dipengaruhi oleh pengetahuan
Kabupaten Maluku desa masing-masing). yang cukup (84,0%),
Tenggara tahun keterampilan cukup (83,3%),
2006. waktu kerja sekitar lima tahun
(71,4%) dan motivasi cukup
(91,3%).

52
9. AsiahHamzah/201 POLICY Untuk menyajikan Cross sectional Kebijakan,kemiskinan Berbagai kebijakan dalam
2 TACKLING THE realita dan , kelaparan menanggulangi kemiskinan
POORNESS pembelajaran dan kelaparan di Indonesia
AND HUNGER tentang harus dilaksanakan secara
IN INDONESIA : penanggulangan multisektor dengan dukungan
REALITY AND kemiskinan dan berbagai pihak. Beberapa
STUDY kelaparan daerah perlu penanganan yang
khususnya di serius dalam penanggulangan
Indonesia kemiskinan dan kelaparan.
Belajar dari negara lain
merupakan salah satu opsi
dalam menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan.
Hendaknya pemerintah
Indonesia harus lebih serius
menggalakkan program
memberantas kemiskinan dan
kelaparan dengan
melaksanakan berbagai
program berbasis

53
pemberdayaan masyarakat
serta fokus terhadap
pelaksanaan strategi
kemandirian pangan, berupa
kemandirian pemerintah pusat,
pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota,
dan pemerintah desa, untuk
mengembangkan dan
memelihara cadangan
pangannya masing-masing.
10. Achir Yani S. Fenomenology untuk Kualitatif JPKM, masalah studi mengungkapkan tema
Hamid, Study: The mendeskripsikan kesehatan mental dan berikut: dari perspektif
Mustikasari, Ria Goverment Policy Kebijakan psikiatri. pengguna (pemahaman tentang
Utami Panjaitan, to Giving Public pemerintah tentang gangguan kejiwaan, jaringan
Purwadi/ 2013 Health Insurance asuransi jaminan jaminan sosial / JPKM, hak
in a Poor Society sosial jaminan dan kewajiban, keuntungan dan
Who Have a kesehatan bagi hambatan untuk menerima
Mental Health masyarakat miskin layanan, harapan dari penyedia
Disorders yang mengalami layanan, dukungan sosial dan

54
kejiwaan arah masa depan yang
masalah di DKI diharapkan); dari perspektif
Jakarta penyedia layanan kesehatan
(pemahaman jaringan jaminan
sosial / JPKM, jenis kesehatan
yang diberikan
layanan, pencatatan dan
pelaporan, sistem rujukan,
biaya, dan kriteria orang
miskin), dari lokal perspektif
pemerintah dan kesehatan
(pemahaman tentang JPKM
untuk keluarga miskin, ruang
lingkup pekerjaan,
prosedur kerja, pencatatan dan
pelaporan, biaya, akuntabilitas,
kriteria orang miskin,
hubungan antara kebijakan
pemerintah pusat dengan
kebijakan pemerintah daerah

55
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pengertian penelitian sebagai suatu proses mencari informasi

secara sistematik dalam waktu tertentu dengan cara ilmiah dan logis,

mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga hasilnya memiliki

kegunaan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Penelitian ini mengenai “Evaluasi dalam pelaksanaan program

JKN di Kabupaten Luwu” dilakukan dengan menggunakan metode

kualitatif. Data atau informasinya berbentuk gejala yang sedang

berlangsung, serta standar ( tolak ukur) dengan menggunakan

kebenarannya dalam kondisi edealnya.

Peneliti berusaha untuk menjelaskan, menggambarkan dan

menafsirkan tentang bagaimana pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

di Kabupaten Luwu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian lapangan ( field research ) ini dilakukan di Kabupaten Luwu

karena berdasarkan hasil survey diketahui bahwa pembagian tenaga

kesehatan belum merata di beberapa Puskesmas di Kabupaten Luwu.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Februari sampai bulan Maret 2018.

56
C. Informan Penelitian

a. Informan

Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Informan dalam

penelitian ini adalah orang yang dianggap layak dan menguasai bagaimana

proses pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Informan yang dipilih

adalah yang mengetahui permasalahan dengan jelas, dapat dipercaya untuk

menjadi sumber data yang baik serta mampu mengemukakan pendapat

secara baik dan benar. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Luwu, Kepala BPJS Kesehatan Cab Luwu, Kepala

Puskesmas, Kepala RSUD Batara Guru, juga dari PNS (Pengguna kartu

Askes Sosial), Peserta Jamkesmas

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-

depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara denfan informan atau orang yang

diwawancarai.

57
b. Observasi

Observasi merupakan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan

data primer yang diperlukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung pada objek penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and

Huberman dan Spradley dalam Sugiyono 2013, yaitu:

a. Data Reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah fata direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif yang sering digunkan

untuk menyajikan data adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion drawing (verifikasi)

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

58
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk menjamin dan mencerminkan akurasi informasi yang

dikumpulkan, digunakan beberapa teknik pengujian keabsahan data, salah

satunya yaitu dengan menggunakan triangulasi data yang meliputi:

a. Sumber yaitu dilakukan dengan membandingkan (cross check) antara

informasi informan yang satu dengan yang lain. Hal ini untuk melihat

akurasi informasi yang diperoleh.

b. Data yaitu dilakukan analisis informasi yang dilakukan melalui

wawancara dengan alat bantu berupa alat tulis, alat perekam, serta

kamera. Hal ini untuk melihat apakah informasi yang didapatkan

melalui wawancara memiliki relevansi dengan pengamatan terhadap

dokumen kegiatan.

c. Metode yaitu melalui analisis terhadap informasi yang didapatkan

dengan penelusuran hasil wawancara dengan mendengarkan dan

melihat secara akurat hasil wawancara.

59
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Luwu adalah sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang

dalam kurun waktu tiga tahun dimekarkan menjadi tiga daerah strategis,

yaitu Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara yang kemudian

dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Luwu Timur dan Kota Palopo.

Pemekaran ini turut menjadikan Kota Palopo selaku perintahan otonom

kota Palopo. Luas wilayah Kabupaten Luwu 3.000,25 km², sebelum Kota

Palopo menjadi kota otonom dengan jarak tempuh dari Kota Makassar

lebih dari 367 km.

Pemekaran kabupaten Luwu yang kemudian melahirkan kabupaten

Luwu Utara dan kota otonom Palopo di bawah kepemimpinan Bupati

Luwu Dr. Kamrul Kasim yang menjabat Bupati Luwu dari tahun 1999

sampai tahun 2003.

Kabupaten Luwu memindahkan pusat pemerintahan dari kota Palopo

ke kota Belopa, sejak tahun 2006, seiring ditetapkannya Belopa sebagai

Ibukota Kabupaten Luwu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 80

Tahun 2005, dan diresmikan menjadi ibu kota sejak 13 Februari 2006.

1. Keadaan Geografis

Kabupaten Luwu yang beribukota di Belopa terletak antara 2 o34‟ –

2o30o Lintang Selatan dan 120o21‟ - 12o-121o. 43‟, 11o Bujur Timur.

Adapun letaknya menurut geografis dibatasi antara lain:

60
a. Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Utara dan

Kabupaten Tana Toraja

b. Sebelah selatan : Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Wajo

c. Sebelah Barat : Kabupaten Tana Toraja dan

Enrekang

d. Sebelah Timur : Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara

Kabupaten Luwu memiliki wilayah geografis yang unik karena

wilayahnya terbagi dua yang dipisahkan oleh sebuah daerah otonom yakni

Kota Palopo, ada pun daerah yang terpisah tersebut adalah wilayah

Walenrang dan Lamasi atau yang juga dikenal dengan sebutan WALMAS.

B. Hasil Penelitian

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselengarakan

oleh Badan Penyelenegara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan

program yang memberikan pelayanan berupa jaminan sosial dan

perlindungan sosial yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Indonesia. Program JKN sangat penting untuk memfasilitasi masyarakat

yang sakit, serta masyarakat juga dapat memperoleh akses yang mudah

terhadap fasilitas-fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Maka evaluasi pada program ini akan memberikan output

yang baik bagi pengembangan kualitas pelayanan dan model pelayanan

untuk terselengarakannya perbaikan yang perlu dalam program JKN.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Luwu pada tanggal 12

Februari 2018 sampai dengan 12 Maret 2018. Penelitian ini menggunakan

61
metode kualitatif yang dimaksud untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam

(indepth interview) dan observasi untuk memperoleh informasi dan

keterangan yang relevan yang dibutuhkan pada penelitian ini.

Informan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 10 orang,

yang terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu, Kepala BPJS

Kesehatan Cab Luwu yang menangani Jaminan Kesehatan Nasional di

Kabupaten Luwu, Direktur RSUD Batara Guru, Kepala Puskesmas

Belopa, Kepala Puskesmas Lamasi, Pengguna Askes Sosial (PNS), dan

peserta Jamkesmas.

1. Karakteristik Informan

Tabel 2.
Karakteristik Informan Penelitian di Kabupaten Luwu
No. Kode Umur Jabatan Pendidikan
Informan
1 SK 52 Kepala dinas S2
kesehatan
2 FR 54 Direktur RSUD S1
Batara Guru
3 EA 45 Kepala Puskesmas S2
Belopa
4 ID 50 Kepala Puskesmas S2
Lamasi
5 NM 35 Kepala BPJS S1
Kesehatan cab Luwu
6 JM 25 Peserta PBI SMA
7 AB 37 Pengguna Askes S1
Sosial (PNS)
8 RS 40 Pengguna Askes S1
Sosial (PNS)
9 SY 25 Peserta PBI SMA
10 AM 36 Peserta Non PBI S1

62
2. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi hasil

penelitian sebagai berikut:

a. Ketersediaan Fasilitas kesehatan

Ketersediaan fasilitas kesehatan dibagi menjadi dua bagian

yaitu ketersediaan pelayanan tingkat dasar atau tingkat pertama

yaitu di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan sekunder

atau pelayanan kesehatan tingkat lanjut (rujukan) di Rumah

Sakit.

1) Fasyankes Primer

Dari hasil wawancara mendalam dan observasi yang

dilakukan oleh peneliti tentang evaluasi pelaksanaan program

Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu, di dapatkan

informasi bahwa fasyankes primer yaitu pelayanan kesehatan

tingkat pertama pada Puskesmas Belopa untuk standar

bangunan telah memenuhi syarat, akan tetapi untuk standar

tenaga kerja belum memenuhi syarat karena kurangnya tenaga

dokter umum dalam hal ini kepala puskesmas menjadi satu-

satunya dokter umum di Puskesmas Belopa, untuk standar jenis

pelayanan hampir semuanya diselenggarakan dengan sangat

baik seperti pada laboratorium Puskesmas Belopa lebih

lengkap dibandingkan dengan puskesmas yang lain salah

satunya yaitu pemeriksaan bakteriologi dan pemeriksaan

63
kualitas air lengkap (kimia & bakteriologis). Obat dan bahan

habis pakai cukup dan tersedia.

Pada puskesmas Lamasi untuk standar bangunan telah

memenuhi standar, akan tetapi untuk standar tenaga kerja

masih kurang yakni tidak ada dokter umum di puskesmas ini,

sedangkan untuk standar jenis pelayanan semua

diselenggarakan dengan baik karena pada puskesmas ini telah

tersedia pelayanan rawat inap, dan untuk ketersediaan obat dan

bahan habis pakai cukup dan tersedia.

Berikut pernyataan informan mengenai ketersediaan

fasilitas kesehatan primer:

“Masalah yang terjadi pada ketersediaan faskes yaitu kami


kekurangan tenaga dokter umum dalam hal ini saya sebagai
kepala puskesmas serta penanggung jawab juga merangkap
menjadi dokter umum. Terkait SDM tentunya ini kewenangan
dari dinkes, kita tinggal menggunakan SDM yang ada saja,
kalau ada yang kurang kita mengusulkan tapi endingnya tetap
ada pada dinkes” (EA,45 Tahun, Kepala Puskesmas Belopa)

“ Terkait sarana dan prasarana cukup, obat memadai jadi


sementara tidak ada masalah” (EA,45 Tahun, Kepala
Puskesmas Belopa)

Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil observasi

yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

64
Tabel 3.
Hasil Observasi Bangunan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Belopa
Kondisi Tersedia Tersedia Tersedia
Ruangan Tempat Meja Tempat Tidur
1 Baik Duduk Pemeriksaan
NO Jenis Ruang Pelayanan
2 Cukup 1 Ya 1 Ya 1 Ya
3 Kurang 2 Tidak 2 Tidak 2 Tidak
4 Kurang Baik
1. Ruang Pemeriksa 1 1 1 1
Poliklinik
2. Ruang UGD 1 1 1 1
3. Laboratorium 1 1 1 2
4. Ruang / Tempat 1 1 2 2
Pendaftaran
5. Ruang Apotek 1 1 1 2
6. Ruang Tunggu 1 1 2 2
7. Toilet Pasien 1. Tersedia dan Bersih 1
2. Tersedia tidak terawat
3. Tidak tersedia
Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 4.
Hasil Observasi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Belopa dan Lamasi
NO Jenis Tenaga Belopa Lamasi
1. Dokter Umum √
2. Dokter Gigi √ √
3. Perawat √ √
4. Perawat Gigi √ √
5. Bidan √ √
6. Apoteker √ √
7. Asisten Apoteker √ √
8. Analisis Kesehatan √ √
Sumber: Data Primer, 2018.

65
Tabel 5.
Hasil Observasi Jenis Pelayanan di Puskesmas Belopa dan Lamasi
NO Jenis Pelayanan Belopa Lamasi
1. Poliklinik/Balai Pengobatan √ √
2. Klinik KB √ √
3. Labolatorium Sederhana √ √
-Darah √ √
-Urin √ √
-Feses Rutin √ √
4. Pemeriksaan laboratorium √
Tambahan (untuk jenis tertentu)
5. Tindakan medis kecil √ √
6. Pemeriksaan & Pengobatan gigi √ √
7. Pemeriksaan Ibu Hamil & √ √
menyusui
8. Pelayanan KB √ √
9. Standar Pelayanan Medis 1 1
1. Ada
2. Tidak Ada
Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 6.
Hasil Observasi Obat dan Bahan Habis Pakai di Puskesmas Belopa
NO Obat dan Bahan Habis Pakai Nilai Hasil
1. Jenis Obat Yang Disediakan 1. Cukup 1
2. Kurang
2. Jenis Bahan Habis Pakai Yang 1. Cukup 1
Tersedia 2. Kurang
Sumber: Data Primer, 2018.
Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di Puskesmas
Belopa diperoleh informasi bahwa untuk standar bangunan telah memenuhi
standar, sedangkan untuk standar tenaga kesehatan sudah ada tetapi masih
kekurangan dokter umum di Puskesmas Belopa

66
Tabel 7.
Hasil Observasi Bangunan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Lamasi
Kondisi
Tersedia Tersedia Tersedia
Ruangan
Tempat Meja Tempat Tidur
1 Baik
NO Jenis Ruang Pelayanan Duduk Pemeriksaan
2 Cukup
1 Ya 1 Ya 1 Ya
3 Kurang
2 Tidak 2 Tidak 2 Tidak
4 Kurang Baik
1. Ruang Pemeriksa 1 1 1 1
Poliklinik
2. Ruang UGD 1 1 1 1
3. Laboratorium 1 1 1 2
4. Ruang / Tempat 1 1 2 2
Pendaftaran
5. Ruang Apotek 1 1 1 2
6. Ruang Tunggu 1 1 2 2
7. Toilet Pasien 1. Tersedia dan Bersih 1
2. Tersedia tidak terawat
3. Tidak tersedia
Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 8.
Hasil Observasi Obat dan Bahan Habis Pakai di Puskesmas Lamasi
NO Obat dan Bahan Habis Pakai Nilai Hasil
1. Jenis Obat Yang Disediakan 1. Cukup 1
2. Kurang
2. Jenis Bahan Habis Pakai Yang 1. Cukup 1
Tersedia 2. Kurang
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di

Puskesmas Lamasi diperoleh informasi bahwa untuk standar

bangunan telah memenuhi standar, sedangkan untuk standar tenaga

kesehatan masih kekurangan karena pada Puskesmas ini masih belum

memiliki dokter Umum.

67
2) Fasyankes sekunder

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh

peneliti tentang evaluasi pelaksanaan program Jaminan

Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu, di dapatkan informasi

bahwa fasyankes sekunder yaitu pelayanan kesehatan tingkat

lanjut (rujukan) di RSUD Batara Guru sudah sangat siap karena

Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Induk di Kabupaten

Luwu.

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di

RSUD Batara Guru didapatkan informasi bahwa untuk standar

bangunan sudah cukup lengkap seperti Ruang kelas I,II, dan

III, Ruang ICU, Ruang Operasi, Ruang Radiologi,dsb sudah

tersedia dan dalam kondisi baik, sedangkan untuk tenaga kerja

hampir semua dokter spesialis ada di RSUD ini kecuali dokter

spesialis Patologi Klinik.

Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil observasi

yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

Tabel 9.

68
Tabel 9.
Hasil Observasi Bangunan Pelayanan Rawat Jalan
di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu
Kondisi Tersedia Tersedia Tersedia
Ruangan Tempat Meja Tempat Tidur
1 Baik Duduk Pemeriksaan
NO Jenis Ruang Pelayanan
2 Cukup 1 Ya 1 Ya 1 Ya
3 Kurang 2 Tidak 2 Tidak 2 Tidak
4 Kurang Baik
1. Ruang tunggu 1 1 2 2
2. Loket pendaftaran 1 1 1 2
3. Ruang apotik/farmasi 1 2 1 2
4. Ruang UGD 1 1 1 1
5. Laboratorium 1 1 1
6. Ruang periksa 1 1 1 1
7. Toilet Pasien 1. Tersedia dan Bersih 1
2. Tersedia tidak terawat
3. Tidak tersedia
Sumber: Data Primer, 2018.

Tabel 10.
Hasil Observasi Bangunan Ruang Perawatan
di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu
NO Bangunan Ruang Perawatan Ada Tidak Ada
1. Ruang rawat kelas III √
2. Ruang ICU √
3. Ruang Bersalin √
4. Ruang Operasi √
5. Ruang Tindakan khusus √
6. Ruang Radiologi √
7. Ruang Rehabilitasi Medik √
8. Ruang Dapur √
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di RSUD Batara

Guru Kabupaten Luwu diperoleh informasi bahwa dari segi bangunan sudah

memenuhi standart baik ruang pelayanan maupun ruang perawatan semua sudah

tersedia dan dalam kondisi yang baik.

69
Tabel 11.
Hasil Observasi Jenis Tenaga di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu
NO Jenis Tenaga Ada Tidak Ada
1. Dokter umum √
2. Sp. Peny dalam √
3. Sp. Bedah √
4. Sp. Peny anak √
5. Sp. Kebidanan & kandungan √
6. Sp. Peny Saraf √
7. Sp. Kedokteran Jiwa √
Sp. Anastesi √
8. Sp. Kulit & kelamin √
9. Sp. Mata √
10. Sp. THT √
11. Sp. Patologi klinik √
12. Dokter gigi √
13 Dokter Ahli Gizi √
14. Apoteker √
15. S1 Keperawatan √
16. D3 Keperawatan √
17. Tenaga gizi √
18. Bidan √
Transportasi Jumlah Kondisi
Ambulan/ rujukan 4 baik
Standar Prosedur Pelayanan Ada Ada
1. Ada
2. Tidak ada
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di RSUD Batara

Guru Kabupaten Luwu diperoleh informasi bahwa tenaga dokter umum sudah

mencukupi. Dokter spesialis sudah memenuhi kecuali dokter spesialis patoligo

klinis tidak ada di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu.

Transportasi untuk rujukan tersedia 4 mobil Ambulan dengan kondisi baik.

Serta RSUD Batara Guru sudah memiliki Standar Prosedur Pelayanan (SOP).

70
Tabel 12.
Hasil Observasi Jenis Alat di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu
NO Jenis Alat Ada Tidak Ada
1. Lab:
Pemeriksaan kimia darah √
Pemeriksaan gas darah √
Pemeriksaan elektroforesa √
Pemeriksaan elisa √
Pemeriksaan mikrobiologi √
Pemeriksaan anatomi √
2. Radiologi:
Thorak √
BNO/IVP √
Radiologi Terapi √
USG √
IMR √
CT-SCAN √
3. Alat diagnostic lainnya:
Alat pemeriksaan jantung (EKG dll) √
4. Alat tindakan & pemantauan
Monitoring EKG √
Alat bantu nafas √
Set operasi besar √
Mesin anastesi √
Meja tindakan √
Autoclove √
Laparoskopi √
Alat bedah tulang √
Alat bedah otak √
Alat bedah thorak √
Alat bedah mata √
Alat bedah THT √
Alat bedah kebidanan & kandungan √
Endoscopy √

Sumber: Data Primer, 2018.

RSUD Batara Guru sudah cukup baik dalam hal pelayanan dan

ketersediaan fasilitasnya.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari informan sebagai berikut:

“ Untuk sarana dan prasarana saya rasa sudah cukup karena Rumah
Sakit kita sudah dilengkapi dengan Laboratorium dan Radiologi, dsb. Dan
juga pada ketersediaan obat dan bahan habis pakai sudah cukup dan
tersedia.”(FR,54 Tahun, Direktur RSUD Batara Guru)

71
“ Dalam melayani pasien kami tau masih banyak yang kurang dan kami
upayakan yang terbaik bagi pelayanan pasien contohnya kita sudah bikin
MoU rujukan dengan BPJS misalnya rujukan pada pasien proses
persalinan yang tidak mempunyai kartu BPJS tetap kami layani termasuk
Operasi Cesar nanti puskesmas perujuk yang bayar ambil dari klaim
Jampersal (Jaminan Persalinan) asal ada kartu keterangan miskin dari
Desa setempat kami layani sesuai MoU kami dengan BPJS
Kesehatan.”(FR,54 Tahun, Direktur RSUD Batara Guru)

b. Relevansi Regulasi

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti

tentang regulasi yang dibuat Pemerintah Kabupaten Luwu untuk

pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten

Luwu diperoleh informasi bahwa pelaksanaan program Health

Coverage (UHC) JKN-KIS belum sepenuhnya berjalan dengan

baik karena anggaran yang ditentukan dari Pemerintah Pusat belum

mencukupi. Seperti pernyataan informan sebagai berikut:

”Terkait program UHC belum sepenuhnya berjalan dengan


baik kira-kira baru 85% jika dipersenkan, kendala yang kami
hadapi yaitu kendala terkait anggaran dari pusat yang seharusnya
anggarannya mencapai 28 milliar tetapi untuk sekarang anggaran
yang turun baru 25 milliar jadi masih kurang sekitar 3 milliar
lagi.”(SK, Tahun,Kepala Dinas Kesehatan Kab Luwu)

c. Efesiensi SDM

Dari hasil wawancara mendalam dan observasi yang

dilakukan oleh peneliti tentang evaluasi pelaksanaan program

Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Luwu, di dapatkan

informasi bahwa semua pelayanan kesehatan di tingkat primer

dan sekunder sesuai dengan SOP yang ditetapkan di

Permenkes.

72
Pendidikan dan pelatihan sudah pernah dilaksanakan tapi

tidak secara rutin. Untuk tarif pelayanan sudah tidak ada karena

sudah menggunakan sistem kapitasi. Sesuai dengan informasi

yang didapatkan dari informan sebagai berikut :

Kita disini sudah sering mi memang diadakan pelatihan


seperti dokter dokter UGD perawat yang di ICU tapi belum
semuapi perawat ikut pelatihan tapi semua perawat dan dokter
itu sudah memiliki STR”(FR, 54 Tahun, Direktur RSUD Batara
Guru)
“ kalo untuk penetapan tarif sudah tidak ada karena kami
sudah menggunakan sistem kapitasi” (SK,52 Tahun, Kepala
Dinas Kesehatan Kab Luwu)
Semua pelayanan puskesmas memang dilakukan sesuai
dengan SOP (ID,50 Tahun,Kepala Puskesmas Lamasi)

d. Keterjangkauan Informasi

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti

tentang sosialisasi mengenai BPJS, dan JKN kepada

masyarakat didapatkan informasi bahwa dinas kesehatan

Kabupaten Luwu sudah melakukan sosialisasi langsung kepada

masyarakat bersama dengan BPJS Kesehatan ke masing-

masing Kecamatan mensosialisasikan program JKN. Hal ini

seperti pernyataan informan sebagai berikut:

“Sosialisasi langsung ke masyarakat sudah kami lakukan


kami turun langsung bersama pihak BPJS ke kecamatan
mensosialisasikan mengenai BPJS dan lain dari itu kami juga
sudah melakukan sosialisasi melalui koran,media
cetak,brosur,dsb”(SK, 52 Tahun, Kepala Dinas Kesehatan Kab
Luwu)

Berdasarkan tujuan khusus penelitian yaitu untuk

mengetahui bagaimana keterjangkauan sosialisasi dalam

73
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional maka

peneliti juga melakukan wawancara di masyarakat yaitu pada

PNS pengguna Askes dan peserta Non PBI dan PBI telah

diperoleh informasi bahwa PNS dan peserta pengguna BPJS

Kesehatan masih ada beberapa yang kurang memahami tentang

BPJS dan JKN. Beberapa informan ini juga ada yang belum

memperoleh informasi mengenai JKN dan BPJS. Hal ini

dinyatakan beberapa informan sebagai berikut:

“Saya belum terlalu paham bagaimana sebenarnya sistem


jika kita ingin menggunakan kartu BPJS karena kartu BPJS
saya sudah lama tidak aktif dan sudah lama juga saya tidak
menggunakannya. Sekarang saya masih proses
memperpanjang atau buat baru lagi kartu BPJS Kesehatan
saya”(SY,25 Tahun, Peserta Non PBI)
“Pertama kali tau info tentang BPJS itu saya liat di Televisi
tapi saya belum pernah dapat sosialisasi langsung dari BPJS
Kesehatan”(RS,40 Tahun, Pengguna Askes)

C. Pembahasan

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian yang diperoleh dari

data-data pernyataan informan penelitian dan setelah dilakukan reduksi

data dan penyajian data, maka selanjutnya peneliti melakukan pembahasan

hasil penelitian dengan menganalisa data-data tersebut dan

membandingkan dengan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu tentang

BPJS Kesehatan. Dilihat dari beberapa variabel dapat dikemukakan

sebagai berikut:

74
1. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang menjadi

tempat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta

jaminan (asuransi) kesehatan, Dalam hal ini penyediaan fasilitas

kesehatan yang ada harus sesuai dengan syarat kredinsialing.

Kredinsialing dilakukan untuk mengetahui kapasitas dan kualitas

fasilitas kesehatan yang akan bekerja sama dengan BPJS sehingga

peserta dapat dilayani dan tujuan pembangunan kesehatan dapat

tercapai. Kebijakan kredinsialing memberikan jaminan kualitas

pelayanan yang relatif sama kepada seluruh rakyat Indonesia.

Adapun kriteria penilaian Kredinsialing dilakukan dengan

memeriksa dan menilai berbagai aspek berikut:

1) Aspek Legal (syarat mutlak)

a) Perizinan/lisensi dari instansi yang berwewenang sesuai

peraturan perundangan (STR dokter/dokter gigi/ijin

praktek/surat ijin klinik/surat izin operasional RS)

b) Dokter atau dokter gigi praktik perorangan harus

memiliki NPWP

c) Badan hukum fasilitas kesehatan atau jaringan fasilitas

kesehatan memiliki NPWP

2) Aspek Tampilan Fisik

a) Fasilitas kesehatan berada di lokasi yang dapat diakses

dengan transportasi umum atau dalam jangkauan lima

75
menit jalan kaki dari tempat pemberhentian kendaraan

umum pribadi.

b) Memiliki ruangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3) Aspek Sarana dan Tenaga/SDM

a) Memiliki alat-alat medis yang dibutuhkan sesuai

dengan perjanjian yang berlaku

b) Memiliki tenaga yang sesuai dengan peraturan

perundangan,baik jenis,kualitas,dan kuantitasnya.

c) Untuk fasilitas kesehatan institusi (klinik atau RS)

memiliki standar minimal tenaga (medis dan para

medis) sesuai peraturan yang berlaku.

d) Memiliki catatan rekam medik. Rekam medik

elektronik memiliki nilai lebih, tetapi bukan syarat

mutlak.

e) Memiliki sertifikat kompetensi tenaga

medis,paramedis dan administratif sesuai ketentuan

yang berlaku. Sebagai acuan adalah ketentuan

persyaratan fasilitas kesehatan berdasarkan peraturan

Kemenkes untuk setiap klarifikasi/ tipe rumah sakit

atau fasilitas kesehatan lain.

Berdasarkan observasi dan wawancara langsung dengan

informan maka diperoleh informasi bahwa untuk ketersediaan

fasilitas kesehatan primer dan sekunder yaitu di Puskesmas Belopa

76
dan Puskesmas Lamasi belum memenuhi syarat kredinsialing BPJS

Kesehatan dilihat dari beberapa standar yang belum memenuhi

syarat yaitu dari segi tenaga kerja (SDM) yang belum cukup

bahkan masih kurang. Namun untuk standar bangunan telah

memenuhi syarat, semua jenis pelayanan diselenggarakan bahkan

di Puskesmas Lamasi sudah tersedia layanan rawat inap. Dan juga

untuk obat dan bahan habis pakai yang tersedia cukup, di

Puskesmas Belopa Instalasi Farmasi berada satu lingkup dengan

Puskesmas. Sedangkan untuk ketersediaan fasilitas kesehatan

sekunder yaitu pelayanan kesehatan rujukan di RSUD Batara Guru

dalam memenuhi syarat kredinsialing BPJS Kesehatan dalam segi

bangunan sudah memenuhi syarat, tenaga kerja (SDM) juga sudah

cukup, dan alat kesehatan juga telah memadai.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Riegel Putri dkk (2013) tentang kesiapan PT Askes dalam

bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan yang menyatakan bahwa

masih perlu meningkatkan sarana dan prasarana untuk memperluas

akses pelayanan.

Sedangkan menurut UU RI NO. 40 Tahun 2004 tentang

SJSN Pasal 22 ayat (1) menyatakan bahwa manfaat jaminan

kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan

promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk obat dan

bahan medis habis pakai yang diperlukan. Pelayanan tersebut

77
diberikan sesuai dengan pelayanan standar, baik mutu maupun

jenis pelayanananya agar dapat menjamin kesinambungan dan

kepuasan peserta.

2. Relevansi Regulasi

Regulasi adalah pengendalian yang berkesinambungan dan

terfokus yang dilakukan oleh lembaga publik terhadap kegiatan pelayanan

yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan regulasi pelayanan

kesehatan merupakan upaya publik untuk memberikan pengaruh secara

langsung atau tidak langsung terhadap perilaku dan fungsi organisasi

maupun perorangan yang menyediakan pelayanan kesehatan

(Koentjoro,2007).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pemerintah

Kabupaten Luwu telah menetapkan kebijakan dalam bentuk program

Universal Health Coverage (UHC) JKN-KIS.UHC adalah suatu konsep

reformasi pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa aspek antara lain:

a. Aksebilitas dan equitas pelayanan kesehatan

b. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan komphrensif yang meliputi

pelayanan preventif,promotif,kuratif sampai rehabilitatif.

c. Mengurangi keterbatasan finansial dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan bagi setiap penduduk.

Program UHC di Kabupaten Luwu ini terbukti membawa dampak

yang positif terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Secara bertahap

tapi pasti pemerintah Kabupaten Luwu telah berusaha semaksimal

78
mungkin untuk mensukseskan program ini. Terbukti pada bulan februari

2018 sebanyak 95.12% (356.140 jiwa) dari jumlah penduduk Kabupaten

Luwu telah resmi terdaftar sebagai peserta JKN-KIS. Namun sampai saat

ini pencapaian UHC belum 100% akibat ada beberapa kendala dari pihak

Pemerintah Pusat.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Asih Eka

Putri (2013) tentang transformasi BPJS menyatakan bahwa keberhasilan

transformasi BPJS tergantung pada ketersdiaan peraturan, pelaksanaan

yang harmonis, konsisten dan dilaksanakan secara efektif.

3. Efesiensi SDM

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 512/Menkes/PER/IV/2007 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan

Praktik Kedokteran BAB I pasal 1 ayat 10 Standar Prosedur Operasional

adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk

menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, dimana Standar Prosedur

Operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan

konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi

pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan

standar profesi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang

dilakukan oleh peneliti semua penyedia pelayanan kesehatan di rumah

sakit maupun di puskesmas semua sudah memiliki SOP dan dilakukan

semua sesuai standar yang telah di tetapkan karena selama ini tidak ada

79
pengaduan dari pasien tentang pelayanan kesehatan di fasilitas tingkat

primer maupun sekunder.

Penetapan tarif dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Luwu

sudah tidak ada karena menggunakan sistem kapitasi. sistem kapitasi itu

sendiri adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana

pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima

sejumlah tetap penghasilan per perserta, per periode waktu (biasanya

bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu.

Pembayaran bagi Pemberi pelayanan Kesehatan (PPK) dengan

sistem kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga

kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan yajg diberikan kepada anggota

lembaga tersebut, yaitu dengan membayar di muka sejumlah dasa sebesar

perkalian anggora dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Didasari atas

jumlah tertanggung (orang yang dijamin atau anggota) baik angota itu

dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat yang besarnya ditetapkan

dan umumnya dibayarkan dimuka tanpa memperhitungkan jumlah

konsultasi atau pemakaian pelayanan di PPK tersebut.

Berdasarkan Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 pasasl 32

menyatakan BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas

kesehatan yang memberikan layanan kepada peserta. Besaran pembayaran

yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan

berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas

kesehatan di wilayah Fasilitas Kesehatan tersebut berada serta mengacu

80
pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri. Hal ini sudah sesuai

dengan yang diterapkan di Kabupaten Luwu anggaran nya berdasarkan

Permenkes kemudian diteruskan ke daerah melalui Perda

4. Keterjangkauan Informasi

Kebijakan pemerintah tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Nasional (BPJS) dan Jaminan Kesehatan Naional (JKN) perlu diketahui

dan dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu

dilakukan penyebarluasan informasi melalui sosialisasi kepada semua

pemangku kepentingan dan masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sosialisasi mengenai

BPJS dan JKN kepada masyarakat sudah dilakukan oleh para stakeholder

atau pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program JKN di

Kabupaten Luwu. Sosialisasi juga dilakukan oleh BPJS Kesehatan dalam

bentuk sosialisasi secara langsung ke masyarakat dan melalui media massa

seperti televisi, baliho, poster, serta radio. Sedangkan pada Dinas

Kesehatan juga melakukan sosialisasi kepada tenaga kesehatan melalui

pelatihan.

Sosialisasi kepada masyarakat mengenai BPJS dan JKN di Kabupaten

Luwu sangatlah penting untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman

kepada masyarakat agar pada pelaksanaannya masyarakat tidak terhambat

oleh kurangnya pemahaman ataupun salah paham masyarakat tentang

BPJS Kesehatan.

81
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ahmad Nizar

Shihab (2012) tentang hadirnya Negara ditengah rakyatnya pasca lahirnya

UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS yang menyatakan bahwa untuk

mewujudkan sebuah sistem yang stabil diperlukan kerjasama tidak hanya

antar pemangku kepentingan (stakeholder) tetapi juga peran aktif

masyarakat. Masyarakat merupakan pemilik kepentingan yang paling

utama dan selayaknya memiliki kesadaran untuk mengikuti prosedur

system yang hendak dibentuk dan dilaksanakan.

82
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa Evaluasi pelaksanaan program Jaminan Kesehatan

Nasional di Kabupaten Luwu dilihat dari beberapa variabel yaitu sebagai

berikut:

1. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Diperoleh informasi bahwa untuk ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan primer dan sekunder yaitu Puskesmas dan RSUD Batara Guru

di Kabupaten Luwu untuk standar bangunan telah memenuhi syarat, akan

tetapi untuk standar tenaga kerja belum memenuhi syarat karena

kurangnya tenaga dokter umum.

2. Relevansi Regulasi

Diperoleh informasi bahwa Pemerintah Kabupaten Luwu telah

menetapkan kebijakan dalam bentuk program Universal Health Coverage

(UHC) JKN-KIS. Program UHC di Kabupaten Luwu ini terbukti

membawa dampak yang positif terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.

Secara bertahap tapi pasti pemerintah Kabupaten Luwu telah berusaha

semaksimal mungkin untuk mensukseskan program ini. Namun sampai

saat ini pencapaian UHC belum 100% akibat ada beberapa kendala dari

pihak Pemerintah Pusat.

83
3. Efesiensi SDM

Diperoleh informasi bahwa semua pelayanan kesehatan sesuai

dengan SOP yang ditetapkan di Permenkes. Untuk tarif pelayanan sudah

tidak ada karena sudah menggunakan sistem kapitasi. Pelayanan pasien

dilakukan semua sesuai standar yang telah di tetapkan karena selama ini

tidak ada pengaduan dari pasien tentang pelayanan kesehatan di fasilitas

tingkat primer maupun sekunder.

4. Keterjangkauan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sosialisasi mengenai

BPJS dan JKN kepada masyarakat sudah dilakukan oleh para stakeholder

atau pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program JKN di

Kabupaten Luwu. Akan tetapi terjadi ketidakmerataan informasi pada

beberapa golongan masyarakat.

B. Saran

1. Diharapkan untuk fasilitas pelayanan kesehatan primer (Puskesmas)

dan fasilitas kesehatan sekunder (Rumah Sakit) agar dapat memenuhi

semua syarat kredinsialing seperti peningkatan sarana dan prasarana,

dan tenaga kesehatan sehingga lebih maksimal dalam pelaksanaan

program JKN di Kabupaten Luwu.

2. Untuk Pemerintah Kabupaten Luwu dalam hal ini Dinas Kesehatan

diharapkan melakukan pemerataan dalam pendistribusian tenaga

kesehatan (dokter umum)

84
3. Untuk BPJS diharapkan agar sosialisasinya merata di seluruh lapisan

masyarakat agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak mengetahui

Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan BPJS Kesehatan.

4. Bagi mahasiswa dan peneliti lainnya masih perlu dilakukan penelitian

lanjutan terkait evaluasi pelaksanaan program JKN di Kabupaten

Luwu.

85
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. (2010). Sistem Kesehatan. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.


Asih, E. P. (2013). "Transformasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial." Jurnal
Legislasi Indonesia.

Asih, E. P. (2014). Buku Saku Paham Jaminan Sosial Kesehatan Nasional


Jakarta, CV Komunitas Pejaten Mediatama.

Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta Barat, Binarupa


Aksara.

Edi, S. (2015) Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat Kajian


Strategis Pembangunan Kesehjatraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung, PT. Refika Aditama.

Erny , W. (2012) Pengukuran Efisiensi Jurusan Dengan Metode Data


Envelopment Analysis (Dea) Di Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, undergraduate thesis
faculty of industrial teknology.
Isbandi, R A. (2011). Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta,
FEUI Press

Juliantari, N. I. R. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan


Pemanfaatan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Oleh Wanita
Pasangan Usia Subur di Puskesmas Mengwi I. Bachelor thesis, Universitas
Udayana.

Kemenkes RI, 2012, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Kemenkes, R. I. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, Kementrian


Kesehatan RI.

Pius, P. (1994) Kamus Ilmiah Populer. Surabaya, Arloka

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

Depkes, R. I. (2014). Profil kesehatan Kabupaten Luwu. Jakarta, Departemen


Kesehatan RI

86
Ratminto, A. S. (2015). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta, PT Pusataka Pelajar.

Shihab, A. (2012). "Hadirnya Negara di Tengah Rakyatnya Pasca Lahirnya


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial" Jurnal Legislasi Indonesia Vol 9

Sihol, H. S. (2010). Respon Keluarga Terhadap Peran Perawat Dalam


Hospitalisasi Anak Di RSU Haji Adam Malik Medan
Silfianti, W. (2011). "Do Indonesian Province Website Rich and Popular?. World of
Computer Science and Information Technology" Journal (WCSIT) ISSN: 2221-
0741. Vol. 1, No. 6. p.253-259. i.

Sudayat, I. R. (2009). Unsur-unsur dan Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi


Undang – Undang, R. I. (2004). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Undang – Undang, R. I. (2011). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40


Tahun tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Zaelani. (2012). "Komitmen Pemerintah dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial


Nasional" Journal Legislasi Indonesia Vol.9 No.2-Juli 2012, hlm. 192-193

Zaeni, A. (2007). "Aspek Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di


Indonesia Rajawali Pers" Mataram. Hlm. 33

87
LAMPIRAN

88
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL DI KABUPATEN LUWU TAHUN 2017

PEDOMAN WAWANCARA (stakeholder)

Responden :
Waktu Wawancara :
Tanggal :
Jam :

A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Nomor HP :
B. DAFTAR PERTANYAAN
Indikator Ketersediaan
1. Apakah di Dinas Kesehatan dan Puskesmas/Rumah Sakit sudah ada tim
penyelenggara (organisasi pengelola) program JKN?
Jika ada,
a. Siapa unsur yang terlibat dalam organisasi pengelola program JKN??
b. Bagaimana mekanisme pendelegasian kewenangan masing-
masing individu dalam organisasi pengelola program JKN?
Jika Tidak, kenapa belum ada ?
2. Bagaimana ketersediaan tenaga dokter umum, dokter gigi dalam
memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN di Puskesmas/Rumah
Sakit?
3. Bagaimana ketersediaan tenaga keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi peserta JKN di Puskesmas/Rumah Sakit?
4. Bagaimana ketersediaan tenaga kebidanan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi peserta JKN di Puskesmas/Rumah Sakit?
5. Bagaimana ketersediaan fasilitas kesehatan untuk penegakan dignosa
penyakit bagi peserta JKN di Puskesmas/Rumah Sakit?
6. Bagaimana ketersediaan obat dan bahan habis pakai dalam
mendukung pelayanan kesehatan bagi peserta JKN di Puskesmas/Rumah
Sakit?

89
7. Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang petugas kesehatan yang ada di
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada pasien peserta program
JKN?
Indikator Relevansi
1. Bagaimana koordinasi yang dibangun antara Puskesmas/Rumah Sakit
dengan BPJS dan Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu ?
2. Apa kendala dalam koordinasi antara Puskesmas/Rumah Sakit dengan
BPJS dan Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu ?
3. Bagaimana kordinasi terkait program UHC di Kabupaten Luwu?
4. Bagaimana proses dijalankannya program UHC di Kabupaten Luwu?
5. Apa kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program UHC di
Kabupaten Luwu?
6. Apakah program UHC sudah terealisasi dengan baik?

Indikator Efesiensi
1. Apakah sudah ada SOP pelayanan kesehatan tiap unit layanan di
Puskesmas/Rumah Sakit? Jika sudah ada, bagaimana penerapan SOP
pelayanan kesehatan di Puskesmas/Rumah Sakit? Jika belum ada, kenapa?
2. Apakah sudah dilakukan pendidikan dan pelatihan tentang
kompetensi pengelola program JKN?
a. Jika ada, kapan
dilakukan?
b. Jika tidak, kenapa?
3. Bagaimana kesiapan regulasi tentang tarif pelayanan kesehatan
dalam program JKN di Kabupaten Luwu?
4. Bagaimana mekanisme pengelolaan pembiayaan untuk program JKN
di Puskesmas/Rumah Sakit?
a. Dari mana sumber anggaran untuk program JKN di Puskesmas/Rumah
Sakit?
b. Apa kendala yang dihadapi dalam pengelolaan anggaran program JKN
di Puskesmas/Rumah Sakit?
c. Bagaimana sistem pemberian insentif atau jasa medis bagi
pemberi pelayanan kesehatan dalam program JKN di
Puskesmas/Rumah Sakit?
d. Apa dasar penetapan tarif pelayanan bagi peserta program JKN
di Puskesmas/Rumah Sakit?

Indikator Keterjangkauan
1. Bagaimana mekanisme yang dilakukan dalam mensosialisasikan kebijakan
program JKN di lingkungan wilayah kerja Kabupaten Luwu?
2. Media apa yang digunakan untuk memberikan informasi tentang program
JKN?
3. Siapa yang memperoleh informasi tentang program JKN yang disampaikan?
4. Apa isi (content) dari informasi kebijakan program JKN yang
disosialisasikan?

90
5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan terhadap informasi tentang program
JKN di lingkungan kerja Kabupaten Luwu?

91
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL DI KABUPATEN LUWU TAHUN 2017

PEDOMAN WAWANCARA(masyarakat)

Responden :
Kepesertaan : a. PBI
b. Non PBI
Waktu Wawancara :
Tanggal :
Jam :

C. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Nomor HP :
D. DAFTAR PERTANYAAN
1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar tentang program JKN? Jika pernah,
dari mana sumber informasinya dan kapan ?
2. Program apa saja yang anda ketahui tentang JKN?
3. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi oleh pihak pelaksana JKN?
4. Apakah anda mengetahui bahwa PT Askes telah bertransformasi menjadi
BPJS Kesehatan?
5. Apakah anda mudah menjangkau fasyankes primer dan sekunder?
6. Apa saja kendala yang anda hadapi dalam menjangkau fasyankes primer
dan sekunder?
7. Apakah anda mengetahui bahwa setiap warga negara Indonesia berhak dan
wajib memiliki jaminan kesehatan?
8. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sikap dokter umum dalam
memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas/Rumah Sakit?
9. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sikap perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan di Puskesmas/Rumah Sakit?
10. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sikap bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan di Puskesmas/Rumah Sakit?

92
11. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sikap petugas administrasi dalam
memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas/Rumah Sakit?
12. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sikap petugas apotik dalam
memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas/Rumah Sakit?
13. Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang petugas kesehatan yang ada di
Puskesmas/Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien
peserta program JKN?

93
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN LUWU
TAHUN 2017
Indikator Ketersediaan Fasilitas
Pertanyaan Informan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apakah di Dinas Kesehatan Informan mengetahui empat macam Di Fasilitas kesehatan tingkat
SK Kalau penyakit anak itu nak ada 4 macam.
dan Puskesmas/Rumah Sakit penyakit pada anak. pertama (primer) maupun
sudah ada tim Ya sudah ada dan mekanisme pendelegasian Informan mengatakan bahwa di fasilitas kesehatan tingkat
penyelenggara (organisasi kewenangan yang ada mulai dari Rumah Sakit sudah ada tim Lanjut (sekunder) semua
FR
pengelola) program JKN? ketua,sekertaris,pengKoding,peng indput data penyelenggara JKN dan juga sudah sudah ada tim penyelenggara
serta pembagi jasa tersusun organisasi pengelolanya. program JKN sesuai dengan
Informan mengatakan bahwa di struktur organisasi yang telah
YA sudah ada organisasi pengelola JKN yang dibuat.
EA puskesmas sudah ada tim yang
diketuai oleh para tim medis
mengelola JKN.
Informan mengatakan bahwa di
Ya di puskesmas ini sudah ada pengelola
ID puskesmas sudah ada tim pengelola
program JKN
JKN.
Ya di tiap faskes sudah ada tim penyelenggara
Informan mengatakan bahwa di setiap
JKN contohnya di RSUD Batara Guru sudah
fasilitas kesehatan semua sudah ada
ada petugas kami di sana (BPJS) mulai dari
tim penyelenggara program JKN
pemverikasian data pasien,menginput,dsb.
Bagaimana ketersediaan Informan mengatakan bahwa untuk Ketersediaan tenaga
tenaga dokter umum, Kalau untuk puskesmas tenaga dokter umum tenaga dokter umum yang masih kesehatan di beberapa
dokter gigi, perawat,bidan, masih kurang karena ada beberapa puskesmas kurang hanya di puskesmas sedangkan puskesmas dan Rumah sakit
ketersediaan fasilitas SK yang masih belum memiliki dokter umum tapi Rumah sakit sudah cukup. masih kurang. Tetapi
kesehatan untuk penegakan kalau di rumah sakit saya rasa untuk semua ketersediaan obat dan bahan
dignosa penyakit, serta tenaga kesehatan sudah cukup dan memadai habis pakai sudah cukup
ketersediaan obat dan memadai
bahan habis pakai dalam Kalau untuk dokter umum kami sudah ada Informan mengatakan bahwa dokter
mendukung pelayanan begitu juga dengan perawat bidan dll, tapi umum yang ada di rumah sakit sudah
kesehatan bagi peserta JKN FR untuk dokter spesialis penyakit dalam masih memadai akan tetapi dokter spesialis
di Puskesmas/Rumah Sakit? kurang 1 sedangkan untuk persediaan obat yang masih kurang.
dan bahan habis pakai juga sudah cukup
94
Masalah yang terjadi pada ketersediaan faskes Informan mengatakan bahwa di
yaitu kami kekurangan tenaga dokter umum puskesmas tempat beliau bertugas
EA dalam hal ini saya sebagai kepala puskesmas masih kekurangan tenaga dokter
serta penanggung jawab juga merangkap umum.
menjadi dokter umum
Informan mengatakan bahwa di
Tenaga dokter umum di Puskesmas ini belum Puskesmas tidak ada dokter umum
ada kemarin sebenarnya sudah ada tapi dokter
ID dipindah tugaskan dan kami sementara
upayakan untuk mengusulkan kembali
permintaan dokter umum di puskesmas kami

95
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN LUWU
TAHUN 2017
Indikator Efesiensi SDM
Pertanyaan Informan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apakah sudah ada SOP Informan mengatakan bahwa Untuk Standar Operasional
Iya semua pelayanan di rumah sakit
pelayanan kesehatan tiap unit SK Semua pelayanan di rumah sakit Pelayanan (SOP) kesehatan
maupun puskesmas sesuai SOP
layanan di Puskesmas/Rumah dan puskesmas sesuai SOP setiap fasyankes primer
Sakit? Jika sudah ada, Informan mengatakan bahwa maupun sekunder semua
bagaimana penerapan SOP Sudah ada, semua pelayanan dibawah itu pelayanan di rumah sakit sudah memiliki SOP dan
FR
pelayanan kesehatan di sesuaimi dengan SOP sesuai dengan standar operasional pelayanan kesehatan
Puskesmas/Rumah Sakit? Jika pelayanan dilakukan semua sesuai
belum ada, kenapa? Kalo untuk SOP puskesmas ini memang dengan SOP
Informan mengatakan bahwa SOP
melayani sesuai mi dengan syarat
EA di puskesmas sudah ada dan
operasional pelayanan kesehatan
diterapkan

Informan mengatakan bahwa SOP


Semua pelayanan puskesmas memang
ID di puskesmas sudah ada dan
dilakukan sesuai dengan SOP
diterapkan

Apakah sudah dilakukan Informan mengatakan sudah pernah Untuk pendidikan dan
pendidikan dan pelatihan Oh kalo pelatihannya itu memang pernah dilakukan pendidikan dan pelatihan pelatihan tenaga kesehatan
SK
tentang kompetensi pengelola ada tapi tidak rutin dilakukan tapi tidak rutin. dalam program JKN itu
program JKN? memang sudah pernah
Kita disini sudah sering mi memang Informan mengatakan bahwa dokter dilaksanakan tetapi tidak
diadakan pelatihan seperti dokter dokter dan perawat sebagian sudah sering rutin dan tidak merata
FR UGD perawat yang di ICU tapi belum mengikuti pelatihan dan semua karena ada beberapi
semuapi perawat ikut pelatihan tapi semua perawat dokternya sudah memiliki perawat yang ada di
perawat dan dokter itu sudah memiliki STR STR Rumah Sakit belum pernah
Informan mengatakan bahwa mengikuti pelatihan tetapi
Iya beberapa bulan lalu itu saya ikut
EA pernah mengikuti pendidikan dan sudah memiliki STR.
pelatihan
pelatihan tenaga kesehatan

96
Informan mengatakan bahwa
informan sudah pernah ikut
Kalau saya sebagai kapus memang kadang pelatihan tapi sudah lama begitupun
kadang ikut pelatihan tapi untuk perawat dengan perawat yang ada di
ID Puskesmas
dsbnya itu sudah pernah memang ada tapi
dalam waktu dekat ini belum pernahpi lagi

Bagaimana kesiapan regulasi Informan mengatakan bahwa sudah


tentang tarif pelayanan Tidak adami tarif karena sekarang kan tidak ada tarif dalam program UHC Untuk tarif pelayanan
kesehatan dalam program JKN SK sudah UHC jadi sistem pembayaran karena sudah sistem kapitasi dalam program JKN itu
di Kabupaten Luwu? kapitasimi sudah tidak ada karena
sudah sistem kapitasi.
Informan mengatakan bahwa sudah sistem kapitasi itu sendiri
tidak ada tarif dalam program UHC adalah metode pembayaran
karena sudah sistem kapitasi untuk jasa pelayanan
Tarif sudah tidak adami karena sudah
FR kesehatan dimana pemberi
sistem kapitasi
pelayanan kesehatan
(dokter atau rumah sakit)
menerima sejumlah tetap
Informan mengatakan bahwa sudah penghasilan per perserta,
tidak ada tarif dalam program UHC per periode waktu
karena sudah sistem kapitasi (biasanya bulan), untuk
EA Sistem kapitasi sudah tidak ada lagi tarif pelayanan yang telah
ditentukan per periode
waktu
Informan mengatakan bahwa sudah
tidak ada tarif dalam program UHC
ID Tarif sudah tidak ada untuk pasien JKN karena sudah sistem kapitasi

97
Bagaimana mekanisme Informan mengatakan bahwa
pengelolaan pembiayaan untuk sumber dari anggaran kesehatan itu
program JKN di a. Sumber anggaran berdasarkan berdasarkan permenkes
Puskesmas/Rumah Sakit? permenkes
SK
e. Dari mana sumber b. Kendalanya itu anggaran yang
kurang Sumber anggaran
anggaran untuk
semuanya telah diatur dari
program JKN di
permenkes. BPJS
Puskesmas/Rumah
Informan mengatakan bahwa Kesehatan melakukan
Sakit?
sumber dari anggaran kesehatan itu pembayaran kepada
f. Apa kendala yang
berdasarkan permenkes, dan juga fasilitas kesehatan yang
dihadapi dalam
sering terjadi kendala dalam klaim/ memberikan layanan
pengelolaan
pembayaran dari pihak BPJS kepada peserta. Besaran
anggaran program
pembayaran yang
JKN di
a. Sumber anggaran dari pusat dan dilakukan BPJS Kesehatan
Puskesmas/Rumah
dari klaim BPJS kepada Fasilitas Kesehatan
Sakit?
b. Kendalanya itu sering terlambat ditentukan berdasarkan
g. Bagaimana sistem
klaim dari BPJS kesepakatan antara BPJS
pemberian insentif
c. Sistem pembayarannya itu semakin Kesehatan dengan asosiasi
atau jasa medis
FR banyak pasien semakin banyak fasilitas kesehatan di
bagi pemberi
biaya jasa untuk dokter seperti wilayah Fasilitas
pelayanan
yang sudah diatur dalam Kesehatan tersebut berada
kesehatan dalam
permenkes & perda serta mengacu pada standar
program JKN di
d. Dasar penetapan tarif sesuai tarif yang ditetapkan oleh
Puskesmas/Rumah
permenkes Menteri
Sakit?
h. Apa dasar
penetapan tarif
pelayanan bagi
peserta program
JKN di
Puskesmas/Rs?

98
Apa kendala yang dihadapi Informan mengatakan bahwa
dalam penyelenggaraan program kendala dalam program UHC ini
UHC di Kabupaten Luwu? Kendalanya itu anggaran belum mencukupi terkait dengan anggaran yang belum
SK seharusnya anggaran untuk UHC itu 28 mencukupi
Milliar tapi yang ada baru 25 Milliar Kendala dalam program
UHC ini menurut
pemerintah terkait dengan
Informan mengatakan bahwa dalam anggaran yang tidak
pelayanan pasien tidak ada kendala mencukupi sedangkan
Kalo kendala dalam puskesmas itu untuk yang dihadapi. untuk pelayanan pasien
EA pelayanan pasien UHC saya rasa tidak ada tetap dilakukan dengan
kendala baik

Informan mengatakan bahwa dalam


pelayanan pasien tidak ada kendala
Kendala dalam pelayanan program UHC yang dihadapi.
ID kalo kita melayani pasien itu sejauh ini
belum ada

99
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN LUWU
TAHUN 2017
Indikator Relevansi Regulasi
Pertanyaan Informan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Bagaimana koordinasi Kordinasi yang kita bangun itu dengan Kordinasi antara BPJS
Informan mengatakan bahwa telah
yang dibangun antara mengadakan pertemuan setiap 3 bulan dengan Kesehatan dengan Rumah
SK dilakukan kordinasi dengan pihak
Puskesmas/Rumah Sakit Tim sakit,Puskesmas, dan Dinas
BPJS setiap 3 bulan sekali
dengan BPJS dan Dinas Kesehatan sudah sering
Kesehatan Kabupaten Luwu Kordinasi antara kita dengan BPJS itu kami dilaksanakan dalam bentuk
Informan mengatakan bahwa kordinasi
? biasa melakukan rapat pertemuan kordinasi rapat dan pertemuan setiap 3
FR antara BPJS sering diadakan dalam
antara faskes sekabupaten Luwu bulan sekali. Dan juga pihak
bentuk pertemuan dan rapat
dari BPJS sudah berusaha
Informan mengatakan sering mengupayakan bagaimana
Sering diadakan pertemuan antara BPJS dan
EA mengikuti dan menghadiri pertemuan membangun kordinasi yang
seluruh tenaga kesehatan baik agar kualitas pelayanan
antara BPJS dan faskes
BPJS sering melakukan kordinasi antara di era JKN di Kabupaten
Informan mengatakan bahwa kordinasi Luwu berjalan sesuai yang
ID faskes dengan melakukan pertemuan rutin
antara BPJS sering diadakan diharapkan.
Untuk kordinasi antara kami dengan pihak
pelayanan kesehatan itu kami upayakan sebaik Informan mengatakan bahwa pihak
mungkin, kemarin itu kami baru saja BPJS telah mengupayakan kordinasi
melakukan rapat kordinas antara fasyankes yang baik antara penyedia pelayanan
tingkat pertama dan lanjut se kabupaten Luwu kesehatan

Apa kendala dalam Informan mengatakan bahwa tidak ada Ketersediaan tenaga
koordinasi antara Kalau untuk kendala itu sudah tidak ada kendala yang terjadi dalam kesehatan di beberapa
Puskesmas/Rumah Sakit SK karena sudah ada pertemuan yang pengkordinasian. puskesmas dan Rumah sakit
dengan BPJS dan Dinas dilaksanakan 3 bulan sekali. masih kurang. Tetapi
Kesehatan Kabupaten Luwu ketersediaan obat dan bahan

100
? Informan mengatakan bahwa dalam habis pakai sudah cukup
Kalau untuk kendala dalam pengkordinasian
pengkordinasian antara BPJS sudah memadai
itu saya rasa sudah tidak ada akan tetapi yang
FR tidak ada kendala akan tetapi terjadi
menjadi permasalahan selama ini itu adanya
kendala dalam pembayaran klaim dari
keterlambatan klaim dari BPJS
BPJS
Masalah yang terjadi pada ketersediaan faskes Informan mengatakan bahwa di
yaitu kami kekurangan tenaga dokter umum puskesmas tempat beliau bertugas
EA dalam hal ini saya sebagai kepala puskesmas masih kekurangan tenaga dokter
serta penanggung jawab juga merangkap umum.
menjadi dokter umum
Informan mengatakan bahwa di
Tenaga dokter umum di Puskesmas ini belum Puskesmas tidak ada dokter umum
ada kemarin sebenarnya sudah ada tapi dokter
ID dipindah tugaskan dan kami sementara
upayakan untuk mengusulkan kembali
permintaan dokter umum di puskesmas kami

101
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN LUWU
TAHUN 2017
Indikator Keterjangkauan Informasi

Pertanyaan Informan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan


Bagaimana mekanisme yang Informan mengatakan bahwa Mekanisme sosialisasi yang
Sosialisasi turun langsung ke
dilakukan dalam SK telah melakukan sosialisasi dilakukan oleh pemerintah dalam
masyarakat
mensosialisasikan kebijakan langsung ke masyarakat hal ini Dinas Kesehatan dan
program JKN di lingkungan Kalau untuk sosialisasi kami dari pihak Informan mengatakan bahwa BPJS Kesehatan sudah
wilayah kerja Kabupaten rumah sakit belum pernah turun untuk sosialisasi itu dilakukan melakukan sosialisasi langsung
FR
Luwu langsung ke masyarakat sosialisasi itu dari pihak pemerintah dan dari ke masyarakat
biasanya dari dinkes dan BPJS BPJS
Informan mengatakan bahwa
Kalau untuk sosialisasi kami dibantu
untuk sosialisasi dilakukan dari
dengan dinkes dan pihak BPJS karena
EA dinkes dan BPJS karena
kami memusatkan perhatian di
informan fokus dalam melayani
pelayanan masyarakat
pasien
Informan mengatakan bahwa
Sosialisasi JKN itu biasa saya lakukan
untuk sosialisasi dan turun
ID langsung dan turun langsung juga ke
langsung ke masyarakat rutin
masyarakat
dilakukan
Sosialisasi kami sering lakukan bahkan Informan mengatakan pihak dari
dalam 1 minggu itu saya selalu ada BPJS sering sekali melakukan
NM
jadwal untuk sosialisasi di masyarakat sosialisasi langsung ke
masyarakat dan sudah terjadwal
Media apa yang digunakan Informan mengatakan bahwa Media yang digunakan yakni
untuk memberikan informasi Media cetak,brosur,poster,dsb media yang digunakan dalam media
SK
tentang program JKN? sosialisasi yaitu media cetak,elektronik,radio,spanduk
cetak,brosur,dll. serta baligho.
Informan mengatakan bahwa
Media media yang digunakan dalam
NM
cetak,eklektronik,poster,spanduk,dsb sosialisasi yaitu termasuk juga
media elektronik,radio,dsb

102
Siapa yang memperoleh Seluruh lapisan masyarakat mulai dari Informan mengatakan bahwa Yang memperoleh informasi
informasi tentang program camat,kepala desa,tokoh yang memperoleh informasi tentang program JKN itu
SK
JKN yang disampaikan? masyarakat,semua kami upayakan agar seluruh lapisan masyarakat diupayakan seluruh lapisan
sampai ke masyarakat masyarakat dapat mengetahui
Informan mengatakan bahwa tentang JKN.
Sasaran saya itu semua masyarakat diupayakan agar informasi
NM
harus memperoleh informasi mengenai JKN sampai ke seluruh
masyarakat
Bagaimana evaluasi yang Informan mengatakan bahwa Evaluasi yang dilakukan dari
dilakukan terhadap informasi dilakukan monitoring dan pihak pemerintah dan BPJS
tentang program JKN di evaluasi terhadap program yang Kesehatan dalam melakukan
lingkungan kerja Kabupaten Dilakukan monitoring dan evaluasi telah di sosialisasikan sosialisasi tentang JKN yaitu
SK
Luwu? program dengan melakukan monitoring
dan evaluasi dari program
tersebut
Setelah kami mensosialisasikan Informan mengatakan bahwa
program kami tetap monitoring dilakukan monitoring dan
bagaimana pemahaman masyarakat evaluasi terhadap program yang
NM
tentang program yang kami telah di sosialisasikan
sosialisasikan tersebut

103
MATRIKS HASIL WAWANCARA
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN LUWU
TAHUN 2017

Indikator Keterjangkauan Informasi (Masyarakat)


Pertanyaan Informan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan
Apakah Bapak/Ibu pernah JM Iye sudah pernah, sumber informasinya Informan mengatakan bahwa Informasi tentang program JKN
mendengar tentang program itu biasa saya lihat di televisi sama koran telah mengetahui program JKN memang telah disosialisasikan di
JKN? Jika pernah, dari mana melalui Televisi dan media Cetak. masyarakat akan tetapi belum
sumber informasinya dan semua masyarakat yang
kapan ? AB Iya pernah mi,dari televisi dan sosmed Informan mengatakan bahwa mengetahui tentang program
sudah pernah mendengar tentang JKN artinya sosialisasi ini belum
program JKN di televisi dan merata ke seluruh Lapisan
melihat di Sosial Media masyarakat
RS Sudah pernah, dari televisi Informan mengatakan bahwa
sudah mengetahui tentang
program JKN melalui Televisi.
SM Belum pernahka dengar Informan mengatakan belum
pernah mendengar tentang
program JKN dan informan tidak
mengetahui apa itu JKN
AM Iye pernahmi dari keluargaku ada kerja di Informan mengatakan sudah
BPJS pernah mendengar tentang
program JKN melalui
keluarganya

104
Program apa saja yang anda JM BPJS Kesehatan sama BPJS Informan mengatakan bahwa Sosialisasi kepada masyarakat
ketahui tentang JKN? Ketenagakerjaan program dari JKN Itu BPJS tentang program JKN saya rasa
Kesehatan dan Ketenagakerjaan masih kurang karena sebagian
AB Jaminan hari tua & keselamatan Informan mengatakan bahwa masyarakat tidak mengetahui
ketanaga kerjaan mengetahui dan dapat program apa yang sebenarnya
menyebutkan program dari JKN ada pada JKN mereka hanya
mengetahui badan yang
RS Program dari BPJS Informan mengatakan bahwa
menyelenggarakan program JKN
program JKN itu berdasarkan
tapi tidak mengetahui program
program yang dibuat BPJS
apa sebenarnya yang dijalankan.
AM Salah satunya yang saya tau itu Informan mengetahui program
JAMPERSAL (Jaminan Persalinan) karna JKN dan sudah merasakan
istriku baru-baru kemarin melahirkan fasilitas pelayanan program
tersebut
Apakah anda pernah JM Kalo sosialisasi langsung iya belum Informan mengatakan bahwa Sosialisasi yang dilakukan oleh
mendapatkan sosialisasi oleh pernah karna saya biasa liat di koran ji belum pernah mendapatkan pihak BPJS Kesehatan yang
pihak pelaksana JKN? sama di TV sosialisasi langsung dari pihak seperti dinyatakan informan
BPJS sebelumnya bahwa sosialisasi
AB Iya sudah pernah datang petugasnya Informan mengatakan bahwa sudah dijadwalkan secara rutin di
BPJS sosialisasi di kantor desa sosialisasi pernah diadakan di desa-desa rupanya masih juga
kantor desa tempat tinggal tidak merata bagi seluruh
informan masyarakat Kabupaten Luwu
RS Belum pernahpi Informan mengatakan bahwa karena nyatanya masih ada
belum pernah mendapatkan masyarakat yang belum pernah
sosialisasi langsung dari pihak mendapatkan sosialisasi langsung
BPJS dari pihak BPJS Kesehatan
Kalo sosialisasi langsung di kampungku Informan mengatakan bahwa
AM belum pi Cuma ituji biasa keluarga yang belum pernah mendapatkan
kerja di BPJS yang kasi info sosialisasi langsung dari pihak
BPJS

105
Apakah anda mengetahui JM sudah tau Informan mengatakan bahwa Berdasarkan informasi dari
bahwa PT Askes telah sudah mengetahui transformasi informan bahwa bisa dilihat
bertransformasi menjadi BPJS dari Askes ke BPJS Kesehatan bahwa perbandingan antara
Kesehatan? masyarakat yang mengetahui
AB Iye sudah lamami toh Informan mengatakan bahwa transformasi PT Askes ke BPJS
sudah mengetahui transformasi Kesehatan itu lebih banyak
dari Askes ke BPJS Kesehatan dibandingkan yang tidak
mengetahui.
RS Iya sudah tau Informan mengatakan bahwa
sudah mengetahui transformasi
dari Askes ke BPJS Kesehatan
SY Belum tau Informan mengatakan bahwa
informan belum mengetahui
tentang transformasi Askes ke
BPJS Kesehatan
AM Iya sudah lama mi sekitar 4 tahun lalu Informan mengatakan bahwa
sudah mengetahui transformasi
dari Askes ke BPJS Kesehatan
Apakah anda mudah JM Iya kalo rumah sakit batara guru itu tidak Informan mengatakan bahwa Berdasarkan pernyataan dari
menjangkau fasyankes primer jauh dari rumahku kira-kira Cuma 5 jarak antara tempat tinggal ke informan dapat disimpulkan
dan sekunder? menit kalo naik kendaraan fasyankes primer maupun bahwa jarak antara fasyankes
sekunder terjangkau primer maupun sekunder di
AB Iya jarak dari rumah ke puskesmas itu Informan mengatakan bahwa Kabupaten Luwu itu mudah
dekat jarak antara tempat tinggal ke terjangkau oleh masyarakat
fasyankes primer maupun
sekunder terjangkau
RS iya karena dibelopa sini kan apa apa Informan mengatakan bahwa
semuanya dekat asal adaji kendaraan jarak antara tempat tinggal ke
fasyankes primer maupun
sekunder terjangkau
AM Kalo puskesmas dekatji dari rumah Cuma Informan mengatakan bahwa
RS itu agak jauh kira kira 10 menitlah jarak antara tempat tinggal ke
dari rumah kalau naik mobil fasyankes primer tapi fasyankes
sekunder agak membutuhkan
waktu yang lama untuk dijangkau

106
Apa saja kendala yang anda JM Kendalanya itu biasa pada saat pasien di Informan mengatakan bahwa Kendala yang lebih banyak
hadapi dalam menjangkau rujuk di RS terkendala dalam sistem rujukan dihadapi pasien yaitu tentang
fasyankes primer dan AB Surat rujukan harus melalui puskesmas Informan mengatakan bahwa proses rujukan dari fasyankes
sekunder? kan susah toh bagaimanami kalo keadaan terkendala dalam sistem rujukan primer ke fasyankes sekunder
darurat tidak jarang masyarakat
disulitkan karena hal rujukan ini
RS Selama ini saya rasa tidak adaji kendala Informan mengatakan bahwa bahkan jika pasien dalam
selama menggunakan fasyankes keadaan darurat akan lebih sulit
primer maupun sekunder tidak mendapatkan pelayanan jika
ada kendala yang dihadapi harus menunggu rujukan dulu
AM Alhamdulillah kemarin waktu proses Informan mengatakan bahwa dari Puskesmas baru dilayani di
melahirkannya istriku saya dipermudahji selama menggunakan fasyankes Rumah Sakit
tidak ada hambatan primer maupun sekunder tidak
ada kendala yang dihadapi
Apakah anda mengetahui JM Iya Informan mengatakan bahwa Berdasarkan hasil dari
bahwa setiap warga negara sudah mengetahui bahwa setiap pernyataan informan dapat
Indonesia berhak dan wajib Warga Negara Indonesia berhak disimpulkan bahwa semua
memiliki jaminan kesehatan? memiliki Jaminan Kesehatan masyarakat sudah mengetahui
AB iya Informan mengatakan bahwa hak dari setiap Warga Negara
sudah mengetahui bahwa setiap Indonesia wajib memiliki
Warga Negara Indonesia berhak Jaminan Kesehatan
memiliki Jaminan Kesehatan
RS iya Informan mengatakan bahwa
sudah mengetahui bahwa setiap
Warga Negara Indonesia berhak
memiliki Jaminan Kesehatan
SY Ya, karena setiap warga negara indonesia Informan mengatakan bahwa
wajib memiliki jaminan kesehatan sudah mengetahui bahwa setiap
Warga Negara Indonesia berhak
memiliki Jaminan Kesehatan

107
AM iya Informan mengatakan bahwa
sudah mengetahui bahwa setiap
Warga Negara Indonesia berhak
memiliki Jaminan Kesehatan

Bagaimana pendapat JM Pelayanan dokter baik dan Informan mengatakan bahwa Pelayanan di fasyankes primer
bapak/ibu tentang sikap dokter ramah,perawatnya juga baik ramah serta pelayanan yang informan maupun sekunder secara
umum, perawat,bidan, petugas cepat dalam memberikan dapatkan di fasyankes primer dan kesuluruhan sudah baik akan
administrasi,petugas apotik tindakan,bidannya pun juga baik dan sekunder secara kesuluruhan tetapi dalam hidup ini tidak ada
dalam memberikan pelayanan cepat dalam memberikan sudah baik yang sempurna berdasarkan
kesehatan? tindakan,begitupula dengan pelayanan pernyataan dari informan
admminnya baik ramah dan cepat sebelumnya pihak Rumah Sakit
apotiknya juga cepat dan teratur dengan akan terus mengupayakan
baik pelayanan terbaik bagi semua
AB Ya secara kesuluruhan semua pelayanan Informan mengatakan bahwa pasien
di RS sama Puskesmas baik semua pelayanan yang informan
dapatkan di fasyankes primer dan
sekunder secara kesuluruhan
sudah baik
RS Pelayanannya baik Informan mengatakan bahwa
pelayanan yang informan
dapatkan di fasyankes primer dan
sekunder secara kesuluruhan
sudah baik
SY Semuanya sudah memberikan pelayanan Informan mengatakan bahwa
yang baik pelayanan yang informan
dapatkan di fasyankes primer dan
sekunder secara kesuluruhan
sudah baik
AM Semua pelayananya baik dan cepat dalam Informan mengatakan bahwa
melakukan tindakan pelayanan yang informan
dapatkan di fasyankes primer dan
sekunder secara kesuluruhan
sudah baik

108
Bagaimana pandangan JM Selama ini saya liat pelayanannya cukup Informan mengatakan bahwa Secara keseluruhan pelayanan
bapak/ibu tentang petugas baik dalam melayani pasien petugas kesehatan dan di petugas kesehatan di Rumah
kesehatan yang ada di Puskesmas sudah melayani pasien Sakit maupun Puskesmas sudah
Puskesmas/Rumah Sakit dengan baik baik tetapi masih ada yang perlu
dalam memberikan pelayanan dibenahi dalam pelayanan pasien
kepada pasien peserta program AB Pandangan saya itu pelayanan di RS Informan mengatakan bahwa untuk terus mengupayakan
JKN? mauupun puskesmas sudah baik petugas kesehatan dan di pelayanan yang terbaik.
Puskesmas sudah melayani pasien
dengan baik

RS Bah iya baikji tawwa semua Informan mengatakan bahwa


pelayanannya pegawai RS sama petugas kesehatan dan di
Puskesmas Puskesmas sudah melayani pasien
dengan baik
SY Selama ini sebenarnya baikmi Cuma Informan mengatakan bahwa
harus lebih ramah lagi sama pasien sebenarnya pelayanan petugas
kesehatan sudah baik tapi harus
lebih ramah lagi
AM Baikji semua pegawainya Informan mengatakan bahwa
petugas kesehatan dan di
Puskesmas sudah melayani pasien
dengan baik

109

Anda mungkin juga menyukai