Anda di halaman 1dari 3

1.

Sejarah singkat

Nama lengkap Abu Bakar adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin Amir bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim
bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya
Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.

Abu Bakar merupakan ayah dari Aisyah yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW. Nama sebelum
masuk islam adalah Abdul Ka’bah yang artinya ‘hamba Ka’bah’. Setelah masuk islam namanya diubah
oleh Muhammad menjadi Abdullah yang artinya ‘hamba Allah.

Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq yang artinya ‘yang berkata benar’
setelah beliau membenarkan dan mempercayai peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada para pengikutnya. Dan dari situlah ial lebih dikenal dengan nama “Abu Bakar
ash-Shiddiq”.

Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan keturunan Bani Taim, sub-suku bangsa Quraisy. Dan menururt
beberapa catatan sejarawan Islam ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi,
seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW beliau menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632
hingga tahun 634 M. Dan merupakan satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin
atau khalifah yang diberi petunjuk.

Abu Bakar wafat pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61
tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam
Nabi Muhammad SAW.

2. Sejarah pengangkatan
Pada masa Rasulullah Saw, tugas Rasul tidak saja sebagai pembawa risalah Islam, akan tetapi
juga sebagai pemimpin masyarakat. Setelah Rasulullah Saw. wafat, para sahabat Rasulullah Saw.
merasakan adanya kekosongan kepemimpinan di tengah masyarakat, dan para sahabat Nabi
pun berkumpul untuk menentukan pilihannya.
Pertentangan terkait proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah berlangsung dramatis.
Ketika kaum Muhajirin dan Ansor berkumpul di Saqifah bani Sa’idah terjadi perdebatan tentang
calon khalifah. Masing-masing mengajukan argumentasinya tentang siapa yang berhak sebagai
khalifah.
Kaum Ansor mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-Khajraj sebagai
pengganti Nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas
menyampaikan pendirian kaum Muhajirin, yaitu agar menetapkan pemimpin dari kalangan
Quraisy. Akan tetapi, hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin Munzir (kaum
Ansor). Di tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu
Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit, maka dengan
suara yang lantang beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah.
Kemudian proses pembaiatan pun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh Basyir bin Saad
beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya mulus karena
ada beberapa orang yang belum memberikan ikrar, seperti Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul
Muthalib, Fadl bin al-Abbas, Zubair bin al-Awwam bin al-Ash, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amir,
Salman al-Farisi, Abu Zar al-Gifari, Amma bin Yasir, Bara bin Azib dan Ubai bin Ka’ab. Telah
terjadi pertemuan sebagian kaum Muhajirin dan Ansor dengan Ali bin Abi Thalib di rumah
Fatimah, mereka bermaksud membaiat Ali bin Abi Thalib dengan anggapan bahwa beliau lebih
patut menjadi khalifah karena berasal dari bani Hasyim yang berarti ahlul bait.
Pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah pertama, menunjukkan betapa seriusnya masalah
suksesi kepemimpinan dalam masyarakat Islam pada saat itu, dikarenakan suku-suku Arab
kepemimpinan mereka didasarkan pada sistem senioritas dan prestasi, tidak diwariskan secara
turun temurun.
3. Penyebaran
Setelah berhasil meredam segala bentuk pemberontakan yang terjadi di dalam negeri, terutama
memerangi orang-orang kafir, Khalifah Abu Bakar disibukkan dengan rencana-rencana
penghancuran eksistensi Islam oleh bangsa Persia dan Romawi.
Untuk menghadapi kekuatan bangsa Persia, Abu Bakar mengirim pasukan tentara Muslim di
bawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah. Pasukan Muslim tersebut berhasil
memenangkan beberapa pertempuran penting melawan bangsa Persia dan merebut beberapa
daerah penting di Irak dari kekuasaan Persia.
Sedangkan untuk melawan kekuatan bangsa Romawi, Khalifah Abu Bakar memilih empat
panglima Islam terbaik untuk memimpin ribuan pasukan Muslim di empat wilayah berbeda,
yaitu Amr bin Al-Ash di wilayah Palestina, Yazid bin Abi Sufyan di wilayah Damaskus, Abu
Ubaidah di wilayah Hims, dan Syurahbil bin Hasanah di wilayah Yordania.
Empat pasukan Muslim itu dibantu pula oleh Khalid bin Walid yang bertempur di wilayah Syria.
Ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan oleh pasukan Muslim untuk membebaskan wilayah Jazirah
Arab dari tangan kekuasaan bangsa Perisa dan Romawi terjadi dalam kurun waktu yang panjang.
Tercatat ekspedisi tersebut baru tuntas pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab.
Dalam setiap peperangan yang dilakukan oleh pasukan Muslim, Khalifah Abu Bakar bertindak
sebagai panglima tertinggi tentara Islam. Keputusan-keputusan yang dibuatnya sangat
berpengaruh terhadap pergerakan pasukan-pasukan Muslim. Hal tersebut, dari segi tata negara,
menunjukkan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menjabat sebagai seorang kepala negara, juga
sekaligus sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata. Jabatan tersebut berlaku pada
pemerintahan di zaman modern ini.
Khalifah Abu Bakar berhasil menanamkan dan membangun kekuatan Islam dari berbagai bidang
kehidupan. Di masa awal pemerintahan Islam yang sebelumnya sempat goyah karena Nabi
Muhammad SAW wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil mempertahankan kesatuan umat Islam.
Ia berhasil membangun sistem sosial politik, terutama sistem pemerintahan yang sesuai dengan
ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu faktor yang membantu
keberhasilan kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sikap keterbukannya, dengan
memberikan hak dan kesempatan kepada para sahabat untuk memberikan pandangan sebelum
pengambilan keputusan.
4. Hasil peradaban
a. Menciptakan stabilitas sosial dengan cara mengatasi orang-orang murtad dan para
pemberontak;
b. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam;
c. Mengumpulkan ayat-ayat AL-Qur’an dan membukukannya;
d. Menyebarkan Islam dengan cara damai, melalui dakwah dan suri tauladan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai