Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL


( PREEKLAMSI DAN EKLAMSI POST PARTUM )

OLEH
KELOMPOK V
DESI AFTI NINGSIH 17 3145 301 158
RISMAWATI 17 3145 301 135
RILA RATNASARI 17 3145 301 146
FAJRIANTI YUNUS 17 3145 301 123
JUSRAH 17 3145 301 125
AAN AGNES 17 3145 301 121
NORHAIDAH BINTI HASANUDDIN 17 3145 301 130
SUSILAWATI 17 3145 301 137

PRODI DIV BIDAN PENDIDIK


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
T.A 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan

merupakan salah satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain

perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan kontribusi pada

morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut National

Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada

150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan

(2003) melaporkan bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang

berhubungan dengan kehamilan di Amerika Serikat dari tahun 1991 - 1997

adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan

dengan kehamila.

Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa

dekade, hipertensi yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan

tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan. Secara umum, preeklamsi

merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada

kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia

kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada

multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda,

diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.

Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam

kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah


efektif  pada sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang

bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut,

karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali

dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar

25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan.

Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal,

dan kerusakan end organ lainnya

B. Rumusan Masalah

1.

C. Tujuan Penulisan

1.

D. Manfaat Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PREEKLAMSI/EKLAMSI

1. DEFINISI

Pre Eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirahardjo, 2008). Pre-

eklamsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan

peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria (Vicky Chapman, 2006).

Preeklampsia merupakan suatu keadaan heterogen dimana patogenesisnya

dapat berbeda – beda bergantung faktor resiko yang dimiliki.

Patogenesis preeklampsia pada wanita nulipara kemungkinan berbeda

dengan wanita yang memiliki penyakit vaskuler sebelumnya, pada wanita

diabetes, atau riwayat preeklamspsia sebelumnya. Frekuensi kejadian

preeklampsia meningkat pada wanita muda dan nulipara. Akan tetapi

distribusi frekuensinya berdasar usia bersifat bimodal, dengan

peningkatan berikutnya pada wanita multipara dengan usia di atas 35

tahun. Pada wanita yang memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia,


resiko preeklampsia lebih besar dibandingkan dengan populasi wanita

pada umumnya.

2. FAKTOR RESIKO

Faktor predisposisi preeklampsia adalah sebagai berikut :

a. Usia > 35 tahun

b. Nullipara

c. Kehamilan kembar

d. Mola hidatiformis

e. Diabetes mellitus

f. Penyakit thyroid

g. Hipertensi kronik

h. Gangguan ginjal

i. Penyakit vaskuler kolagen

j. Sindroma anti phospholipid

k. Riwayat keluarga dengan preeklampsia

3. TANDA GEJALA

a. Preeklamsi ringan

1) Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan

darah diastolik 90 mmHg

2) Proteinuria 1 + atau lebih

3) Sakit kepala disertai gangguan penglihatan

4) Penambahan edema berlebihan secara tiba-tiba.


Perlu diperhatikan bahwa apabila hanya 1 tanda ditemukan,

perawatan belum seberapa mendesak, akan tetapi pengawasan

ditingkatkan.

b. Preeklamsi berat

1) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 110

mmHg

2) Protein uria lebih dari positif 2 (++)

3) Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam

4) Edema paru : Nafas pendek, sianosis, ronkhi +

5) Nyeri daerah epigastrium

6) Gangguan penglihatan

7) Nyeri kepala hebat

4. PENCEGAHAN

a. Diet makanan

Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan

rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau

edema.

b. Cukup istirahat

5. PENANGANAN

a. Penanganan umum di rumah sakit :

1) Jika ibu tidak sadar/kejang, siapkan tenaga dan fasilitas

2) Lakukan penilaian TTV sambil mencari riwayat kesehatannya

3) Jika ibu tidak bernafas/bernafas dangkal :


a) Periksa dan bebeskan jalan nafas

b) Jika tidak bernafas, lakukan ventilasi dengan masker dan balon

c) Intubasi jika perlu

d) Jika bernafas, beri oksigen 406 lt per menit

4) Jika ibu tidak sadar/koma :

5) Jika syok, lakukan penanganan

6) Jika perdarahan, lakukan penanganan

7) Jika kejang :

8) Jika diagnosis pasti adalah eklamsia, beri magnesium sulfat

9) Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklamsia

sambil mencari penyebab

b. Penanganan kejang

1. Beri obat antikonvulsan

2. Pelengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,

masker oksigen, oksigen)

3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

4. Aspirasi mulut dan tenggorokan

5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trandelenburg untuk

mengurangi resiko aspirasi

6. Beri O2 4-6 liter/menit

c. Penanganan umum

1) Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan anti hipertensi, sampai

tekanan diastolik antara 90-100 mmHg


2) Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)

3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

4) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria

5) Jika jumlah urine < 30 ml per jam :

a) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam

b) Pantau kemungkinan edema paru

6) Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat

mengakibatkan kematian ibu dan janin

7) Observasi tanda-tanda vital, reflex dan DJJ setiap jam

8) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru

d. Perawatan Psotpasrtum

1) Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam post partum atau kejang

berakhir

2) Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik >110 mmHg

3) Pantau urin

6. Pengobatan

b. Dosis awal

1) MgSO4 4gr IV sebagai larutan 20% 5 menit

2) Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5gr IM dengan 1 ml ligokain 2 %

c. Dosis pemeliharaan

MgSO4 (50%) 5gr + ligonokain 2% 1 ml IM setiap 4 jam, sampai 24

jam pasca persalinan atau kejang berakhir

B. Eklamsi Postpartum
1. Pengertian Eklamsia Postpartum

Eklamsi dalam bahasa yunani berarti ‘’Halilintar’’ , karena serangan

kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir ( Mochtar, 1998 ).

Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre

eklamsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat grand

mal dan mungkin timbul sebelum, selama, atau setelah persalinan.

Namun, kejang yang timbul yang lebih dari 48 jam post partum, terutama

pada nuli para, dapat dijumpai sampai 10 hari post partum. ( Brown dkk.,

1987; Lubarsky dkk., 1994 ).

Eklampsia Post Partum merupakan kelanjutan dari antenatalnya, trias

gejala pokoknya hipertensi, protein uria dan edema lanjut. ( Manuaba,

IdaAyu Candranita, 2008

2. Insiden Eklampsi Post Partum

Pada Ibu penderita pre-eklamsi berat, timbul konvulsi yang dapat

diikuti oleh koma. Menurut saat timbulnya dibagi dalam:

a. Eklampsi Gravidarum : 50 %

b. Eklampsi Perturien : 40 %

c. Eklampsi Perperium : 10 %

3. Gejala Klinik

Ibu dalam 48 jam sesudah persalinan yang mengeluh nyeri kepala

hebat, penglihatan kabur dan nyeri epigarstik perlu dicurigai adanya

preeklampsi berat atau preeklampsi pasca persalinan.


Preeklampsi berat dapat ditegakkan diagnosisnya jika ada gejala

tekanan diastolic ≥ 110 mmHg dan protein urine ≥ +++, kadang

hiperrefleksia, nyeri kepala hebat, penglihatan kabur, oliguria < 400

ml/24 jam, nyeri abdomen atas / epigastrik dan edema paru.

Jika ibu mengalami kejang disertai tekanan diastolic ≥ 90 mmHg dan

protein urin ≥ ++ kadang disertai hiperrefleksia, nyeri kepala hebat,

penglihatan kabur, oliguria < 400 ml/24 jam, nyeri abdomen atas /

epigastrik, edema paru dan koma diagnosisnya eklampsia. (Sujiyatini,

2010).

Serangan eklampsi dibagi dalam 4 tingkat :

a. Stadium Invasi (awal atau aurora)

Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan

bergetar, kepala dipalingkan kekanan atau kiri. Stadium ini

berlangsung kira-kira 30 detik.

b. Stadium Kejang Tonik

Seluruh otot badan kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki

membengkok kedalam; pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan

sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30

detik

c. Stadium Kejang Klonik

Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat.

Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat

terigigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah


berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita

tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.

d. Stadium Koma

Lamanya ketidaksadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa

menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul

serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma. Selama

serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai

400 C

4. Penanganan

a. Segera lakukan penilaian keadaan umum dan tanda vital, jika ibu tidak

bernafas atau bernafas dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas,

mulai ventilasi dengan masker dan balon kalau perlu intubasi. Jika ibu

bernafas beri oksigen 4-6 liter permenit melalui masker atau kanul

nasal.

b. Jika kejang baringkan pada sisi kiri, tempat tidur arah kepala

ditinggikan sedikit untuk mencegah terjadinya aspirasi, bebaskan jalan

nafas, hindari pasien jatuh dan lakukan pengawasan ketat, lindungi

pasien dari kemungkinan trauma (pasang spatel lidah, fiksasi tetapi

jangan ikat terlalu keras)

c. Jika ibu tidak sadar / koma : bebaskan jalan nafas, baringkan sisi kiri,

ukur suhu dan periksa adakah kaku tengkuk

d. Berikan antikonvulsan (MgSo4/ Magnesium sulfat).

1) Dosis Awal
a) MgSo4 4gr IV sebagai larutan 40% selama 5 menit

b) Segera lanjutkan dengan pemberian 10gr larutan MgSo4

50%, masing-masing 5gr dibokong kanan dan kiri secara IM

dalam, ditambah 1ml lignokain 2% pada semprit yang sama.

Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSo4.

c) Jika Kejang Berulang 15 menit, berikan MgSo4 2g (larutan

40%) IV selama 5 menit

2) Dosis Pemeliharaan

MgSo4 1-2gr per jam per infuse, 15 tetes/menit atau 5gr MgSo4,

sampai 24 jam, diberikan setelah awal kejang

3) Sebelum Pemberian MgSo4, Periksa :

a) Frekuensi Pernafasan minimal 16/menit

b) Reflek patella (+)

c) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir

4) Berhentikan Pemberian MgSo4, Jika :

a) Frekuensi Pernafasan < 16/menit

b) Reflek patella (-)

c) Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

5) Siapkan Antidotum

Jika terjadi henti nafas : lakukan ventilasi (masker dan balon,

ventilator) beri kalsium


C. PREEKLAMPSIA PASCA MELAHIRKAN

1. DEFINISI

Preeklampsia Pasca melahirkan adalah suatu kondisi yang langka

yang terjadi ketika seorang wanita memiliki tekanan darah tinggi dan

kelebihan protein dalam urin segera setelah melahirkan.

Kebanyakan kasus preeklampsia pasca melahirkan berkemban dalam

waktu 48 jam setalah melahirkan. Namun, pasca Preeklampsia Pasca

melahirkan kadang-kadang berkembang hingga empat sampai enam

minggu setelah melahirkan. Hal ini dikenal sebagai Preeklampsia Pasca

melahirkan akhir

Preeklampsia pasca melahirkan memerlukan pengobatan. Jika tidak

diobati, Preeklampsia Pasca melahirkan dapat menyebabkan kejang-

kejang dan komplikasi serius lainnya. Preeklampsia adalah suatu kondisi

serupa yang berkembang selama kehamilan dan biasanya hilang seiring

kelahiran bayi.

2. GEJALA

Preeklamsia Pasca melahirkan cukup sulit untuk dideteksi pada Anda

sendiri. Banyak wanita yang mengalami Preeklamsia pascamelahirkan


tidak ada menunjukkan tanda-tanda atau gejala selama kehamilan. Juga,

Anda tidak mungkin menduga bahwa ada kesalahan ketika Anda terfokus

pada pemulihan setelah melahirkan dan merawat bayi yang baru lahir.

Tanda dan gejala Preeklamsia pasca melahirkan, biasanya mirip

dengan Preeklamsia yang terjadi selama kehamilan — mungkin

termasuk:

a. Tekanan darah tinggi (hipertensi), 140/90 milimeter Mercury (mm

Hg) atau lebih.

b. Kelebihan protein dalam urin Anda (proteinuria)

c. Sakit kepala parah

d. Perubahan penglihatan termasuk kerusakan penglihatan sementara,

penglihatan kabur atau kepekaan terhadap cahaya

e. Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan

f. Muntah atau mual

g. Penurunan urin

h. Kehilangan berat badan secara tiba-tiba, biasanya lebih dari 2 pon (0.9

kiloan) seminggu

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala Preeklamsia

pascamelahirkan tak lama setelah melahirkan, segera hubungi dokter.

Tergantung dari keadaannya, Anda mungkin segera. memerlukan

perawatan medis.

3. PENYEBAB
Penyebab Preeklamsia pascamelahirkan dan Preeklamsia yang terjadi

selama kehamilan tidak diketahui secara pasti. Sementara Preeklamsia

biasanya sembuh dengan melahirkan, hal ini diyakini bahwa Preeklamsia

pascamelahirkan dianggap gerakan selama kehamilan tapi tidak

menimbulkan gejala sampai sesudah melahirkan.

4. FAKTOR RISIKO

Penelitian Terbatas menunjukkan bahwa faktor risiko untuk

Preeklamsia pascamelahirkan mencakup:

a. Tekanan darah tinggi selama kehamilan (hipertensi penyakit). Anda

berada pada peningkatan risiko Preeklampsia pascamelahirkan jika

Anda mengidap tekanan darah tinggi setelah 20 minggu kehamilan

(kehamilan hipertensi) atau Anda mengalami tekanan darah tinggi dan

protein dalam urin Anda setelah 20 minggu kehamilan (Preeklamsia).

b. Obesitas. Risiko Preeklampsia pascamelahirkan lebih tinggi jika Anda

memiliki berat badan berlebihan.

c. Persalinan Sesar (Caesar). Jika Anda memiliki persalninan sesar,

Anda berada pada peningkatan risiko Preeklampsia pascamelahirkan.

5. KOMPLIKASI

Komplikasi pasca melahirkan Preeklamsia meliputi:

a. Preeklampsia Pascamelahirkan.

Preeklamsia Pascamelahirkan pada dasarnya pascamelahirkan

Preeklamsia ditambah kejang. Preeklamsia Pascamelahirkan dapat

secara permanen merusak organ-organ vital, termasuk otak, hati dan


ginjal. Jika tidak diobati, Preeklamsia pasca melahirkan dapat

menyebabkan koma. Dalam beberapa kasus, kondisi ini berakibat

fatal.

b. Edema paru.

Kondisi paru-paru yang mengancam kehidupan ini terjadi ketika

Anda mengalami kelebihan cairan di paru-paru.

c. Stroke.

Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terganggu atau

sangat berkurang, kurangnya oksigen dan makanan untuk jaringan

otak . Stroke adalah suatu keadaan medis yang darurat.

d. Thromboembolism.

Thromboembolism adalah penyumbatan pembuluh darah oleh

bekuan darah yang bergerak dari bagian lain dari tubuh. Kondisi ini

juga merupakan suatu keadaan darurat medis.

e. HELLP sindrom.

HELLP sindrom yang berdiri untuk hemolisis (kerusakan sel darah

merah), tinggi enzim hati dan platelet rendah dapat mengancam

kehidupan.

Seperti dengan Preeklamsia, Preeklamsia pasca melahirkan mungkin

juga meningkatkan risiko penyakit jantung di masa yang akan dating.

6. PERSIAPAN SEBELUM MENEMUI DOKTER

Jika Anda baru saja melahirkan dan memiliki tanda-tanda atau gejala

Preeklamsia pascamelahirkan, segera hubungi dokter. Tergantung dari


keadaannya, Anda mungkin segera memerlukan perawatan medis.

Berikut adalah beberapa informasi untuk membantu Anda bersiap

sebelum menemui dokter dan mengetahui apa yang dilakukaan oleh

dokter Anda.

Apa yang dapat Anda lakukan sebelum berkonsultasi, Anda mungkin

perlu melakukan hal-hal berikut:

a. Menanyakan batasan-batasan tertentu. Anda perlu menanyakan

batsasan dan pastikan Anda melakukan batsan tersebut.

b. Ajaklah salah satu anggota keluarga atau teman Anda untuk ikut serta

saat berkonsultasi, karena mereka dapat membantu Anda dalam

menyerap semua informas penting yang disampaikan oleh dokter.

c. Tuliskan daftar pertanyaan yang akan Anda ajukan saat berkonsultasi,

karena itu dapat membantu Anda saat berkonsultasi.

Berikut adalah beberapa pertanyaan dasar untuk menanyakan

Preeklamsia pascamelahirkan kepada dokter Anda.

a. Seberapa parahkah kondisi yang saya alami?

b. Apa sajakah pilihan perawatan yang dapat saya jalani?

c. Jenis tes apa yang saya perlu saya jalani?

d. Dapatkah saya melanjutkan untuk melakukan aktivitas seperti

biasanya?

e. Bagaimana cara terbaik saya menangani penyakit lainya secara

bersamaan dengan penyakit Preeklamsia pasca melahirkan?


f. Adakah tanda atau gejala yang mengharuskan saya untuk

menghubungi Anda atau segera dating ke rumah sakit?

Selain pertanyaan-pertanyaan yang sudah Anda siapkan, jangan ragu

untuk mengajukan pertanyaan lainnya, terutama jika Anda membutuhkan

klarifikasi atau ada suatu hal tidak Anda pahami.

Apa yang bisa harapkan dari dokter. Dokter mungkin untuk

menanyakan beberapa pertanyaan, diantaranya :

 Apakah Anda memiliki gejala-gejala yang tidak biasa belakangan ini,

seperti penglihatan kabur atau sakit kepala?

 Kapan Anda pertama kali mengalami tanda-tanda atau gejala penyakit

ini?

 Apakah Anda biasanya memiliki penyakit tekanan darah tinggi?

 Apakah Anda mengalami Preeklamsia atau Preeklamsia

pascamelahirkan pada kehamilan sebelumnya apapun?

 Apakah Anda punya komplikasi lainnya selama kehamilan

sebelumnya? Apakah Anda memiliki kondisi kesehatan lainnya?

7. TES DAN DIAGNOSIS

Jika sudah keluar dari rumah sakit setelah melahirkan dan dokter

Anda menduga bahwa Anda memiliki Preeklamsia pascamelahirkan,

Anda mungkin harus kembali ke rumah sakit.

Pascamelahirkan Preeklamsia biasanya didiagnosis dengan tes

laboratorium:
a. Tes darah. Tes ini dapat menentukan seberapa baik hati dan ginjal

Anda berfungsi dan Apakah darah Anda memiliki jumlah trombosit

normal, sel-sel yang membantu pembekuan darah.

b. Urine. Dokter mungkin menguji sampel urin Anda untuk melihat

apakah mengandung protein.

8. PERAWATAN DAN PENGOBATAN

Preeklamsia Pasca melahirkan dapat diobati dengan obat-obatan,

diantaranya:

a. Obat untuk mencegah kejang. Obat-obatan anticonvulsive, seperti

magnesium sulfat, dapat membantu mencegah kejang. Magnesium

sulfat biasanya digunakan selama 24 jam. Setelah pengobatan dengan

magnesium sulfat, dokter akan terus memantau tekanan darah Anda,

buang air kecil dan gejala lainnya.

b. Obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Jika tekanan darah

Anda sangat tinggi, berbahaya dan obat anticonvulsive tidak

menurunkannya, dokter mungkin akan meresepkan obat lain untuk

menurunkan tekanan darah Anda (obat anti hipertensi ).

Jika Anda menyusui Bayi Anda, tanyakan kepada dokter apakah aman

untuk melanjutkan menyusui bayi saat Anda menggunakan obat untuk

mengobati Preeklamsia pascamelahirkan.

9. CARA MENGATASI DAN DUKUNGAN

Periode pasca melahirkan sering membawa ketidaknyamanan fisik

serta emosi yang tidak stabil. Jika Anda sedang didiagnosis memiliki
Preeklamsia pascamelahirkan, Anda mungkin perlu menginap di rumah

sakit lebih lama atau tidak boleh meninggalkan rumah sakit. Ini dapat

menyebabkan stres tambahan. Berbicara dengan orang terdekat atau

teman-teman untuk mendapatkan dukungan. Dan konsultasikan dengan

dokter untuk menentukan bagaimana cara aman untuk menangani kondisi

Anda dan peran Anda sebagai ibu bagi bayi Anda.

10. PENCEGAHAN

Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah Preeklamsia pascamelahirkan.

Cara terbaik untuk mengurus diri sendiri adalah dengan mengetahui

tanda dan gejala dari Preeklamsia pasca melahirkan. Jangan takut untuk

menghubungi dokter jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran

tentang kesehatan Anda sebagai usaha pemulihan Anda setelah

melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai