Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang banyak dikonsumsi di

kalangan masyarakat baik orang tua maupun anak muda. Jenis kopi yang paling

diminati yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Minuman berkafein ini dapat

dibuat dengan mudah, cukup diberi air panas. Kopi biasanya dikonsumsi pada

pagi hari sebelum beraktivitas, siang hari saat bekerja di kantor, atau sore hari saat

bersantai(Anwar, 2011).

Kopi arabika sejatinya adalah jenis kopi yang pertama ditemukan dan

diolah dengan alat-alat terbatas di masanya sehingga bisa dijadikan secangkir kopi

yang nikmat. Kopi Arabika konon berasal dari kawasan Afrika yang bernama

Abyssinia (Ethiopia). Dari daerah itulah, kopi arabika diboyong ke Yaman oleh

bangsa Arab. Karena bangsa Arab tidak ingin kopi diproduksi oleh bangsa lain,

penjualannya pun dikontrol dengan ketat. Pedagang Arab hanya menjual biji kopi

yang sudah disangrai sehingga tidak bisa ditanam di daerah lain. Penyebaran bibit

kopi hidup pun diawasi dengan ketat.

Pasar perdagangan kopi pun didominasi oleh bangsa Arab. Keuntungan

yang menggiurkan dari penjualan kopi membuat bangsa-bangsa lain ingin juga

berkontribusi di pasar kopi. Walaupun bangsa Arab berusaha melindungi

peredaran bibit kopi, seseorang bernama Baba Budan berhasil menyelundupkan

beberapa butir biji kopi ketika melaksanakan perjalanan haji. Bibit kopi tersebut

ditanam Baba Budan di daerah Ceylon (Srilangka sekarang) dan akhirnya

menyebar sampai ke Malabar, India.


Daerah Malabar akhirnya dikuasai oleh Belanda. Belanda pun menemukan

perkebunan kopi tersebut dan mengambil bibitnya untuk diteliti. Atas perintah

Wali Kota Amsterdam Nicholas Witsen, Komandan Pasukan Belanda (VOC),

Adrian Van Ommen membawa tanaman kopi arabika ke Batavia pada tahun 1696.

Bibit tersebut ditanam di tanah pribadi Gubernur Jendral VOC, Willem van

Outhoorn, tepatnya di Kedawoeng. Ternyata tanah Nusantara sangat cocok untuk

membudidayakan spesies kopi arabika. Bisa disebut, bahwa bangsa Belanda

memegang andil besar dalam sejarah kopi arabika di Indonesia.

Tanaman Kopi Arabika, Pemberian Nama Dari Carl Linnaeus

Pada tahun 1753, nama Coffea arabica diberikan oleh ahli botani sekaligus

Ilmuwan Swedia yang terkenal, yakni Carl Linnaeus. Linnaeus menyangka bahwa

kopi arabika berasal dari Arab sehingga diberi nama arabika. Linnaeus

menggolongkannya ke dalam keluarga Rubiaceae genus Coffea. Pemberian nama

tersebut akhirnya terkenal dan dipakai sampai saat ini.

Menurut penelitian Linnaeus, tanaman kopi jenis arabika akan tumbuh

secara baik jika ditanam pada kisaran ketinggian 700-1700 mdpl dengan suhu

sekitar 16-20 °C. Penelitian lebih lanjut menerangkan banhwa kopi hanya bisa

tumbuh di daerah dengan iklim tropis.

Kopi arabika juga harus memiliki kiat-kiat pengolahan yang rumit. Untuk

bisa menghasilkan biji kopi arabika yang berkualitas, tenaman harus dirawat dan

dibudidayakan dengan cara yang cukup detail. Karena menurut pakar kopi,

tanaman kopi arabika sangat rentan mati karena implikasi penyakit karat daun

yang bernama hemileia vastatrix. Hama inilah yang kelak membawa kehancuran

kopi Arabika di Nusantara.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kopi Arabika

a. klasifikasi kopi arabika

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianacea

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea Arabica

b. Morfologi Kopi Arabika

1. Batang

Perakaran tanaman arabika termasuk dangkal dan masuk ke dalam tanah

sekitar 30 cm. Tanaman kopi arabika yang terawat dengan baik akan tumbuh

seperti pohon perdu dengan tinggi sekitar 2-3 meter, bahkan mencapai 5 meter

jika tidak dilakukan pemangkasan. Percabangan pohon arabika terdiri dari dua

jenis, yaitu percabangan vertikal dan horizontal.

2. Daun

Bentuk daun arabika berukuran kecil dengan panjang 12 cm hingga 15 cm

dan lebar sekitar 6 cm. Daun tanaman arabika mengkilap seperti berlapis lilin dan
berwarna hijau. Mata tunas tumbuh di ketiak daun dan akan berubah menjadi

cabang atau bunga tergantung kondisi.

3. Bunga

Bunga arabika yang tumbuh di ketiak daun dapat melakukan penyerbukan

sendiri. Penyerbukan biasanya terjadi di pagi hari secara alami, yaitu dengan

bantuan angin atau serangga. Akan tetapi, terdapat pula faktor alam yang

menggagalkan proses penyerbukan, yakni hujan. Setelah terjadi penyerbukan,

buah kopi arabika akan tumbuh dan siap panen 6 bulan hingga 9 bulan.

4. Buah

Jika dibandingkan dengan buah robusta, buah arabika cenderung lebih

besar. Buah yang telah matang secara alami akan rontok dari tangkainya. Oleh

karena itu, pemanenan harus dilakukan secara hati-hati sebelum buah rontok.

2.2. Habitat dan Varietas Arabika

a. Habitat kopi arabika

Tanaman kopi arabika cocok dan sesuai tumbuh di daerah 20° Lintang

Selatan dan 20° Lintang Utara. Pada daerah subtropis, tanaman ini mampu

tumbuh di dataran rendah. Suhu udara juga harus sesuai, yaitu 15° hingga 25°

celcius. Apabila suhu terlalu panas maka pertumbuhan akan terlalu cepat dan

bunga keluar terlalu awal. Akibatnya adalah tanaman kopi berisiko terkena

serangan penyakit karat daun. Apabila suhu terlalu rendah, akan menyebabkan
pertumbuhan yang lambat dan munculnya cabang sekunder dan tersier yang

mengganggu pertumbuhan buah.

Perkebunan kopi di Indonesia pada umumnya berada di ketinggian 1.000

hingga 2.000 mdpl karena tanaman arabika cocok pada ketinggian tersebut.

Namun, bukan tidak mungkin pula ditanam di dataran yang lebih tinggi atau lebih

rendah, meskipun pertumbuhan dan hasil panennya tidak akan maksimal. Kopi

arabika memerlukan curah hujan 1.500 hingga 2.500 mm per tahun. Serta bulan

kering tidak leibh dari 3 bulan dalam kurun satu tahun.

b. Varietas Kopi Arabika

Perkebunan kopi arabika di Indonesia menanam beragam varietas yang

memiliki kemampuan adaptasi sesuai lingkungannya. Beberapa varietas unggul

yang pernah dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, antara lain:

1. S 795. Varietas ini memiliki produktivitas 1000-1500 kg/ha pada

kepadatan tanam 1600-2000 pohon per hektar. Mulai berbunga pada umur

15-24 bulan. Agak tahan terhadap serangan karat daun bila ditanam di

ketinggian > 1000 mdpl.

2. USDA 762. Produktivitas kopi arabika varietas ini mencapai 800-1200

kg/ha. Mulai berbunga pada umur 32-34 bulan. Agak tahan terhadap

penyakit karat daun.

3. Andung Sari-1. Produktivitasnya sekitar 350 kg/ha. Mulai berbunga pada

umur 15-24 bulan. Jika ditanam di ketinggian < 900 mdpl, varietas ini
rentan terhadap serangan karat daun, namun cukup tahan ditanam di

daerah yang kurang subur.

4. Sigarar Utang. Produktivitasnya mencapai 1500 kg/hektar. Varietas ini

memiliki keistimewaan mampu berbuah terus menerus mengikuti pola

sebaran hujan. Bijinya berukuran besar, rentan terhadap hama bubuk buah

dan nematoda, namun cukup tahan karat daun. Cukup baik ditanam pada

ketinggian > 1000 mdpl.

2.3. Budidaya Penanaman kopi Arabika

1. Syarat Tumbuh

a. Lokasi

Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.Lahan bebas

hama dan penyakit serta mudah pengawasan

b. Tanah

PH tanah : 5,5 – 6,5

Top Soil : Minimal 2 %.

Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.

c. Iklim

Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl

Suhu : 15º C – 25º C.

Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn, Bulan kering 3 bulan


2. Bahan Tanaman

Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan

kriteria sebagai berikut :

Sumber benih

1. Benih harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.

2. Umur bibit : 8 -12 bulan

3. Tinggi : 20 -40 cm

4. Jumlah minimal daun tua : 5 – 7

5. Jumlah cabang primer : 1

6. Diameter batang : 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha

1. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m

2. Populasi : 6.400 tanaman

3. Untuk sulaman : 25 %

4. Penanaman

a. Jarak Tanam

Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :

1. Segi empat : 2,5 x 2,5 m

2. Pagar : 1,5 x 1,5 m

3. Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm


b. Lobang Tanam

1. Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.

2. Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x

1 x 1 m untuk tanah yang berat.

3. Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.

4. Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.

5. 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan

pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan

kembali ke dalam lubang.

6. Tanah urugan jangan dipadatkan.

c. Penanaman

1. Penanaman dilakukan pada musim hujan

2. Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

4. Pemeliharaan

a. Penyiangan

1. Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.

2. Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah

3. Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun


b. Pohon Pelindung

Penanaman pohon pelindung

1. Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman

kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat

habis.

2. Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau

memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.

3. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon,

dll.

 Pengaturan pohon pelindung

1. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi

2. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.

3. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon

pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

c. Pemangkasan Kopi

Pangkasan Bentuk

1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m

2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas

3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan


Pangkasan Produksi

1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.

2. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan

buah.

3. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.

4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal

musim hujan.

Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)

1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun

menurun

2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50 cm dari

leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.

3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk

4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang

pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.

5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya

tinggi.
5. Pemupukan

Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :

1. Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.

2. Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80  gr KCL.

3. Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

4. Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

5. Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.

6. Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.

Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-

masing setengah dosis. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon

sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

6. Pengendalian Hama Penyakit

a. Hama

Hama Bubuk Buah

 Penyebab adalah sejenis kumbang kecil

 Menyerang buah muda dan tua

 Pengendalian dengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah

yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan

tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW,

Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.


Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)

 Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi.

 Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering.

 Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit

Penyakit Karat Daun

 Penyebab adalah sejenis Cendawan.

 Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah

daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun

gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan

kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.

 Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika

yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi

FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

c. Panen

 Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun.

 Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan

kopi yang berkualitas.


 Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian

pohon/cabang/ranting) yang rusak.

Anda mungkin juga menyukai