Berdasar data Dinas Kesehatan Jawa Timur, kini ada 13 FK di kampus-kampus yang
tersebar di Jatim. Meski demikian, hal itu belum menjamin tercukupinya kebutuhan
tenaga dokter di setiap wilayah.
Dia menuturkan, kesulitan dinas kesehatan untuk memeratakan dokter disebabkan proses
pengangkatan. Contohnya, yang ditempatkan di puskesmas adalah dokter dengan status
PNS. Lulusan FK di Jatim memang banyak. Namun, dinkes lagi-lagi tidak berwenang
untuk langsung mengangkat dokter menjadi PNS.
''Kuota PNS itu ada di Menpan-RB (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Red),'' jelas One.
Selain masalah penempatan dokter, Dinkes Jatim terkendala kompetensi lulusan yang
tidak sama. One menuturkan, ada beberapa lulusan FK yang tidak memiliki kompetensi
yang baik untuk merawat pasien.
''Di lapangan ada yang disuruh nyuntik saja tidak bisa. Malah ada yang takut pegang
pasien,'' paparnya.
Alat kesehatan biasanya menjadi keluhan dokter ketika ditempatkan di daerah. Berbeda
dengan di kota besar seperti Surabaya yang memiliki rumah sakit dengan alat kesehatan
mumpuni. Untuk masalah tersebut, Dinkes Jatim hanya bisa membantu masalah
keuangan. ''Caranya, daerah harus mengirimkan proposal,'' ucap One.