ETIKA PROFESIONAL
AUDITING
6K
EKONOMI SYARIAH
i
Maret 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam tidak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu
mendapat syafa’atnya baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amin.
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan izin untuk mengikuti studi di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Tulungagung.
2. Ahmad Nur Rafiq, M.Ad. selaku dosen mata kuliah Auditing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Serta rekan-rekan yang telah bersedia meminjamkan buku-buku reverensi
sebagai pedoman menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi sempurnanya penyusunan makalah yang akan datang.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan diharapkan dapat membuahkan
ilmu yang bermanfaat maslahah fiiddiini waddunya hattal akhirah. Amin ya
rabbal’alamin
ii
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah...............................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Etika Profesi.....................................................................................3
B. Preofesionalisme...............................................................................5
C. Kualitas Audit...................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................13
B. Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BEKALANG
Pada era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis-bisnis tidak lagi mengenal
batas negara, perusahaan membutuhkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Auditor eksternal yang independen menjadi salah satu profesi yang dicari. Profesi
auditor diharapkan oleh banyak orang untuk dapat menembah kepercayaan pada
pemeriksaan dan pendapat yan diberikan. Oleh karena itu, profesionalitas menjadi
tuntutan utama seorang yang bekerja sebagai auditor eksternal.
Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan oleh keandalan,
kecermatan, ketetapan waktu, dan mutu atau jasa pelayanan yang diberikan oleh
profesi tersebut. Kata “kepercayaan” demikian pentingnya karena tanpa
kepercayaan masyarakat maka jasa profesi tersebut tidak akan diminati, yang
kemudian pada gilirannya profesi tersebut akan punah. Untuk membangun
kepercayaan perilaku para profesi perlu diatur dan kualitas hasil pekerjaannya
dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu dibutuhkan penerapan standar tertentu,
sehingga masyarakat dapat meyakini kualitas pekerjaan seorang profesional.
Salah satu karakteristik yang membedakan setiap profesi dengan
masyarakat pada umumnya adalah kode etik perilaku profesional atau etika bagi
para anggotanya. Perilaku yang beretika memerlukan lebih dari sekedar beberapa
peraturan perilaku dan kegiatan pengaturan. Tidak ada satupun kode etik
profesional maupun kerangka keja pengaturan yang mampu mengantisipasi segala
situasi yang memerlukan adanya pertimbangan pribadi dalam perilaku beretika.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksut dengan Etika Profesi?
2. Apa yang dimaksut dengan Profesionalisme?
3. Bagaimana Kualitas Audit?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Etika Profesi.
2. Untuk mengetahui Profesionalisme.
3. Untuk mengetahui Kualitas Audit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Profesi
Etika dari bahasa Yunani dari kata Ethos yang berarti ”karakter”. Nama
lainnya adalah moralitas yang berasal dari bahasa latin yaitu kata mores berarti
”kebiasaan”. Dalam Al Qur’an disebut dengan khuluk (etika), Khayr (kebaikan),
Birr (kebenaran), Qist (persamaan), ‘adl (kesetaraan dan keadilan), haqq
(kebenaran dan kebaikan) dan ma’ruf (mengetahui dan menyetujui). Moralitas
berfokus pada perilaku manusia yang ”benar” dan “salah”.1 Etika berhubungan
dengan bagaimana seseorang bertindak terhadap orang lainnya. Etika Profesional
lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip perilaku
untuk orang-orang profesional yang dirancang baik untuk tujuan idealistis. Etika
secara umum didefiniskan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan
tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau
individu. Etika profesi merupakan kode etik untuk profesi tertentu dan karenanya
harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika absolut. Untuk mempermudah
harus dijelaskan bagaimana masalah hukum dan etika berkaitan walaupun berbeda.
1
A Hajar Nur Fahmi, “ETIKA PROFESI AKUNTAN DAN PERMASALAHAN AUDIT STUDI KASUS
SKANDAL TESCO DAN KAP PwC”, ISBN, 2017
3
disebut sebagai auditor independen. Walaupun seorang auditor yang mengaudit
laporan keuangan perusahaan publikasi telah menerima sejumlah pembayaran dari
perusahaan, umumnya ia tetap dalam posisi yang cukup independen untuk
melaksanakan audit, yang hasilnya dapat diandalkan oleh para pengguna
informasi.
a. Prinsip integritas. Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
professional dan hubungan bisnis dal am melaksanakan pekerjaannya.
4
d. Prinsip kerahasiaan. Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh sebagai hasil dan hubungan professional dan hubungan bisnisnya,
serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan sesuai dengan ketentuann hukum atau peraturan yang berlaku.
Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan professional dan hubungan
bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk keuntungan pribadinya atau
pihak ketiga.
B. Profesionalisme
5
bahkan diperoleh melalui keduanya, sehingga penyandang profesi dapat
membimbing orang lain dalam bidangnya sendiri.
Selanjutnya, terdapat suatu insentif yang cukup bagi kantor akuntan publik
atas upaya mereka untuk bertindak pada suatu tingkat profesional yang tinggi.
6
C. Kualitas Audit
7
audit yang diberikan, tingkat sampling, probabilitas melaporkan dan ditemukan
pelanggaran adalah ukuran independensi auditor dari klien tertentu. Kualitas audit
ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi dan
independensi yang dimiliki auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika.
kompetensi (keahlian) dan independensi, kedua hal tersebut berpengaruh langsung
terhadap kualitas dan secara potensial saling mempengaruhi. Lebih lanjut, persepsi
pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi
mereka atas independensi dan keahlian auditor”.
8
yang material dan laporan keuangan karena kesalahan atau kecurang, dan
selanjutnya untuk merancang sifat, waktu, serta luas prosedur audit.
3. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan
prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat
menyangkut laporan keuangan yang di audit.4
Independensi audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang
diperiksanya.
4
Hery, “Auditing 1: Dasar-dasar Pemeriksaan Akutansi” ( Jakarta : Pranedia Group, 2011) hlm. 1-2
5
Hiro tugiman, “ Standar Profesional Audit Internal”. (yogyakarta: kansius, 2006). Hlm 13-14
9
1. Status organisasi : Status organisasi dari unit audit internal haruslah
memberikan keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab
pemeriksaan yang diberikan kepadanya.
2. Objektivitas : para pemeriksa internal haruslah melaksanakan tugasnya secara
objektif.
10
Lingkup Pekerjaan: lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi pengujian
dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektifitas sistem pengendalian internal
yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksaan tanggung jawa yang diberikan.
11
2. Pengujian dan pengevaluasian informai : pemeriksaan internal harus
mengumpulkan, menganalisa, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran
inforasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.
3. Penyampaian hasil pemeriksaan : pemeriksaan internal harus melaporkan hasil-
hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.
4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan : pemeriksa internal haus terus meninjau atau
melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan
pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindak lanjut yang tepat.
Manajemen bagian audit internal : pimpinan audit internal harus mengelola bagian
audit internal secara tepat.
6
Hiro tugiman, “ Standar Profesional Audit Internal”. (yogyakarta: kansius, 2006). Hlm 16-19
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Etika profesi merupakan kode etik untuk profesi tertentu dan karenanya harus
dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika absolut. Untuk mempermudah
harus dijelaskan bagaimana masalah hukum dan etika berkaitan walaupun
berbeda.
2. Profesionalisme merupakan suatu atribut individul yang penting tanpa melihat
suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Sebuah profesi terdiri dari
kelompok terbatas dari orang-orang yang memiliki keahlian khusus dan dengan
keahlian itu mereka dapat berfungsi di dalam masyarakat dengan lebih baik bila
dibandingkan dengan warga masyarakat lain pada umumnya.
3. Kualitas audit merupakan hal penting harus dipertahankan oleh para auditor
dalam proses pengauditan. Salah satu kriteria profesionalisme pada perilaku
auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan lebih rinci dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14