Anda di halaman 1dari 12

Nama: Ramadhani Puspo Nogoro

NIM: 190413629706

BAB:1

Najis & Cara Mensucikannya

1. Najis Mukhoffafah

Adalah najis yang ringan. Cara mensucikannya yaitu dengan memercikan air di bagian yang terkena
najis. Contohnya air kencing pada bayi laki-laki yang masih minum asi dan belum makan.

2. Najis Mutawasithah

Adalah najis sedang, yaitu najis yang berasal dari dubur dan kubul, baik manusia atau hewan kecuali
bangkai, tulang, air mani, bangkai, belalang dan ikan. Cara mensucikannya adalah dengan membasuhnya
memakai air bersih di tempat yang terkena najis. Najis ini terbagi ke dalam dua jenis yaitu najis ‘ainiyah
dan hukmiyah.

3. Najis ‘Ainiyah

OiAdalah najis yang terlihat oleh kasat mata atau berwujud, baik yang bentuk rupanya maupun baunya.
Seperti darah, kotoran dan kencing.

4. Najis Hukmiyah

Najis hukmiyah merupakan najis yang tak terlihat oleh mata yang sudah kering. Seperti bekas kencing
dan minuman keras yang menempel di pakaian yang sudah mengering, dan tak terlihat bekasnya.

Bab:2

AIR

1. Air Suci dan Menyucikan

Air ini oleh para ulama fiqih disebut dengan air mutlak.

Secara ringkas air mutlak adalah air yang turun dari langit atau yang bersumber dari bumi dengan sifat
asli penciptaannya.

Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air hujan, air laut, air sungai, air sumur,
air mata air, dan air salju, dan air dari hasil hujan es.
2. Air Musyammas

Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari dengan menggunakan wadah
yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga. Air ini hukumnya suci dan
menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai untuk bersuci. Secara umum air ini juga makruh digunakan
bila pada anggota badan manusia atau hewan yang bisa terkena kusta seperti kuda, namun tak mengapa
bila dipakai untuk mencuci pakaian atau lainnya. Meski demikian air ini tidak lagi makruh dipakai bersuci
apabila telah dingin kembali.

3. Air Suci Namun Tidak Menyucikan

Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci dari hadas maupun dari
najis.

Ada dua macam air yang suci namun tidak bisa digunakan untuk bersuci, yakni air musta’mal dan air
mutaghayar.

Air musta’mal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadas seperti
wudlu dan mandi ataupun untuk menghilangkan najis bila air tersebut tidak berubah dan tidak
bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh barang yang dibasuh.

Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila tidak mencapai dua qullah. Sedangkan bila
volume air tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut sebagai air musta’mal dan bisa digunakan
untuk bersuci.

Adapun air mutaghayar adalah air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya disebabkan tercampur
dengan barang suci yang lain dengan perubahan yang menghilangkan kemutlakan nama air tersebut.
Sebagai contoh air mata air yang masih asli ia disebut air mutlak dengan nama air mata air. Ketika air ini
dicampur dengan teh sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka orang akan mengatakan air
itu sebagai air teh. Perubahan nama inilah yang menjadikan air mata air kehilangan kemutlakannya.

4. Air Mutanajis

Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua qullah atau
volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu sifatnya—warna, bau, atau rasa—
karena terkena najis tersebut. Air sedikit apabila terkena najis maka secara otomatis air tersebut
menjadi mutanajis meskipun tidak ada sifatnya yang berubah. Sedangkan air banyak bila terkena najis
tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila
karena terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air banyak tersebut menjadi air
mutanajis. Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzatnya air itu sendiri tidak suci
sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan.
BAB:3

WUDHU

Untuk bisa melaksanakan ibadah shalat kita harus suci dari hadas besar dan kecil.

Jika pada bagian terdahulu telah dijelaskan bagaimana mandi untuk menghilangkan hadas besar, maka
pada bagian ini kita akan membahas wudhu sebagai cara utama dalam menghilangkan hadats kecil.

Syarat wudhu ada 9, yaitu:

1. Beragama Islam

2. Tamyiz (telah bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk).

3. Suci dari darah haid dan nifas (bagi perempuan)

4. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit anggota wudhu. Baik itu berbentuk getah, cat,
atau benda lainnya.

5. Tidak terdapat sesuatu pada anggota wudhu yang bisa merubah warna air wudhu.

6. Menggunakan air yang suci lagi mensucikan.

7. Mengetahui rukun wudhu.

8. Jangan berkeyakinan (beri’tiqad) bahwa sesuatu yang sunnat itu wajib (rukun).

9. Masuk waktu (bagi orang yang hadas berkepanjangan atau yang memiliki penyakit).

Rukun Wudhu ada 6, yakni:

1. Niat di dalam hati: Sengaja aku berwudhu mengangkat hadas kecil fardhu karena Allah ta’ala.

2. Membasuh muka (batasnya adalah dari tempat tumbuhnya rambut di dahi hingga dagu. Dan dari
antara dua anak telinga kanan dan kiri).

3. Membasuh kedua tangan dari ujung jari hingga siku.

4. Menyapu (membasahi) sebagian kepala.

5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.

6. Tertib (dilaksanakan sesuai dengan urutannya).

Yang Makruh dan Yang Membatalkan Wudhu

Wudhu seseorang dapat batal jika ia mengalami lima hal, yaitu:


Pertama, keluar sesuatu dari salah satu atau dari keduanya diantara dua jalan kemaluan (Qubul dan
Dubur). Misalnya buang angin, buang air besar maupun kecil dan mengeluarkan benda lain baik yang
berbentuk air, nanah, darah, maupun benda padat.

Kedua, hilangnya akal. Baik disebabkan oleh karena gila, mabuk, pingsan, kesurupan dan lain
sebagainya.

Ketiga, tidur yang tak tempat kedudukannya. Maksudnya dalam tidur kita tak bisa mengontrol diri,
termasuk tentunya tidur di ranjang atau tempat tidur yang lainnya.

Keempat, karena bersentuhnya kulit dengan lawan jenis yang mana orang tersebut halal untuk dinikahi.

Kelima, menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan. Baik milik sendiri maupun milik orang
lain.

Sedangkan hal-hal yang makryh untuk dilakukan selama dalam keadaan wudhu juga ada lima hal, yaitu:

Pertama, adalah berlebih-lebihan dalam memakai air dari ukuran sewajarnya.

Kedua, meninggalkan sunat-sunat wudhu.

Ketiga, mendahulukan yang kiri dari yang kanan.

Keempat, meminta bantuan orang lain dalam membasuh anggota wudhu padahal kita sendiri masih
dalam keadaan sehat wal afiat.

dan yang kelima adalah melebihkan hitungan dari tiga kali dalam hal membasuh maupun menyapu
anggota wudhu. (asya)

BAB:4

Tayammum & Wudhu Bagi Orang Yang Sakit

1. Orang yang sakit wajib bersuci dengan air. Ia harus berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika
berhadats besar.

2. Jika tidak bisa bersuci dengan air karena ada halangan, atau takut sakitnya bertambah, atau khawatir
memperlama kesembuhan, maka ia boleh bertayamum.

3. Tata cara tayamum : Hendaknya ia memukulkan dua tangannya ke tanah yang suci sekali pukulan,
kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya.

4. Bila tidak mampu bersuci sendiri maka ia bisa diwudhukan, atau ditayamumkan orang lain. Caranya
hendaknya seseorang memukulkan tangannya ke tanah lalu mengusapkannya ke wajah dan dua telapak
tangan orang sakit. Begitu pula bila tidak kuasa wudhu sendiri maka diwudhukan orang lain.
5. Jika pada sebagian anggota badan yang harus disucikan terluka, maka ia tetap dibasuh dengan air. Jika
hal itu membahayakan maka diusap sekali, caranya tangannya dibasahi dengan air lalu diusapkan
diatasnya. Jika mengusap luka juga membahayakan maka ia bisa bertayamum.

6. Jika pada tubuhnya terdapat luka yang digips atau dibalut, maka mengusap balutan tadi dengan air
sebagai ganti dari membasuhnya.

7. Dibolehkan betayamum pada dinding, atau segala sesuatu yang suci dan mengandung debu. Jika
dindingnya berlapis sesuatu yang bukan dari bahan tanah seperti cat misalnya,maka ia tidak boleh
bertayamum padanya kecuali jika cat itu mengandung debu.

8. Jika tidak mungkin bertayamum di atas tanah, atau dinding atau tempat lain yang mengandung debu
maka tidak mengapa menaruh tanah pada bejana atau sapu tangan lalu bertayamum darinya.

9. Jika ia bertayamum untuk shalat lalu ia tetap suci sampai waktu shalat berikutnya maka ia bisa shalat
dengan tayamumnya tadi, tidak perlu mengulang tayamum, karena ia masih suci dan tidak ada yang
membatalkan kesuciannya.

10. Orang yang sakit harus membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak mungkin maka ia shalat apa
adanya, dan shalatnya sah tidak perlu mengulang lagi.

11. Orang yang sakit wajib shalat dengan pakaian suci. Jika pakaiannya terkena najis ia harus
mencucinya atau menggantinya dengan pakaian lain yang suci. Jika hal itu tidak memungkinkan maka ia
shalat seadanya, dan shalatnya sah tidak perlu mengulang lagi.

12. Orang yang sakit harus shalat di atas tempat yang suci. Jika tempatnya terkena najis maka harus
dibersihkan atau diganti dengan tempat yang suci, atau menghamparkan sesuatu yang suci di atas
tempat najis tersebut. Namun bila tidak memungkinkan maka ia shalat apa adanya dan shalatnya sah
tidak perlu mengulang lagi.

13. Orang yang sakit tidak boleh mengakhirkan shalat dari waktunya karena ketidak mampuannya untuk
bersuci. Hendaknya ia bersuci semampunya kemudian melakukan shalat tepat pada waktunya,
meskipun pada tubuhnya, pakaiannya atau tempatnya ada najis yang tidak mampu membersihkannya.

BAB:5

Istinja dan mandi

Istinja

Istinja adalah menghilangkan najis, baik setelah buang air kecil maupun setelah buang air besar pada
tempat keluarnya najis tersebut dengan menggunakan air maupun batu hingga bersih.
Syarat istinja itu ada 3 yakni:

1. Menghilangkan rasanya

2. Menghilangkan baunya

3. Menghilangkan rasanya.

Sedangkan Rukun Istinja ada 4, yaitu:

1. Orang yang beristinja.

2. Bagian tubuh yang diistinjakan (Qubul dan Dubur).

3. Yang diistinjakan sesuatu yang keluar dari dua jalan yang kotor tersebut.

4. Alat yang digunakan beristinja (baik dengan air, batu ataupun benda lain yang sesuai).

Jika kita akan beristinja hendaklah masuk ke dalam wc atau jamban dengan mendahulukan kaki kiri
seraya membaca:

“Bismillahi Allahumma inni a’uzubika minal khubutsi wal khobaits.” yang artinya: Dengan nama-Mu ya
Allah, aku berlindung kepada Engkau daripada kejahatan (kotoran) dan segala yang kotor.

Jika kita membasuh (beristinja) maka kita baca:

“ Allahumma hassin farji minal fawahisyi wathahhir qalbi mnan nifaqi.” yang artinya: Ya Allah,
peliharalah kemaluanku (farji) dari segala kekejian (kejahatan) dan sucikanlah hatiku daripada
(perbuatan) munafik.

Kemudian jika kita keluar dari Wc/jamban hendaknya mendahulukan kaki yang kanan seraya
mengucapkan:

“Alhamdu lillahilladzi adzhaba ‘annil adza wa’afaani.” Artinya: Segala puji hanya bagi Allah Yang telah
menghilangkan dariku penyakit, dan menyehatkanku.

Mandi Yang Wajib

Mandi adalah meratakan air ke seluruh permukaan tubuh diserta dengan niat.

Ada 6 hal yang mewajibkan kita untuk mandi.

1. Bersetubuh (jima’) meskipun dalam persetubuhan tersebut tidak mengeluarkan mani.

2. Keluar air mani karena mimpi ataupun sebab lainnya.

3. Mati (meninggal) yang bukan tergolong mati syahid.

4. Haid (menstruasi) bagi perempuan.


5. Nifas (darah pasca melahirkan) bagi perempuan.

6. Wiladah (bersalin/melahirkan)

Fardhu Mandi Wajib ada 3 yaitu:

1. Niat di dalam hati untuk mandi guna menghilangkan hadas besar yang melekat di seluruh tubuh.
Dilakukan seraya membasuh tubuh (mandi).

2. Membersihkan najis dari sekujur tubuh jika ada.

3. Meratakan air ke seluruh permukaan tubuh.

Dalam mandi ada beberapa hal yang sunat untuk dilakukan, yaitu:

1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim.

2. Berwudhu sebelum mandi.

3. Menghadap kiblat.

4. Menggosok seluruh tubuh dengan tangan.

5. Melakukan pembasuhan tubuh sebanyak 3 kali.

6. Dalam mandi mendahulukan bagian kanan dari tubuh.

BAB:6

Sholat ( Syarat & Rukun )

Syarat-Syarat Shalat

Shalat tidak akan sah kecuali jika memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang wajib ada
padanya serta menghindari hal-hal yang akan membatalkannya. Adapun syarat-syaratnya ada sembilan:

1. Islam

2. Berakal

3. Tamyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk),

4. Menghilangkan hadats

5. Menghilangkan najis
6. Menutup aurat

7. waktu

8. Menghadap kiblat

9. Niat

Rukun-rukun shalat ada empat belas:

1. Berdiri bagi yang mampu,

2. Takbiiratul-Ihraam,

3. Membaca Al-Fatihah,

4. Ruku’,

5. I’tidal setelah ruku’,

6. Sujud dengan anggota tubuh yang tujuh,

7. Bangkit darinya,

8. Duduk di antara dua sujud,

9. Thuma’ninah (Tenang) dalam semua amalan,

10. Tertib rukun-rukunnya,

11. Tasyahhud Akhir,

12. Duduk untuk Tahiyyat Akhir,

13. Shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

14. Salam dua kali.

BAB:7

Sholat ( Hal yang membatalkan & Sunnah )

A. Sunah Haiat Shalat

Sunah haiat adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupa tidak perlu dilakukan sujud sahwi.
Sunah haiat dalam mengerjakan shalat ada lima belas, yaitu :

1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ruku, dan i’tidal


2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri

3. Membaca doa iftitah

4. Membaca isti’adzah

5. Mengeraskan bacaan ketika shalat jahr dan memelankan bacaan ketika shalat sirr

6. Membaca amin

7. Membaca surat lain setelah membaca al-Fatihah

8. Bertakbir ketika hendak ruku dan bangun dari ruku

9. Mengucapkan (Sami’Allahu liman hamidah)

10. Membaca tasbih dalam ruku dan sujud

11. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha ketika duduk

12. Menggenggam jari-jari tangan kanan, kecuali jari telunjuk dalam bertasyahud, dan mengembangkan
jari-jari tangan kiri.

13. Duduk iftirasyi dalam semua duduk

14. Duduk tawarruk pada saat duduk terakhir

15. Melakukan salam kedua

B. Sunah Ab’ad Shalat

Sunah abad ialah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupa harus melakukan sujud sahwi.

Sunah ab’ad dalam shalat ada tujuh, yaitu :

1. Membaca tasyahud awal

2. Duduk dalam tasyahud awal

3. Membaca shalawat kepada nabi dalam tasyahud awal

4. Membaca shalawat kepada keluarga nabi dalam tasyahud akhir

5. Membaca doa qunut

6. Membaca shalawat kepada nabi dalam doa qunut

7. Membaca shalawat kepada keluarga nabi dalam doa qunut


C. Hal-hal yang Membatalkan Shalat

Perkara yang membatalkan shalat ada sebelas, yaitu :

1. Berbicara dengan sengaja

2. Banyak bergerak

3. Hadats

4. Terkena najis

5. Terbukanya aurat

6. Berubah niat

7. Membelakangi qiblat

8. Makan

9. Minum

10. Tertawa terbahak-terbahak

11. Murtad

BAB:8

Sholat Sunnah & Fadhillahnya

1. Shalat Dhuha

Shalat Dhuha ialah salat sunnah yang boleh dikerjakan sendiri ataupun berjamaah. Waktu untuk
melaksanakan shalat dhuha ialah pada pagi hari sekitar jam 08.00 pagi sampai pukul 12:00 siang.

sholat dhuha memiliki keutamaan dan manfaat yang luar biasa. Bagi siapa saja umat muslim yang
mengerjakan shalat sunnah dhuha akan dibuatkan istana di surga.

2. Shalat Rawatib

Shalat Wawatib adalah shalat yang dilakukan sebelum ataupun sesudah melakukan shalat wajib.
Sebelum shalat fardu disebut “qabliyah” sedangkan setelah shalat fardu disebut “ba’diyah”.

Shalat sunnah rawatib yang dilarang adalah shalat rawatib sesudah subuh dan sesudah asar. Karena
pada waktu tersebut terdapat waktu-waktu yang diharamkan melakukan sholat.
Barang siapa mengerjakan shalat rawatib sebanyak 12 rakaat sehari semalam, dibuat baginya oleh Allah
rumah di dalam surga.

3. Shalat Tahajud

Shalat tahajud merupakan shalat sunah yang waktu pengerjaannya ialah di malam hari. Jumlah rakaat
shalat tahajud adalah minimal 2 rakaat dan maksiml 12 rakaat.

Barangsiapa melaksanakan shalat tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi,
maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan yaitu 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.

4. Shalat Istikharah

Banyak orang yang melakukan shalat istikharah saat ada pada kondisi bingung atau bimbang.
Harapannya, dengan melakukan shalat istikharah, Allah SWT akan memberikan petunjuk sehingga
keputusan yang diambilnya tepat.

5. Shalat Hajat

Apabila Anda punya suatu keinginan, mintalah kepada Allah SWT supaya mengabulkannya. Salah satu
caranya ialah melakukan shalat hajat dengan khusyuk’.

6. Shalat Witir

Shalat witir adalah shalatnya para kekasih Allah. Sholat witir ini merupakan salah satu shalat sunnah
yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah.

7. Shalat Taubat

Manusia tidak luput dari kesalahan. Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang mau berubah dan
bertobat dari kesalahan yang pernah dilakukannya, baik itu kesalahan besar ataupun kecil.

Salah satu cara untuk memohon ampun kepada Allah SWT ialah dengan melakukan shalat taubat. Di sini,
Anda bisa meminta ampunan dari dosa-dosa yang dilakukan sekaligus berjanji tidak akan mengulangi
kesalahan tersebut.

Jumlah minimalnya ialah 2 rakaat dan maksimal 6 rakaat.


8. Shalat Wudhu

Hal wajib yang dilakukan ketika akan melakukan shalat ialah berwudhu. Shalat wudhu ialah shalat yang
dikerjakan setelah melakukan wudhu. Sebagai contoh, sebelum melakukan shalat maghrib, Anda
menjalankan shalat ini setelah wudhu dan sebelum shalat magrib. Jumlah rakaatnya ialah 2 rakaat.

9. Shalat Tahiyatul Masjid

Sesuai dengan namanya, tujuan melakukan shalat tahiyatul masjib bertujuan memberikan
penghormatan pada tempat ibadah masjid. Anda bisa melakukannya kapan saja saat melakukan shalat
jamaah di masjid.

10. Shalat Tasbih

Asal muasal nama shalat tasbih ialah karena terdapat bacaan 300 kali tasbih. Jumlahnya ialah 4 rakaat.
Shalat tasbih ini boleh dikerjakan setiap hari, satu minggu sekali, satu bulan sekali, ataupun satu kali
seumur hidup.

Rasulullah SAW menyarankan kepada umatnya untuk melakukan ibadah shalat tasbih ini karena
pahalanya sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai