Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN

JUHAINI

433131490119026

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKes KHARISMA KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan Km. 1 Bay Pass Karawang
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif
pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan
atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito
2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu
beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun
orang lain.

Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan


sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta
mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan
masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998).
Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.
Tanda dan gejala :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda atua orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan
oerilaku kekerasan

B. Penyebab Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
a. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
b. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
c. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
d. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

C. Akibat Perilaku Kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai
diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi :
a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang diserasakan oleh klien.
b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

C. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
d. Koping Individu Tidak Efektif
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah


Data subyektif:
1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
1) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup.
E. Diagnosa Keperawatan
A. Perilaku kekerasan
B. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Perilaku Kekerasan
TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan
salingpercaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai
kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
4. Klien dapat merencanakan
kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa II : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


Tujuan umum :
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1) Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
3) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
4) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
a. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,
orang laain dan lingkungan

b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :


1) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
2) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif
3) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
5) Merencanakan yang dapat pasien lakukan
c. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik
Contoh Kasus

Seorang laki-laki berusia 17 tahun di bawa ke RSJ dengan keluhan mengamuk


dan merusak alat rumah tangga. Klien mengatakan mendengar suara yang
mengejek dan mengancam dirinya. Keluarga mengatakan klien pernah di siksa
oleh ibu tiri nya ± 1 tahun yang lalu dengan di siram air panas sehingga
menyebabkan separuh wajah klien rusak. Ketika di sekolah, klien selalu di buli
oleh teman-teman nya dan menyebabkan klien putus sekolah. Keluarga
mengatakan sehari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah sering mondar-
mandir, suka mengancam dan memukul ayahnya sampai berdarah. Hasil
pengkajian TD 130/90 mmHg, nadi 93x/menit, RR 20x/menit, suhu 37 C, klien
tampak tegang, tangan mengepal, meninju dinding, tatapan mata tajam, dan
menjauh dari orang lain.

A. Analisa Data
No data Masalah
1. DS : Perilaku kekerasan
- Klien mengatakan mendengar suara
yang mengejek dan mengancam
dirinya.
- Keluarga mengatakan klien pernah di
siksa oleh ibu tiri nya ± 1 tahun yang
lalu dengan di siram air panas
sehingga menyebabkan separuh wajah
klien rusak.
- Keluarga mengatakan ketika di
sekolah, klien selalu di buli oleh
teman-teman nya dan menyebabkan
klien putus sekolah.
- Keluarga mengatakan sehari sebelum
masuk rumah sakit klien dirumah
sering mondar-mandir, suka
mengancam dan memukul ayahnya
sampai berdarah.
DO :
- TD 130/90 mmHg
- Nadi 93x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 37 C
- Klien tampak tegang
- Tangan klien tampak mengepal
- Klien tampak meninju dinding
- Tatapan mata tajam
- Klien tampak menjauh dari orang lain

B. Pohon Masalah
Efek : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core Problem : Perilaku Kekerasan

Etiologi : Harga diri rendah situasional

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Perilaku Setelah dilakukan Pasien dapat Membina
Kekerasan keperawatan ................. Hubungan saling percaya :
diharapkan klien 1. Beri salam atau panggil
menunjukkan tanda- nama pasien.
tanda : 2. Sebut nama perawat sambil
1. Pasien mau salaman
membalas salam. 3. Jelaskan maksud hubungan
2. Pasien mau jabatan Interaksi
tangan 4. Beri rasa nyaman dan sikap
3. Pasien menyebutkan empati
Nama 5. Lakukan kontrak singkat tapi
4. Pasien tersenyum sering
5. Pasien ada kontak
mata Pasien dapat mengidentifikasi
6. Pasien tahu nama penyebab marah atau amuk :
perawat
1. Beri kesempatan untuk
7. Pasien menyediakan
mengungkapkan perasaannya
waktu untuk kontrak
2. Bantu pasien untuk
8. Pasien dapat
mengungkapkan marah atau
mengungkapkan
jengkel.
perasaannya.
9. Pasien dapat
Pasien dapat mengidentifikasi
menyebutkan
tanda marah :
perasaan marah atau
1. Anjurkan pasien
jengkel
mengungkapkan perasaan
10. Pasien dapat
saat marah atau jengkel.
mengungkapkan
2. Observasi tanda perilaku
perasaan saat marah
kekerasan pada pasien
atau jengkel.
11. Pasien dapat
Pasien dapat mengungkapkan
menyimpulkan
perilaku marah yang sering
tanda-tanda jengkel
dilakukan :
atau kesal
1. Anjurkan pasien
12. Pasien
mengungkapkan marah yang
mengungkapkan
biasa dilakukan
marah yang biasa
2. Bantu pasien bermain peran
dilakukan
sesuai perilaku kekerasan
13. Pasien dapat
yang biasa dilakukan
bermain peran 3. Bicarakan dengan pasien apa
dengan perilaku dengan cara itu bisa
marah yang menyelesaikan masalah
dilakukan
14. Pasien dapat Pasien dapat mengidentifikasi
mengetahui cara akibat perilaku Kekerasan :
marah yang 1. Bicarakan akibat atau
dilakukan kerugian cara yang dilakukan
menyelesaikan 2. Bersama pasien
masalah atau tidak menyimpulkan cara yang
15. Pasien dapat digunkana pasien
menjelaskan akibat 3. Tanyakan pasien apakah mau
dari cara yang tahu cara marah yang sehat
digunakan
16. Pasien dapat Pasien mengidentifikasi cara
melakukan berespon construksi dalam berespon
terhadap kemarahan terhadap perilaku kekerasan :
secara konstruktif 1. Tanyakan pada pasien
17. Pasien dapat apakah pasien mau tahu cara
mendemonstrasikan baru yang sehat
cara mengontrol 2. Beri pujian jika pasien
perilaku kekerasan engetahui cara lain yang
sehat
3. Diskusikan cara marah yang
sehat dengan pasien.
4. Pukul bantal untuk
melampiaskan marah
5. Tarik nafas dalam
6. Mengatakan pada teman saat
ingin marah
7. Anjurkan pasien sholat atau
berdoa.
Pasien dapat
mendemonstrasikan cara
mengontrol marah :
1.Pasien dapat memilih cara
yang paling tepat.
2.Pasien dapat mengidentifikasi
manfaat yang terpilih
3.Bantu pasien menstimulasi
cara tersebut.
4.Beri reinforcement positif atas
keberhasilan
5.Anjurkan pasien
menggunakan cara yang
telah dipelajari.
STRATEGI PELAKSANAAN
PERILAKU KEKERASAN

A. Kondisi klien :

B. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

C. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

D. Tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
e. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu
f. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
g. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
h. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
i. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
j. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
k. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
2. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara :
a. Verbal
b. Terhadap orang lain
c. Terhadap diri sendiri
d. Terhadap lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
3. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a. Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b. Obat
c. Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
4. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
a. Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
5. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
6. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
a. Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b. Buat jadwal latihan sholat, berdoa
7. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :
a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b. Susun jadwal minum obat secara teratur
8. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
1. Fase Orientasi :
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Juhaini, panggil saya
Juju mahasiswa STIKes Kharisma Karawang yang akan praktek
disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-
14.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit
ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana
kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”

2. Fase Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah
dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah
pasien), apa yang bapak rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?””Ada beberapa cara
untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan
maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya”

3. Fase Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau
diakhiri atau dilanjutkan?
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang
bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan .......
(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah
bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum
kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang
kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau
latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara
yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja
ya pak”
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

1. Fase Orientasi :
“Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan
bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”

2. Fase Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur
dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya,
bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan
marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”

3. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?
Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun
tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau
ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak
latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam
ini?”“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol
marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik,
jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara


sosial/verbal :

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik


b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

1. Fase Orientasi
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan
pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M,
artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B,
artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T,
artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit?”

2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan
orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: Meminta
dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab
marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat
minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli
rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan
lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang


membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa
kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat
jadwalnya?”
‘’Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana
Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisikdan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

1. Fase Orientasi
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah
rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di
tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit?

2. Fase Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus.
Baik, yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan
tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan
agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya”

3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak.
Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat .......
dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan
bila bapak merasa marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang
telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam
berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah
yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur

1. Fase Orientasi
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek
kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit”

2. Fase Kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa Bapak minum? Bagus
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks
dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran
teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum
3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah
nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster
kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya
pak.”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana
cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah.
Sampai jumpa”

Anda mungkin juga menyukai