Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keolahragaan

Volume 3 – Nomor 2, September 2015, (218 – 227)


Tersedia online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jolahraga

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG


PADA BERBAGAI INTENSITAS LATIHAN ATLET BALAP SEPEDA

Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih 1), Marina Hardiyanti 2), Fadhila Ika Sani 3)
Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1), First Sport Nutrition
Consulting 2), Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 3)
mirza_hapsari@yahoo.com 1), semangatmarina@gmail.com 2), dhila_0311@yahoo.com 3)

Abstrak
Latihan pada cabang bersepeda memperhatikan intensitas dengan salah satu parameternya
denyut jantung. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah dan denyut
jantung pada berbagai intensitas latihan atlet balap sepeda. Populasi dalam penelitian ini adalah 11
atlet balap sepeda Pegasus Continental Cycling Team selama periode pengamatan April–Juni 2015.
Teknik sampling menggunakan total sampling. Analisis data menggunakan uji One Way Anova. F
hitung denyut jantung dengan intensitas latihan 3,695 ≥ F tabel 3,316 dengan probabilitas 0,037 < 0,05
menunjukkan ada perbedaan signifikan antara perubahan denyut jantung dengan berbagai intensitas
latihan. F hitung tekanan sistol dengan intensitas latihan 2,372 ≤ F tabel 3,316 dengan probabilitas
0,111 > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara perubahan tekanan sistol pada
berbagai intensitas latihan. F hitung tekanan diastol dengan intensitas latihan 0,852 ≤ F tabel 3,316
dengan probabilitas 0,327 > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara perubahan
tekanan diastol dengan berbagai intensitas latihan.
Kata Kunci: denyut jantung, tekanan darah, intensitas latihan, atlet sepeda

DIFFERENCES OF BLOOD PRESSURE AND PULSE ALTERATION


AT VARIOUS EXERCISE INTENSITIES IN CYCLIST

Abstract
Intensity was an important part of exercise in cycling with pulse as one of the parameter. This
research intented to determine differences of blood pressure and pulse alteration at various exercise
intensity in cyclist. The population was 11 cyclists of Pegasus Continental Cycling Team. The data
measured during April-June 2015. Sampling technique used total sampling. One Way ANOVA used to
analyze the data. F count pulse with the exercise intensity was 3,695 ≥ 3,316 F table with probability
0.037 < 0.05, showed significant differences between pulse changes with different exercise intensities.
F count systolic pressure with exercise intensity was 2.372 ≤ 3.316 F table with probability 0.111 >
0.05, showed insignificant difference between systolic pressure changes with various exercise
intensities. F count diastolic pressure with exercise intensity was 0.852 ≤ 3.316 F table with
probability 0.327 > 0.05, showed insignificant difference between diastolic pressure changes with
various exercise intensities.
Keywords: pulse, blood pressure, intensity of exercise, cyclists

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 219
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

maupun cadangan glikogen otot, serta mening-


PENDAHULUAN
katkan konsentrasi enzim-enzim oksidatif atlet.
Olahraga adalah suatu bentuk latihan Sebaliknya tipe latihan anaerobik lebih domin-
fisik yang dapat meningkatkan kebugaran an meningkatkan kapasitas anaerobik, sistem
jasmani apabila dilakukan dengan frekuensi dan energi ATP-PC dan glikolisis anaerobik atlet
intensitas yang tepat dan sesuai. Olahraga yang (Costill, 1994 dalam Bafirman, 2013).
benar akan memberikan hasil peningkatan kerja Salah satu cabang olahraga yang terma-
sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, suk dalam kelompok aerobik adalah bersepeda.
menguatkan otot-otot rangka dan daya tahan Pada atlet sepeda, sistem energi yang terjadi
tubuh. Manfaat melakukan olahraga yang cukup selama latihan adalah sistem energi aerobik
dan teratur telah banyak disebutkan dalam yang membutuhkan lebih banyak oksigen. Oleh
penelitian maupun artikel ilmiah. Diantara karena itu, menurut Giam dan Teh (1988)
manfaat itu antara lain olahraga dapat men- dalam Ferdiansah (2012), bersepeda sangat
cegah obesitas, diabetes mellitus, hiperlipide- bermanfaat untuk menjaga dan meningkatkan
mia, stroke, dan hipertensi. Veronique dan kebugaran jantung, paru-paru, sirkulasi darah,
Robert (2005) dalam penelitiannya menyim- otot, tulang dan sendi. Bersepeda direkomen-
pulkan bahwa latihan aerobik dapat diterapkan dasikan untuk orang-orang yang mempunyai
sebagai manajemen hipertensi bukan hanya lemak berlebih atau yang mempunyai masalah
untuk pencegahan. Dalam penelitian tersebut medis pada tulang atau sendi anggota tubuh
juga disebutkan bahwa lemak dalam darah bagian bawah seperti pinggul, lutut, dan
dapat diturunkan kadarnya dengan olahraga pergelangan kaki.
terutama yang bersifat aerobik. Lemak dalam Jenis-jenis latihan pada cabang olahraga
darah inilah yang nanti akan menimbulkan bersepeda bermacam-macam sesuai dengan
arterosklerosis apabila kadarnya tinggi. Sebuah komponen-komponen fisik dasar yang perlu
penelitian yang dilakukan oleh Akira et.al. dilatih dan dikembangkan. Menurut Sidik
(1983), menyimpulkan bahwa latihan aerobik (2007) dalam Ferdiansah (2012) terdapat empat
yang dilakukan pada 50% VO2 max efektif komponen fisik dasar pada latihan sepeda yaitu
terhadap terapi hipertensi ringan. kekuatan (strength), kelentukan (flexibility),
Olahraga adalah meningkatnya curah kecepatan (speed), dan daya tahan (endurance).
jantung yang akan disertai meningkatnya Komponen fisik ini disesuaikan dengan
distribusi oksigen ke bagian tubuh yang kebutuhan bagi cabang olahraga sepeda secara
membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian umum, sebab kriteria cabang olahraga sepeda
yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi pada umumnya adalah power endurance.
vasokonstriksi. Meningkatnya curah jantung Power endurance ini diartikan bahwa olahraga
pasti akan berpengaruh pada tekanan darah (Sri sepeda adalah olahraga yang dilakukan dengan
Thristyaningsih dkk., 2011 dalam Moniaga, memaksimalkan kekuatan otot untuk berkon-
2013). traksi secara cepat dan kuat untuk periode
Latihan dengan beban tertentu dapat waktu yang cukup lama namun tidak meng-
mengubah faal tubuh yang nantinya dapat alami kelelahan yang berlebihan.
mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani. Per- Intensitas latihan adalah berat ringannya
ubahan yang timbul secara cepat disebut beban latihan yang menjadi pertimbangan
sebagai respon. Sedangkan perubahan yang berikutnya, setelah memperhatikan tipe latihan
lambat akibat dari aktivitas olahraga yang yang tepat. Intensitas latihan merupakan salah
teratur disebut sebagai adaptasi (Moeloek, 1984 satu pedoman dalam penerapan prinsip beban
dalam Syatria, 2006). Dalam olahraga ada tipe berlebih. Parameter intensitas latihan yang
latihan aerobik dan anaerobik, yang didasarkan sering digunakan salah satunya adalah denyut
pada penggunaan oksigen dan sistem energi. jantung (Mc Ardle, 1986; Janssen, 1989 dalam
Latihan aerobik adalah latihan yang Bafirman, 2013).
menggunakan energi yang berasal dari pem- Operasional dari intensitas latihan harus
bakaran dengan oksigen sedangkan latihan disesuaikan dengan tujuan. Prosedur atau pola
anaerobik adalah latihan yang menggunakan latihan yang digunakan saat latihan umumnya
energi yang berasal dari pembakaran tanpa dipilih agar mendekati karakteristik pada saat
oksigen. Tipe latihan aerobik lebih dominan kompetisi. Pada saat kompetisi, sistem transpor-
meningkatkan kapasitas aerobik, mioglobin, tasi oksigen dan penggunaan energi sering dipa-
mitokondria sel (jumlah dan ukurannya), cu untuk mencapai titik maksimum. Sehingga

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 220
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

tingkatan latihan diatur untuk mendapatkan jantung, latihan akan menyebabkan semakin
peningkatan efisiensi sistem transportasi oksi- kuatnya kontraksi otot jantung. Hal ini me-
gen dan penggunaan energi. Secara umum, mengaruhi pelebaran dan penyempitan pem-
intensitas rendah dengan tempo lambat diterap- buluh darah yang kemudian berpengaruh pada
kan untuk meningkatkan daya tahan otot dan tekanan darah. Berdasarkan latar belakang
daya tahan kardiorespirasi. Intensitas sedang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menge-
dengan tempo cepat diterapkan untuk mening- tahui perbedaan perubahan denyut jantung dan
katkan daya ledak otot. Sedangkan intensitas tekanan darah pada berbagai intensitas latihan
tinggi dengan tempo cepat diterapkan untuk atlet balap sepeda.
meningkatkan kekuatan, kecepatan dan stamina
METODE
otot. Di samping itu, latihan dengan tempo
tertentu dimaksudkan untuk meningkatkan Jenis Penelitian
kapasitas anaerobik (Bompa, 1990 dalam Penelitian ini menggunakan metode
Bafirman, 2013; Garett Jr. dan Kirkendall, survei dan pengumpulan data yang dilakukan
2000). dengan pengukuran langsung terhadap denyut
Efek awal dari latihan tercermin dari 2 jantung dan tekanan darah.
jenis respon. Respon pertama adalah perubahan
repon kerdiovaskuler terhadap latihan dan Waktu dan Tempat Penelitian
peningkatan ketahanan anaerobik tanpa adanya Penelitian ini dilakukan pada bulan April
perubahan pada kemampuan aerobik maksimal hingga Juni 2015. Penelitian dilakukan di
(VO2max). Respon kedua adalah penurunan asrama atlet Pegasus Continental Cycling Team
frekuensi pompa jantung dalam melakukan yang berada di wilayah Kota Yogyakarta.
penyerapan oksigen (Reilly et al., 1990).
Jenis atau intensitas latihan menentukan Target/Subjek Penelitian
jenis sistem pengeluaran energi yang diguna- Populasi dalam penelitian ini adalah atlet
kan. Jenis latihan sprint menggunakan energi balap sepeda berjumlah 11 orang yang terga-
yang berasal dari adenosine triphospate (ATP) bung dalam Pegasus Continental Cycling
dan phospocreatine (PC). Pada kompetisi de- Team. Pengambilan sampel penelitian meng-
ngan jenis sprint yang memakan waktu sekitar gunakan teknik total sampling yang berarti
10 detik, sumber energi sangat bergantung pada seluruh anggota populasi menjadi subjek
kombinasi ATP-PC. Kompetisi jarak menengah penelitian.
mengandalkan 2 jenis pengeluaran energi, yaitu
kombinasi ATP-PC dan sistem energi glikolitik. Prosedur
Kompetisi jarak jauh mengandalkan pemecahan Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi, dengan metode survei. Penelitian dimulai
serta memanfaatkan kapasitas aerobik dalam dengan menyiapkan instrumen dan subjek pene-
jangka panjang dan meminimalkan produksi litian, pengambilan data penelitian, pengolahan
laktat (Garett Jr. dan Kirkendall, 2000). data penelitian dan terakhir pembuatan laporan
Kaitan olahraga dengan jantung dan penelitian.
pembuluh darah dapat dipahami karena dengan
jantung merupakan organ vital yang memasok Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
kebutuhan darah di seluruh tubuh. Dengan Data
meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka Data penelitian ini adalah data primer
kebutuhan darah yang mengandung oksigen karena data didapatkan sendiri oleh peneliti
akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipe- melalui pengukuran langsung. Sedangkan ber-
nuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran dasarkan jenis data statistiknya, untuk data
darahnya. Hal ini juga direspon pembuluh darah tekanan darah dan denyut jantung merupakan
dengan melebarkan diameter pembuluh darah tipe data interval sedangkan data intensitas
(vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada latihan adalah tipe data ordinal.
tekanan darah. Pada kegiatan olahraga yang Pengumpulan data yang dilakukan de-
menggunakan banyak otot, faktor kemampuan ngan pengukuran langsung terhadap denyut
sistem kardiovaskuler dalam memompa darah jantung dan tekanan darah dengan alat Omron
lebih menghambat latihan daripada kemampuan digital Series HEM-7203. Pengukuran pretest
otot dalam menyalurkan oksigen (Reilly et al., tekanan darah dan denyut jantung dilakukan
1990). Selain berhubungan dengan denyut sesaat sebelum atlet memulai latihan, sedang-

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 221
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

kan pengukuran posttest maksimal 10 menit latihan yang terbagi menjadi 3 yaitu intensitas
setelah selesai latihan sebelum mengonsumsi ringan, sedang, dan berat (Tabel 1). Intensitas
makanan dan minuman. Pengukuran dilakukan ringan meliputi recovery ride. Intensitas sedang
dalam posisi duduk rileks, tenang, dan tidak meliputi individual time trial. Intensitas berat
berbicara. Pengukuran intensitas latihan meng- meliputi endurance training.
gunakan alat Garmin Serie EDGE510 yang
Teknik Analisis Data
dipasang di sepeda dan sensor yang dipasang di
tubuh atlet. Alat Garmin dapat merekam jarak Data yang diperoleh dianalisis menggu-
tempuh latihan, durasi latihan, kecepatan nakan uji One Way Anova untuk mengetahui
maksimal, kecepatan rata-rata, rata-rata denyut perbedaan perubahan denyut jantung dan
jantung, denyut jantung maksimal, dan estimasi tekanan darah pada berbagai intensitas latihan.
pengeluaran energi selama latihan. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan
perubahan denyut jantung dan tekanan darah
Tabel 1. Karakteristik Intensitas Latihan
sebelum dan sesudah latihan menggunakan uji
Intensitas Latihan Rerata Min Maks Paired t-test.
Intensitas Jarak
37,7 24,8 43,1 HASIL DAN PEMBAHASAN
ringan (km)
(recoverey Energi Hasil analisis data menggunakan uji One
467,3 321 535
ride) (kkal) Way Anova menunjukkan F hitung denyut jan-
Intensitas Jarak
86 52,3 141 tung dengan intensitas latihan sebesar 3,695 ≥ F
sedang (km)
(individual Energi
tabel sebesar 3,316 dengan probabilitas 0,037 <
1276 735 1920 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak, artinya ada
time trial (kkal)
Intensitas Jarak perbedaan yang signifikan antara perubahan
147 112 197 denyut jantung dengan berbagai intensitas latih-
berat (km)
(endurance Energi an. Hal ini berarti perubahan denyut jantung
2028 1520 2926
training) (kkal) pada intensitas ringan (L1) berbeda dengan
perubahan denyut jantung pada intensitas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah
sedang (L2) dan perubahan denyut jantung pada
denyut jantung, tekanan darah sistol dan diastol
intensitas berat (L3) (Tabel 2).
sebelum dan sesudah latihan. Sedangkan varia-
bel terikat dari penelitian ini adalah intensitas
Tabel 2. Perbedaan Perubahan Denyut Jantung pada Berbagai Intensitas Latihan
Jumlah Pulse (kali/menit) ∆
Jenis Pb Pc
Pretest Posttest (kali/menit)
L1 60,09±12,67 72,27±14,58 12,18±5,63 0,056 0,084
L2 62,27±11,91 89±15,34 26,72±14,71 <0,001 0,050
L3 64,72±10,34 75,27±14,58 10,54±11,95 0,015 0,966
Pa 0,037
Keterangan:
Data dinyatakan dalam ± S.D.
Pa= Hasil kebermaknaan uji One-way Anova
Pb= Hasil kebermaknaan uji Paired-Samples t Test
Pc= Hasil kebermaknaan uji Tukey
L1= Latihan ringan
L2= Latihan sedang
L3= Latihan berat
Perubahan denyut jantung sebelum jantung sebelum latihan dengan denyut jantung
latihan dan denyut jantung setelah latihan setelah latihan, nilai p = 0,056 > 0,05 (Tabel 2).
berdasarkan analisa menggunakan uji paired t- Berdasarkan hasil analisa Post-Hoc de-
test menunjukkan perbedaan yang signifikan ngan uji Tukey, intensitas latihan yang paling
pada intensitas latihan sedang dan berat yang berpengaruh terhadap perubahan denyut jantung
menunjukkan nilai p ≤ 0,05. Sedangkan pada adalah intensitas latihan sedang dengan nilai p
intensitas latihan ringan, tidak ada perbedaan ≤ 0,05. Perubahan denyut jantung pada latihan
yang signifikan antara perubahan denyut sedang lebih banyak dibandingkan perubahan
denyut jantung pada latihan ringan. Perubahan

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 222
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

denyut jantung pada latihan sedang juga lebih hingga 50% kemudian secara bertahap dibuat
banyak dibandingkan perubahan denyut jantung latihan meningkat yang bertujuan untuk menu-
pada latihan berat (Tabel 2). runkan denyut jantung hingga 85% denyut
Intensitas latihan adalah berat ringannya jantung maksimum. Denyut jantung maksimum
beban latihan yang menjadi pertimbangan didapatkan dari rumus 220-usia (American
berikutnya setelah memperhatikan tipe latihan Heart Association, 2015).
yang tepat. Intensitas latihan merupakan salah Ada perbedaan perubahan denyut jantung
satu pedoman dalam penerapan prinsip beban yang signifikan antara intensitas latihan ringan,
berlebih. Parameter intensitas latihan yang sedang, dan berat pada penelitian ini. Hal ini
sering digunakan salah satunya adalah denyut dapat dijelaskan dengan teori yang menyebut-
jantung (Mc Ardle, 1986; Janssen, 1989 dalam kan bahwa ada hubungan yang linier antara
Bafirman, 2013). intensitas dan frekuensi denyut jantung pada
Denyut nadi adalah denyut jantung yang olahraga yang melibatkan otot-otot besar yang
dihantarkan lewat arteri dan dirasakan sebagai cukup banyak, salah satunya pada cabang
denyut. Pada arteri yang besar denyut dapat olahraga bersepeda. Ketika berlatih, frekuensi
dirasakan dengan baik yang jumlahnya tiap denyut jantung akan sesuai dengan intensitas
menit sama dengan denyut jantung. latihan. Semakin tinggi intensitas latihan maka
Program latihan yang bersifat aerobik se- denyut jantung akan terasa semakin cepat.
perti bersepeda akan menyebabkan semakin Namun, hubungan linier ini tidak terjadi sete-
besarnya ruang pada atrium maupun ventrikel rusnya, pada suatu titik ambang batas anaero-
pada jantung. Dengan demikian volume darah bik, jika intensitas terus dinaikkan pada suatu
sedenyut akan meningkat. Dengan meningkat- saat hubungannya tidak linier lagi melainkan
nya volume darah sedenyut maka akan meme- melengkung. Hal ini berarti, semakin berat
nuhi kebutuhan oksigen maupun membuang intensitas latihan, maka perubahan denyut
karbondioksida jantung tidak perlu memompa jantung akan semakin cepat, namun, pada suatu
dengan frekuensi yang tinggi. Oleh karena itu titik maksimal, perubahan denyut jantung tidak
atlet yang terlatih dalam daya tahan aerobik lagi mengikuti kenaikan intensitas latihan.
denyut jantung minimalnya akan dibawah 60 Denyut jantung tidak selalu dipengaruhi
kali per menit, bahkan lebih rendah dari 50 kali hanya oleh intensitas latihan. Suhu tubuh juga
per menit. menjadi salah satu faktor yang memengaruhi
Rerata denyut jantung istirahat pada L1 perubahan denyut jantung latihan. Pada saat
adalah 60,09 kali/menit, sedangkan pada L2 suhu tubuh tinggi, pusat pengaturan panas
62,27 kali/menit dan L3 64,72 kali/menit. Ideal- tubuh akan bekerja lebih keras. Untuk menjaga
nya denyut jantung istirahat pada atlet yang keseimbangan (homeostasis), frekuensi denyut
terlatih adalah 40-60 kali per menit (American jantung meningkat akibatnya terjadi penurunan
Heart Association, 2015). isi sekuncup jantung karena berkurangnya
Nilai denyut jantung istirahat pada subjek tekanan darah pada vena (Costill, 1994 dalam
mendekati nilai ideal, namun akan lebih baik Bafirman, 2013).
apabila nilainya berada dibawah 60 kali per Pada keadaan kekurangan cairan atau
menit. Lebih sedikit denyut jantung maka dapat dehidrasi mengakibatkan volume darah menu-
dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kebu- run. Hal ini dikarenakan berkurangnya pasokan
garan yang lebih baik. Pada individu yang bu- darah ke jantung. Untuk mengatasi hal tersebut
gar, detak jantung atau denyut jantungnya lebih terjadi peningkatan denyut jantung yang bertu-
sedikit jumlahnya karena sistem kardiorespira- juan untuk menghasilkan sirkulasi darah yang
tori bekerja secara lebih efisien, yaitu dalam lebih baik (Janssen, 1989; Murray, 1992).
setiap detak oksigen yang terpompa dalam Lebih jauh berdasarkan penelitian yang
darah lebih banyak sehingga kebutuhan oksigen pernah dilakukan Jukendrup dan Van Diemen,
dapat langsung terpenuhi (Anspaugh, 1997 denyut jantung juga dipengaruhi oleh keting-
dalam Indrawagita, 2009; Laskowski dalam gian tempat dan stresor fisik (Muller, Kim,
Amran, 2012). Bellar, Ryan, Seo, Muller, & Glickman, 2012;
Untuk membuat denyut jantung menjadi Jukendrup & Van Diemen, 1998).
lebih rendah jumlahnya dapat dilakukan dengan Pada intensitas latihan sedang, perbedaan
memodifikasi latihan. Pada beberapa minggu perubahan denyut jantung paling signifikan.
pertama latihan sebaiknya dibuat latihan yang Intensitas latihan sedang dilakukan dengan
dapat menurunkan denyut jantung maksimum jarak rata-rata 86 kilometer dengan pengeluaran

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 223
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

energi rata-rata 1276 kkal. Intensitas latihan me oksigen tubuh yang dapat digunakan saat
sedang yang dilakukan adalah individual time bekerja keras dinyatakan dalam liter/menit
trial, dimana pada jenis latihan ini, subjek harus (Dhewangga, 2014).
bersepeda dengan jarak tertentu, dengan gerak Jumlah denyut jantung per menit meru-
secepat mungkin untuk mendapatkan catatan pakan salah satu komponen untuk menghitung
waktu yang paling baik. Ketika seseorang se- jumlah konsumsi oksigen maksimal. Semakin
makin cepat memacu sepeda, maka kebutuhan kecil jumlah denyut jantung menandakan se-
oksigennya semakin banyak. Sistem pernafasan makin efisien penggunaan oksigen di dalam
akan sebanyak mungkin mengambil oksigen tubuh. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan
dari lingkungan. Respon tubuh terhadap hal kebugaran/kesegaran jasmani yang baik dapat
tersebut yaitu dengan meningkatnya kerja dilihat dari jumlah denyut jantung. Untuk
sistem kardiorespirasi yang melibatkan jantung, mendapatkan nilai denyut jantung yang ideal
darah, dan pembuluh darah. Jantung akan diperlukan latihan dengan intensitas yang
bekerja lebih cepat untuk memompa darah yang disesuaikan dengan kemampuan tubuh. Salah
membawa suplai oksigen yang berakibat pula satu jenis latihan yang dapat dilakukan untuk
pada denyut jantung yang berdetak semakin menjaga kebugaran yaitu bersepeda dengan
cepat. Pada intensitas latihan ringan dan berat durasi 20-60 menit dengan frekuensi 2-5 kali
tidak ditekankan gerakan bersepeda yang harus seminggu. Untuk menambah kebugaran dan
secepat mungkin seperti pada individual time melatih ketahanan, diperlukan penambahan
trial. Intensitas ringan hanya bersifat untuk intensitas latihan yang bersifat progresif.
merecovery dan pada latihan berat lebih bersifat Perubahan denyut jantung istirahat (yang
melatih ketahanan sehingga asupan oksigen diukur sebelum latihan) dibandingkan denyut
pada saat latihan ringan dan berat tidak secepat jantung setelah latihan, paling signifikan pada
ketika latihan sedang, oleh karenanya pening- intensitas sedang dan intensitas berat. Sedang-
katan denyut jantung pada intensitas latihan kan pada intensitas ringan, perubahan denyut
ringan dan berat tidak sebesar pada saat jantung sebelum dan sesudah latihan tidak ada
intensitas sedang. perbedaan yang signifikan. Pada intensitas
Intensitas latihan yang sesuai dengan ringan jarak yang ditempuh rata-rata 37,7
kondisi kardiorespirasi baik untuk menjaga kilometer dengan pengeluaran energi rata-rata
kebugaran. Kebugaran atau kesegaran jasmani 467,3 kkal. Intensitas latihan ringan biasanya
yang lebih tinggi dapat meningkatkan penam- menggunakan jalur tempuh mendatar yang
pilan para olahragawan dan mengurangi ke- tujuannya hanya untuk recovery. Dengan jarak
mungkinan terjadinya cedera (Roji, 2004 dalam tempuh yang lebih pendek, jalur yang mendatar
Dhewangga, 2014). dan pengeluaran energi yang lebih sedikit, hal
Unsur yang terpenting dalam kesegaran ini menjadikan intensitas latihan ringan tidak
jasmani adalah daya tahan kardiorespirasi. Daya terlalu memengaruhi fisiologis tubuh sehingga
tahan kardiorespirasi merupakan kesanggupan perubahan denyut jantung sebelum dan sesudah
jantung dan paru-paru serta pembuluh darah latihan tidak terlalu berbeda.
yang berfungsi secara optimal dalam keadaan Hasil F hitung tekanan sistol dengan
istirahat serta latihan untuk mengambil oksigen intensitas latihan sebesar 2,372 ≤ F tabel sebe-
kemudian mendistribusikannya ke jaringan sar 3,316 dengan probabilitas 0,111 > 0,05 yang
yang aktif untuk digunakan pada proses meta- berarti bahwa Ho diterima. Ho diterima berarti
bolisme tubuh (Moeloek, 2004 dalam tidak ada perbedaan yang signifikan antara
Dhewangga, 2014). perubahan tekanan sistol dengan berbagai
Pengukuran ketahanan kardiorespirasi intensitas latihan. Hal ini berarti tidak ada
untuk kapasitas aerobik dapat dilakukan dengan perbedaan yang signifikan antara tekanan sistol
cara mengukur konsumsi oksigen maksimal pada intensitas ringan, intensitas sedang, dan
(Ismayarti, 2006 dalam Dhewangga, 2014). intensitas berat (Tabel 3).
Konsumsi oksigen maksimal merupakan volu-

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 224
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

Tabel 3. Perbedaan Perubahan Tekanan Sistole pada Berbagai Intensitas Latihan


Tekanan Sistole (mmHg) ∆
Jenis Pb
Pretest Posttest (kali/menit)
L1 129,27±13,5 123,27±9,15 -6±7,56 0,025
L2 134,63±9,64 123,63±14,14 -11±14,13 0,027
L3 136±10,81 120,09±7,67 -15,9±9,19 <0,001
Pa 0,111
Keterangan:
Data dinyatakan dalam ±S.D.
Pa= Hasil kebermaknaan uji One-way Anova
Pb= Hasil kebermaknaan uji Paired-Samples t Test
L1= Latihan ringan
L2= Latihan sedang
L3= Latihan berat
Sedangkan hasil perubahan tekanan F tabel sebesar 3,316 dengan probabilitas 0,327
darah sistol sebelum dan sesudah latihan diuji > 0,05 yang berarti bahwa Ho diterima, artinya
menggunakan paired t-test. Terdapat perbedaan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
yang signifikan pada tekanan darah sistol sebe- perubahan tekanan diastol dengan berbagai
lum dan sesudah latihan pada semua intensitas intensitas latihan. Hal ini berarti tidak ada
latihan dibuktikan dengan nilai p ≤ 0,05 (Tabel perbedaan yang signifikan antara tekanan
3). diastol pada intensitas ringan, intensitas sedang,
Hasil menunjukkan F hitung tekanan dan intensitas berat (Tabel 4).
diastol dengan intensitas latihan sebesar 0,852 ≤
Tabel 4. Perbedaan Perubahan Tekanan Diastole pada Berbagai Intensitas Latihan
Tekanan Diastole (mmHg) ∆ Pb
Jenis
Pretest Posttest (kali/menit)
L1 70,18±9,61 66,81±9,82 -3,36±7,06 0,145
L2 72,9±7,79 73±9,46 0,09±7,03 0,967
L3 70,18±7,94 67,81±6,86 -2,36±4,8 0,134
Pa 0,327
Keterangan:
Data dinyatakan dalam ±S.D.
Pa= Hasil kebermaknaan uji One-way Anova
Pb= Hasil kebermaknaan uji Paired-Samples t Test
L1= Latihan ringan
L2= Latihan sedang
L3= Latihan berat
Sedangkan hasil perubahan tekanan tinggi. Akan lebih baik apabila tekanan darah
darah diastol sebelum dan sesudah latihan diuji sistolik subjek dapat diturunkan.
menggunakan paired t-test. Tidak terdapat Penambahan latihan yang bersifat aero-
perbedaan yang signifikan pada tekanan darah bik akan dapat membantu menurunkan tekanan
diastol sebelum dan sesudah latihan pada semua darah sistolik. Dengan penambahan latihan
intensitas latihan. yang sifatnya progresif selama 14 minggu dapat
Berbeda dengan perubahan denyut jan- membantu menstabilkan tekanan darah (Kelley,
tung, perubahan tekanan darah baik sistol mau- 2000). Bersepeda merupakan salah satu akti-
pun diastol tidak ada yang berbeda signifikan vitas fisik yang sifatnya aerobik, implementasi
baik pada intensitas ringan, intensitas sedang, dari penambahan latihan aerobik secara prog-
dan intensitas berat. resif yaitu dengan penambahan latihan berse-
Rerata nilai tekanan darah sistol sebelum peda 20-60 menit sebanyak 2-5 kali dalam
latihan pada L1 adalah 129,27 mmHg, sedang- seminggu.
kan pada L2 134,63 mmHg, dan pada L3 136 Untuk rerata nilai tekanan darah diastol
mmHg. Tekanan darah sistol yang ideal adalah sebelum latihan pada L1 adalah 70,18 mmHg,
< 120 mmHg, sehingga dari hasil tersebut sedangkan pada L2 72,9 mmHg, dan pada L3
tekanan darah sistol subjek masih tergolong 70,18 mmHg. Tekanan darah diastol yang ideal

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 225
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

adalah <80 mmHg, sehingga dari hasil tersebut berangsur-angsur mengalami penurunan. Penu-
tekanan darah diastol subjek tergolong baik. runan tekanan darah dapat disebabkan karena
Tekanan darah adalah tekanan yang menurunnya aktivitas memompa jantung. Penu-
terjadi pada pembuluh darah arteri akibat runan tekanan darah dapat terjadi setelah 30-
tekanan dari aliran darah yang melewatinya. 120 menit setelah latihan. Apabila aktivitas
Tekanan darah tercatat sebagai tekanan darah olahraga dilakukan secara berulang-ulang,
sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik penurunan tekanan darah akan berlangsung
merupakan jumlah tekanan terhadap dinding lebih lama. Hal tersebutlah yang menjadi alasan
arteri setiap waktu jantung berkontraksi atau mengapa olahraga dengan teratur dapat mem-
menekan darah keluar dari jantung. Sedangkan bantu menstabilkan tekanan darah (Anonim,
tekanan darah diastolik merupakan jumlah 2006; Sumosardjono, 2006 dalam Syatria,
tekanan di dalam arteri sewaktu jantung beristi- 2006).
rahat dan diantara denyut jantung. Selisih te- Pada penelitian ini, tekanan darah sistol
kanan antara sistol dan diastol akan meningkat, dan diastol pada berbagai intensitas latihan
hal demikian hubungannya erat dengan volume tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
darah sedenyutan yang keluar dari jantung. Artinya, tekanan darah stabil pada masing-
Tekanan darah baik sistol maupun diastol dapat masing intensitas latihan. Hal ini adalah salah
meningkat sangat tinggi ketika seorang atlet satu fungsi kerja jantung. Jantung sebagai suatu
melakukan gerakan yang sangat kuat pada generator yang memompa darah di dalam tubuh
periode waktu tertentu yang singkat. Hal demi- harus bekerja keras agar tekanan rata-rata di
kian terjadi karena banyak otot rangka yang seluruh sistem arteri pada satu siklus jantung
berkontraksi sehingga mendesak pembuluh- selalu sama pada semua organ. Tekanan darah
pembuluh darah. perlu dipertahankan konstan agar aliran darah
Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi sistemik tetap lancar (Guyton, 2008).
saat pengukuran. Pada orang yang baru bangun Adanya keterlibatan sistem kerja saraf
tidur, akan didapatkan tekanan darah paling simpatik dan parasimpatik juga menjadi para-
rendah, yang dinamakan tekanan darah basal. meter yang mempertahankan kestabilan tekanan
Tekanan darah yang diukur setelah berjalan darah. Saraf simpatik dan parasimpatik adalah
kaki atau aktivitas fisik lain akan memberi saraf otonom atau saraf yang bekerja tanpa
angka yang lebih tinggi dan disebut tekanan disadari. Kedua saraf ini bekerja secara berla-
darah kasual. Tekanan darah sistolik akan wanan. Saraf simpatik berpangkal pada sum-
berubah-ubah sesuai dengan kegiatan yang sum tulang belakang sedangkan saraf parasim-
dikerjakan, sedangkan tekanan darah diastolik patik bekerja pada sumsum lanjutan. Sistem
relatif tidak berubah-ubah (Lany, 2001). saraf simpatik diaktifkan dalam keadaan stres.
Ketika berlatih, tekanan darah di dalam Dalam hal ini, beban latihan dapat dianggap
tubuh dipengaruhi oleh fungsi fisiologis hormo- sebagai keadaan stres yang memicu bekerjanya
nal. Hormon yang berperan adalah epinefrin. sistem saraf simpatik. Respon saraf simpatik
Meningkatnya hormon epinefrin saat latihan dalam hal ini adalah mempercepat detak jan-
akan menyebabkan semakin kuatnya kontraksi tung dan menyebabkan kontraksi pembuluh
otot jantung. Meskipun demikian, tekanan sistol darah. Kontraksi pada pembuluh darah mem-
tidak langsung membubung tinggi, karena buat tekanan pada pembuluh darah menjadi
pengaruh epinefrin pada pembuluh darah dapat meningkat. Respon balik diberikan oleh saraf
menyebabkan pelebaran (dilatasi). Pelebaran parasimpatik yaitu dengan melebarkan pem-
pembuluh darah akan sangat tergantung kon- buluh darah sehingga aliran darah tetap lancar
disinya. Jika pembuluh sudah mengalami pen- dan dapat dipertahankan stabil.
gerakan (arteriosklerosis) akan menjadi kaku, Pada penelitian ini, perubahan tekanan
tidak elastis, sehingga pelebaran akan terbatas. sistol sebelum dan setelah latihan berbeda
Dengan demikian kenaikan tekanan darah saat signifikan sedangkan perubahan tekanan diastol
latihan akan dapat terjadi. Peningkatan pelebar- tidak berbeda antara sebelum dan setelah
an pembuluh darah saat latihan juga disebabkan latihan. Tekanan diastol menandai ventrikel
karena meningkatnya suhu tubuh. Banyaknya darah yang berelaksasi dimana hal tersebut ber-
keringat yang keluar akan menyebabkan plasma dampak pada darah masuk ke jantung. Tekanan
darah keluar, volume darah menurun, sehingga diastolik dibutuhkan untuk mengirim suplai
tekanan darah tidak naik berlebihan. Setelah darah ke jantung. Apabila tekanan diastolik
mengalami kenaikan, tekanan darah akan sangat rendah maka yang terjadi adalah jantung

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 226
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

kekurangan suplai darah. Sedangkan tugas jan- Amran. (17 Juli 2012). Definisi denyut nadi
tung adalah memompakan darah ke seluruh manusia. Diakses dari beranchunk-
tubuh agar suplai zat makanan dan oksigen amrank.blogspot.com/2012/07/definisi-
yang diangkut oleh darah tercukupi. Apabila denyut-nadi-manusia.
jantung kekurangan suplai maka darah yang
Bafirman, HB. (2013). Kontribusi fisiologi
diedarkan ke seluruh tubuh jumlahnya menurun
olahraga mengatasi resiko menuju
dan suplai zat makanan dan oksigen tidak
prestasi optimal. Jurnal Media Ilmu
tercukupi. Sebaliknya apabila tekanan diastol
Keolahragaan Indonesia, 3, 41-47.
sangat tinggi maka yang terjadi adalah otot
Diakses dari
jantung akan bekerja semakin keras untuk
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/
mensirkulasikan suplai darah yang masuk ke
miki
jantung. Keadaan seperti ini apabila terjadi
terus menerus dapat menyebabkan kekakuan Dhewangga, Wisnu. (2014). Pengaruh
pada otot jantung yang dapat meningkatkan peningkatan intensitas latihan futsal
risiko terjadinya penyakit jantung. Oleh karena- terhadap VO2 Max. (Skripsi). Diakses
nya tekanan darah sangat perlu dijaga supaya dari
tetap stabil. http://eprints.ums.ac.id/32839/12/NAS
KAH%20PUBLIKASI.pdf.
SIMPULAN DAN SARAN
Ferdiansah, Roni. (2012). Perbandingan profil
Simpulan
kondisi fisik atlet cabang olahraga
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sepeda nomor mountain bike downhill
bahwa (1) ada perbedaan yang signifikan antara Kabupaten Bandung Barat dan Jawa
perubahan denyut jantung dengan berbagai Barat. (Skripsi). Diakses dari
intensitas latihan; (2) tidak ada perbedaan yang http://repository.upi.edu.
signifikan antara perubahan tekanan sistol
Garett Jr., W.E. & Kirkendall, D.T. (2000).
dengan berbagai intensitas latihan; (3) tidak ada
Exercise and sport science. USA:
perbedaan yang signifikan antara perubahan
Maple Press.
tekanan diastol dengan berbagai intensitas
latihan. Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi tekanan
darah tinggi. Yogyakarta: Kanisius
Saran
Indrawagita, L. (2009). Hubungan status gizi,
Denyut jantung istirahat (sebelum latih-
aktivitas fisik dan asupan gizi dengan
an) pada atlet yang menjadi subjek penelitian
kebugaran pada mahasiswa Program
sudah cukup baik untuk kelompok atlet namun
Studi Gizi FKMUI tahun 2009.
masih kurang ideal. Begitu pula dengan tekanan
(Skripsi). Diakses dari
darah sistolik yang masih cenderung tinggi
http://lib.ui.ac.id.
untuk kelompok atlet. Oleh sebab itu, disaran-
kan kepada para atlet untuk menjaga waktu Janssen PGJM. (1989). Training lactate pulse
tidur yang cukup dan pola makan yang benar. rate. Kempele, Finland: Polar Electro.
Selain itu latihan yang sesuai berdasarkan tipe, Jeukendrup, A., & Van Diemen, A. (1998).
intensitas, dan frekuensi juga penting untuk Heart rate monitoring during training
mencegah terjadinya overtraining yang dapat and competition in cyclists. Journal of
mempengaruhi denyut jantung dan tekanan Sports Sciences, 16:1, 91-99.
darah.
Kelley, G.A., & Kelley, K.S. (2000).
DAFTAR PUSTAKA Progressive resistance exercise and
American Heart Association. (Januari 2015). resting blood pressure: A meta-analysis
Target heart rates. Terakhir direview 8 of randomized controlled trials.
Juni 2015. Diakses dari Hypertension, 35, 838-843.
http://www.heart.org/HEARTORG/Get Moniaga, Victor dkk., (2013). Pengaruh senam
tingHealthy/PhysicalActivity/FitnessBa bugar lansia terhadap tekanan darah
sics/Target-Heart- penderita hipertensi di BPLU Senja
Rates_UCM_434341_Article.jsp. Cerah Paniki Bawah. Jurnal e-
Biomedik. Volume 1, Nomor 2. 785-789

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259
Jurnal Keolahragaan 3 (2), September 2015 - 227
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Marina Hardiyanti, Fadhila Ika Sani

diakses dari Reilly, T et al. (1990). Physiology of sports.


ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiome United Kingdom: E & FN Spon.
dik/article/view/3635.
Syatria, Arsdiani. (2006). Pengaruh olahraga
Muller, M. D., Kim, C-H., Bellar, D. M., Ryan, terprogram terhadap tekanan darah
E. J., Seo, Y., Muller, S. M., & pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Glickman, E. L. (2012). Effect of cold Universitas Diponegoro yang meng-
acclimatization on exercise economy in ikuti ekstrakurikuler basket. (Karya
the cold. European Journal of Applied Tulis Ilmiah). Diakses dari
Physiology, 112, 795-800. http://eprints.undip.ac.id/20415/1/Arsdi
ani.pdf.
Murray. (1992). Nutrition for the marathon and
other endurance sports. Environtmental
Stress and Dehidration. Vol.24, No.9.

Copyright © 2015, Jurnal Keolahragaan, Print ISSN: 2339-0662, Online ISSN: 2461-0259

Anda mungkin juga menyukai