Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH : SITHOHISTEKNOLOGI

PEMBIMBING : Hj. SYAHIDA DJASANG,SKM,M.M.Kes

PEMBUATAN PREPARAT JARINGAN

Di Susun Oleh:

FITRIANA
PO.714.20.3.17.1.013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TEKNOLOGI LABOLATORIUM MEDIS
DIPLOMA IV
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah akhirnya bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pembuatan
Preparat Jaringan” ini dengan baik insya Allah. Tidak lupa kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta
masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah ini yang telah kami susun
ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah ini lain yang lebih lagi. Akhir
kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.

Makassar,27 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

BAB I..........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2

C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3

A. Definisi Histologi............................................................................................................................3

B. Tahap Pembuatan Preparat Jaringan..........................................................................................4

C. Teknik Melakukan Prosesing Jaringan di Laboratorium Patologi Anatomi..........................10

BAB III......................................................................................................................................................13

PENUTUP.................................................................................................................................................13

A. Kesimpulan..................................................................................................................................13

B. Saran.............................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTKA.................................................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Sitohistoteknologi berasal dari kata kata Sito/cyto/cyt/se : molekul-molekul sel ; Histo :


jaringan ; Teknis : cara ; Logos : Ilmu. Jadi sitohistoteknologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang cara-cara membuat preparat jaringan tubuh manusia.
Kata Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Histo yang berarti jaringan dan Logos
yang berarti ilmu. Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel dan matriks ekstraseluler
dari jaringan.
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan matriks
ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan diantaranya sangat
rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan membran basal. Fungsi matriks
ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel- sel, mengangkut nutrien ke sel- sel, dan
membawa katabolit dan produk sekresi. Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut
dipengaruhi dan kadang diatur oleh molekul- molekul matriks. Sehingga terdapat semacam
interaksi intensif antara sel- sel dan matriks.
Setiap jaringan dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh asosiasi sel dan
matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini akan mempermudah pengenalan sejumlah
besar subtipe jaringan. Kebanyakan organ dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringan,
kecuali susunan saraf pusat, yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf. Kombinasi yang
tepat dari jaringan- jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap organ dan organisme
secara keseluruhan.
Histologi mempelajari jaringan penyusun tubuh, kimia jaringan dan sel dipelajari dengan
metode analitik mikroskopik dan kimia. Zat- zat kimia di dalam jaringan dan sel dapat dikenali
dengan reaksi kimia yang menghasilkan senyawa berwarna tak dapat larut, diamati dengan
mikroskop cahaya atau penghamburan elektron oleh presipitat yang dapat diamati menggunakan
mikroskop elektron. Disamping reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan, metode lain misalnya
metode fisis sering digunakan, misalnya mikroskop interferensi yang memungkinkan penentuan

1
massa sel atau jaringan dan mikroskop spektrofotometri yang memungkinkan penentuan jumlah
DNA dan RNA di dalam sel.
Jaringan adalah kumpulan dari sel- sel sejenis atau berlainan jenis termasuk matriks antar
selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Meskipun sangat kompleks tubuh
mamalia hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan yaitu jaringan : epitel, penyambung/ pengikat, otot
dan saraf. Dalam tubuh jaringan ini tidak terdapat dalam satuan-satuan yang tersendiri tetapi
saling bersambungan satu dengan yang lain dalam perbandingan yang berbeda- beda menyusun
suatu organ dan sistem tubuh. Jaringan penyambung ditandai banyaknya bahan intersel yang
dihasilkan oleh sel- selnya; jaringan otot terdiri dari sel- sel panjang yang mempunyai fungsi
khusus yaitu kontraksi dan jaringan saraf terdiri dari sel- sel dengan prosedur panjang yang
menonjol dari bahan sel dan mempunyai fungsi khusus yaitu menerima, membangkitkan dan
menhantarkan impuls saraf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Dengan Histologi ?
2. Bagaimana Pembuatan Preparat Jaringan?
3. Bagaimana Pembuatan Preparat Jaringan di Laboratorium Rumah Sakit?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan Histologi.
2. Untuk Mengetahui Pembuatan Preparat Jaringan.
3. Untuk Mengetahui Pembuatan Preparat Jaringan di labolatorium Rumah Sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Histologi
Kata Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Histo yang berarti jaringan dan
Logos yang berarti ilmu. Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel dan matriks
ekstraseluler dari jaringan. Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi
yaitu sel dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan
kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut
dan membran basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi
sel- sel, mengangkut nutrien ke sel- sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi.
Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan kadang diatur
oleh molekul- molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi intensif antara sel-
sel dan matriks.
Jaringan yang berasal dari manusia tentulah yang paling ideal karena struktur
histologi yang harus dipelajari adalah struktur histologi manusia. Jaringan tubuh ini dapat
diambil dari cadaver (jenazah) dengan syarat jaringan atau organ tersebut diambil kurang
dari 3 jam setelah kematian, sebab bila lebih lama sudah terjadi pembusukan atau
autolisis. Sayangnya syarat tersebut pada masa kini hampir mustahil dapat dipenuhi. Cara
lain adalah mengambil jaringan atau organ tersebut dari kamar operasi. Setelah jaringan
atau organ tubuh yang akan dibuat sajian histologi diisolasi dari sumbernya, jaringan
tubuh tersebut kemudian diproses hingga menjadi sajian histologi. Rangkaian proses
pembuatan blok preparat jaringan terdiri atas :
1. Fiksasi (Fixation)
2. Dehidrasi (Dehydration)
3. Pembeningan (Clearing)
4. Pembenaman (Impregnasi/Embedding)
5. Pengecoran (Blocking)
6. Pemotongan jaringan (Cutting)
7. Pewarnaan (Staining)
8. Perekatan (Mounting)
9. Pelabelan (Labelling)

3
B. Tahap Pembuatan Preparat Jaringan
a. Fiksasi
Fiksasi adalah suatu metode untuk mempertahankan komponen-komponen sel
atau jaringan agar tidak mengalami perubahan dan tidak mudah rusak. Proses fiksasi ini
diharapkan setiap molekul pada jaringan yang hidup tetap berada pada tempatnya dan
tidak ada molekul baru yang timbul. Pada prosesnya ini tentu tidak akan berjalan dengan
sempurna, apabila timbul molekul asing baru pada jaringannya disebut artefak. Tujuan
fiksasi ini agar jaringan tersebut tetap utuh. Fiksasi harus dilakukan sesegera mungkin
setelah pengangkatan jaringan atau setelah kematian agar tidak terjadi autolisis (Anil &
Rajendran, 2008).
Prinsip kerja dari fiksasi adalah mengawetkan bentuk sel dan organel sehingga
mendekati bentuk fisiologinya. Cairan fiksatif mengubah komposisi jaringan secara
kimiawi dan fisik. Secara kimiawi, protein sel diubah secara fungsional dan struktural
dengan cara koagulasi dan membentuk senyawa aditif baru. Senyawa tersebut terbentuk
dengan cara ikatan silang dari dua makromolekul yang berbeda, yakni cairan fiksatif dan
protein sel. Hal ini menyebabkan sel resisten terhadap gerakan air dan cairan-cairan
lainnya. Akibatnya, struktur sel menjadi stabil, baik di dalam maupun di antara sel-sel.
Selain itu, kebanyakan enzim di dalam sel menjadi terinaktivasi, sehingga proses
metabolisme sel tidak terjadi, dan mencegah adanya autolisis sel. Secara fisik, membran
sel yang awalnya hidrofilik, dilarutkan dengan cairan fiksatif, yang menyebabkan pori-
pori sel membesar. Akibatnya, makromolekul dapat memasuki sel. Hal ini membantu
untuk teknik setelah fiksasi, khususnya pada proses parafinisasi dan pewarnaan dimana
zat-zat tersebut akan dapat masuk ke dalam sel dan menempel dengan mudah (Jamie et
al, 2010)
Proses fiksasi yang baik harus memenuhi beberapa syarat, sebagai berikut
1. Fiksasi dilakukan dengan penekanan yang cepat dan sejajar.

2. Fiksasi tidak menyulitkan dan murah biaya.

3. Fiksasi harus bisa menghambat pembusukan bakteri dan terjadinya autolisis

4
4. Fiksasi harus memberikan perbedaan gambaran mikroskopik yang bagus.

5. Fiksasi tidak boleh menyebabkan iritasi, keracunan, dan korosif.

6. Fiksasi tidak boleh menyebabkan penyusutan, pembengkakan, atau perubahan sel


lainnya.

7. Fiksasi harus bisa membuat jaringan menjadi tahan lama.


8. Fiksasi harus mendapatkan izin untuk pengembalian warna dasar sebagai objek
pengambilan foto (Alwi, 2016).
Tujuan dari fiksasi adalah untuk :
1. Mengawetkan jaringan,Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan susunan jaringan
agar mendekati kondisi seperti sewaktu hidup.

2. Mengeraskan jaringan,Fiksasi bertujuan untuk mengeraskan jaringan terutama


jaringan lunak agar memudahkan pembuatan irisan tipis.

3. Mempertahankan morfologi jaringana agar sama dengan tubuh.


b. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan langkah kedua dalam pemrosesan jaringan. Proses ini bertujuan
untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan yang telah difiksasi
sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan parafin atau zat lainnya yang dipakai untuk
membuat blok preparat.
Cara melakukan dehidrasi
Proses dehidrasi dijalankan secara perlahan-lahan menggunakan alkohol bertingkat,
dimulai dengan alkohol presentase rendah sampai dengan alkohol absolute. Dimulai
dengan alkohol 30 %, kemudian 50 %, 70 %, 80 %, 95 %, alkohol absolute. Waktu yang
dipergunakan untuk setiap tingkat alkohol tergantung dari besar kecilnya jaringan.
Alkohol absolute mempunyai kemampuan memperkeras jaringan. Sebagai ancar-ancar
jaringan jangan ditinggalkan didalam alkohol tersebut lebih dari 1 atau 2 jam untuk
jaringan berukuran biasa ( tebal 2-4 mm)
c. Clearing (Pembeningan) dan Infiltrasi Parafin

5
Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan dan
menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin. Jaringan tidak
dapat langsung dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan parafin tidak bisa saling
melarutkan.

Bahan atau reagen pembening yang paling sering dipakai adalah sebagai berikut:
1. Chloroform

2. Benzene/ benzol

3. Xylene/ xylol

4. Cedar wood oil

5. Benzil benzoate
6. Methyl benzoat
Cara melakukan Clearing:
1. Setelah jaringan dikeluarkan dari cairan dehidrasi (alkohol) jaringan
dimasukkan kedalam xylol I selama 1 jam.

2. Perhatikan jaringan akan menjadi bening.

3. Untuk menyakinkan bahwa seluruih cairan alkohol telah keluar, jaringan


kemudian dipindahkanke cairan xylol II. Lama inkubasi dalam xylol
tergantung pada besarnya jaringan, tetapi biasanya berkisar antara ½ - 1 jam.
4. Jaringan kemudian direndam dalam parafin cair di dalam oven selama kira-
kira ½ jam. Setelah itu jaringan siap untuk dimasukkan kedalam blok parafin.
d. Embedding (Pembenaman)
Pembenaman (impregnasi) adalah proses untuk mengeluarkan cairan pembening
(clearing agent) dari jaringan dan diganti dengan parafin. Pada tahap ini jaringan harus
benar-benar bebas dari cairan pembening karena sisa cairan pembening dapat mengkristal
dan sewaktu dipotong dengan mikrotom akan menyebabkan jaringan menjadi mudah
robek.

6
Cara melakukan Embbeding
Mengeluarkan jaringan yang sudah impregnasi dari moldtray, kemudian
menempelkannya ke dalam lempengan blok yang berisi parafin cair. Setelah itu tutup
menggunakan casette atau deckel lalu didinginkan pada cold plate. Disebut blok preparat.
e. Cutting (Pemotongan)
Pemotongan adalah proses pemotongan blok preparat dengan menggunakan
mikrotom.

Pemotongan ada 2:
1. Pemotongan kasar, berguna untuk mendapatkan penampang atau dasar
jaringan dengan ketebalan 25-30 mikron.
2. Pemotongan halus/Section, berguna untuk mendapatkan lembaran pita dengan
ketebalan 5 mikron (Standar Internasional)
Sebelum melakukan pemotongan serangakaian persiapan yang harus dilakukan
adalah :
1. Persiapan pisau mikrotom
a) Pisau mikrotom harus diasah sebelum dipakai agar jaringan dapat
dipotong dengan baik dan tidak koyak sehingga didapatkan jaringan yang
baik.
b) Pisau mikrotom kemudian diletakan pada tempatnya di mikrotom dengan
sudut tertentu.
c) Rekatkan blok parafin pada holder dengan menggunakan spatula atau
scalpel. Letakkan tempat duduk blok parafin beserta blok preparat pada
tempatnya pada mikrotom.
2. Persiapan Kaca Objek
Kaca objek yang akan direkatkan preparat harus telah dicoated (disalut)
dengan zat perekat seperti albumin (putih telur), gelatin atau tespa
3. Persiapan
Waterbath atau wadah berisi air hangat dengan temperatur 37-400C
4. Persiapan sengkelit atau kuas
Teknik pemotongan parafin yang mengandung preparat adalah sebagai berikut :

7
Rekatkan blok parafin yang mengandung preparat pada tempat duduknya di
mikrotom. Tempat duduk blok parafin beserta blok parafinnya kemudian
diletakkan pada pemegangnya (holder) pada mikrotom dan dikunci dengan
kuat.
a) Letak pisau mikrotom pada tempatnya dan atur sudut kemiringannya.
Biasanya sudut kemiringan berkisar 20-30 derajat.
b) Atur ketebalan potongan yang diinginkan, biasanya dipakai ketebalan antara
5-7 mikrometer
c) Gerakkan blok preparat ke arah pisau sedekat mungkin dan potonglah blok
preparat secara teratur dan ritmis. Buang pita-pita parafin yang awal tanpa
jaringan hingga kita mendapatkan potongan yang mengandung preparat
jaringan.
d) Pita parafin yang mengandung jaringan lalu dipindahkan secara hati-hati
menggunakan sengkelit atau kuas kedalam waterbath yang temperaturnya
diatur 37-40C dan biarkan beberapa saat hingga poita parafin tersebut
mengembang.
e) Setelah pita parafin terkembang dengan baik, tempelkan pita parafin tersebut
pada kaca objek yang telah dicoated dengan cara memasukkan kaca objek itu
kedalam waterbath dan menggerakkannya ke arah pita parafin. Dengan
menggunakan sengkelit atau kuas pita parafin ditempelkan pada kaca objek.
Setelah melekat kaca objek digerakkan keluar dari waterbath dengan hati-hati
agar pita parafin tidak melipat.
f) Letakkan kaca objek yang berisi pita parafin di atas hotplate dengan
temperatur 40- 45C, biarkan selama beberapa jam. Cara lainnya adalah
dengan melewatkan kaca objek di atas api sehingga pita parafin melekat erat
di atas kaca objek.
g) Setelah air kering dan pita parafin telah melekat dengan kuat, simpan kaca
objek berisi potongan parafin dan jaringan sampai saatnya untuk diwarnai.
f. Steaning (Perwarnaan)

8
Pewarnaan ini yaitu memberikan warna yang kontras terhadap jaringan sehingga apabila
diamati dengan bantuan mikroskop bagian-bagian dari jaringan tersebut tampak jelas.
Tujuannya untuk mewarnai jaringan sehingga mudah diamati di mikroskop.
a) Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)
b) Menggunakan 2 macam zat warna yaitu:
Hematoksilin -memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).
Eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma sel
dan jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan
nuansa yang berbeda.

Pewarnaan HE
Tahapan staining terdiri dari :
a) Proses deparafinasi atau penarikan parafin dari dalam jaringan.
b) Proses rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan yang dilakukan
secara bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah. Proses ini sebagai media penghantar zat warna ke jaringan.
c) Selanjutnya proses infiltrasi zat warna. Menggunakan haematoxilin untuk
mewarnai sitoplasma dan eosin untuk mewarnai inti sel.
d) Lalu dehidrasi kembali yang bertujuan untuk mencegah kerusakan pada jaringan
karena mengakibatkan terjadinya pembusukan.
e) Setelah parafin dikeluarkan dengan menggunakan xilen selama 20 menit preparat
dikeringkan dan diolesi dengan entelan dan ditutup dengan deck glass. Kemudian
diamati di bawah mikroskop
Interpretasi hasil :
 Inti sel bewarna biru
 Sitoplasma bewarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada
komponen tertentu
Perwarnaan Papanicalou cara fiksasi basah dengan alkohol 70 % selama 30 menit
Terdapat 3 perwarnaan inti:
a) Hematosiklin, untuk mewarnai inti sel

9
b) OG6, untuk mewarnai sitoplasma yang selnya tua (mature) berwarna pink
selama 5 menit
c) EA50, untuk mewarnai sel muda berwarna hijau.
g. Mounting (Perekatan)
Perekatan (mounting) menempelkan potongan jaringan yang baik ke obyek glass.
Proses Mounting
a) Obyek glass diberi albumin agar jar menempel dengan baik
b) Dimasukkan ke dalam water bath suhu 30 0C - lembaran pita tidak melipat
c) Bila sudah menempel dikeringkan/ diriskan (Bisa dengan hot plate)

h. Labelling
Memberikan suatu tanda atau kode dengan tujuan untuk mencegah kekeliruan terutama
apabila banyak sediaan yang dikerjakan dalam label tersebut.
a. Jenis atau asal sediaan
b. Cairan fiksasi yang digunakan
c. Tanggal pembuatan
d. Pewarnaan yang digunakan
e. Nama penugas yang mengerjakan
C. Teknik Melakukan Prosesing Jaringan di Laboratorium Patologi Anatomi
1. Jaringan / Organ berasal dari pasien baik dyang diambil dikamar operasi maupun
tidak. Jaringan / organ yang dikirim ke Lab PA. Adalah jaringan yang dianggap
representatif oleh dokter dan selanjutnya dilakukan pemotongan jaringan.
 Pemotongan Jaringan
pemotongan ‘gross’ tebalnya 0,4 cm lalu dimasukan ke dalam ‘cassette’ dan
dimasukkan kedalam cairan fiksatif. Cairan yang sering digunakan adalah
Formalin Buffer 10%.
2. Proses Fiksasi
3. Dehydrasi
4. Clearing dan Infiltrasi Parafin
 Ketiga tahap ini dilakukan dalam alat automatic yaitu Tissue Automatic Processor

10
5. Embedding/pencetakan
 Setelah melalui tahapan di alat Tissue Autimatic Processing kemudian jaringan
ditempelkan ke dalam lempengan blok yang berisi parafin cair. Setelah itu tutup
menggunakan casette atau deckel lalu didinginkan pada cold plate. Disebut blok
preparat.
6. Cutting / Microtome
 Pemotongan dilakukan sesuai ketebalan jaringan yang ingin dipotong. Jaringan
yang dipotong yang baik adalah jpotongan jaringan yang menyerupai pita dengan
ketebalan yang digunakan rata- rata 2 – 5 mikron.
7. Mounting
 Jaringan yang telah dipotong dimasukan kedalam waterbath dengan temperatur 37
– 400C lalu disalut dengan kaca objek kemudian dimasukan ke hot plate untuk
direkatkan. Persiapan Kaca Objek
8. Steaning (Perwarnaan)
 Setelah itu jaringan masuk kedalam proses pewarnaan. Pewarnaan yang biasa
dilakukan adalah pewarnaan HE dan Perwarnaan Papanicalou. Sebenarnya ada
banyak metode pewarnaan yang ada di Laboratorium PA RSU Kab.Tangerang
namun pelaksaannya tergantung permintaan Dokter jenis pewarnaan apa yang
ingin dilakukan dan untuk mendiagnosa penyakit apa.
9. Labelling
 Labelling dilakukan sesuai prosedur.
Tahap berikutnya, sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perumahsakitan,
masalah – masalah diluar kedokteran semakin banyak ikut berbicara. Rumah
sakit, mulai harus memenuhi kepentingan – kepentingan di luar rumah sakit.
Pemerintah mulai ikut berbicara, pemerintah mulai ikut mengatur rumah sakit
untuk melindungi para konsumen.     
Peranan profesi lain seperti sarjana hukum akuntan, ahli perburuhan juga semakin
diperlukan. Akan terjadi suatu keseimbangan yang akan mengkoomodir tiga
kepentingan, yaitu para konsumen, rumah sakit dan badan – badan asuransi
kesehatan. Pemerintah dalam keadaan tersebut akan bertindak sebagai “ wasit “
melalui peraturan – peraturan / undang – undang yang dikeluarkannya

11
Ilmu kedokteran semakin lama terpecah menjadi super spesialisasi yang banyak.
Ada kecenderungan bahwa dokter – dokter tidak hanya puas sebagai ahli penyakit
dalam, tetapi ingin ke tingkat super spesialisasi : ginjal, psikosomatik, darah, liver
dan lain – lain. Ahli bedah tidak hanya puas pada bedah umum, tapi meningkat
pada bedah tulang, jantung, dan lain – lain .
Sebaliknya, dengan organisasi rumah sakit yang semakin besar, makin diperlukan
kemampuan manajemen, pengelolaan uang, sistem informasi yang semakin
meningkat. Peranan profesi lain semakin meningkat. Ini menimbulkan peranan
yang semakin besar dari administrator rumah sakit dan sebaliknya menempatkan
dokter – dokter sebagai “ tamu “ , yaitu orang yang dihormati di rumah sakit
meskipun masih menentukan jalannya rumah sakit. Bentuk seperti ini banyak
ditemui di rumah sakit yang profit making.
Selama ini rumah sakit banyak dipandang semata – mata sebagai proyek sosial.
Masyarakat sudah menganggap biasa apabila rumah sakit “ merugi “ dalam arti
rumah sakit adalah proyek konsumtif. Masyarakat seakan – akan heran bila ada
rumah sakit yang mendapatkan “ untung “.
Tetapi, akhir – akhir ini faktanya orang – orang dapat melihat realita tumbuhnya
fasilitas – fasilitas pelayanan kesehatan yang dikelola secara prinsip – prisnip
ekonomi. Bahkan disetiapshopingcentre yang baru akan ditemui medicalcenter
yang berdiri dengan kemegahannya . Pendiri fasilitas pelayanan kesehatan bukan
lagi badan – badan keagamaan atau lembaga sosial.
Dari segi ini dunia perumahsakitan kita akan memasuki babak baru.
Permasalahannya adalah bagaimana rumah sakit swasta dapat memenuhi
persyaratan perundang – undangan yang berlaku, yaitu mementingkan
kenyamanan pasien. Kecenderungan masa depan dari dunia rumah sakit kita
apalagi rumah sakit swasta agaknya tidak akan terlepas dari apa yang kita lihat di
luar negeri, yaitu bahwa rumah sakit kita akan cenderung meningkat dengan cepat
sebagai proyek yang “ semakin mahal “. Sekarang pun gejala – gejala tersebut
sudah jelas terasa.
Di lain pihak, masalah ini tidak akan terlepas dari kemampuan masyarakat dan
sistem keuangan pelayanan kesehatan. Misalnya saja, tentang kapan sistem

12
asuransi kesehatan dikembangkan secara luas di kalangan masyarakat. Apabila
sistem asuransi kesehatan tidak menyertai perkembangan perumahsakitan kita,
beban itu akan terasa semakin berat.
Rumah sakit mahal, dan bantuan pemerintah terbatas dananya. Lalu bagaimana
pemerintah dapat membuat rumah sakit yang menyediakan fasilitas dan pelayanan
kesehatan yang nyaman dan murah untuk masyarakat? Semua masalah itu dapat
di selesaikan dengan cara mengetahui dan melaksanakan langkah demi langkah
manajemen Rumah sakit yang baik dan benar. Begitu juga yang harus diterapkan
rumah sakit swasta.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan matriks
ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan
diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan
membran basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel-
sel, mengangkut nutrien ke sel- sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi.
Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan kadang diatur
oleh molekul- molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi intensif antara sel-
sel dan matriks.

B. Saran
Dengan adanya Pembuatan Preparat Histologi ini dapat menjadi kan pelayanan
yang baik dan mampu diterapkan dengan apa yang di harapkan.

13
DAFTAR PUSTKA

Kementerian kesehatan RI.(2017). Aplikasi teknik pembuatan preparat Histoteknologi.


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Hartono Kahar . (2005). Manajemen Laboratorium pembuatan prepatan histoteknologi


(Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory)

Sulastomo, 2003. Manajemen Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

14

Anda mungkin juga menyukai