Landasan Teori Refisian
Landasan Teori Refisian
PENGERTIAN
Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin viabel
(dalam konteks ini, usia kehamilan 20 minggu). Diperkirakan antara 10% hingga 20% dari
kehamilan berakhir dengan abortus spontan dan sebagian besar peristiwa ini terjadi dalam
usia 12 minggu pertama.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK
UNPAD, Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu
atau berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus. Anak
baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang
kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga
dengan immature.
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu
abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel
telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus
1
buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28
minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan
pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang
sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama
dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami
kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga
seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta
kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya
karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14
minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan
sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah
pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien
harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.
PEYEBAB
2
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini
dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom.
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomy, poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh
teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.
3
kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme
asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal
pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat
tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya
kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran
yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
4
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-
hipofise.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
Hipertensi
Nephritis
Diabetes
Anemia berat
Penyakit jantung
Toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
b. Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
5
4.Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
Kematian janin akibat kelainan bawaan.
Mola hidatidosa.
Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi pada tubuh janin.
Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.
PATOFISIOLOGIS
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai
14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
MEKANISME ABORTUS
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
6
terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi
chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat
proses pengeluaran hasil konsepsi.
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih
dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam
cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat
pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang
banyak.
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan
nyeri dengan intensitas beragam.
7
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Keguguran atau abortus adalah yang terjadi spontan dan bukan keguguran buatan.
Dugaan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:
c. Pemeriksaan dalam:
8
Servik sudah terbuka dan dapat diraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri
atau kanalis servikalis.
Besarnya rahim (uterus) telah mengecil.
Kensitensinya lunak.
Laboratorium
Darah lengkap
Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Tes kehamilan
Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif. terjadinya
kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
JENIS/ MACAM-MACAM
1) Abortus imminens
2) Abortus insipiens
9
3) Abortus incompletus
4) Abortus completus
5) Abortus habitualis
6) Missed abortion
7) Abortus septik
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan
(Raden, 2009).
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan sisanya
kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini
terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam
rahim.
10
Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat menimbulkan
syok, nadi meningkat, takanan darah menurun, tampak anemis dan daerah akral
dingin
Gejala Klinis abortus imminent:
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
Periksa denyut nadi dan suhu badan 2x sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4 jam
bila pasien panas.
Pemberian obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg dan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600-100mg.
Diet tinggi protein dan vitamin C.
Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
Abortus Imminens
Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring secara total.
11
Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual.
Bila perdarahan :
Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG), lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola).
Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. (Acuan
Nasional, 2000:140-151)
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung dan hasil
konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi,
OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.
a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
12
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit
untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
13
a. Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
b. Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
14
Diagnosa abortus komplets adalah :
Perdarahan yang sedikit
Ostium uteri telah menutup
Uterus telah mengecil
Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu
telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte
trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami
abortus.
15
Penanganannya terdiri atas :
Memperbaiki keadaan umum.
Pemberian makanan yang sempurna.
Anjuran istirahat cukup banyak.
Larangan koitus dan olah raga.
Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan
lainnyamungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.
Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih,
maka keadaan itu disebut missed abortion.
Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga
menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage.
16
Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati
dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini
perlu dilakukan.
Penatalaksanaan :
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus
septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan
hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi
dengan frekuensi yang jauh lebih kecil. Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga
terjadi parametritis, peritonitis, endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di
Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah
bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan
menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter
jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk
konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan
17
syok, perlu diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan
koagulopati intravaskular diseminata.
Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan dengan
pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum) atau dengan sendok
curet.
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat
disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
18
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung (rheuma), hypertensi
essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup
(viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung
persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut.
Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and
Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
KOMPLIKASI
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
Perdarahan
19
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella abortus
dan Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma
gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti
bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus pada
manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus
setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen
berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu,
seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup
B.
Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi
berat (syok endoseptik).
20