Sifat Fisika Dan Kimia Unsur Transisi Periode Ke 4
Sifat Fisika Dan Kimia Unsur Transisi Periode Ke 4
4:25 AM
Sifat Fisika dan Kimia Unsur Transisi Periode Ke 4, Keempat, Kimia - Sebagaimana telah kita pelajari
di kelas XI, unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada orbital-
orbital subkulit d. Pada bagian ini akan kita pelajari unsur transisi periode keempat yang terdiri dari unsur
skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni),
tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Semua unsur transisi merupakan unsur logam sehingga bersifat konduktor, berwujud padat pada suhu
kamar (kecuali Hg), paramagnetik, dan sebagainya.Sifat-sifat unsur transisi periode keempat dapat dilihat
pada Tabel 1, 2, dan 3 berikut.
Unsur Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
titik leleh, °C 1.539 1.660 1.917 1.857 1.244 1.537 1.491 1.455 1.084 420
titik didih, °C 2.730 3.318 3.421 2.682 2.120 2.872 2.897 2.920 2.582 911
rapatan, g/cm3 2,99 4,51 6,1 7,27 7,30 7,86 8,9 8,90 8,92 7,1
distribusi elektron 2.8.9.2 2.8.10.2 2.8.11.2 2.8.13. 2.8.13.2 2.8.14.2 2.8.15.2 2.8.16.2 2.8.18.1 2.8.18.2
1
energi pengionan, eV 6,5 6,8 6,7 6,8 7,4 7,9 7,9 7,6 7,7 9,4
jari-jari atom, Å 1,61 1,45 1,32 1,25 1,24 1,24 1,25 1,25 1,28 1,33
keelektonegatifan 1,3 1,5 1,6 1,6 1,5 1,8 1,8 1,8 1,9 1,6
struktur kristal hex Hex bcc bcc sc bcc hex fcc fcc hex
Unsur Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Mg Co
titik leleh, °C 1.530 1.852 2.477 2.610 2.250 2.427 1.963 1.554 962 321
titik didih, °C 3.304 4.504 4.863 4.646 4,567 4,119 3,727 2,940 2,164 767
rapatan, g/cm3 4,5 6,5 8,6 10,2 11,5 12,4 12,4 12,0 10,5 5,8
struktur kristal hex hex bcc bcc hex hex fcc fcc fcc hex
Unsur Ia Ht Ia W Re Os Ir Pt Au Hg
titik leleh, °C 920 2,222 2,985 3,407 3,180 ~2,727 2,545 1,772 1,064 ~39
titik didih, °C 3,470 4,450 5,513 5,663 5,687 ~5,500 4,389 3,824 2,808 357
rapatan, g/cm3 6,2 13,3 16,6 19,4 21,0 22,6 22,6 21,4 19,3 13,6
struktur kristal hex hex bcc bcc hex hex fcc fcc fcc rmb
1. Sifat Logam
Kecuali seng logam-logam transisi memiliki elektron-elektron yang berpasangan.Hal ini lebih
memungkinkan terjadinya ikatan-ikatan logam dan ikatan kovalen antar atom logam transisi. Ikatan
kovalen tersebut dapat terbentuk antara elektron-elektron yang terdapat pada orbital d. Dengan demikian,
kisi kristal logam-logam transisi lebih sukar dirusak dibanding kisi kristal logam golongan utama. Itulah
sebabnya logam-logam transisi memiliki sifat keras, kerapatan tinggi, dan daya hantar listrik yang lebih
baik dibanding logam golongan utama.
Unsur-unsur transisi umumnya memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena ikatan antar atom
logam pada unsur transisi lebih kuat.Titik leleh dan titik didih seng jauh lebih rendah dibanding unsur
transisi periode keempat lainnya karena pada seng orbital d-nya telah terisi penuh sehingga antar atom
seng tidak dapat membentuk ikatan kovalen.
3. Sifat Magnet
Pengisian elektron unsur-unsur transisi pada orbital d belum penuh mengakibatkan ion-ion unsur transisi
bersifat paramagnetik artinya atom atau ion logam transisi tertarik oleh medan magnet. Unsur-unsur dan
senyawa-senyawa dari logam transisi umumnya mempunyai elektron yang tidak berpasangan dalam
orbital-orbital d. Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan, makin kuat sifat paramagnetiknya.
4. Jari-Jari Atom
Tidak seperti periode ketiga, jari-jari atom unsur-unsur transisi periode keempat tidak teratur dari kiri ke
kanan. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya elektron-elektron 3d yang saling tolak-menolak yang dapat
memperkecil gaya tarik inti atom terhadap elektron-elektron. Akibatnya elektron-elektron akan lebih
menjauhi inti atom, sehingga jari-jari atomnya lebih besar.
Dari data potensial elektroda, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki harga potensial elektroda
negatif kecuali Cu (E° = + 0,34 volt). Ini menunjukkan logam-logam tersebut dapat larut dalam asam
kecuali tembaga.
Kebanyakan logam transisi dapat bereaksi dengan unsur-unsur nonlogam, misalnya oksigen, dan
halogen.
2Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)
Semua unsur transisi dapat membentuk ion kompleks, yaitu suatu struktur dimana kation logam dikelilingi
oleh dua atau lebih anion atau molekul netral yang disebut ligan.Antara ion pusat dengan ligan terjadi
ikatan kovalen koordinasi, dimana ligan berfungsi sebagai basa Lewis (penyedia pasangan elektron).
Contoh :
[Cu(H2O)4]2+
[Fe(CN)6]4–
[Cr(NH3)4.Cl2]+
Senyawa unsur transisi umumnya berwarna.Hal ini disebabkan perpindahan elektron yang terjadi pada
pengisian subkulit d dengan pengabsorbsi sinar tampak.Senyawa Sc dan Zn tidak berwarna.
II. Senyawa yang dibentuk pada umumnya berwarna. Hal ini disebabkan karena konfigurasi elektron unsur transisi
menempati sub kulit d, elektron-elektron pada orbital d yang tidak penuh memungkinkan untuk berpindah tempat.
Elektron dengan energi rendah akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi) dengan menyerap
warna misalnya energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu karena energi yang diserap besarnya pun tertentu.
Struktur elektron pada orbital d yang bebeda akan mengasilkan warna yang pula.
3
Warna senyawa unsur-unsur transisi periode keempat
dengan bilangan oksidasi
+2 +3 +4 +5 +6 +7
Biloks
Unsur
Sc - Tidak Tidak - - -
berwarna berwarna
Ti - Ungu Biru - - -
V Ungu Hijau - Merah Jingga -
Cr Biru Hijau - - Hijau -
Mn Merah - - - - Ungu
muda
Fe Hijau Kuning - - - -
muda
Co Merah Biru - - - -
muda
Ni Hijau - - - - -
Cu Biru - - - - -
Zn Tidak - - - - -
berwarn
a
III. Dapat membentuk ion kompleks, yaitu ion yang terdiri dari ion logam sebagai ion pusat yang menyediakan
orbital d,s, dan p-nya yang kosong untuk elektron-elektron yang berasal dari ion atau molekul yang diikatnya yang
disebut dengan ligan. Sebagai contoh, pada ion [PtCl 6]2-, bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl -) adalah
-1.Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion [Cu(NH 3)4]2+,
bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH 3) adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu
(kation logam transisi) adalah +2.
ikatan yang terjadi antara ion pusat dengan ligan, yaitu ikatan kovalen koordinasi. Banyaknya pasangan
elektron yang diterima oleh ion logam
4
dinamakan bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam transisi.
Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion
[Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe 3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi
yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Pada umumnya ligan merupakan basa Lewis, yaitu ion yang dapat memberikan (donor) sepasang atau lebih
elektron bebas.Seperti NH3, NO, H2O, F-, Cl-, CO32-, NO2-. Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan
elektron bebas (PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan polidentat. H2O dan
NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang elektron).Sedangkan Etilendiamin (H 2N-CH2-CH2-
NH2, sering disebut dengan istilah en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan dua pasang elektron).Ligan
bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen chelat (mampu mencengkram kation logam transisi dengan
kuat).
Secara umum penulisan ion kompleks adalah sebagai berikut.
L adalah ion transisi,
x adalah ligan,
n muatan ion kompleks,
m bilangan koordinasi.
Umumnya bilangan koordinasi, dua kali lipat dari biloks transisi terbesar. Contohnya besi (Fe) mempunyai
biloks +2 dan +3 maka umumnya bilangan koordinasinya 6, sehingga jika membentuk ion kompleks misalnya
dengan ion CN- maka terbentuk ion kompleks sebagai berikut
Fe(CN)64- Fe(CN)63-
Ligan Ligan
Ion Fe2+ sebagai ion pusat Ion Fe3+ sebagai ion pusat
Dari kedua contoh diatas ion Fe(CN)64- dan Fe(CN)63- masing-masing memiliki muatan ion -4 dan -3.
Bilangan oksidasi (biloks) ion pusat dapat kita tentukan dengan cara sebagai berikut.
5
Biloks [Fe(CN)6] = -4 BO [Fe(CN)6]3- = -3
4-
6
Jadi, logam transisi periode keempat yang bersifat diamagnetik adalah Zn dan Cu. Sedangkan yang bersifat
paramagnetik antara lain Sc, Ti, Cr, dan Mn, dan yang bersifat Feromagnetik adalah Fe, Co, dan Ni.
Berikut ini akan diuraikan beberapa data tentang unsur transisi yang meliputi sumber, sifat fisik, sifat kimia.
Besi (Fe)
Sumber: Di alam, besi banayk ditemukan dalam bentuk senyawa, antara lain sebagai hematit (Fe 2O3), pirit (FeS2),
dan siderit (FeCO3).Unsur ini merupakan bagian unsur keempat terbanyak dibumi.
asam, maupun CaO, MgO dan MnO yang bersifat basa). Pengotor yang bersifat asam biasanya lebih banyak,
sehingga perlu ditambah CaCo3).
Sifat fisik besi:
Merupakan logam berwarna putih mengkilap
Keras
Kuat
Mudah dimodifikasi
8
Sifat kimia besi:
Agak reaktif, mudah teroksidasi
Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti : halogen, sulfur, pospor, boron, karbon dan silikon.
Kelarutan : larut dalam asam-asam mineral encer.
Seng (Zn)
Sumber: Di dapatkan di alam terutama sebagai kerpu zink (ZnS) yang terdapat di Australia, Kanada, dll.
Proses Pembuatan: Endapan Zn dapat terbentuk dengan senyawa-senyawa hidroksida, karbonat, fosfat, sulfida,
molibdat, dan asam-asam organik yang terdiri dari humat, fulvat, dan ligand organik. Asam-asam organik berasal
dari dekomposisi senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam bahan organik
Sifat fisik seng:
Tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh (putih, berkilau)
Jika Zink terbakar dalam udara, warnanya menjadi hijau kebiru-biruan yang terang
Sedikit kurang padat daripada besi
Pada suhu melebihi 210°C, logam ini menjadi rapuh dan akan pecah jika diketuk
Sifat kimia seng:
Logam zink mudah tertempa pada suhu antara 100°C sehingga 210°C dan boleh diketuk menjadi berbagai
bentuk
Zink tidak bermagnet
Titik leleh dan titik didihnya relatif rendah
Tidak paramagnetik, melainkan diamagnetik
Bersifat sederhana reaktif
Sifat Kimia:
Mudah larut dalam asam – asam mineral encer
Kurang reaktif
Dapat membentuk senyawa kompleks
Senyawanya umumnya berwarna
9
Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co yang berwarna merah
2+
Senyawa – senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwara biru.
Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks – kompleksnya stabil baik dalam bentuk larutan maupun padatan.
Kobalt (II) dapat dioksidasi menjadi kobalt(III)
Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam
Tahan korosi
Nikel (Ni)
Sumber: Bijih nikel yang utama antara lain:
Millerit, NiS
Smaltit (Fe,Co,Ni)As
Nikolit (Ni)As
Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S
Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2O
Nikel berwujud secara gabungan dengan belerang dalam millerite, dengan arsenic dalam galian niccolite dan dengan
arsenic dan belerang dalam (nickelglance). Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam
batuanultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenisendapan nikel yang bersifat
komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residu silikadan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta
sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit .Pada
pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dariudara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan
menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe,
Ni yanglarut. Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus.Di dalam larutan, Fe
teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnyamembentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit,
dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral- mineral ini selalu ikut serta unsure cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannyabersifat asam, hingga pada
suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan,
maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
hydrosilikatdengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada
10
celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit (Ni,Mg)SiO3.xH2O.
Sifat Kimia:
Pada suhu kamar nikel bereaksi lambat dengan udara
Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO
Bereaksi dengan Cl2 membentuk Klorida (NiCl2)
Bereaksi dengan steam H2O membentuk Oksida NiO
Bereaksi dengan HCl encer dan asam sulfut encer, yang reaksinya berlangsung lambat
Bereaksi dengan aman nitrat dan aquaregia, Ni segera larut
Tidak bereaksi dengan basa alkali
Bereaksi dengan H2S menghasilkan endapan hitam
Sifat Fisik:
Logam putih keperak-perakan yang berkilat, keras
Dampat ditempa dan ditarik
Feromagnetik
TL : 1420ºC, TD : 2900ºC
Tembaga (Cu)
Sumber : di Indonesia kita mengenal Freeport (Timika, Papua), dan Newmont (Batuhijau, NTB)
Sifat Fisik:
Tembaga merupakan logam yang berwarna kunign seperti emas kuning seperti pada gambar dan keras bila
tidak murni.
Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
11
Sifat Kimia:
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang
lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat
basa, Cu(OH) 2CO3
Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300°C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000ºC, akan terbentuk
tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer dan
H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen.
Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2- (aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke
arah produk.
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk larutan
yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3) 4+
Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk
tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus
klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.
Bersifat logam dengan titik leleh dan didih yang relatif tinggi
Bersifat paramagnetik (mempunyai daya tarik ke medan magnet)
Membentuk senyawa-senyawa berwarna khas (senyawa-senyawa dari
unsur-unsur golongan A tidak berwarna)
Mempunyai biloks yang beraneka ragam
Mempunyai susunan kimia kompleks, disebut ion kompleks (Unsur-
unsur golongan hanya bisa membentuk ion poliatomik dan diatomik,
walaupun hanya sedikit sekali yang dapat membentuk ion kompleks)
Bersifat katalitik (katalisator) untuk proses industri dan metabolisme
Rata-rata unsur-unsur transisi bersifat toksik
Mempunyai kisi kristal
Unsur-unsur transisi (termasuk periode keempat) berada dalam
subkulit d, namun pada deret lantanida dan aktinida pada subkulit f
Elektron valensinya (n-1)d^x ns^y (dengan x dan y adalah konstanta
elektron yang akan diisi)
Biloks (bilangan oksidasi) unsur-unsur transisi seluruhnya bertanda
positif (+)
B. Sifat logam
Unsur-unsur transisi (termasuk periode keempat) dari sifat kimia dan
fisis bersifat logam
Transisi periode keempat mempunyai keelektronegatifan yang rendah,
jadi energi ionisasi dan keelektropositifannya rendah
Biloks yang bermacam-macam membuat transisi (termasuk periode
keempat) bersifat ionik
Mempunyai daya konduktor dan listrik yang sangat baik
Subkulit d pada golongan transisi rata-rata tidak terisi penuh, inilah
sifat khasnya
^^^Penyimpangan:
D. Sifat magnet
Sifat magnet adalah salah sifat unsur-unsur transisi karena mempunyai daya
tarik ke magnet. Namun, sifat magnet ada 3 macam, yaitu:
Nah, dari ketiga sifat magnet tersebut, unsur-unsur transisi periode keempat
memegang pada sifat magnet PARAMAGNETIK.
Tidak berwarna karena subkulid 3d-nya penuh dan kosong. Jadi, kalau
elektron di subkulid 3d penuh dan kosong, tidak berwarna dong
Namun, ada beberapa unsur-unsur periode keempat dalam bentuk ion yang
subkuit 3d-nya kosong dan berisi (3d0) mempunyai warna serta tidak
berwarna, yaitu:
F. Tingkat oksidasi;
MINERAL DAN SENYAWA DI ALAM
Unsur-unsur transisi periode keempat di alam
Di alam unsur-unsur transisi periode keempat terdapat dalam senyawa/mineral berupa oksida,
sulfida, atau karbonat.Berikut ini tabel beberapa mineral terpenting dari unsur-unsur transisi
periode keempat.
Augit (Ca,Na)2–
Azurit Cu3(CO3)2(OH)2
hornblende (Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH,F)2.
3
Fe2+2Al9O6(SiO4)4(O,OH)
Starolit Epidot {Ca2}{Al2Fe3+}[O|OH|SiO4|Si2O7]
2
granat /
Fe3Al2(SiO4)3 Nefrit
garnet Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2
Sumber : Wikipedia
Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai berikut:
2 Cu2S(l) + 3 O2 (g) → 2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)
2 Cu2O(l) + Cu2S(s) → 6 Cu(l) + SO2 (g)
3 Cu2S(l) + 3 O2 → 6 Cu(l) + 3 SO2(g)
Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni. Tembaga tidak
murni ini disebuttembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister adalah tembaga yang
mengandung gelembung gas SO2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis dengan
elektrolit CuSO4(aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode) adalah tembaga murni
dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga blister. (Fitrya, Dina, 2013)
10. Pengolahan Zink
Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan
mereduksi calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan kembali di
Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa unsur ini dapat dibuat dengan
cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-bijih seng yang utama
adalahsphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat) dan franklinite (zine,
manganese, besi oksida). Satu metoda dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan
cara memanggang bijih seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang
atau karbon yang dilanjutkan dengan proses distilasi. (Fitrya, Dina, 2013)