Anda di halaman 1dari 12

PAKET PENYULUHAN

KANKER RECTI

KELOMPOK 10A

RIZA MASRUROH (1601470037)


DWI SISKA (1601470039)
VITA PUSPITA W (1601470038)

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RUANG 13 Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2018
PAKET PENYULUHAN

“CA RECTI “

1.       Topik : Onkologi


2.       Pokok Bahasan : Ca Recti
3.       Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Ruang 13 RSSA Malang
4.       Tempat : Ruang 13 RSUD Saiful Anwar Malang
5.       Waktu : Sabtu, 24 November 2013 pukul 09.00 WIB
6.       Alokasi Waktu : 30 menit
7.       Pemberi Materi : Poltekkes Kemenkes Malang
8.       Metode : Ceramah dan diskusi
9.       Media : Leaflet dan Banner

A. Latar Belakang
Tumor  usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif  umum. Pada
kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker
internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus
baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu
dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia
(kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan
riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan
pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area
rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut
meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan
diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40%
sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat.
B. Tujuan
-       Tujuan Umum
setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan peserta dapat mengetahui tentang kanker
rectum.
-       Tujuan Khusus
1.      Peserta mampu menjelaskan pengertian ca recti
2.      Peserta mampu menjelaskan faktor resiko ca recti
3.      Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala ca recti
4.      Peserta mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang ca recti
5.      Peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan medis ca recti

C.   Materi :
(terlampir)

Penyajian :

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Media


Kegiata
n
Pembuka 5 menit 1.    Mengucapkan salam 1.    Menjawab salam Ceramah
an dan memperkenalkan diri 2.    Mendengarkan
2.    Menjelaskan topik 3.    Menjawab pertanyaan
dan tujuan penyuluhan yang diajukan penyaji
3.    Menggali
pengetahuan tentang ca
recti
4.    Melakukan kontrak
waktu dengan peserta
5.    Melakukan kontrak
bahasa yang akan
digunakan selama
penyuluhan
Pelaksan 20 1.      Menjelaskan 1.    Mendengarkan dan Ceramah Flipchar
aan menit pengertian ca recti memperhatikan dan t
2.      Menjelaskan factor 2.    Mengajukan Tanya
resiko ca recti pertanyaan bila kurang Jawab
3.      Menjelaskan tanda mengerti
dan gejala ca recti
4.      Menjelaskan
pemeriksaan penunjang
ca recti
5.      Menjelaskan
penatalaksanaan medis
6.      Memberi
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
atau berdiskusi tentang
materi yang telah
disampaikan
Penutup 5 menit 1.    Melakukan evaluasi 1.    Memperhatikan dan Ceramah
dengan memberikan menjawab pertanyaan
pertanyaan 2.    Menjawab salam
2.    Menyimpulkan
tentang materi yang
telah disampaikan
3.    Menutup dan
mengucapkan salam

D.   Evaluasi
a.    Evaluasi Terstruktur
-       Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan
-       Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
-       Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan digunakan
-       Kesiapan peserta meliputi kesiapan menerima penyuluhan

b.    Evaluasi Proses


-       Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
-       Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
-       Peserta mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan penyuluh
-       Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan dengan suasana yang
rileks.
c.     Evaluasi Hasil:
Sebanyak 70% Peserta dapat menjawab benar pertanyaan post test terkait ca recti
MATERI
“CA RECTI”

A.      ANATOMI DAN FISIOLOGI

Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis anorektal. Secara
fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter
disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia
supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus
levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto-sigmoid
junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum
mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan
serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior, media, dan inferior.
Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a. mesenterika inferior, arteri ini
bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka interna, arteri
hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari
plexus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan
seterusnya melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam
rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai
embolus vena ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda interna,
v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan isinya menuju
kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas
pada daerah anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis
anorektum berjalan seiring dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe
mesenterika inferior dan aorta.

B.      DEFINISI
1.       Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
2.       Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus
menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
3.       Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari
kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolostomy berawal dari polip yang sudah
ada sebelumnya.
4.       Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh
ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and
Wilson, 1994, hal 419).

C.      ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi
termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan
diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
1.       Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau
rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak
(bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
2.       Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan
pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko
yang lebih besar.
3.       Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker  colorectal dapat terkena
kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur,
uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker colorectal.
4.       Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal
pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara
Anda terkena kanker pada usia muda.
5.       Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
6.       Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi  pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

D.      GEJALA KLINIS


1.       Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi) 
2.       Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya 
3.       Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran  
4.       Kotoran lebih sempit dari biasanya 
5.       Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan 
6.       Kehilangan berat badan tanpa alasan 
7.       Selalu merasa sangat letih 
8.       Mual atau muntah-muntah.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau
invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi
dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya
tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum menimbulkan tanda-
tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya
lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus
ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul
nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat
menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

E.       FAKTOR RESIKO


Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya menyerang recti terutama terjadi
di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah
diidentifikasi sebagai berikut:
a.       Kebiasaan diet rendah serat.
b.      Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat.
c.       Menahan tinja / defekasi yang sering.
d.      Faktor genetic

F.       KLASIFIKASI
Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum. Carcinoma in
situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0. 
Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum tumbuh
menembus dinding.
Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau rektum.
Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke
kelenjar getah bening,
Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum menyebar ke
bagian tubuh yang lain.
Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru. 
Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah periode
tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau
rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
Kelas A        : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B        : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C        : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D        : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).

G.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1.       Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :
a.       Tonus sfingterani keras/lembek.
b.      Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
c.       Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba ataupun tidak.
2.       Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai pemeriksaan
rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak filling defect
biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan
gambaran mukosa rusak.
3.       Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat dilakukan, meskipun
antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker karena
tidak semua lesi menyekresi CEA.
4.       Tes-tes Khusus
a.       Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus
besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon di bagian proksimal
sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
b.      Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi
keganasan ke kandung kencing.
5.       Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT):Terkadang kanker
atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit
dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan
sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam
kotoran.
6.       Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan tabung
cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker),
maka polip bisa diangkat.
7.       Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan menggunakan
tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat
menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
8.       Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema): Prosedur ini mencakup
pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar
sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
9.       Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian pemeriksaan
(check-up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke
dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan. 

H.     PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :

a.       Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon kiri atau sigmoid
dibuat anastomosis dengan rektum.
b.      Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
c.       Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal sigmoid,
rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
d.      Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan komplikasi
antara lain inkontinensia alvie.
e.      Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
f.        Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung/terapi
ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi (Brunner & Suddart, 2002, hal
1128).
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1.       Pilihan utama adalah pembedahan
2.       Radiasi pasca bedah diberikan jika:
                               a.      sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
                               b.      metastasis ke kelenjar limfe regional
                                c.      masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada
metastasis jauh.(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3.       Obat sitostatika diberikan bila:
a.       Inoperable
b.      operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis
propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a.       Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian
berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
b.      Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c.       Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
d.      Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya
pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb,
leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang
memuaskan.

I.        KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:
a.       Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan kegagalan
dari isi usus untuk melewati usus.
b.      Perforasi atau perlobangan
c.       Perdarahan
d.      Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan peredaran darah
atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan. 
Daftar Pustaka

1.       Corwin. 2007. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.


2.       Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Interna Publishing:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai