LAPORAN AKHIR
Nomor Urut Kecelakaan: KA.05.08.07.01
1 INFORMASI FAKTUAL
1.1 Kronologis Kejadian
Pada hari Minggu tanggal 10 Juli 2005, KA 1364 dengan 14 rangkaian KKW yang dibawa
oleh 1 lokomotif CC 20151 bermuatan bahan bakar minyak berisi solar, premium dan minyak
tanah diberangkatkan dari Stasiun Maos menuju Tegal. Sampai di Kroya, lokomotif dilangsir
dan dipindah menuju ke arah Purwokerto dan nomor KA berubah menjadi KA 1365.
Pada jam 12.45 rangkaian KA 1365 tiba di Stasiun Purwokerto (terlambat 30 menit) dan
berhenti untuk dilakukan pemeriksaan oleh petugas schowing dan untuk menunggu bersilang
dengan KA 1354 dan KA 12B serta disusul oleh KA 125 dan KA 47. Pemeriksaan dilakukan
karena rangkaian akan ditambah 1 lokomotif (CC 20147) di muka rangkaian untuk menambah
tenaga. Hal ini dilakukan mengingat berat total rangkaian 672 ton dan lintas antara Purwokerto
– Petuguran melewati tanjakan 14 ‰. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan visual terhadap roda,
rem blok, alat tolak tarik (coupler), tumbengan (selang airbrake), ploegkraan, rantai pengaman
dan diakhiri dengan pengujian rem statis dan dinamis. Keseluruhan hasil pemeriksaan
dilaporkan dalam keadaan baik.
Setelah ditambah satu lokomotif dan sinyal keluar menunjukkan aspek aman (aspek hijau),
pada jam 13.56, KA 1365 diberangkatkan dari Stasiun Purwokerto dengan mempergunakan
sepur IV menuju tujuan akhir Stasiun Tegal . Pengendalian rangkaian KA 1365 ini dilakukan
oleh masinis lokomotif ke-2 (CC 20151) sedangkan masinis lokomotif pertama (CC 20147)
hanya bertugas memberikan power tambahan kepada rangkaian dan pengereman lokomotif
apabila diperlukan (emergency).
Menjelang masuk stasiun Karanggandul, sinyal muka menunjukkan aspek hijau. Kemudian
memasuki Stasiun Karanggandul, sinyal masuk beraspek kuning dengan bertuliskan angka 3
yang berarti rangkaian kereta akan masuk sepur belok (sepur I) untuk bersilang dengan KA
102A Purwojaya.
Di Km 344 + 418 emplasemen Karanggandul pada sepur belok (sepur I) beberapa gerbong
rangkaian KA 1365 mengalami anjlok dan terguling. Akibat peristiwa anjlok tersebut, gerbong
ke-6 (KKW 820) anjlok 4 as, gerbong ke-7 (KKW 812) terguling dan gerbong ke-8 (KKW
838) anjlok 4 as dalam kondisi miring.
Kecelakaan ini menyebabkan rinja (rintang jalan) mulai jam 14.07 WIB tanggal 10 Juli 2005
sampai dengan jam 04.00 WIB tanggal 11 Juli 2005.
b. Jarak pandang masinis dari perlintasan JPL 35./58.362 ke arah stasiun terletak di
lengkungan dan terhalang rumah penduduk (tidak bebas pandang) serta pepohonan .
B. Sepur II
a. Sepur II dengan type rel R.42 dalam keadaan aus maksimum (lebih dari 13 mm) dan
sambungan dengan wesel R.54 menggunakan las thermit.
Rel : R42
Bantalan : Kayu
Penambat : Pandrol Clip
Ballast : Kricak Penuh
Lengkungan : Radius 300 m
b. Dalam bulan Agustus 2005 direncanakan akan diganti dengan R.54 dan bantalan
beton.
C. Wesel
a. Stasiun Karanggandul (dari arah Purwokerto), memiliki 2 tipe wesel; 2 wesel ujung
(wesel baru) R.54 dengan perbandingan 1:12 dan 2 wesel lainnya R.42 dengan
perbandingan 1:10.
Sebelum dipasang wesel baru tipe R.54, Stasiun Karanggandul tidak dapat digunakan
untuk bersilang karena panjang jalan rel hanya 170 m.
Setelah melewati wesel ujung sepur I terdapat lengkungan dengan diameter R=300
meter.
b. Wesel 1:12 di jalan rel R.54, apabila rangkaian akan melewati wesel tersebut
kecepatan maksimum yang diijinkan adalah 40 Km/jam. Namun di emplasemen
Karanggandul, wesel 1:12 digunakan untuk sepur belok dengan kecepatan yang
diijinkan untuk melewati wesel tersebut adalah 30 Km/jam (tertera dalam sinyal
masuk dilengkapi angka 3).
c. Wesel ujung arah Purwokerto R.54 sudut 1:12 terletak di lereng 10,7 ‰ dan di
lengkung peralihan (lengkung wesel menggunakan peninggian rel luar).
D. Perangkat telekomunikasi di lokasi PLH mempergunakan sinyal VHF dan dilaporkan
dalam kondisi baik maka hubungan komunikasi antara PK, PPKA dan Masinis dilaporkan
baik.
E. Perangkat sinyal listrik sudah mempergunakan CTC berpusat di Purwokerto dengan tipe
Westrace Interlocking buatan Westinghouse, Australia dalam kondisi baik.
1.5 INTERVIEW
1.5.1 Masinis Lok CC 20151
• Setelah melakukan uji pengereman statis dan dinamis, KA 1365 tujuan Purwokerto –
Tegal berangkat jam 13.56, ybs bertugas di lokomotif CC 20151 yang berada di
lokomotif ke-2 (belakang).
• Berangkat Stasiun Purwokerto sinyal keluar aspek hijau dan saat akan memasuki stasiun
Karanggandul sinyal muka beraspek hijau serta sinyal masuk beraspek kuning dengan
bertuliskan angka 3. Setelah melihat angka 3, berusaha menurunkan throttle handle.
• Setelah melihat wesel ujung, ybs berusaha melakukan pengisian pengereman tetapi
karena posisi lokomotif double traksi, maka kereta tetap meluncur sampai tempat
kejadian.
• 50 m setelah tempat kejadian, ybs merasakan adanya sentakan. Ybs berusaha menengok
belakang karena tikungan dan terhalang adanya perumahan penduduk di sekitar lokasi,
ybs hanya dapat melihat 6 rangkaian dibelakangnya tetap meluncur dan kemudian
melakukan pengereman lokomotif.
• Setelah kereta api berhenti, ybs mengontrol rangkaian dan mengetahui rangkaian KA
anjlok. Rangkaian KA ke-6 terputus dan tanki BBM mengalami kebocoran. Masinis
berusaha melaporkan kepada KP dan meminta agar KP melaporkan kejadian kepada
PPKA sedangkan masinis berusaha mengamankan BBM dari masyarakat.
• Kecepatan dari Purwokerto sampai sinyal masuk Stasiun Karanggandul sekitar 35
Km/jam dan setelah sampai sinyal masuk beraspek kuning ybs menurunkan throttle
handle. Pada saat mendekati wesel ujung, ybs melakukan pengisian rem dan kecepatan
30 – 35 Km/jam. Speedometer berfungsi dengan baik, tetapi tidak memperhatikan
kecepatan KA pada saat kejadian.
• Untuk menghemat waktu, lokomotif tambahan hanya sampai Stasiun Bumiayu dan harus
kembali lagi ke Purwokerto untuk dinas kembali menarik KA BBM yang lain.
• Penggandengan dengan airbrake menurut R16A.
• Perjalanan KA BBM dengan traksi ganda yang hanya disambung coupler dan rantai
pengaman serta pemegang kendali di lokomotif yang kedua sudah biasa dilakukan sejak
lama.
• Menurut ybs, yang benar:
¾ Pemegang kendali perjalanan kereta api oleh masinis lokomotif yang di muka.
¾ Lokomotif yang kedua menambah power dan memeperhatikan semboyan.
¾ Seharusnya semua terangkai termasuk selang airbrake, sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
• Perjalanan kereta api dengan traksi ganda secara multiple unit di Pulau Jawa sudah tidak
mungkin dilakukan karena peralatannya sudah di”preteli” (peralatan multiple unit sudah
tidak lengkap).
• Di Depo traksi Purwokerto selang airbrake sering terlambat datang.
• Ybs menerima KDLB dari KP KA 1365 dan kemudian membuat telegram mengenai
kejadian PLH ini.
• Evakuasi penumpang KA Purwojaya dengan KA campuran (3 KA penumpang, yaitu 1
kereta eksekutif dan 2 kereta bisnis dan ditambah 2 KKW).
• Rangkaian KA 1365 yang terdiri dari 5 KKW yang tidak anjlok, diberangkat menuju
Tegal jam 20.43.
• Mengusulkan adanya refreshing R19.
1.5.11 KP KA 1365
• KA 1365 siap di emplesemen dan berada di sepur IV Stasiun Purwokerto.
• Setelah dicek rangkaian baik, Lapka ditandatangani oleh pengawas schowing.
• Oleh PPKA disuruh bersiap di sepur IV menunggu bersilang dengan KA 12B. Setelah
Ka 12B masuk Purwokerto KA 1365 berangkat jam 13.54.
• Dalam perjalanan dari Purwokerto ke Karanggandul aman dan tidak ada permasalahan
yang mencurigakan.
• Posisi ybs berada di lokomotif kedua (CC 20151) sebelah kiri dan sepanjang perjalanan
ybs tidak memperhatikan jalan dan semboyan serta kecepatan KA.
• Ybs berdinas sebagai PAP yang ditugaskan oleh PPKA Purwokerto sebagai KP KA
1365, mewakili KP yang seharusnya berdinas.
• Ybs dinas pagi dan serah terima kepada petugas penggantinya jam 14.00.
• Ybs memberitahukan kepada PPKA Stasiun Purwokerto, KA 1365 akan bersilang
dengan KA 102 di Stasiun Karanggandul.
• Ybs mengusulkan pembinaan masinis bertatap muka dengan petugas PK/OC agar supaya
terjalin komunikasi yang baik.
1.6.1 Prasarana
a. Jalan Kereta Api
• 200 buah bantalan beton rusak/pecah
• Rel 42 sepanjang 40 m (sepur 1 = 23 m dan sepur 2 = 17 m) bengkok
• 1 unit lidah wesel rusak
2 ANALISIS
2.1 SARANA
2.1.1 Kelaikan Lokomotif KA 1365
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun 2000 tentang Sarana Kereta Api
Pasal 82, setiap sarana kereta api memiliki sertifikat uji pertama dan uji berkala dikeluarkan
oleh Ditjen Perhubungan Darat yang didapat setelah menjalani proses pemeriksaan dan
pengujian. Uji berkala dilakukan paling lama 1 (satu) tahun sekali.
Pasal 84 Keputusan Menteri Perhubungan tersebut menetapkan pemeriksaan dan pengujian
untuk mendapatkan sertifikat lulus uji tersebut harus dilakukan dengan peralatan-peralatan
yang telah dirawat dan dikalibrasi sbb:
a. alat uji dimensi;
b. alat uji system pengereman;
c. alat uji emisi gas buang;
d. alat uji bogie;
e. alat pengukur kebisingan;
f. alat pengukur terang cahaya;
g. alat pengukur temperature;
h. alat uji beban mesin;
i. alat uji kecepatan;
j. alat uji beban generator dan traksi motor;
k. alat pengukur berat;
l. alat angkat dan pemeriksa kondisi teknis bagian bawah sarana kereta api;
m. peralatan bantu lain.
Pemeriksaan dan pengujian dengan mempergunakan peralatan seperti di atas diharapkan
setiap sarana kereta api dapat beroperasi secara laik dan aman.
Lokomotif 20147 maupun CC 20151 masing-masing menggunakan 5 TM (Traksi Motor)
yang seharusnya 6 TM, karena 1 TM masing-masing rusak (manco).
Lokomotif CC 20147 dilengkapi dengan Sertifikat Uji Berkala namun tim tidak menemukan
lampiran sertifikat yang menjelaskan komponen yang dilakukan pengujian tersebut.
Sedangkan CC 20151 tidak diketemukan Sertifikat Uji Berkala.
Reglemen R16 A tentang Dinas Lokomotif Diesel/ Elektrik/ Hydraulic pada Pasal 49
Peraturan Tentang Perjalanan Kereta Api Dengan Dua Lokomotif Di Muka menentukan:
(1) Pada traksi berganda, lokomotif yang tenaganya lebih kuat (besar) ditempatkan di
depan.
(2) Bila pada waktu berjalan dengan rem udara tekan salah satu lokomotif tidak
diperlengkapi dengan rem udara tekan, maka lokomotif tersebut ditempatkan di muka.
Bila pada waktu berjalan dengan rem pakem, salah satu lokomotif tidak diperlengkapi
dengan rem pakem, maka lokomotif tersebut ditempatkan di muka.
Masinis lokomotif yang di muka bertindak seakan-akan ia jalan dengan suatu kereta api
yang dilayani dengan rem tangan sedang masinis dari lok yang kedua
Anjlok KA 1365 KKW_100705.doc Page 15 of 31
Created on 8/5/2005 9:23:00 PM
KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI
Gedung Karsa Lt.02 Departemen Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Barat No.08 JKT 10110
Ph: 021 3517606; 3811308 ext. 1497 ; TOKA: 31916 Fax: 021 3517606
Website: www.dephub.go.id/knkt ; E-mail: knktdephuh@yahoo.com
2.2 OPERASIONAL
2.2.1 Kecepatan KA 1365
Rekaman CTC Purwokerto
Perhitungan kecepatan KA 1365 sesuai dengan data rekaman CTC Purwokerto mulai
menduduki TC 09E di Purwokerto sampai dengan menduduki TC 13 di Karanggandul
sebagai berikut:
a. Antara TC 09E sampai dengan TC 14B (13.59.33 – 14.04.34)
v = 41,09 Km / jam
b. Antara TC 14B sampai dengan TC 14A (14.05.32 – 14.06.10)
v = 47,84 Km / jam
c. Antara TC 14B sampai dengan TC 14A (14.06.29 – 14.06.48)
v = 47,36 Km / jam
Perhitungan kecepatan yang dilakukan oleh PT. KA (dengan berdasarkan data pendudukan
sinyal) tidak memperhatikan adanya akselarasi (penambahan kecepatan) ataupun deselerasi
(pengurangan kecepatan) yang mungkin dilakukan oleh masinis KA 1365 di saat tertentu.
Sehingga kecepatan yang didapat ini hanyalah berupa kecepatan rata-rata pada interval jarak
dan waktu tertentu.
2.2.2 Perjalanan Traksi Ganda KA 1365 (Double Traksi/ Multiple Unit Control)
Berdasarkan dengan Reglemen R16 A tentang Dinas Lokomotif Diesel/ Elektrik/ Hydraulic:
Pasal 49 Peraturan tentang perjalanan kereta api dengan dua lokomotif di muka:
(6) Masinis lokomotif yang di muka mengatur jalannya kereta api dan memberikan
semboyan-semboyan yang telah ditentukan dengan klakson. Pemberitahuan mengenai
perjalanan kereta api (misalnya hal-hal luar biasa yang perlu dicatat oleh ppka pada
laporan harian masinis) hanya ditulis dalam laporan harian masinisdari lokomotif yang
di muka.
(7) Masinis yang kedua bertanggung jawab juga atas perjalanan kereta api, tetapi hanya
mengenai hal-hal yang diketahuinya tentang kereta api dan lintasan yang bersangkutan.
Ia hanya diperbolehkan memberikan semboyan bahaya, apabila ia mengetahui sesuatu
bahaya terlebih dulu dari pada masinis yang di muka.
Ia harus tunduk kepada semboyan dan petunjuk yang diberikan kepadanya oleh masinis
lokomotif yang di muka.
(8) Kedua masinis mempunyai kewajiban yang sama terhadap kedudukan semboyan-
semboyan tetap. Pertanggung jawab atas pemeriksaan persilangan dan pemindahan
persilangan semata-mata diletakkan kepada masinis lokomotif di muka.
Pada saat kejadian terjadinya PLH anjlok dan terguling KA 1365, perjalanan kereta api ini
dengan menggunakan traksi ganda/ double traksi dan beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah:
a. Pada saat kejadian, masinis yang bertanggung jawab adalah masinis pada lokomotif
kedua (CC 20151), sedangkan dalam peraturan yang berlaku, masinis yang bertanggung
jawab adalah masinis pada lokomotif pertama (CC 20147).
b. Pada saat kejadian perintah berada pada masinis lokomotif kedua (CC 20151), sedangkan
dalam peraturan yang berlaku, selama perjalanan dengan traksi ganda ini lokomotif
pertama (CC 20147) memberikan perintah dan pemberitahuan kepada masinis lokomotif
kedua (CC 20151).
c. Pengereman dilakukan oleh masinis lokomotif kedua (CC 20151) atas perintah masinis
lokomotif pertama (CC 20147), tetapi karena penggandengan yang tidak disertai
penggabungan selang airbrake ini menyebabkan pengendalian rangkaian dilakukan oleh
masinis di lokomotif kedua (CC 20151), karena lokomotif pertama (CC 20147) tidak
dapat melakukan pengereman rangkaian.
d. Apabila dalam lokomotif dan rangkaian kereta api dilengkapi dengan rem udara tekan
(airbrake), maka selang airbrake harus disambungkan. Kedua lokomotif ini memiliki
selang airbrake, tetapi tidak disambungkan sehingga pengereman rangkaian hanya
dilakukan oleh lokomotif kedua, sedangkan lokomotif yang di muka melakukan
pengereman lokomotif.
e. Sesuai peraturan tentang traksi ganda tersebut di atas pengereman dilakukan oleh
lokomotif kedua atas perintah lokomotif pertama, tetapi pada saat PLH ini masing-
masing masinis bertanggung jawab terhadap masing-masing lokomotifnya sehingga
koordinasi tidak dapat dilaksanakan antara kedua masinis tersebut, karena masinis
lokomotif di muka yang mengetahui secara jelas jalan kereta api yang akan dilewati,
sedangkan pengendalian berada pada lokomotif kedua. Tidak adanya koordinasi antar
masinis dapat terjadi saat pengereman lokomotif yang dilakukan masinis lokomotif
pertama terlebih dahulu daripada lokomotif kedua. Hal ini menyebabkan adanya gerakan
rangkaian tidak stabil (hentakan/sundulan) yang mengakibatkan terjadinya loncatan roda
keluar rel.
Pasal 96
(1) Setiap awak kereta api yang dinyatakan memenuhi kualifikasi teknis diberi
sertifikat dan tanda kualifikasi teknis sesuai dengan jenis kualifikasinya oleh
Direktur Jenderal.
(2) Setiap awak kereta api yang menjalankan tugas harus mengenakan tanda
kualifikasi teknis.
Dari data yang ada, awak KA 1365 (masinis, asisten masinis dan KP) dan PPKA yang
menjalankan kereta api pada waktu kejadian mempunyai kewenangan untuk menjalankan
karena telah memiliki surat tanda kecakapan (brevet) yang bukan dikeluarkan oleh Ditjen
Perhubungan Darat melainkan oleh PT. Kereta Api. Brevet tersebut berlaku untuk selama
yang bersangkutan menjadi pegawai PT. KA kecuali brevet tersebut dicabut karena awak
KA melakukan kesalahan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada awak KA 1365 (masinis, asisten masinis dan KP)
dan PPKA, kurang memahami prosedur perjalanan kereta api. Kurangnya pemahaman
terhadap prosedur perjalanan kereta api tersebut dapat terjadi karena setelah lulus
pendidikan untuk mendapatkan brevet kurang mendapatkan pembinaan berkelanjutan dan
sosialisasi peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan teknis operasional kereta api.
Kurangnya pemahaman terhadap peraturan-peraturan teknis operasional kereta api akan
sangat membahayakan perjalanan kereta api.
2.3 PRASARANA
2.3.1 Emplasemen Karanggandul
Peraturan Dinas No. 10 BAB II Pasal 4 butir a tentang pengelompokan lintas menentukan:
Berdasarkan pada kelandaian dari sumbu dan rel dapat dibedakan atas 3 (tiga)
kelompok seperti dibawah ini.
Kelompok Kelandaian
Lintas datar 0 Sampai 10 ‰
Lintas pegunungan 10 ‰ Sampai 40 ‰
Lintas dengan rel gigi 40 ‰ Sampai 80 ‰
Untuk emplasemen kelandaiannya adalah 0 – 1,5 ‰.
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan sarana Kereta Api, mengatur
antara lain mengenai pemeriksaan dan pengujian prasarana dan sarana kereta api pada Pasal
43 sampai dengan Pasal 45, sebagai berikut:
a. Pasal 43
(1) Pemeriksaan dan pengujian prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah.
(2) Pemeriksaan dan pengujian prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan persyaratan teknis prasarana kereta
api.
b. Pasal 44
(1) Pemeriksaan dan pengujian prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 dilaksanakan dalam rangka menjamin keandalan, keselamatan dan
keamanan prasarana kereta api serta kelestarian lingkungan.
(2) Pemeriksaan dan pengujian prasarna kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) khusus untuk jalan rel termasuk jembatan dan terowongan, peralatan
persinyalan, instansi listrik dan peralatan komunikasi, dilakukan sekurang-
kurangnya 1 kali dalam 1 (satu) tahun.
c. Pasal 45
Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian prasaran kereta api.
Persinyalan dan telekomunikasi di DAOP V Purwokerto dilakukan perawatan oleh PT. KA
sebagai berikut:
a. Perawatan rutin peralatan sintelis 2 (dua) mingguan meliputi sinyal, wesel, track
circuit, axle counter, interlocking, telekomunikasi dan power supply-nya.
b. Pengukuran wesel 3 (tiga) bulanan.
c. Peningkatan kondisi.
Meskipun dilakukan perawatan secara rutin oleh PT. Kereta Api, namun pemeriksaan dan
pengujian sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1998 ini belum dilakukan
Pemerintah karena tidak diketemukan adanya bukti/sertifikat pengujian prasarana.
Pemeriksaan dan pengujian jalan rel lintas Purwokerto – Prupuk telah dilakukan oleh
pemerintah bersama dengan PT. Kereta Api dengan menggunakan kereta ukur untuk
mengetahui kondisi geometri jalan rel, yang pelaksanaannya 4 (empat) kali dalam 1 (tahun).
Hasil pengukuran track dengan mempergunakan kereta ukur ini hanya ditandatangi oleh Kasi
JJ (Kasi Jalan dan Jembatan PT. KA) dan tidak diterbitkan dalam bentuk keputusan
pemerintah sehingga tindak lanjutnya tidak dapat diketahui atau dipantau oleh pemerintah
sendiri.
3 KESIMPULAN
Berdasarkan fakta dan analisis di atas, kecelakaan Anjok KA 1365 KKW di Km 344+418
emplasemen Karanggandul, Purwokerto, Jawa Tengah dapat disimpulkan bahwa:
3.1 TEMUAN
a. Perjalanan KA 1365 dari Stasiun Purwokerto – Bumiayu menggunakan dua lokomotif (CC
20147 dan CC 20151) atau traksi ganda/double traksi dan dengan total rangkaian gerbong
KKW sebanyak 14.
b. Penggandengan rangkaian KA 1365 dengan double traksi dilakukan secara tidak
lengkap/sempurna, karena selang airbrake tidak disambungkan.
c. Perjalanan dengan double traksi/ traksi ganda pengendali perjalanan kereta api oleh masinis
pada lokomotif kedua, sehingga pandangan masinis terhadap jalan rel yang akan dilewati
dan semboyan-semboyan yang diperhatikan terganggu/kurang sempurna.
d. Tanggung jawab perjalanan KA 1365 dari Purwokerto – Bumiayu adalah masinis pada
lokomotif kedua (CC 20151)
e. Rangkaian KA 1365 saat memasuki sinyal masuk beraspek kuning dengan angka 3 menyala
( vmax = 30 Km / jam ), berjalan dengan kecepatan 43 Km/jam.
f. Fungsi lokomotif dimuka (CC 20147) sebagai penambah tenaga dan pengereman lokomotif,
karena kurangnya koordinasi dalam pengereman akan mengakibatkan hentakan-hentakan
dan perjalanan tidak stabil.
g. Brevet awak KA (Masinis dan KP) diterbitkan PT. KA dan berlaku selama masih menjadi
pegawai PT. KA yang harusnya dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Darat.
h. Prosedur operasi perjalanan kereta api kurang dipahami oleh pelaksana di lapangan.
i. Awak KA (Masinis, asisten masinis dan KP) dan PPKA kurang mendapatkan pelatihan
kembali.
j. Stasiun Karanggandul (dari arah Purwokerto), memiliki 2 tipe wesel; 2 wesel ujung (wesel
baru) R.54 dengan perbandingan 1:12 dan 2 wesel lainnya R.42 dengan perbandingan 1:10.
k. Wesel ujung arah Purwokerto R54 sudut 1:12 terletak di lereng 10,7 ‰ dan di lengkung
peralihan (lengkung wesel menggunakan peninggian rel luar) R=300 m.
l. Kelandaian emplasemen Stasiun Karanggandul 10,7 ‰ melampui kelandaian yang
diijinkan sesuai dengan Reglemen R10 (2,5 ‰) dan Peraturan Dinas No.10 (1,5 ‰)
m. Emplasemen Stasiun Karanggandul dari arah Purwokerto pandangan bebas masinis
terhalang karena adanya lengkungan dan bangunan serta tanaman.
n. Lokomotif CC 20147 dilengkapi dengan Sertifikat Uji Berkala tetapi tidak dilengkapi
dengan lampiran pengujian yang dilaksanakan pada saat pemeriksaan. Sedangkan lokomotif
CC 20151 tidak diketemukan adanya Sertifikat Uji Berkala.
o. Seluruh rangkaian yang berjumlah 14 KKW tidak diketemukan adanya Sertifikat Uji
Berkala kecuali gerbong KKW 820 yang memiliki Sertifikat Uji Berkala, tetapi tidak
diketemukan lampiran pengujian yang dilaksanakan.
p. Ring plat taskom KKW 812 mengalami keausan dan kurang pelumasan sehingga gerakan
gerbong tersebut tidak fleksibel terutama saat melewati jalan rel lengkung.
q. DAOP V Purwokerto telah melakukan perawatan sinyal dan telekomunikasi (sintel) secara
rutin namun pemeriksaan dan pengujian yang harus dilakukan oleh pemerintah terhadap
keseluruhan sistem sintel tersebut belum dilaksanakan.
r. Pemeriksaan jalan rel dilakukan oleh PT. KA bersama Ditjen Hubdat 4 kali setahun dengan
menggunakan kereta ukur (yang belum pernah dikalibrasi) namun tidak diberikan sertifikat
uji jalan rel yang dikeluarkan pemerintah.
4 REKOMENDASI
Berdasarkan temuan, analisis dan kesimpulan investigasi PLH Anjlok KA 1365 di Km 344 + 418
emplasemen Karanggandul, Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengusulkan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
1. Menerapkan disiplin operasional pada petugas di lapangan sesuai peraturan.
2. Mengoperasikan kereta api dengan traksi ganda/double traksi, baik penggandengan maupun
pengendalian perjalanan kereta api harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Melaksanakan pemberian surat tanda kecakapan (brevet) awak kereta api sesuai dengan
peraturan yang berlaku yaitu oleh Ditjen Perhubungan Darat dan memberikan batas waktu
berlakunya.
4. Menerapkan sistem pembinaan dan pelatihan personil yang laik dan berkelanjutan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Menerapkan jarak pandang bebas masinis di Stasiun Karanggandul dari arah Purwokerto
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Mengkaji kembali desain emplasemen Karanggandul dengan disesuaikan peraturan yang
berlaku, apabila desain emplasemen Karanggandul masih akan mempergunakan kelandaian
lebih dari 2,5 ‰ harus mendapat persetujuan Menteri.
7. Menentukan kecepatan yang diijinkan bagi semua kereta api dari arah Purwokerto masuk ke
emplasemen Stasiun Karanggandul disesuaikan dengan kondisi desain emplasemen yang ada.
8. Melaksanakan perawatan sarana dan prasarana kereta api sesuai ketentuan yang berlaku.
9. Melaksanakan pengujian berkala dan pemberian sertifikat terhadap sarana dan prasarana
kereta api oleh Ditjen Perhubungan Darat sesuai dengan peraturan yang berlaku.